Anda di halaman 1dari 7

Riwayat Hidup, Pendidikan dan Karir

Dr. Yusuf al-Qaradhawi lahir di Desa Shafat at-Turab, Mahallah al-Kubra, Gharbiah, Mesir,
pada 7 September 1926. Nama lengkapnya adalah Yusuf bin Abdullah bin Ali bin Yusuf.
Sedangkan al-Qaradhawi merupakan nama keluarga yang diambil dari nama daerah tempat
mereka berasal, yakni al-Qardhah.[1] Keluarga beliau adalah keluarga yang sederhana.
Ayahnya bernamata pencaharian sebagai petani dan juga berdagang, sedangkan pekerjaan
keluarga al-Qaradhwi dari pihak ibu adalah pedagang.[2]
Ayah al-Qaradhawi meninggal ketika ia berusia dua tahu. Oleh sebab itu beliau dipelihara oleh
pamannya. Paman yang memeliharanya itu sangat menyayanginya, sehingga al-Qaradhwi
kecil telah menganggap pamannya sebagai ayahnya sendiri dan anak-anak pamannya
dianggapnya saudara sendiri.[3]
Ketika berusia lima tahun al-Qaradhawi diantarkan oleh pamanny ke salah satu guru agama
yang disebut al-kuttb di desanya untuk belajar mengaji dan menghapal Al-Quran. Di tempat
tersebut al-Al-Qaradhawi terkenal sebagai seorang anak yang sangat cerdas. Dengan
kecerdasannya beliau mampu menghafal al-Quran dan menguasaihukum-hukum tajwidnya
dengan sangat baik.[4] Al-Qaradhawi menyempurnakan hafalan Al-Quran pada usia sepuluh
tahun, dengan bacaan bertajwid. Karena kemahirannya dalam bidang Al-Quran pada masa
remajanya, ia justru dipanggil mengajar di masjid-masjid.
Pada usia tujuh tahun, beliau masuk ke Madrasah Ilzamiyyah di bawah kementrian Pendidikan
untuk dengan namaSyaikh Al-Qaradhawi oleh orang di sekitar kampungnya, bahkan ia selalu
ditunjuk menjadi imam shalat, terutama shalat yang jahriyah. Setelah keluar dari madrasah
tersebut, beliau melanjutkan ke Madrasah Ibtida-iyyah Thantha, yang diselesaikannya dalam
waktu empat tahun. Kemudian pindah ke Madrasah Tsanawiyyah yang sama selama lima
tahun.[5]
Dia menyelesaikan sekolah dasar dan menengahnya di lembaga pendidikan itu dan selalu
menempati ranking pertama. Kecerdasannya telah tampak sejak dia kecil. Sehingga salah satu
gurunya memberi gelar al-lamah (sebuah gelar yang biasanya diberikan pada seseorang yang
memiliki ilmu yang sangat luas). Dia meraih ranking kedua untuk tingkat nasional, Mesir, pada
saat kelulusannya di sekolah Menengah Umum. Padahal waktu itu dia pernah dipenjarakan.
Setelah itu ia pergi ke Kairo untuk melanjutkan studinya di Perguruan Tinggi. akhirnya ia
masuk Fakultas Ushuluddin di Universitas al-Azhar. Ia berhasil memperoleh ijazah Perguruan
Tinggi pada tahun 1952-1953. Beliau meraih ranking pertama dari mahasiswa yang berjumlah
seratus delapan puluh. Kemudian dia memperoleh ijazah setingkat S2 dan memperoleh
rekomendasi untuk mengajar di fakultas Bahasa dan Sastra pada tahun 1954. Dia kembali
meraih ranking pertama dari tiga kuliah yang ada di al-Azhar dengan jumlah siswa lima ratus
orang. Pada tahun 1956, Dr. Yusuf al-Qaradhawi bekerja di bagian pengawasan bidang Agama
pada Kementrian Perwakafan di Mesir dengan aktivitas ceramah dan belajar berhitung, sejarah,
kesehatan dan lain-lain. Kemudian diangkat menjadi penilik lembaga al-A-Immah. Pada tahun
1958 dia memperoleh ijazah diploma dari Mahad Dirasat al-Arabiyah al-Aliyah dalam bidang
bahasa dan sastra.
