RS BAPTIS BATU
JL RAYA TLEKUNG NO 1
JUNREJO - BATU
DAFTAR ISI
ii
B. Penanggulangan Gedung Runtuh ............................................................. 49
iii
LEMBAR PENGESAHAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENJELASAN UMUM.
Bencana adalah situasi yang gawat dimana kehidupan sehari-hari mendadak
terganggu dan banyak orang terjerumus dalam keadaan tidak berdaya dan
menderita, kemudian mengakibatkan mereka membutuhkan pengobatan, perawatan,
perlindungan, makanan, pakaian, tempat penampungan dan lain-lain kebutuhan.
Bencana merupakan suatu keadaan yang tidak diharapkan, dan biaanya terjadi
secara tiba-tiba disertai oleh jatuhnya banyak korban jiwa manusia.
Keadaan ini bila tidak ditangani secara semestinya akan menghambat,
mengganggu dan merugikan kehidupan dan penghidupan masyarakat serta
pelaksanaan pembangunan.
Bencana dapat terjadi baik diluar maupun didalam RS. Baptis Batu.
B. PENGERTIAN.
Bencana atau musibah masal adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam atau manusia, yang mengakibatkan korban dan penderitaan,
kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasaraa umum ,
serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang mutlak memerlukan pertolongan dan bantuan.
1. MACAM BENCANA:
a. Bencana Alam (Natural Disaster):
Adalah bencana yang ditimbulkan oleh kekuatan alam, antara lain: Letusan
Gunung Berapi, Gempa Bumi, Tanah Longsor, Banjir, Kemarau panjang,
Kebakaran Hutan, Gelombang Tsunami, Angin Topan, Gelombang Panas, Gas
Beracun, Serangan Hama Tanaman, Wabah Penyakit dll.
1
b. Bencana karena ulah manusia ( Man Made Disaster)
Antara lain : Perang, Letusan Gas Kimia, Kecelakaan Radiasi, Polusi,
Keracunan, Kebakaran Gedung, Gedung runtuh, Kecelakaan Lalu Lintas ( Darat,
Laut, Udara), Kriminal Huru Hara, Kesalahan penanganan Bahan berbahaya, dll.
2. Siap Siaga:
Adalah keadaan siap setiap saat dan ditempat, bagi setiap orang dan
petugas serta instansi pelayanan kesehatan, untuk melakukan tindakan dan cara-
cara menghadapi bencana baik sebelum, sedang dan sesudah bencana.
3. Penanggulangan :
Adalah kegiatan pelayanan kesehatan yang meliputi pencegahan,
penyembuhan dan rehabilitasi baik sebelum, selama, maupun setelah terjadi
bencana, secara berdaya guna dan berhasil guna.
1. TUJUAN :
Disaster Plan RS.Baptis Batu bertujuan menyelamatkan jiwa, mencegah
kecacatan dan mencegah penyakit sebelum, selama, dan sesudah terjadi bencana.
2. SASARAN :
a. Korban Bencana
b. Masyarakat di daerah rawan bencana
2
BAB II
FASILITAS, SUMBER DAYA DAN PENGORGANISASIAN
Rumah Sakit Baptis Batu dengan Instalasi Gawat Daruratnya selalu siap siaga dan
siap melakukan penanggulangan bila sewaktu-waktu terjadi bencana.Berbagai fasilitas
dan sumber daya selalu diupayakan peningkatannya baik kualitas maupun kuantitasnya.
A. FASILITAS
Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS. Baptis Batu dilengkapi dengan fasilitas berupa:
1. Jam Kerja : Pelayanan 24 Jam per hari.
2. Lokasi :
Berada dibagian depan RS. Baptis Batu
Dekat dengan pelayanan Radiologi yang memberikan pelayanan 24 Jam per
hari.
Dekat dengan pelayanan Laboratorium yang memberikan pelayanan 24 Jam per
hari.
3. Halaman Parkir:
Cukup luas sehingga Mobil Ambulance atau Mobil pengangkut pasien dapat
akses langsung,bila terjadi bencana masal dengan siaga II,III,IV,maka areal
parkir dijadikan tempat penampungan sementara.
4. Ruang Tunggu :
Cukup luas, dekat dan nyaman.Dilengkapi dengan papan informasi.bila terjadi
bencana masal dengan siaga I,ruang tunggu IGD dijadikan tempat penampungan
sementara.
5. Ruang Triage:
Cukup memadai untuk melakukan Triage (seleksi Penderita).
