Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

SPACE OCCUPYING LESION

Disusun Oleh :
SUBO UTOMO
P1337420215115

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG


PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2017
LAPORAN PENDAHULUAN
SPACE OCCUPYING LESION

A. PENGERTIAN
SOL ( Space Occupying Lesion ) merupakan generalisasi masalah tentang
adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak
penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri,
hematoma, infark, abses otak dan tumor intracranial ( Long C , 1996 : 130).
Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak / ganas yang
tumbuh di otak, meningen dan tengkorak (Lombardo, Mary caster 2005 : 1183).
Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang
menempati ruang didalam tengkorak .(Suzanne C.smaltzer 2001:2167)

B. ETIOLOGI
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun
telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau,
yaitu:
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggotaanggota
sekeluarga.Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap
sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas.
2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest).
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang
mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh.Tetapi ada kalanya
sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan
merusak bangunan di sekitarnya.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu
glioma.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara
infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan.Kini telah
diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-
ethyl-urea.Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.

C. MANIFESTASI KLINIS
Tumor otak menunjukkan manifestasi klinis yang tersebar bila tumor ini
menyebabkan peningkatan TIK( tekanan intra kranial ) serta tanda dan gejala lokal
sebagai akibat dari tumor yang mengganggu bagian spesifik dari otak.
Gejala peningkatan tekanan intra kranial. Sesuai dengan hipotesis monro killie
yang di modifikasi, bahwa tengkorak adalah sebuah ruangan kaku yang berisi materi
esensial, yang tidak dapat tertekan : benda otak , darah dalam vaskuler,dan cairan
serebro spinal ( CSS ). Jika salah satu komponen dalam tengkorak ini volumenya
meningkat , TIK akan meningkat , kecuali satu dari komponen lain menurunkan
volumenya. Konsekuensinya , terdapat perubahan volume otak bila terjadi gangguan
seperti tumor otak atau edema serebral ini akan menimbulkan tanda dan gejala
peningkatan tekanan intra kranial .
Gejala gejala peningkatan TIK di sebabkan oleh tekanan yang berangsur
angsur terhadap otak akibat pertumbuhan tumor. Pengaruhnya adalah gangguan
keseimbangan yang nyata antara otak , cairan serebro spinal, dan darah serebral
semua terletak di dalam tengkorak. Sebagai akibat pertumbuhan tumor , maka
kompensasi penyesuaian diri dapat dilakukan melalui penekanan pada vena vena
intra kranial, melalui penurunan volume cairan serebro spinal ( melalui peningkatan
absorpsi dan menurunkan produksi ) , penurunan sedang pada aliran darah serebral
dan menurunya masa jaringan otak intra seluler dan exstra seluler. Bila kompensasi
semua ini gagal , pasien mengalami tanda dan gejala peningkatan TIK.
Gejala gejala TIK. Gejala yang biasanya banyak terjadi akibat tekanan ini
adalah sakit kepala , muntah , papil edema ( choked disc atau edema saraf optik ) ,
perubahan kepribadian dan adanya variasi penurunan fokal motorik, sensorik dan
disfungsi saraf kranial.
Sakit kepala, meskipun tidak selalu ada, tetapi ini banyak terjadi pada pagi hari
dan menjadi buruk oleh karena batuk , menengang atau melakukan gerakan yang tiba
- tiba. Keadaan ini disebabkan oleh serangan tumor, tekanan atau penyimpanan
struktur, sensitif nyeri atau oleh karena edema yang mengiringi adanya tumor.
Sakit kepala selalu di gambarkan dalam atau meluas atau dangkal tetapi terus
menerus. Tumor frontal menghasilkan sakit kepala pada frontal bilateral : tumor
kelenjar hipofisis menghasilakn nyeri yang menyebar antara dua pelipis
(bitemporal): tumor serebelum menyebabkan sakit kepala yang terletak pada daerah
suboksipital bagian belakang kepala.
Muntah,kadang-kadang dipengaruhi oleh asupan makanan,yang selalu
disebabkan adanya iritasi pada pusat vagal dimedula.jika muntah dengan tipe yang
kuat,ini digambarkan sebagai muntah proyektil.
Papiledema (edema pada saraf optik) ada sekitar 70% -75% dari pasien dan
dihubungkan dengan gangguan penglihatan seperti penurunan ketajaman
penglihatan,diploppia (pandangan ganda) dan penurunan lapang pandangan. Gejala
terlokalisasi.lokasi gejala-gejala terjadi sepesifik sesuai dengan gangguan daerah
otak yang terkena,menyebabkan tanda-tanda yang ditunjukkan lokal,seperti pada
ketidak normalan sensori dan motorik, perubahan penglihatan dan kejang. Karena
fungsi-fungsi dari bagian-bagian berbeda dari otak yang tidak diketahui, lokasi
tumor dapat ditentukan pada bagiannya, dengan mengindentifikasi fungsi yang
dipengaruhi oleh adanya tumor.
PATHWAY
D. PATOFISIOLOGI
Tumor otak menyebabkan timbulnya ganguan neurologik progresif, gangguan
neurologik pada tumor otak biasanya disebabkan oleh dua factor-faktor gangguan
fokal akibat tumor dan peningkataan TIK.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dari
infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan
neural.Perubahan suplai darah akibat tekanan tumor yang bertumbuh menyebabkan
nekrosis jaringan otak.
Peningkatan TIK dapat disebabkan oleh beberapa factor : bertambahnya massa
dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan
serebrospinal. Beberepa tumor dapat menyebabkan pendarahan.Obstruksi vena dan
edema akibat kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan volume
intracranial dan TIK. Pada mekanisme kompensasi akan bekerja menurunkan
volume darah ntrakranial, volume CSF< kandunan cairan intra sel dan mengurangi
sel-sel parenkim. Peningkatan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan terjadinya
herniasi unkus atau serebelum.Herniasi menekan mensefalon menyebabkan
hilangnya kesadaran. Pada herniasi serebelum, tonsil bergeser ke bawah melalui
foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medulla oblongata dan henti
nafas terjadi dengan cepat, perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan
TIK adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik ( pelebaran nadi) dan gagal
nafas. (price Sylvia A.2005: 1187)

