Asuhan Keperawatan Pada Ny S
Asuhan Keperawatan Pada Ny S
A. PENGKAJIAN
I. Identitas Klien
Nama pasien : Ny. S.N
Umur : 46 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Pendidikan : SMP
Masuk rumah sakit : 6 Mei 2017
No RM : 0005146653
Ruangan : CICU RSHS Bandung
Tgl Pengkajian : 09 Mei 2017
P = Sonor
A = Bunyi nafas ronki basah (+)/(-), saturasi 92%
11. Jantung
I = Denyut Jantung tidak tampak, Ictus cordis tampak
12. Abdomen
I = Bentuk simetris
P = Timpani
Inguinal-Genital-Anus
0,16, Q patologis lead II, II, aVF, V3R, V4, V5R, ST elevasi 1-4 mm di lead
II, II, aVF, V3R, V5R, ST depresi 1-3mm dilead I,aVL, V5-V6, V7-V9, T
inversi di lead II, II, aVF, V3R, V5R, R/S di VI < 1, R V5/V6.
IX. Pengobatan
Alinamin 1x 40gr PO (vitamin b1 dan b2)
Laxadine 1x 50 PO (mengatasi susah BAB)
Diazepam 1 x5mg (antagonis kalsium)
Calos 3x1tab (pencegahan dan terapi untuk gangguan metabolisme atau
defisiensi Ca )
MP 500gr drop (methylprednisolone/ untuk immunosupresan/mengurangi
inflamasi)
Infus dextrose 5% 100 mL
Cefotaxim 3 x 1gr (antibiotik infeksi pernafasan)
Furosemid 1x40mg (mengurangi edema)
Dexametason 40mg drop (kortikosteroid)
B. PATOFISIOLOGI
Injuri atau inflamasi lapisan sel endotel arteri akan meningkatkan adhesi & agregasi
platelet yang akan menarik leukosit ke area injuri sehingga terjadi akumulasi
platelet, Kolesterol, dan komponen darah lain. Keadaan ini akan menstimulasi
proliferasi sel-sel otot halus dan jaringan konektif dinding pembuluh darah secara
abnormal yang mana akan juga terbentuk pembentukan lapisan lemak kekuning-
kuningan pada lapisan dalam arteri pembentukan plaq fibrous. Hal ini akan
menyebabkan penyempitan ukuran lumen arteri koroner dan berdampak pada
penurunan aliran darah ke miokardium (CAD). Suplai oksigen ke miokardium
menurun akan menyebabkan Iskemik Miokardium dan terjadi Peningkatan aktivitas
miokardium, metabolisme Anaerob serta produksi as. Laktat. Keadaan ini
mewnyebabkan stimulasi ujung-ujung saraf di miokardium yang mana dapat
menyebabkan nyeri dada (Angina Pectoris) sehingga aktivitas miokardium menurun
dan pada akhirnya rasa nyeri yang dirasakan akan meningkat.