3
6. Ruang Pelayanan:
a. Tersedia ruang resusitasi dekat dengan ruang Triage
b. Tersedia ruang surgical, medical dan observasi
7. Alat-alat Medis:
a. Suction automatic
b. Tabung Gas O2
c. Ambubag (dewasa, anak)
d. Laryngoscop (lurus, bengkok)
e. Pipa Endo Tracheal (ET) semua ukuran
f. Pipa Oropharyng (pipa S Guedel)
g. Spuit dan jarum berbagai ukuran
h. ECG portable
i. Infus set, tranfusi set
j. Brankart dan tiang infuse
k. Peralatan bedah minor
l. Water Sealed Drainage Set
m. Bidai / spalk berbagai jenis dan ukuran, perban, plester.
n. Naso Gastric Tube (NGT)
o. Folley Catheter segala ukuran
p. Vena sectie set
q. Benang dan jarum segala jenis dan ukuran
r. Otoskop
8. Cairan :
a. Infus :
- Dextrose 10 %, Dextrose 5%
- RL, NaCl 0,9%
- Hemacel
- Dextrose 5%-NaCl 0,9%. Dextrose 5%-NaCl 0,45%
- Dextrose 5%-NaCl 0,225%
- Manitol
4
b. Antiseptic
c. Alcohol 70%, bethadin, H2O2
9. Injeksi :
a. Sulfas Atropin
b. Adrenalin
c. Dexamethason
d. ATS 1500 mg
e. Tetanus Toxoid
f. Tetagam
g. Bicarbonate natricus
h. Dopamine
i. Dextrose 40%
11. Transportasi :
a. Mobil Ambulance
b. Mobil Jenazah
B. SUMBER DAYA
1. Kepala Instalasi Gawat Darurat seorang dokter umum dengan sertifikasi ATLS,
ACLS, PTC, TNT
2. Kepala Perawat Instalasi Gawat Darurat seorang Perawat D-III Keperawatan
dengan sertifikat BLS.
3. Dokter jaga Instalasi Gawat Darurat ada 5 orang dokter umum.
4. Dokter Spesialis Konsulen ada 13 bidang keahlian, yaitu: Dokter Ahli Bedah
Umum, Dokter Ahli Bedah Orthopaedi, Dokter Ahli Bedah Plastik, Dokter Ahli
Penyakit Dalam, Dokter Ahli Penyakit Anak, Dokter Ahli Penyakit Kandungan
dan Kebidanan, Dokter Ahli Jantung, Dokter Ahli Kedokteran Jiwa, Dokter Ahli
5
Penyakit Mata, Dokter Ahli Penyakit Syaraf, Dokter Ahli Panyakit THT, Dokter
Ahli Rehabilitasi Medik, Dokter Ahli Anestesi.
5. Tenaga pelaksana terdiri dari:
a. 6 orang D-III Perawatan dengan sertifikasi PPGD
b. 2 orang S- I keperawatan dengan sertifikasi PPGD
c. 3 orang Pekarya dengan sertifikasi BLS
C. PENGORGANISASIAN.
Untuk mempermudah dalam teknis operasional menghadapi bencana atau
musibah massal, RS. Baptis Batu membentuk Team Penanggulangan Musibah
Masal, sebagai berikut :
6
12) Dokter Spesialis Konsulen
7
- Jenis musibah (natural/man made disaster)
- Estimasi jumlah korban
b. Menginstruksikan Team Pelaksana Lapangan menuju lokasi
bencana/musibah massal. Team Pelaksana Lapangan : Kepala Instalasi
Gawat Darurat (sebagai ketua team), Perawat (diupayakan yang lepas dinas),
Sopir Ambulance.
c. Mengingatkan peralatan Team Pelaksana : Sarana IVFD lengkap, RJP set,
Bidai set, First Drug Aids.
d. Menginstruksikan pengiriman Ambulance ke lokasi musibah dengan sopir,
perawat, dilengkapi Oksigen set, P3K set, RJP set.
e. Memberikan tugas pokok Team Pelaksana Lapangan:
f. Triage korban di tempat kejadian.
g. Stabilisasi korban
h. Evakuasi korban
i. Menugaskan dokter jaga IGD beserta staff IGD dan kalau perlu dibantu
personil dari Unit lain dalam RS Baptis Batu (Team Pelaksana Intern) untuk
melakukan persiapan penerimaan korban di IGD.
j. Secara priodik (tiap jam ) memberi informasi ke dokter jaga, tentang :
- kebutuhan tambahan sarana dan prasarana yang diperlukan.
- Jumlah korban dan klasifikasinya (label merah, putih, kuning, hijau dan
hitam)
k. Bekerja sama dengan team medis lain (dari rumah sakit lain)
l. Bekerja sama dengan team non medis terutama keamanan yaitu Polisi, Polisi
Pamong Praja, TNI untuk pengamanan lokasi, penertiban penunjang.
m. Bertanggungjawab terhadap Direktur RS Baptis Batu.
8
4. KA PERAWAT IGD:
a. Melakukan tindakan sesuai Instruksi Dokter.
b. Mengkoordinasi semua Perawat untuk melakukan tindakan sesuai instruksi
Dokter.
c. Bertanggungjawab kepada Kepala IGD.
5. PERAWAT IGD:
a. Melaksanakan sepenuhnya semua instruksi Dokter (dilokasi kejadian/di
IGD) dibawah koordinasi Ka Perawat IGD.
b. Bertanggungjawab kepada Dokter pemberi instruksi.