E. KOMPLIKASI
1. Gangguan fungsi neurologis.
Jika tumor otak menyebabkan fungsi otak mengalami gangguan pada serebelum
maka akan menyebabkan pusing, ataksia ( kehilangan keseimbangan ) atau gaya
berjalan yang sempoyongan dan kecenderunan jatuh ke sisi yang lesu, otot-otot tidak
terkoordinasi dan ristagmus ( gerakan mata berirama tidak disengaja ) biasanya
menunjukkan gerakan horizontal

2. Gangguan kognitif.
Pada tumor otak akan menyebabkan fungsi otak mengalami gangguan sehingga
dampaknya kemampuan berfikir, memberikan rasional, termasuk proses mengingat,
menilai, orientasi, persepsi dan memerhatikan juga akan menurun.
3. Gangguan tidur & mood
Tumor otak bisa menyebabkan gangguan pada kelenjar pireal, sehingga hormone
melatonin menurun akibatnya akan terjadi resiko sulit tidur, badan malas, depresi,
dan penyakit melemahkan system lain dalam tubuh.

4. Disfungsi seksual
a. Pada wanita mempunyai kelenjar hipofisis yang mensekresi kuantitas prolaktin
yangberlebihan dengan menimbulkan amenurrea atau galaktorea (kelebihan atau
aliran spontan susu )
b. Pada pria dengan prolaktinoma dapat muncul dengan impotenidan
hipogonadisme.Gejala pada seksualitas biasanya berdampak pada hubungan dan
perubahan tingkat kepuasan.( nurse 87. wordpress.com )

F. PERIKSAAN PENUNJANG
1. CT Scan.
Memberi informasi spesifik mengenai jumlah, ukuran, kepadatan, jejas tumor dan
meluasnya edema serebral sekunder serta memberi informasi tentang sistem
vaskuler.