Pada tahun 1959 beliaudipindahkan ke bagian administrasi umum untuk Tsaqafah Islamiyyah
di Universitas al-Azhar untuk mengawasi penerbitannya, dan bekerja dikantor seni pengelolaan
dakwah dan bimbingan. Sedang di tahun 1960 dia mendapatkan ijazah setingkat Master di
jurusan Ilmu-ilmu al-Quran dan Sunnah di fakultas Ushuluddin. Pada tahun 1973 dia berhasil
meraih gelar Doktor dengan peringkat summa cum laude dengan disertasi yang berjudul az-
Zakat wa Atsaruha fi Hill al-Masyakil al-Ijtimaiyyah (Zakat dan Pengaruhnya dalam
Memecahkan Masalah-masalah Sosial Kemasyarakatan).[6]
Dia terlambat memperoleh gelar doktornya karena situasi politik Mesir yang tidak menentu.
Pada tahun ini juga didirikan Fakultas Tarbiyah yang merupakan cikal bakal Universitas Qatar.
Kemudian ia dipindahkan ke sana untuk mendirikan sekaligus memimpin bagian Dirasah
Islamiyyah (Islamic Studies). Keterlambatannya meraih gelar doktoral itu bukannya tanpa
alasan. Sikap kritislah yang membuatnya baru bisa meraih gelar doktor pada tahun 1972. Untuk
menghindari kekejaman rezim yang berkuasa di Mesir, Al-Qaradhawi harus meninggalkan
tanah kelahirannya menuju Qatar pada tahun 1961. Di sana, ia sempat mendirikan Fakultas
Syariah di Universitas Qatar. Pada saat yang sama ia juga mendirikan mendirikan Pusat Kajian
Sejarah dan Sunnah Nabi. Ia mendapat kewarganegaraanQatar dan menjadikan Doha sebagai
tempat tinggalnya.[7]
Namun sebelum itu, ia sudah merasakan kerasnya kehidupan penjara. Saatberusia 23 tahun,
Al-Qaradhawi muda harus mendekam di penjara akibat keterlibatannya dalam pergerakan Al-
Ikhwnul Muslimn saat Mesir masih dijabat Raja Faruk tahun1949. Setelah bebas dari penjara,
ia lagi-lagi menyuarakan kebebasan. Karenakhutbah-khutbahnya yang keras, dan mengecam
ketidak adilan yang dilakukan rezim berkuasa, Ia harus berurusan dengan pihak berwajib.
Bahkan, ia sempat dilarang untuk memberikan khutbah di sebuah Masjid di daerah Zamalik.
Alasannya, khutbah-khutbahnya dinilai menciptakan opini umum tentang ketidakadilan rezim
saat itu. Akibatnya, tahun 1956 (April) ia kembali ditangkap saat terjadi Revolusi di Mesir.
Setelah beberapa bulan, pada Oktober 1956, Al-Qaradhawi kembali mendekam di penjara
militer selama dua tahun. Setelah berkali-kali mendekam dibalik jeruji besi,
Al-Qaradhawi akhirnya meninggalkan Mesir tahun 1961 menuju Qatar. Di Qatar ini,al-
Qaradhawi lebih leluasa mengungkapkan pemikiran-pemikiran nya. Pada tahun 1977, ia
merintis dan mendirikan Fakultas Syariah dan Dirasah Islamiyyah di Universitas Qatar.
Sebagaimana ia juga telah menjadi Direktur Pusat Pengkajian Sunnah dan Sirah Nabawiyyah
di Universitas Qatar, di samping posisinya sebagai dekan fakultas. Melalui bantuan universitas,
lembaga-lembaga keagamaan, dan yayasan-yayasan Islam di dunia Arab, Yusuf Al-Qaradhawi
sanggup melakukan kunjungan ke berbagai Negara Islam dan non-Islam untuk misi
keagamaan. Dalam tugas yang sama pada tahun 1989 ia mengunjungi Indonesia.[8]
Dalam berbagai kunjungannya ke Negara-negara lain, ia aktif mengikuti berbagai kegiatan
ilmiah seperti seminar danmuktamar. Misalnya, seminar hukum Islam di Libya, Muktamar
Pertama tarikh Islam di Beirut, Muktamar Internasional Pertama mengenai ekonomi Islam di
Mekkah, dan muktamar hukum Islam di Riyadh. Akhirnya, Dr. Yusuf al-Qaradhawi menjadi
salah seorang pengikut Jamaah Al-Ikhwnul Muslimin yang terkenal. Ia memiliki aktifitas
besar dalam penyebaran dakwah jamaah ini di Mesir pada saat dia berada di Mesir, dan juga di
luar Mesir, khususnya ketika ia berada di Qatar. Di saat itu Dr. Yusuf al-Qaradhawi mempunyai
aktifitas yang besar dan pengaruh yang tidak dapat ditutup-tutupi terhadap masyarakat di sana.