6. SOPIR AMBULANCE:
a. Melaksanakan instruksi dalam evakuasi korban
b. Memonitor, mengusulkan perlengkapan fasilitas ambulance.
c. Harus selalu mematuhi rambu-rambu lalu-lintas seperti kendaraan lainnya,
tidak ada dispensasi.
7. SATPAM:
a. Melaksanakan pengamanan di IGD RS Baptis Batu.
b. Mengatur keluarga penderita dan warga sekitar agar tidak mengganggu
pelayanan.
c. Bertanggung jawab kepada Kepala IGD.
9
8. MANAJERKEPERAWATAN:
a. Mengkoordinir perawat di ruangan untuk membantu pelayanan di IGD bila
diperlukan
b. Memerintah kepada semua kepala ruang agar mempersiapkan ruang
penampungan/perawatan bagi korban musibah massal.
10
e. Mengkoordinir petugas kamar operasi dalam pelaksanaan pelayanan operasi
bagi korban musibah masal.
b. SIAGA I
1). Jumlah Korban : 6 25 orang
c. SIAGA II
1). Jumlah Korban : 26 50 orang
2). Pelaksana : 1) Pelaksana Siaga I
2) Dibantu oleh semua anggota Team
11
Penanggulangan Musibah Masal RS Baptis Batu:
i) on duty
ii) on call.
d. SIAGA III
1). Jumlah Korban : 51 100 orang
2). Pelaksana : 1) Pelaksana Siaga II
2) Dibantu oleh semua angota Team
Penanggulangan Musibah Masal RS Baptis Batu
of duty
3) Dibantu juga oleh staff RS Baptis Batu.
e. SIAGA IV
1). Jumlah Korban : lebih dari 100 orang
2). Pelaksana : 1) Pelaksana Siaga III
2) Dibantu/melibatkan Team dari Rumah Sakit lain
diluar RS Baptis Batu.
12
BAB III
FASE-FASE PENANGGULANGAN MUSIBAH MASSAL
YANG TERJADI DI LUAR RS BAPTIS BATU
A. FASE INFORMASI.
1. Bencana atau musibah masal yang terjadi di luar RS Baptis Batu tidak akan
diketahui oleh petugas RS Baptis Batu, khususnya Petugas IGD apalagi bila
lokasi musibah masal berada jauh dari RS Baptis Batu.
2. Berita adanya bencana atau musibah masal dapat datang dari masyarakat, polisi
atau pemadam kebakaran ke bagian informasi RS Baptis Batu dengan nomor
telepon (0341) 5044505 atau (0341) 594161 ext. 301, atau informan datang
langsung ke bagian informasi RS Baptis Batu.
3. Petugas Informasi bertugas:
a. Menerima dengan sopan dan seksama informasi tentang musibah masal
b. Menanyakan kepada informan tentang :
- Lokasi musibah masal : kecamatan, desa, RT/RW, dihutan, dijalan raya,
sungai, rawa-rawa dll.
- Jenis musibah masal : natural disaster, man disaster.
- Estimasi jumlah korban.
c. Melaporkan segera kepada Team Penanggulangan Musibah Masal RS Baptis
Batu, yaitu :
- Pada jam kerja :
(a) Kepada Direktur RS Baptis Batu dan
(b) Kepada Kepala IGD RS Baptis Batu.
d. Diluar jam kerja :
(a) Kepada dokter jaga IGD RS. Baptis Batu
(b) Berusaha menghubungi Direktur RS Baptis Batu.
(c) Berusaha menghubungi Kepala IGD RS Baptis Batu
(i) Isi laporan:
1. Sesuai dengan yang diterima dari informan.
2. Meliputi :
a. Lokasi musibah masal
13
b. Jenis musibah masal
c. Estimasi jumlah korban
e. Selalu memantau dan menampung segala informasi yang masuk tentang
musibah masal yang terjadi dan segera melaporkan kepada Direktur RS
Baptis Batu atau kepada Kepala IGD RS Baptis Batu atau kepada dokter jaga
RS Baptis Batu.
f. Untuk komunikasi menggunakan :
- Telepon extern : Untuk komunikasi dengan luar RS Baptis Batu
- Telepon intern : Untuk komunikasi dengan bagian intern RS
Baptis Batu.
B. FASE SIAGA
1. Direktur RS Baptis Batu:
14
d Tabung Oksigen yang penuh
e Obat-obat life saving dll
2. Mengkoordinir anggota Team Pelaksana Lapangan untuk
menuju tempat kejadian Musibah Masal.
3. Menginstruksikan untuk membawa mobil ambulance beserta
petugas segera menuju tempat kejadian musibah masal
dengan membawa peralatan yang telah dipersiapkan.