2. MRI.
Membantu dalam mendeteksi jejas yang kecil dan tumor didalam batang otak dan
daerah hiposisis, dimana tulang menggangu dalam gambaran yang menggunakan CT
Scan.

3. Biopsi Stereotaktik bantuan komputer (tiga dimensi)


Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberi dasar
pengobatan serta informasi prognosis.

4. Angiograf
Memberi gambaran pembuluh darahserebral dan letak tumor.
5. Elektroensefalografi (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat
memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang
G. PENATALAKSANAAN
Metode umum untuk penatalaksanaan tumor otak meliputi :

1. Pembedahan
Pembedahan intracranial biasanya dilakukan untuk seluruh tipe kondisi patologi dari
otak untuk mengurangi TIK dan mengangkat tumor.Pembedahan ini dilakukan
melalui pembukaan tengkorak, yang disebut dengan Craniotomy.

Perawatan pre operasi pada pasien yang dilakukan pembedahan intracranial adalah :
a. Mengkaji keadaan neurologi dan psikologi pasien
b. Memberi dukungan pasien dan keluarga untuk mengurangi perasaanperasaan
takut yang dialami.
c. Memberitahu prosedur tindakan yang akan dilakukan untuk meyakinkan pasien
dan mengurangi perasaan takut.
d. Menyiapkan lokasi pembedahan, yaitu: kepala dengan menggunakan shampo
antiseptik dan mencukur daerah kepala.
e. Menyiapkan keluarga untuk penampilan pasien yang dilakukan pembedahan,
meliputi :
1. Balutan kepala.
2. Edema dan ecchymosis yang biasanya terjadi dimuka.
3. Menurunnya status mental sementara.

Perawatan post operasi, meliputi :


a. Mengkaji status neurologi dan tanda-tanda vital setiap 30 menit untuk 4 - 6 jam
pertama setelah pembedahan dan kemudian setiap jam. Jika kondisi stabil pada 24
jam frekuensi pemeriksaan dapat diturunkan setiap 2 samapai 4 jam sekali.
b. Monitor adanya cardiac aritmia pada pembedahan fossa posterior akibat
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
c. Monitor intake dan output cairan pasien. Batasi intake cairan sekitar 1.500 cc /
hari.
d. Lakukan latihan ROM untuk semua ekstremitas setiap pergantian dinas.
e. Pasien dapat dibantu untuk alih posisi, batuk dan napas dalam setiap 2 jam.
f. Posisi kepala dapat ditinggikan 30 -35 derajat untuk meningkatkan aliran balik
dari kepala. Hindari fleksi posisi panggul dan leher.
g. Cek sesering mungkin balutan kepala dan drainage cairan yang keluar.
h. Lakukan pemeriksaan laboratorium secara rutin, seperti : pemeriksaan darah
lengkap, serum elektroit dan osmolaritas, PT, PTT, analisa gas darah.
i. Memberikan obat-obatan sebagaimana program, misalnya : antikonvulsi,antasida,
atau antihistamin reseptor, kortikosteroid.
j. Melakukan tindakan pencegahan terhadap komplikasi post operasi.
2. Radioterapi
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula merupakan
therapi tunggal. Adapun efek samping : kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri
karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis, radang tenggorkan.
3. Chemoterapi
Kemoterapi dilakukan dalam berbagai cara, termasuk secara sistemik, intracranial
atau dengan memasukkan polimer yang membawa agen kemoterapi secara langsung
ke jaringan tumor. Masalah utama dengan komplikasi depresi sum-sum tulang, paru,
dan hepar tetap merupakan factor penyulit utama dalam kemoterapi.Sawar darah otak
juga mempersulit pemberian agen kemoterapi.Penelitian sawar darah otak dengan
manitol hiperosmotik member hasil yang mengecewakan, penelitian mengenai
penggunaan dexametason untuk menutup sawar darah otak dan efek obat antiepilepsi
pada metabolism obat kemoterapi masih terus dilakukan dan mulai memberikan hasil.