Aktivitas Dr. Yusuf al-Qaradhawi tidak terbatas pada penulisan buku saja, tetapi ia juga terlibat
langsung di berbagai media informatika, baik cetak maupun elektronik. Selain itu, ia juga
mempunyai andil yang sangat besar dalam beberapa acara di televisi. Acara ini dimanfaatkan
oleh Dr. Yusuf al-Qaradhawi untuk menyebarluaskan pemikiran dan fatwanya.

B. Latar Belakang Sosial dan Intelektual


Sejak ditaklukan oleh sahabat Amru bin Ash, Mesir telah melahirkan banyak ulama Islam. Dari
zaman klasik, ada Ibn al-Atsr atau Imam Asy-Syfi yang menghabiskan sebagaian besar
umurnya di sana. Di zaman moderen dan kebangkitan Islam ada ulama-ulama pembaharu ;
Jamaluddin al-Afghni, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. Hingga hari ini Mesir dengan
institusi al-Azhr-nya tetap melahirkan banyak ulama, salah satu ulama Mesir yang terkenal
adalah Ysuf al-Qaradhw.
Al-Qaradhwi lahir, tumbuh dan berkembang hingga masa anak-anaknya berlalu di sebuah
desa bernama Shaft Thurab. Di desa tersebut pernah tinggal salah seorang sahabat Rasulullah
saw yang ikut menaklukan Mesir pada saat pemerintahan Khalifah Umar yaitu Abdullah bin
Hrits. Sahabat yang mulia ini beristiri wanita Shaft Thurab beranak pinak dan meninggal di
sana. Sahabat ini telah menanamkan semangat untuk mendalami agama Islam di kepada
penduduk Shaft Thurab. Salah satu tradisi desa itu adalah adanya para guru agama yang
bertugas membimbing anak-anak untuk belajar agama dan menghapal Al-Quran.[9]Guru-guru
agama itu disebut al-kuttb, seperti dijelaskan di atas di salah satu kuttab itulah al-Qaradhwi
berhasil menghapal al-Quran di usia yang cukup belia.
Salah satu bukti betapa kuat tradisi intelektual/keulamaan dan ruh Islam di desa Shaft Thurab
menurut Muhammad al-Majdzb adalah penghargaan mereka terhadap kegiatan menghapal
Al-Qutran dan orang-orang yang berhasil menghapal Al-Quran. Penduduk desa menjuluki al-
Qaradhawi sebagai Syaikh al-Qaradhawi ketika melihat kecerdasan beliau dan
kemampuannya menghapal 30 juz dengan tajwid yang baik. Penduduk desa bahkan
mempersilakannya menjadi imam salat agar bacaannya bertambah baik, padahal usia beliau
waktu itu masih sekitar sepuluh tahun.[10] Di desa dengan suasana seperti itulah al-Qaradhw
menghabiskan masa kecilnya sebelum ia berhijrah ke Thanta untuk melanjutkan
pendidikannya.
Di Thanta lah beliau mulai bersentuhan dengan pemikiran-pemikiran Hasan al-Banna pendiri
gerakan al-Ikhwn al-Muslimn. Persentuahnnya dengan gagasan-gagasan al-Banna
membuatnya berani melepaskan diri dari sikap fanatik madzhab., sehingga meskipun ia dididik
di dalam lingkungan mazhab Hanafiyah ia tidak menjadi fanatik mazhab. Hal itu karena Hasan
al-Banna selalu menganjurkan anggota gerakannya untuk melepaskan diri dari sikap fanatik
dan mempertimbangkan pendapat ulama-ulama terdahulu berdasarkan Al-Quran dan sunah.