3. Perawat
Bertugas : Mempersiapkan dan melengkapi alat-alat yang akan dibawa
ketempat kejadian musibah masal:
1. Sarana IVFD lengkap
2. RJP set
3. PPPK set
4. Tabung Oksigen yang penuh
5. Obat-obatan life saving dll.
4. Sopir Ambulance:
Bertugas : Mempersiapkan Mobil Ambulance sehingga laik jalan untuk
transportasi/evakuasi korban musibah masal dan untuk
transportasi petugas Team Pelaksana Lapangan maupun alat-
alat.
15
C. FASE PELAKSANAAN
1. TAHAP PRA RS BAPTIS BATU:
16
timbul nafas dan nadi spontan.
iii) Bila korban dapat atau sudah dapat bernafas spontan
dengan baik maka korban diletakkan dalam posisi miring
stabil ( posisi mantap )
iv) caranya :
(1) Satu lutut difleksikan.
(2) Satu lengan yang sepihak diletakkan dibawah pantat,
lengan yang lain difleksikan didepan dada.
(3) Pelan pelan diguligkan kearah yang sepihak dengan
lutut yang fleksi.
(4) Kepala di ekstensikan, lengan yang fleksi didepan
dada diletakkan mengganjal rahang bewah (agar tidak
terguling ke depan )
v) Segera membawa korban dengan mobil gawat darurat ke
IGD RS Baptis Batu dalam posisi mantap dengan
didampingi dua orang paramedis.
vi) Bila nadi dan nafas spontan belum timbu korban dapat
segera dibawa ke IGD RS Baptis Batu dengan mobil
gawat darurat dan selama dalam perjalanan tetap terus
dilakukan Bantuan Hidup Dasar.
vii) Bila bantuan Hidup Dasar sudah dilakukan lebih dari 30
menit atau penolong sudah kelelahan,sedangkan nadi dan
nafas spontan belu timbul,maka bantuan hidup Dasar
dapat dihentikan dan korban dapat dinyatakan meninggal
dunia.
viii) Segera menghentikan perdarahan luar yang hebat
dengan balut tekan, bila korban syok karena terlalu
banyak mengeluarkan darah maka segera pasang IVFD
RL/NACL dan kemudian segera bawa korban ke IGD RS
Baptis Batu dengan mobil ambulance Gawat Darurat
didampngi oleh 2 orang paramedis.
17
b) Prioritas kedua pada korban gawat tidak darurat (label
putih ):
i) Korban coma atau syok dengan jantung dan paru masih
berfungsi tetapi sangat lemah: segera dikirim ke IGD
Rumah Sakit Baptis Batu dengan mobil ambulance gawat
darurat dalam posisi mantap dan didampingi 2 orang
paramedis.
ii) Korban luka parah atau sangat berat,dengan multiple
trauma disertai banyak perdarahan :
(1) Diberikan kompres kassa steril dibasahi NACL 0,9 %,
(2) Lakukan pembidaian pada fraktur tulang dan
selanjutnya dikirim dengan mobil ambulancegawat
darurat ke IGD RS Baptis Batu dengan di dampingi 2
orang paramedis.
18
4) Selalu memberi informasi kepada Direktur RS Baptis Batu
tentang :
a) jumlah korban dan klasifikasinya (label merah,putih,kuning,
hijau dan hitam)
b) kebutuhan tambahan obat-obatan dan peralatan medis.
c) kebutuhan tambahan transpotasi,ambulance dll
d. Sopir Ambulance:
Bertugas : 1). Melaksanakan evakuasi dalam evakuasi korban.
2). Memonitor dan mengusulkan penambahan perlengkapan
19
fasilitas dan penambahan ambulance.
3). Harus mematuhi rambu-rambu lalu-lintas seperti kendaraan
lainnya, tak ada dispensasi.
4). Kecepatan yang diwajibkan :
a. Waktu berangkat/keadaan kosong : 60 km/jam,
boleh membunyikan sirene dan menyalakan lampu
rotary.
b. Waktu pulang/berisi korban : 40 km/jam,
matikan sirene dan tetap nyalakan lampu rotary.
5). Bertanggung jawab kepada Ketua Team Pelaksana Lapangan
(penanggung jawab IGD RS Baptis Batu).
20
5). Sebagai nara sumber tunggal terhadap media masa.
6). Bertanggung jawab kepada kepala DKK Kota Batu.
21
iii) Prioritas ketiga pada korban darurat-tidak gawat
(label kuning)
(1) Bawa korban ke ruang pelayanan gawat darurat
sesuai dengan penyakit/kasusnya.
(2) Penyakit/kasus bedah ke ruang surgical.
(3) Penyakit/kasus non bedah keruang medical.
(4) Memberikan terapi kepada korban sesuai dengan
penyakit atau kasusnya.
(5) Korban yang memerlukan rawat inap segera kirim
ke ruang perawatan sesuai dengan
penyakit/kasusunya
(6) Korban yang tidak memerlukan rawat inap
diperbolehkan pulang dengan dipesan untuk
kontrol/periksa kembali ke RS Baptis Batu bila:
(a) Obat sudah habis tetapi penyakit belum
sembuh.