PATOFISIOLOGI PADA KASUS PASIEN NY.SH
Infrak miokard
Iskemia miokardium Infrak transmiral
Infark subendokardial
Metabolisme anaerob PH
Fungsi ventrikel kiri gg kontraklitas
- Daya frontaksi 2. resti curah jantung
- Perubahan daya kembang & gerakan dinding
Produksi asam laktat
ventrikel
- Curah sekuncupnya Kompensasi curah jtg & perfusi
1. Nyeri
perifer
Refleks simpatis vasokontriksi sistem retensi
Perubahan hemodinamik NA dan air
Tekanan ventrikel kiri
progresif
- Iskemia jaringan Infark pada bagian papila dan korda Denyut jtg & daya kontraksi jtg
- Hipoksemia lendinae septum ventrikel dan gg perfusi perifer, perfusi
Kongesti pulmonalis
- Perubahan kontrol saraf otonom perikardium
- Gg metabolik koroner dan perfusi paru
- Ketida seimbangan elektrolit Beban akhir ventrikel kiri, daya dilatasi
Tekanan hidrostatik melebihi
Hipotensi asidosis tekanan osmotik ventrikel kiri
metabolik dan
Komplikasi pasca hipoksemia
Gg potensial aksi infark Pembesaran ventrikel kiri
4. Resti gg perfusi jar Edema paru
Hipertrofi ventrikel kiri
Perubahan elektrofisiologi 5. Resti kelebihan
Disfungsi otot papilaris defek Syok kakardiogenik
volume cairan
septum ventrikel ruptur
jantung, anurisme ventrikel, Pengembangan paru tidak optimal
Resti aritmia kematian
trombo embolisme perikarditis
Kelemahan fisik 6.Gg pemenuhan ADL 3. Resiko pola nafas tidak efektif
8.kecemasan 9. < pengetahuan 7.Koping individu & efektif 10. Resti ketidakpatuhan pengobatan
C. ANALISA DAN JUSTIFIKASI HASIL PENGKAJIAN
Pada kasus Ny. S tersebut diatas maka perawat harus segera bereaksi terhadap perilaku
pasien baik secara verbal maupun non verbal, melakukan validasi, membagi bereaksi
terhadap perilaku pasien dengan mempersepsikan, berfikir dan merasakan. Perawat
membantu pasien untuk mengurangi ketidaknyamanan baik fisik maupun psikologis,
ketidakmampuan pasien dalam menolong dirinya, serta mengevaluasi tindakan perawatan
yang sudah dilakukannya. Semua itu dapat diterapkan melalui pendakaan disiplin proses
keperawatan Orlando sebagai berikut :
1. Fase Reaksi Perawat.
Menutut George (1995) bahwa reaksi perawat dimana terjadi berbagi reaksi perawat dan
perilaku pasien dalam disiplin proses keperawatan teori Orlando identik dengan fase
pengkajian pada proses keperawatan.
Pengkajian difokuskan terhadap data-data yang relatif menunjukan kondisi yang
emergenci dan membahayakan bagi kehidupan pasien, data yang perlu dikaji pada kasus
diatas selain nyeri dada yang khas terhadap adanya gangguan sirkulasi koroner, juga
perlu dikaji lebih jauh adalah bagaimana kharakteristik nyeri dada meliputi apa yang
menjadi faktor pencetusnya, bagaimana kualitasnya, lokasinya, derajat dan waktunya.
Disamping itu dapatkan juga data adakah kesulitan bernafas, rasa sakit kepala, mual dan
muntah yang mungkin dapat menyertai keluhan nyeri dada.
Perawat perlu mengkaji perilaku pasien non verbal yang menunjukan bahwa pasien
memerlukan pertolongan segera seperti : tanda-tanda vital, pada kasus didapatkan
tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80 kali/menit, respirasi 26 kali/menit. Tampak gelisah
dan mengeluh sesak, banyak keluar keringat. Perlu juga dikaji bagaimana kondisi akral
apakah hangat atau dingin, CRT, kekuatan denyut nadi, Selanjutnya perawat perlu
mengetahui data-data lain seperti catatan dari tim kesehatan lain, hasil laboratorium dan
pemeriksaan diagnostik. Pada kasus didapatkan : EKG ST elevasi, diagnosa medis CAD
STEMI. Troponin T positif, CKMB meningkat.
2. Fase Nursing Action
Fase perencanaan pada proses keperawatan, sesuai dengan fase nursing action pada
disiplin proses keperawatan mencakup sharing reaction (analisa data), diagnosa
keperawatan, perencanaan dan tindakan keperawatan atau implementasi . Tujuannya
adalah selalu mengurangi akan kebutuhan pasien terhadap bantuan serta berhubngan
dengan peningkatan perilaku pasien.
Setelah mendapatkan data-data yang menunjukan perilaku pasien, menurut Orlando
perawat perlu melakukan sharing reaction yang identik dengan analisa data, sehingga
dapat ditentukan diagnosa keperawatan.
a. Diagnosa keperawatan
b. Rencana Keperawatan
Konsep orlando menekankan pada penetapan tujuan mempunyai target yang jelas
pencapaiannya pada setiap intervensi keperawatan yang akan diberikan pada pasien. Target
ini menjadi acuan dalam evaluasi keperawatan. Target harus dicapai secepatnya untuk
dievaluasi secepatnya.