Anjuran itu banyak disampaikan di dalam karya a-Banna berjudul Rislah at-Talm.[11]
Sayyid Sbiq melalui bukunya Fiqh as-Sunnah juga mempengaruhi pemikiran al-Qaradhw
untuk tidak bersikap fanatik dan mengembalikan semua persoalan kepada Al-Quran dan
sunah.[12]
Meskipun dikenal sebagai seorang ulama dalam bidang fikih atau syariah, sebenarnya latar
belakang akademis al-Qaradhawi adalah ushuluddin yang diselesaikannya pada tahun 52-53
dengan sebagai peringkat pertama dari 180 mahasiswa. Setelah itu beliau melajutkan
memperdalam bahasa di Fakultas Bahasa Arab, kemudian memperdalam bidang Tafsir dan
Hadis.[13] Beliah mendalami syariat atau bidang hukum lebih pada kegelisahannya ataas
berbagai persoalan yang dihadapi umat seperti yang diakuinya sendiri di mukaddimah
bukuFatwa Mushirah. Beliau berhasil mempelajari syariat dengan sangat baik. Buku-buku
yang kerap beliau telaah sejak masa kecilnya antara lain al-Lubb, al-Ikhtiyr, Subul as-Salm,
Nail al-Authr, keduanya merupakan buku penjelasan atas hadis-hadis hukum dengan metode
perbandingan mazhab. Beliau juga sangat akrab dengan buku al-Muhallakarya Ibn Hazm sejak
masa mudanya.[14]
Ada beberapa tokoh yang cukup berpegangaruh terhadap sikap intelektual al-Qaradhwi, tokoh
yang paling berpengaruh padanya seperti yang diakuinya sendiri adalah Hasan al-Banna. Al-
Qaradhwawi kerap mengikuti al-Banna berkeliling ke beberapa tempat dan senantiasa
menyimak ceramah dan menelaah buku-bukunya. Tokoh lainnya adalah al-Bah al-Khail dan
Muhammad al-Ghazl sebagai dua sosok utama al-Ikhwn al-Muslimn. Pengaruh gerakan ini
memang sangat kuat terhadap al-Qaradhwi bahkan lebih kuat dari pengaruh pendidikan
resminya di al-Azhar.[15]
Dari kalangan ulama al-Azhar, al-Qardhwi banyak terpengaruh oleh beberapa tokoh antara
lain Muhammad Abdullah Darrz. Al-Qaradhwi mengagumi tokoh ini karena keluasan dan
orisinalitas ilmu dan pemikirannya yang terlihat terutama di dalam bukunyaFalsafah al-Akhlq
fi al-Islm. Ulama lain yang mempengaruhinya adalah Muhammad Syaltt, Abd al-Halm
Muhammad. Pada tokoh yang disebut terakhir, al-Qaradhwi mendalami filsafat Islam ketika
mengikuti kuliah Ushuluddin yang diampu Syaikh al-Azhar tersebut.[16]

C. Kontribusi dan Karya-Karyanya


Ysuf al-Qaradhwi adalah ulama yang memperhatikan hampir semua cabang keilmuan Islam,
terutama dalam fikih dan hadis. Selain itu beliau juga sangat peduli terhadap perkembangna
dakwah Islam dan kebangkitan ummat Islam. Beliau banyak mengarang buku tentang
kebangkitan Islam, atau as-sahwah al-islmiyyah. Beliau berkontribusi cukup besar di dalam
bidang-bidang tersebut. Gagasannya yang cukup tersebar luas misalnya Fikih Realitas (Fiqh
Wqi), Fikih Prioritas (Fiqh al-Aulawiyt). Fiqh al-Maqshid al-Syarah, Fikih perubahan
(Fiqh al-Tagyr), dan Fikih Keseimbangan (fiqh al-Muwzanah).
Karya al-Qaradhawi sesuai yang dilampirkan oleh penerbit Dr asy-Syurk di salah satu
karyanya yang diterbitkan oleh penerbit tersebut berjumlah 150 judul. Di sini hanya akan
disebutkan karya-karyanya dalam bidang fikih dan ilmu hadis, karena kedua bidang tersebut
lah yang bersentuhan langsung dengan penelitian ini. Di dalam bidang fikih dan ushul fikih,
ada banyak karya-karya yang beliau hasilkan. Karya-karya tersebut antara lain :[17]
1. Al-Hall wa al-Harm fi al-Islm
2. Fatwa al-Mushirah sebanyak tiga jlid
3. Taisr al-Fiqh : Fiqh as-Shiym
4. Al-Ijtihd fi asy-Syarah al-Islmiyyah
5. Madhkl li Dirsah asy-Syarah al-Islmiyyah
6. Min Fiqh ad-Daulah fi al-Islam
7. Taisir al-Fiqh li Muslimin al-Muashir
8. Al-Fatwa baina al-Indibat wa at-Tasayyub
9. Awamil as-Saah wa al-Marunah fi asy-Syarah al-Islmiyyah
10. Al-Fiqhu al-Islamiy Baina al-Ashl wa at-Tajdid
11. Al-Ijtihad al-Muashir baina al-Indibath wa al-Infirath
12. Fiqh az-Zakah
13. Fiqh al-Jihd
Di dalam bidang ilmu hadis dan Al-Quran atau seputar pemahaman terhadap sunah, al-
Qaradhawi menuliskan beberapa buku antara lain ;[18]
1. As-Shabru fi al-Qurn al-Karm
2. Al-Aqlu wa al-Ilmu fi al-Qurn al-Karm
3. Kaifa Natamal Maa al-Qurn al-Karm
4. Kaifa Natamal Maa as-Sunnah an-Nabawiyyah
5. Durs Fi at-Tafsr- Tafsr Surah ar-Rad
6. Al-Madkhal li Dirsah as-Sunnah an-Nabawiyyah
7. As-Sunnah an-Nabawiyyah Mashdar al-Marifah wa al-Hadhrah.
Pada bidang-bidang yang lain, al-Qaradhawi juga giat menulis dan menghasilkan banyak
karya. Di bidang akidah beliah menuliskan dua karya tentang wujud Allah dan hakikat
tauhid.[19] Beliau juga menulis di bidang akhlak sebanyak empat buku tentang membangun
akhlak dan kehifupan rabbani berdasarkan Al-Quran.[20] Sebagai aktivis dakwah al-
Qaradhwi menulis banyak buku seputar dakwah dan pembimbingan umat (tarbiyyah) menuju
kebangkitan Islam (as-Shahwah al-Islmiyyah). Pada daftar karyanya di bagian belakang buku
Kaifa Natamal disebutkan terdapat 32 judul buku.[21]
Karya-karyanya di dalam tema-tema wacana keislaman umum selain proyek fikih, dakwah dan
kebangkitan Islam yang memang ditekuninya ada sekitar 23 judul. Disamping menulis karya-
karya ilmiyah al-Qaradhawi juga menyempatkan diri untuk menuliskan syair-syair dalam
diwan. Jumlah syair yang telah ia gubah dan dipublikasikan ada empat judul. Tema-tema yang
diangkat al-Qaradhawi di dalam syairnya juga sama dengan tema-tema tulisan seriusnya,
mulai dari syair tentang Ysuf as-Shadq, ilmu, hingga tema kebngkitan Islam[22].Gagasan-
gagasan al-Qaradhawi yang dituangkan di dalam bentuk muhdarah atau makalah tercatat
sekitar 15 judul dengan tema yang beragam.
Di dalam penelitian ini, yang menjadi fokus pembahsan adalah pemikiran al-Qaradhwi
mengenai sunah, terutama di dalam hal metode atau kaidah memahaminya. Juga dibahas secara
ringkas implikasi metode tersebut di dalam beberapa fatwa-fatwanya yang merupakan produk
fikih dari beliau.
Selain berkarya dalam bentuk tulisan, al-Qaradhwi juga aktif menjadi pengurus bagi lembaga-
lembaga keislaman yang tersebar di beberapa negara. Menurut catatan Isham Talimah,
sebagaimana dikutip di dalam buku Otoritas Sunnah Non Tasyri`iyyah Menurut Yusuf al-
Qaradhawi karya DR. Tarmizi M.Jakfar, MA, ada beberapa lembaga dimana Al-Qaradhawi
menjadi anggotanya.
1. Anggota pada majelis Tinggi Pendidikan di Qatar dalam masa beberapa tahun.
2. Anggota Majelis Pusat Riset Kontribusi Kaum Muslimin dalam Peradaban yang berpusat
di Qatar.