(b) Obat belum habis tetapi penyakit bertambah
parah atau ada tambahan gejala penyakit yang
lain.
22
2). Bertanggung jawab kepada dokter pemberi instruksi.
d.Dokter-dokter Ahli :
Bertugas : 1). Menerima konsulen dari dokter IGD RS Baptis Batu.
2). Melakukan penanganan kegawat daruratan korban musibah
masal sesuai dengan bidang keahliannya.
e.Manajer Keperawatan:
Bertugas : 1). Mengkoordinasi perawat di ruangan untuk memantu
pelayanan di IGD RS BAPTIS BATU bila diperlukan.
2). Memerintahkan kepada semua Kepala Ruang beserta perawat
di ruang perawatan dan melakukan tindak lanjut perawatan
kepada korban musibah masal yang dirawat inap sesuai
dengan instruksi dokter yang menangani korban tersebut
23
i. Kepala Instalasi Radiologi
Bertugas : Mengkoordinir seluruh petugas radiologi untuk memberikan
pelayanan radiologi bagi korban musibah masal.
k. Satpam
Bertugas : 1). Melakukan pengaturan arus mobil ambulance dihalaman
parker RS Baptis Batu.
2). Melaksanakan pengamanan IGD dan semua tempat di RS
Baptis Batu.
3). Mengatur keluarga penderita dan warga sekitar agar tidak
mengganggu pelayanan kepada korban musibah masal.
24
1. Prioritas penanganan pasien berdasarkan hasil triase; terutama pada
Tujuan: keadaan bencana/ disaster.
2. Agar kondisi kegawatdaruratan penderita dapat segera diketahui dan
segera pula diatasi dengan tepat dan cepat.
3. Mencegah kematian dan kecacatan yang tak perlu.
1. Triase dalam pelaksanaannya dibedakan antara Triase dalam
Kebijakan: keadaan sehari-hari dan Triase dalam keadaan bencana/ disaster.
2. Triase dilakukan oleh dokter; dalam keadaan bencana dibantu oleh
perawat.
3. Triase dalam keadaan bencana memakai label.
4. Triase dalam keadaan bencana/ dissaster digunakan untuk
menentukan prioritas penanganan pasien berdasarkan beratnya
cedera dan/atau kegawatan pasien serta probabilitas hidupnya (label
merah didahulukan).
25
A. Triase dalam keadaan bencana/ dissaster:
Prosedur: 1. Dokter memeriksa kondisi korban secara singkat dan cermat.
2. Dokter segera menentukan tingkat kegawatdaruratan korban.
3. Dokter bersama petugas memberikan label: hijau, kuning,
merah, putih atau hitam untuk setiap korban sesuai dengan
tingkat kegawatdaruratan yaitu :
a. Label Hijau : Diberikan untuk korban tidak gawat dan
tidak darurat (P3) yaitu korban yang tidak luka dan tidak ada
gangguan kesadaran / jiwa
b. Label Kuning : Diberikan untuk korban darurat tidak gawat
(P2), yaitu korban dengan luka-luka ringan, tidak ada
gangguan sistem respirasi dan atau kardiovaskuler
c. Label Merah : Diberikan untuk korban gawat darurat (P0),
yaitu korban cedera sehingga terjadi gangguan pada sistem
respirasi yang mengancam henti napas dan atau ada
gangguan sistem kardiovaskuler yang mengancam henti
jantung atau korban yang diketahui baru saja terlihat henti
napas atau dan henti jantung.
d. Label Putih : Diberikan untuk korban gawat tidak darurat
(P1) yaitu korban dengan cedera sangat berat atau parah atau
dalam keadaan koma dengan prognosis ad malam (jelek)
e. Label Hitam : Diberikan untuk korban yang sudah
meninggal dunia.
4. Pada saat terjadi musibah massal, dokter jaga menetapkan status
terjadinya musibah massal; tergantung dari banyaknya pasien
yang datang.
Unit Terkait: 1. Instalasi Rawat Inap
2. Instalasi Kamar Operasi
3. Kamar Jenazah
4. Instalasi Farmasi
26
PROTAP Resusitasi Jantung Paru/Bantuan Hidup Dasar (PR/PT/IGD/06):
Tujuan: Agar nyawa penderita henti jantung dan/atau henti paru segera bisa
diselamatkan dan tidak memberikan gejala sisa.
Kebijakan: 1. Setiap pasien dengan henti jantung dan/atau henti paru di IGD RS
BAPTIS BATU segera dilakukan Resusitasi Jantung Paru agar
jiwanya dapat diselamatkan.
2. Setiap petugas IGD RS BAPTIS BATU harus mampu melakukan
Resusitasi Jantung Paru / Bantuan Hidup Dasar.
27
Prosedur: 1) Periksa respon:
a) Petugas IGD RS BAPTIS BATU segera memeriksa ada tidaknya
cedera dan tentukan ada respon atau tidak.
b) Tepuk atau guncangkan secara halus, panggil atau tanya.
c) Bila diduga ada trauma kepala atau leher, pasien tak boleh
digerakkan kecuali bila benar-benar diperlukan.