Tujuan keperawatan pada diagnosa 1 adalah Curah jantung optimal setelah dilakukan
tindakan keperawatan dalam waktu 3 X 24 jam, sehingga resiko penurunan kardiac Out put
sangat kecil.
Tujuan keperawatan pada diagnosa 2 adalah Pola nafas efektif dalam pemenuhan kebutuhan
oksigen setelah 1x24 jam, sehingga suplay oksigen bisa terpenuhi keseluruh tubuh
Implementasi merupakan tindakan dari perencanaan dan juga merupkan fase tindakan
perawat dalam disiplin proses Orlando memperhatikan hanya pada keefektifan tindakan
dalam mengatasi kebutuhan yang segera dibantu.
Modifikasi yang dilakuan pada diangnosa keperawatan yang diangkat pada pasien Tn. SP
berdasarkan Doenges, et.al, 2000 untuk pasien dengan diagnosa CAD intervensi yang
dilakukan dapat berupa:
12. Cefazoline.
Rasional:
Merupakan anti biotika yang bekerja sebagai berspektrum luas yang dapat mencegah
pertumbuhan bakteri di darah maupun di paru (Tjay, T.H. & Rahardja, K., 2003).
Evaluasi :
Perawat harus mengevaluasi keefektifannya setelah selesai melakukan tindakan. kegagalan
evaluasi dapat menghasilkan tindakan yang tidak efektif termasuk kegagalan dalam
memenuhi kebutuhan pasien dan meningkatkan biaya perawatan. Dalam disiplin proses
keperawatan menurut teori Orlando, perawat mengobservasi tingkah laku pasien untuk
melihat apakah pasien sudah mendapat bantuan/terbantu secara optimal.
Hasil evaluasi dari diagnosa keperawatan yang muncul dalam kasus pasien Tn. SP adalah
1. Diagnosa potensial penurunan curah jantung, tidak sesuai dengan tujuan keperawatan
karena tidak tercapai tepat waktu, dimana mahasiswa sudah pindah ruangan.
2. Diagnosa ketidak efektifan bersihan jalan napas, sesuai dengan tujuan teratasi sesuai
dengan batas waktu yang ditetapkan mahasiswa.
3. Diagnosa Resti ketidak keseimbangan cairan dan elektrolit, sesuai dengan tujuan karena
tercapai pada batas waktu yang ditetapkan mahasiswa.
Pada penerapan teori Jan Orlando tidak mengakui adanya lingkungan secara luas, maka
dalam teori ini perlu dikolaborasi dengan teori lain karena setelah diagnosa pasien teratasi
diperlukan pencegahan agar tidak terulang. Untuk diagnosa 1, pada hari ke 3 tersebut
diagnosa ini teratasi sebagian sebelum mahasiswa pindah rotasi namun orlando tidak
mengenal masalah teratasi sebagian tapi apakah pasien sudah optimal terhindar dari masalah
yang dihadapi atau tidak, sehingga diagnosa teratasi sebagian tidak dikenal.
5. IMPLEMENTASI :
(terlampir dihalaman depan, dengan format yang berdasarkan teori Orlando)
6. EVALUASI :
(terlampir dihalaman depan, dengan format yang berdasarkan teori Orlando)
7. IDENTIFIKASI PROSEDUR KEPERAWATAN YANG BAIK ATAU KURANG
TEPAT DILAKUKAN DI RUANG PERAWATAN:
a. Pemantauaan hemodimika yang terencana dengan baik dengan pelaksanaan kolaboratif
yang tepat.
b. Pemantauan intake dan output yang sangat cepat dan baik dilakukan oleh perawat
c. Pemantauan alat - alat yang dipasang dengan cermat dan cepat pada klien seperti
sheringpump.
d. Pemberian Oksigenasi yang tepat pada pasien berdasarkan kondisi klinis yang ditemukan
pada pasien dengan tepat