4. Manipulasi hormonal.
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah bermetastase.
5. Terapi Steroid
Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial, namun tidak
berefek langsung terhada tumor.Pemilihan terapi ditentukan dengan tipe dan letak
dari tumor.Suatu kombinasi metode sering dilakukan.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJAN
Pengkajian merupakan tahap awal yang dilkukan perawat untuk mendapatkan
data yang dibutuhkan sebelum melakukan asuhan keperawatan . Pengkajian pada
pasien dapat dilakukan dengan teknik wawancara,pengukuran,dan pemeriksaan
fisik.tahap-tahapannya meliputi :
a. Anamnesa.
1. Identitas klien : usia, jenis, kelamin,pendidikan,alamat,pekerjaan,agama,suku
bangsa,dll.
2. Keluhan utama : nyeri kepala .
3. Riwayat penyakit sekarang :demam,anoreksia dan malaise peningkatan
tekanan intrakranial serta gejala nerologik fokal
4. Riwayat penyakit dahulu : pernah atau tidak menderita infeksi telingga (otitis
mediamestoiditis) atau infeksi paru (bronkiektasis, abses paru, empiema)
jantung (endokarditis) organ pelvis,gigi dan kulit.
b. Pemeriksaan fisik .
Keadaan umum :
Pola fungsional kesehatan.
1. Aktivitas / istirahat .
Gejala : Malaise .
Tanda : Ataksia,masalah berjalan,kelumpuhan .
2. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi seperti endokarditis
Tanda : Tekanan darah meningkat .
3. Eliminasi .Gejala : -
Tanda : Adanya inkontininsia .
4. Nutrisi .
Gejala : kehilangan nafsu makan.
Tanda :Anoreksia,mual,munth,turgor kulit jelek,membran mukosa kering.
5. Hygiene .
Gejala : -
Tanda : Ketergantungan semua kebutuhan,perawtan diri (pada masa akut).
6. Neurosensori .
Gejala : sakit kepala, parestesia, timbul kejang, gangguan penglihatan.
Tanda : penurunan status mental dan kesadaran. Kehilangan memori, sulit dalam
keputusan, afasia, mata : pupil unisokor (peningkatan TIK), nistagmus, kejang
umum lokal.
7. Nyeri / kenyamanan.
Gejala : sakit kepala mungkin akan diperburuk oleh ketegangan, leher / pungung
kaku.
Tanda : tampak terus terjaga, menangis / mengeluh.
8. Pernapasan .
Gejala : adanya riwayat infeksi sinus atau paru Tanda : peningkatan kerja
pernapasan (episode awal). Perubahan mental (letargi sampai koma) dan gelisah
.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas inefektif b.d gangguan fungsi otot pernafasan
2. Perubahan perfusi jaringan otak b.d kerusakan sirkulasi vaskuler serebral
3. Nyeri b.d Peningkatan TIK
4. Kebutuhan nutrisi tidak adekuat b.d anoreksia
5. Perubahan persepsi sensori visual b.d Penurunan ketajaman penglihatan

C. INTERVENSI

1. Pola nafas inefektif b.d gangguan fungsi otot pernafasan


Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan pola
nafas kembali efektif.

KH : RR normal

Sesak nafas berkurang.

INTERVENSI
a. Monitor frekuensi, irama, kedalaman pernafasan.
b. Posisikan pasien semi fowler untuk memaksimalkan ventilasi.
c. Berikan instruksi untuk latihan nafas dalam yang efektif.
d. Kolaborasi pemberian O2 sesuai indikasi.
Rasional :
a. Untuk mengetahui status pernafasan.
b. Dengan posisi semi fowler pasien lebih rileks dan penigkatan pengembangan
paru.
c. Menurunkan atelektasis.
d. Untuk mempertahankan kepatenan oksigen.

2. Perubahan perfusi jaringan otak b.d kerusakan sirkulasi vaskuler serebral


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
kerusakan jaringan cerebral tidak meluas.

KH : TIK menurun.

Jaringan nekrotik cerebral berkurang.

Sirkulasi vaskuler cerebral normal.