2) Aktifkan sistem pelayanan emergensi yang ada:
Bila terjadi di luar RS BAPTIS BATU:
a) panggil bantuan,
b) sebutkan jenis bantuan yang diperlukan,
c) lokasi korban,
d) nomor telpon yang digunakan,
e) apa yang terjadi,
f) jumlah orang yang memerlukan pertolongan
g) kondisi korban, dan informasi lainnya.
28
Prosedur e) Buka jalan nafas:
(lanjutan): i) Bila korban tak berrespon/tak sadar lakukan manuver head
tilt-chin lift untuk membuka jalan nafas, dengan syarat
pasien tak ada bukti trauma kepala atau leher.
ii) Bila dicurigai adanya trauma leher lakukan manuver jaw-
thrust.
iii) Bila ada benda asing yang terlihat atau muntahan, segera
keluarkan dari dalam mulut dengan jari tangan yang memakai
sarung tangan. Benda yang keras dapat dikeluarkan dengan jari
telunjuk, sementara tangan yang lain tetap mempertahankan
lidah dan rahang.
5) Manuver jaw-thrust:
Letakkan tangan penolong pada masing-masing sisi kepala korban,
letakkan siku penolong pada bidang dimana korban berbaring. Raih
sudut rahang bawah korban dan angkat dengan ke dua tangan. Bila
bibir korban terkatup, regangkan atau buka dengan ibu jari ke dua
tangan.
6) BREATHING (Pernafasan):
a) Periksa ada tidaknya nafas:
i) Tempatkan telinga penolong dekat mulut dan hidung korban
sambil tetap membuka jalan nafas. Sambil memperhatikan
dada korban lakukan:
29
(1) Look: lihat ada tidaknya pergerakan dada;
(2) Listen: dengar ada tidaknya hembusan nafas;
7) CIRCULATION (Sirkulasi)
a) Periksa ada tidaknya tanda-tanda sirkulasi;
i) Setelah pemberian bantuan nafas awal, periksa adanya
pernafasan normal, batuk atau gerakan dari korban sebagai
respon terhadap bantuan nafas yang diberikan. Sekaligus
periksa ada tidaknya nadi karotis jangan lebih dari 10 detik.
ii) Periksa denyut nadi arteri karotis adalah dengan
mempertahankan posisi kepala (head tilt) dengan satu tangan.
Raba trakhea dengan 2 atau 3 jari tangan yang lain, geser jari-
jari tersebut ke lateral sisi penolong hingga celah antara
trakhea dan otot. Gunakan tekanan yang lembut saja sehingga
tidak menekan arterinya. Bila denyut arteri karotis tak teraba
lakukan kompresi dada.
Prosedur
(lanjutan): b) Kompresi dada:
i) Jari penolong mencari arkus kosta bagian bawah.
ii) Ditelusuri ke atas hingga teraba bagian terbawah sternum.
iii) Taruh salah satu pangkal tangan pada bagian separuh bawah
sternum, dan taruh tangan yang satu lagi di atas punggungn
tangan yang pertama, sehingga tangan dalam keadaan paralel.
Pastikan sumbu pangkal tangan tepat pada sumbu sternum
iv) Jari-jari tangan dapat dibiarkan terbuka atau saling mengunci
satu sama lain tetapi jangan menekan dada
v) Usahakan mendapatkan posisi yang tepat di sternum dengan
cara meletakkan pangkal tangan penolong diantara ke dua
papilla mammae.
vi) Lakukan kompresi yang efektif dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
(1) Posisi siku tidak menekuk, posisi lengan tegak lurus
dengan dada korban.
(2) Tekan sternum kira-kira 4-5 cm untuk orang dewasa
ukuran sedang.
(3) Lepaskan tekanan hingga dada kembali ke posisi normal
agar darah masuk
30 ke dada dan jantung, posisi tangan tetap
menempel di sternum.
(4) Lakukan 15 kali kompresi dada, pastikan dada kembali ke
f) Jangan berhenti RJP kecuali karena keadaan khusus.
g) Bila didapatkan adanya pernafasan yang adekuat dan adanya
tanda-tanda sirkulasi, pertahankan jalan nafas tetap terbuka dan
posisikan dalam posisi mantap; dengan cara:
i) Satu lutut difleksikan.
ii) Satu lengan yang sepihak diletakkan dibawah pantat, lengan
yang lain difleksikan didepan dada.
iii) Pelan pelan diguligkan kearah yang sepihak dengan lutut yang
fleksi.
iv) Kepala di ekstensikan, lengan yang fleksi didepan dada
diletakkan mengganjal rahang bewah (agar tidak terguling ke
depan )
31
BAB IV
PELAKSANAAN PENANGGULANGAN MUSIBAH MASSAL YANG TERJADI
DILUAR RS BAPTIS BATU
32
(b) Korban dengan kondisi gawat tidak darurat (label putih):
(i) Bila terjadi multiple trauma sangat parah/berat segera atasi
perdarahan dengan balut tekan dan kompres luka-luka dengan
kassa yang dibasahi NaCl 0,9 % dan pasang IVFD RL/Nacl.
(ii) Bila terjadi trauma capitis dengan coma segera posisikan dan
pertahankan agar jalan nafas tetap lancer.
(iii)Selanjutnya segera bawa korban dengan mobil ambulance ke IGD
RS Baptis Batu didampingi 2 orang perawat yang terampil dan
mampu melaksanakan penanganan kegawatdaruratan.
(d) Korban dengan kondisi tidak gawat tidak darurat (label hijau):
Korban tidak ada luka dan tidak ada gangguan jiwa/kesadaran
dapat dilakukan.
33
b. Dokter jaga IGD dibantu perawat di IGD RS Baptis Batu segera melakukan
penanganan korban KLL masal di IGD RSBB dengan urutan prioritas sbb:
34
(ii) Bila kamar jenazah RS Baptis Batu penuh atau diperlukan
pemeriksaan autopsy maka kirim ke RS Saiful Anwar dengan
mobil jenazah RS Baptis Batu.
35
(iii)Lepaskan pakaian korban yang terkena tumpahan/muntahan
makanan/minuman.
(iv) Basuh dengan air tubuh korban yang tekena tumpahan/muntahan
makanan/minuman.
(v) Selanjutnya kirim korban ke IGD RS Baptis Batu dengan mobil
ambulance gawat darurat, pasang o2 5 lt/mnt, didampingi oleh 2
orang perawat yang terampil dan mampu melaksanakan RJP-
BHD.
36
2. Tahap di RS Baptis Batu:
a. Dokter jaga IGD segera melakukan triage ulang ketika korban keracunan
masal tiba di IGD RS Baptis Batu sesuai dengan Prosedur Tetap Triage.
Protap Triase dapat dilihat pada halaman 16.
b. Dokter jaga IGD dibantu dokter IGD lainnya dan perawat di IGD RS Baptis
Batu segera melakukan penanganan korban sesuai dengan uutan prioritas
sbb:
37
(ii) Kalau korban belum dapat muntah maka lakukan pemaangan
Naso Gastric Tube dan lakukan pencucian lambung dengan air
bersih/jernih sampai bersih dan tidak berbau.
(iii)Selesai pencucian lambung berikan norit atau antacid personde
dan therapy lainnya sesuai dengan keluhan/ kondisi korban.
38
BAB V
FASE-FASE PENANGGULANGAN MUSIBAH MASAL
YANG TERJADI DI DALAM RS BAPTIS BATU
A. FASE INFORMASI
Informasi adanya musibah masal yang terjadi di dalam RS Baptis Batu dapat datang
dari karyawan RS Baptis Batu, pengunjung atau dari pasien. Pengunjung atau pasien
yang mengetahui adanya musibah masal yang terjadi RS Baptis Batuakan
menyampaikan kepada karyawan RS Baptis Batu yang ditemuinya. Kemudian
Karyawan RS Baptis Batu yang menerima informasi atau mengetahui adanya
musibah masal tersebut harus segera memberitahu kepada petugas informasi RS
Baptis Batu dengan nomor extension 0 atau 117 atau informan dapat langsung
datang memberitahukan secara lisan kepada petugas informasi.
1. PETUGAS INFORMASI:
Bertugas : 1) Menerima dengan sopan dan seksama informasi tentang
musibah masal yang menimpa RS Baptis Batu.
2) Menanyakan kepada informan tentang :
a) Lokasi musibah masal : unit, ruangan, kamar, luasnya dll.
b) Jenis musibah : banjir, kebakaran dll.
c) Perkiraan jumlah korban.
3) Melaporkan segera kepada Team Penanggulangan Musibah
Masal RS Baptis Batu, yaitu :
a) Pada jam kerja:
i) Kepada Direktur RS Baptis Batu
ii) Kepada Penanggungjawab IGD RS Baptis Batu
b) Diluar jam kerja:
i) Kepada dokter jaga IGD RS Baptis Batu
ii) Berusaha menghubungi Direktur RS Baptis Batu
iii) Berusaha menghubungi penanggungjawab IGD RS
Baptis Batu.
4) Isi laporan: Sesuai dengan yang diterima dari informan, antara
39
lain:
a) Lokasi musibah masal: Unit, ruangan, kamar, luasnya, dll
b) Jenis musibah: Banjir, kebakaran, dll
c) Perkiraan jumlah korban
B. FASE SIAGA
C. FASE PELAKSANAAN
1. Kepala IGD RS Baptis Batu:
Bertugas : 1 Segera memimpin pelaksanaan evakuasi korban baik itu
perawat/petugas ruangan maupun pengunjung/pasien yang
ada dilokasi tersebut dipindahkan ke tempat yang aman
terdekat agar dapat dilakukan triage dan penanganan awal
40
dibantu oleh perawat dan karyawan lain.
2 Setelah korban berada ditempat yang aman maka segera
lakukan triage sesuai dengan prosedur trisge. Prosedur triase
dapat dibaca pada halaman 16.
3 Bersama-sama dokter lain dan dibantu oleh perawat segera
melakukan peanganan korban dengan urutan prioritas sbb:
41
3. Korban dengan kondisi darurat-tidak gawat (label
kuning):
i) Lakukan penanganan seperlunya, jahit luka ringan
yang ada, lakukan pembidian pada fracture tulang
panjang.
ii) Lakukan pemberian terapi ditempat evakuasi sesuai
keluhan sakitnya.
iii) Korban yang peru dirawat inap dapat langsung diantar
keruang rawat inap sesuai penyakitnya.
iv) Korban yang tidak perlu rawat inap dapat dipulangkan
dengan pesan, apabila timbul gejala-gejala penyakit
menjadi berat segera periksa ke RS Baptis Batu, atau
bila obat sudah habis tetapi penyakit belum sembuh
segera periksa ke RS Baptis Batu.
42
serahkan penanganan selanjutnya kepada dokter ahli terkait.
43
6. Manajer Keperawatan RS Baptis Batu.
Bertugas : 1). Mengkoordinir semua Kepala Instalasi ruang perawatan rawat
inap agar mempersiapkan ruangan untuk menampung dan
merawat korban yang dirawat inap diruangan.
2). Memimpin dan mengatur pemindahan pasien dari ruang
perawatan tempat kejadian musibah menuju ke ruang
perawatan lain yang lebih aman setelah dilakukan evaluasi.
44
pelayanan radiologi bagi korban musibah masal.
45
15. Ka Bagian RM:
Bertugas : Mengkoordinir anak buahnya untuk mendaftar dan mencatat
identitas pasien.
46
BAB VI
PELAKSANAAN PENANGGULANGAN MUSIBAH MASSAL YANG TERJADI
DI DALAM RS BAPTIS BATU
47
mantap ke IGD RS Baptis Batu dan didampingi 2
orang perawat.
ii) Korban dengan luka baker luas dan berat segera bawa
dengan brankart ke IGD RS Baptis Batu didampaingi
2 orang perawat.
iii) Sampai di IGD segera serahkan penanganan
selanjutnya kepada Perawat IGD.
48
2. Dokter IGD RS Baptis Batu.
Bertugas : 1). Segera melanjutkan penanganan korban gawat darurat yang
dikirim ke IGD RS Baptis Batu, melanjutkan RJP-BHD yang
telah dilakukan dari tempat evakuasi, pasang IV catheter,
konsultasikan dan bila perlu serahkan penanganan selanjutnya
kepada dokter ahli terkait.
2). Melanjutkan penanganan korban gawat-tidak darurat yang
dikirim ke IGD RS Baptis Batu, jaga pernafasan dan sirkulasi
tetap stabil, konsultasikan dan kalau perlu serahkan
penanganan selanjutnya kepada dokter ahli terkait.
3). Bila keadaan korban sudah stabil maka korban dengan luka
baker bawa keruang rawat inap bedah/R.Mangga (ruang isolasi
perlindungan).
4). Korban dengan keadaan stabil tetapi masih perlu pengawasan
maka dipindahkan ke ruang rawat inap pengawasan
49
a) Korban dengan kondisi gawat-darurat (label merah):
i) Korban henti nafas/henti jantung segera lakukan
Resusitasi Jantung Paru - Bantuan Hidup Dasar (RJP-
BHD), ditempat penampungan sementara setelah
evakuasi.
ii) Pada korban curiga frakture leher segera lakukan RJP-
BHD tanpa memanipulasi posisi leher/kepala, bila
terjadi henti pernafasan dan atau henti jantung dan
pasang collar neck.
iii) Segera angkut dengan brankart ke IGD RS Baptis Batu
tanpa menunggu korban stabil, selama perjalanan tetap
terus dilakukan RJP-BHD oleh dokter atau perawat
PPGD.
iv) Untuk penanganan selanjutnya serahkan kepada
petugas di IGD RS Baptis Batu.
50
c) Korban dengan kondisi darurat-tidak gawat (label
kuning):
i) Korban dengan luka-luka perdarahan kecil, lakukan
penghentian perdarahan dan jahit luka-luka ditempat
evakuasi dan berikan terapi yang sesuai.
ii) Korban dengan trauma kepala dengan kesadaran baik
berikan terapi yang sesuai.
iii) Bila korban memerlukan rawat inap, kirim keruang
rawat inap.
iv) Bila korban tidak memerlukan rawat inap maka
setelah diberi obat diperbolehkan pulang dengan pesan
besok pagi supaya kontrol di RS Baptis Batu atau bila
kondisi semakin berat segera bawa ke RS Baptis Batu.
51