3. Anggota Lembaga Fiqh Islam, yang berafiliasi pada Liga Muslim Dunia yang berpusat
di Makkah.
4. Tenaga Ahli Lembaga Riset Fiqh yang berada dibawah naungan Organisasi Konferensi
Islam (OKI).
5. Anggota Lembaga Riset Maliki untukPeradaban Islam Yayasan Ahli Bait di Yordania.
6. Anggota Dewan Penyantun Internasional Islamic University Islamabad Pakistan.
7. Anggota Dewan Penyantun pada Pusat Studi keislaman di Universitas Oxford.
8. Anggota Persatuan Sastra Islam.
9. Anggota Pendiri Organisasi Ekonomi Islam Di Kairo.
10. Anggota Bantuan Islam Internasional, yang berpusat di Kuwait.
11. Anggota Dewan Pengawas Internasional untuk Masalah Zakat Kuwait.
12. Anggota Dewan Penyantun Organisasi Dakwah Islam di Afrika yang Berpusat di
Khurthoum, Sudan.
13. Anggota Majelis Dana Islam untuk Zakat dan Sedekah di Qatar.
14. Anggota Dewan Penyantun Wakaf Islam untuk Majalah al-muslim al-Mu`ashir.
15. Ketua Majelis Keilmuan Pada Sekolah Tinggi Eropa untuk Studi Islam, Prancis.
16. Anggota Dewan Pengawas Pada Perusahaan al-Rajhi untuk investasi yang berpusat di
Arab Saudi.
17. Ketua Dewan Pengawas Bank Islam di Qatar.
18. Ketua Dewan Pengawas Bank Islam di Qatar Internasional.
19. Ketua Dewan Pengawas Bank Takwa di Swiss.
20. Anggota Yayasan Media Islam Internasional di Islamabad, Pakistan.
21. Ketua Majelis Organisasi Budaya al-Balagh untuk Pengabdian terhadap Islam melalui
internet.
22. Ketua Majelis Fatwa dan Riset untuk Eropa.
[1]Anjar Papaw. Biografi al-Qardhawi, http://berita.univpancasila.ac.id/berita-1759-
biografi-dr-yusuf-al-qaradhawi.html, akses 24 Mei 2012.
[2] Muhammad al-Majdzb, Ulam wa Mufakkirn Araftuhum, (Riydh : Dr asy-Syurk,
1992), hal 421.
[3] Ibid, hal 425.
[4] Ririn Fauziyah, Pemikiran Yusuf Qardhawi Mengenai Zakat Saham Dan Obligasi, skripsi
Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang (2010), hal 55.
[5] Ibid, hal 56.
[6] Umi Zulfah, Riba dan Bunga Bank Menurut Yusuf al-Qaradhawi : Kajian Atas Penafsiran
Yusuf al-Qaradhawi terhadap Q.S. al-Baqarah : 275 dalam Bukunya Fawid al-Bunk Hiya al-
Rib al-Harm, skripsi Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta (2004), hal 20
[7] Ibid.
[8] Ririn Fauziyah, Pemikiran Yusuf Qardhawi Mengenai..., hal 60.
[9] Muhammad al-Majdzb, Ulam wa Mufakkirn....hal 423.
[10] Ibid, hal 464-466.
[11] Ysuf al-Qaradhw, Fatwa-Fatwa Kontemporer, alih bahasa Asad Yasin, cet. ke-9,
(Jakarta : Gema Insani Press, 1995), hal 16.
[12] Ibid, hal 17.
[13] Muhammad al-Majdzb, Ulam wa Mufakkirn....hal 465.
[14] Shalh ad-Dn Sulthn, At-Takwn al-Ilmiyyah wa al-Fikr li al-Qardhw, (Qatar :
tnp, 1428 H), hal 11.
[15] Ibid, hal 467.
[16] Ibid.
[17] Ysuf al-Qaradhwi, Kaifa Natamal maa as-Sunnah an-Nabawiyyah, (Kairo: Dr asy-
Syurk,2004), hal 209.
[18] Ibid, hal 210
[19] Ibid.
[20] Ibid.
[21] Ibid, hal 211.
[22] Ibid, hal 212.

Anda mungkin juga menyukai