INTERVENSI
a. Tentukan faktor faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu atau yang
menyebabkan penurunan perfusi jaringan serebral dan potencial peningkatan
TIK.
b. Pantau /catat status neurologis secara teratur.
c. Perhatikan adanya gelisah yang meningkat, peningkatan keluhan.
d. Kolaborasi pemberian obat deuretik contohnya manitol (osmitrol), furosemide
(lasix)
Rasional
a. Penurunan tanda/gejala neurologis atau kegagalan dalam pemulihannya setelah
serangan awal mungkin menunjukkan bahwa pasien itu perlu dipindahkan
keperawatan intensif untuk mementau TIK atau pembedahan.
b. Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran dan potencial
peningkatan TIK bermanfaat dalam menentukan lokasi, perluasan, dan
perkembangan kerusakan SSP.
c. Petunjuk non verbal ini mengidentifikasi adanya peningkatan TIK.
Diuretik dapat digunakan pada fase akut untuk menurunkan TIK.

3. Nyeri b.d Peningkatan TIK

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan nyeri
berkurang/hilang.

KH :Pasien rileks.

Skala nyeri turun.

INTERVENSI
a. Kaji keluhan nyeri, intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, dengan skala 0-10.
b. Berikan lingkungan yang tenang.
c. Berikan kompres dingin pada kepala, pakaian dingin diatas mata
d. Kolaborasi pemberian analgetik seperti asetaminofen, kodein.

Rasional
a. Untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevalusi kefektifan dari
terapi yang diberikan.
b. Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitivitas pada cahaya dan
meningkatkan istirahat/relaksasi.
c. Meningkatkan vasokontriksi, menumpulkan resepsi sensori yang selanjutnya
akan menurunkan nyeri.
d. Diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat.

4. Kebutuhan nutrisi tidak adekuat b.d mual muntah


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
nutrisi pasien terpenuhi.
KH :Pasien menghabiskan porsi makan.

BB bertambah.

INTERVENSI
a. Awasi masukan, berikan makan sedikit dalam frekuensi sering.
b. Berikan perawatan mulut sebelum makan.
c. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
d. Kolaborasi pemberian diet tinggi kalori atau protein nabati.

Rasional
a. makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksia.
b. Menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan nafsu makan.
c. Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan.
d. Makanan suplementasi dapat meningkatkan pemasukannutrisi.
5. Perubahan persepsi sensori visual b.d Penurunan ketajaman penglihatan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan papil
edema (-).

KH :lapang pandang kembali normal

INTERVENSI
a. Kaji perubahan pada penglihatan.
b. Evaluasi keadaan pupil, catat ukuran, ketajaman, kesamaan antara kiri dan kanan
dan reaksinya terhadap cahaya .
c. Gunakan penerangan siang atau malam hari.
d. Rujuk pada ahli fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara, dan terapi kognitif.

Rasional
a. Gangguan penglihatan dapat diakibatkan oleh kerusakan mikroskopik pada otak.
b. Reaksi pupil didiatur oleh saraf oleh saraf kranial (III) dan berguna untuk
menentukan apakah batang otak masih baik.
c. Memberikan perasaan normal tentang pola perubahan waktu dan pola
tidur/bangun.
d. Dapat menciptakan rencana penatalaksanaan terintegrasi yang didasarkan atas
kombinasikemampuan/ketidakmampuan secara individu yang unik dengan
berfokus pada peningkatan evaluasi dan fungsi fisik, kognitif, dan ketrampilan
perceptual.
DAFTAR PUSTAKA

Barbara C. Long, alih bahasa R.Karnaen dkk, 1996, Perawatan Medikal Bedah. EGC,
Jakarta Barbara L. Bullock 1996, Patofisiology, Adaptasi and alterations infeksius
function, Fourth edition, Lipincott, Philadelpia
Brunner & Sudarth, 2003, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed 8 Vol 3 , EGC,
jakarta
Lynda Juall Carpenito, Alih bahasa Yasmin Asih, 1997, Diagnosa Keperawatan , ed 6,
EGC, Jakarta
Marilyn E. Doenges, et al, 1997, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
Doengoes, Marylin E & Moorhouse, 2000. Rencana Askep : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC
Smeltzer & Brenda. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai