Bahan Ujian Teori Hukum
Bahan Ujian Teori Hukum
Marcus Tullius Cicero, dengan aliran stoicnya, konsep Hukum Alam diartikan
sebagai prinsip yang meresapi alam semesta, yaitu akal yang menjadi dasar bagi hukum
dan keadilan. Pandangan dalam mahzab ini bahwa, hukum positif yang tidak sesuai
dengan asas-asas hukum alam kehilangan validitasnya, yang berarti hukum positif itu
c. Aksiologis = Keadilan
Aksiologo : Kepastian
Aliran Utilitarianisme
1. Ontologis
aliran Utilitarianisme memandang hakekat hukum adalah norma-norma
positif yang diimplementasikan ke dalam peraturan perundang-undangan
sehingga sudut pandang ontologi dari pandangan positivisme hukum sama
dengan aliran utilitarianisme hukum.
2. Aspek Epitomologis
doktrinal-deduktif
3. Aspek Aksiologis
aksiologi yang dianut adalah nilai kepastian hukum diikuti kemanfaatan
(doelmatigheid), sedangkan nilai-nilai keadilan diabaikan.
sejarah
Sosiological jurisprudence
Realisme
Epistemologi : Nondoktrinal-induktif
Aksiologis : Kemanfaata
1) Apa yang dimaksud dengan Positivisasi serta jelaskan ilmu hukum yang
terbangun akibat dari Positivisasi !
Jawab : Positivisasi adalah suatu proses objektivisasi dari sejumlah norma meta
yuridis menjadi sejumlah norma yang positif.
Sedangkan ilmu hukum yang terbangun akibat dari positivisasi adalah ilmu
hukum yang berdasarkan logika normologik dan tidak berlogika nomologik
yang induktif untuk menemukan sejumlah nomos yang eksis sebagai
fenomena empirik yang signifikan dengan kehiduoan sosial dan kultural.
2) Sebut dan jelaskan aliran aliran pemikiran hukum yang selama ini dominan !
Jawab :
1. Aliran Hukum Alam
Aliran hukum alam adalah aliran yang tertua dalam sejarah pemikiran
manusia tentang hukum. Menurut aliran ini, selain daripada hukum positif
(hukum yang berlaku dimasyarakat) yang merupakan buatan manusia, masih
ada hukum yang lain yaitu hukum yang berasal dari Tuhan yang disebut
hukum alam.
2. Aliran Positivisme Hukum
Aliran Hukum positivis (Positivisme hukum) memisahkan antara hukum
dengan moral: memisahkan antara hukum yang berlaku (das sein) dengan
hukum yang seharusnya (das sollen). Menurut aliran positif, tidak ada hukum
lain kecuali perintah penguasa (law is command of the souverign). Bahkan
bagian dari aliran hukum positif (yaitu legisme) berpendapat lebih tegas
hukum ialah undang-undang.
Aliran hukum positif dapat dibedakan :
a. Aliran hukum positif Analitis (Analytical jurisprudence) yang
dipelopori oleh John Austin (1790)
Menurut aliran ini hukum adalah perintah dari penguasa
negara. Hakekat hukum terletak pada unsur perintah itu. Hukum
dipandang sebagai suatu sistem yang tetap, Logis, dan tertutup.
b. Aliran hukum Murni (Reine Rechtslere-The Pure of Law) yang
dipelopori oleh Hans Kelsen
Menurut aliran hukum murni: hukum harus dibersihkan dari
anasir-anasir non hukum, seperti sosiologis, politis, historis bahkan
etis. Itulah sebabnya aliran ini disebut aliran murni tentang hukum.
3. Aliran Hukum Sociological Jurisprudence
G. W Paton lebih suka menggunakan istilah metode fungsional untuk
menggantikan istilah Sociologycal jurisprudence. Hal ini dilakukan untuk
menghindari adanya kerancuan antara Sociologycal Jurisprudence dengan
sosiologi Hukum (Sociology of law). Menurut Lily Rasjidi, ada perbedaan
antara keduanya, sosiologi hukum memandang hukum sebagai gejala soaial
belaka, dengan pendekatan dari masyarakat ke hukum, untuk sosiological
jurisprudence mendekati hubungan hukum dengan masyarakat, mulai dari
hukum ke masyarakat. Pelopor aliran S.J.adalah Eugen Ehrlich dan Roscoe
Pound.
4. Aliran Utilitarianisme
Aliran ini meletakkan kemanfaatan sebagai tujuan dari hukum. Yang
dimaksud kemanfaatan disini adalah kebahagiaan (happiness). Hukum dinilai
baik atau tidak baik sangat bergantung apakah ia membahagiakan atau tidak
bagi umat manusia.
5. Aliran Sejarah
Munculnya aliran sejarah setidaknya dilatar belakangi oleh tiga hal :
a. Rasionalisme abad XVIII yang didasarkan pada hukum alam yang
dipandang tidak memperhatikan fakta sejarah.
b. Semangat revolusi Perancis yang menentang tradisi dan lebih
mengutamakan rasio.
c. Adanya larangan penafsiran oleh hakim karena undang-undang
dipandang telah dapat memecahkan semua masalah hukum.
Sebagaimana diketahui abad XVII adalah abad rasionalisme.
Pemikiran rasionalisme mengajarkan universalisme dalam berpikir.
Cara pandang inilah yang menjadi sebab utama munculnya madzab
sejarah yang menentang universalisme. Madzab sejarah lebih
memfokuskan pada keberadaan suatu bangsa tepatnya adalah jiwa
bangsa. (volkgeist).
1. Abad 19, sering juga disebut sebagai Abad Kodifikasi. Mengapa demikian . Jelaskan pula
bagaimana pengaruhnya terhadap pandangan mengenai fungsi Hakim pada waktu itu!
Aabad ke 19 disebut sebagai abad kodifikasi sebagai reaksi terhadap ketidakpastian dan
ketidak seragaman hukum kebiasaan yang terjadi pada abad tersebut. Usaha untuk
penyeragaman hukum dengan jalan kodifikasi yang menuangkan hukum secara lengkap dan
sistematis dalam kitab undang-undang. Pada abad ini Undang-undang dijadikan sebagai
satu-satunya sumber hukum , yang dianggap cukup lengkap dan jelas, yang berisi semua
jawaban terhadap semua persoalan hukum.
Fungsi Hakim pada era kodifikasi ini hanya sebagai corongnya undang-undang (Bouche de la
loi). Hakim hanya berkewajiban untuk menerapkan peraturan hukum pada peristiwa yang
kongkrit dengan bantuan metode penafsiran terutama penafsiran gramatikal.
3. Perbedaan :
1. Lahir dari tradisi hukum negara 1. Lahir dari tradisi hukum negara
negara Eropa kontinental yang negara Anglo Saxon.
menganggap bahwa hukum adalah Kebenarannya tidak berdasarkan
sama dengan undang undang dan pada hukum tertulis, keputusan
didasari pada kepastian hukum hakim lebih dianggap sebagai
2. Dari sisi pelembagaan Rechstaat hukum yang sesungguhnya. Oleh
memiliki karakter administratif karena itu dituntut untuk membuat
3. Dari sisi titik berat pengoperasian hukum huykum sendiri melalui
lebih mengutamakan prinsip yurisprudensi.
Wetmatigheid yang kemudian 2. Dari sisi pelembagaan Rule of
disamakan dengan Rechtmatigheid Law memiliki karakter yudisial
3. Dari sisi titik berat pengoperasian
Rule of Law lebih mengutamakan
Equality before the Law
Kedudukan dalam ilmu hukum yaitu Teori Hukum memiliki arti penting bagi pusat
pemikiran dalam melahirkan hukum tertentu, Sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dalam sistem kehidupan hukum, Sebagai otoritas untuk membentuk
dan mempertahankan pernyataan hukum.
Himpunan variable yang interaktif adalah variabel-variabel yang berlaku secara empirik
dan universal;
Berlangsung tanpa mengenal titik henti dalam obyektif di luar rencana/kehendak siapapun;
Hubungan antar variable berlangsung dalam ranah indrawi yang dapat disimak sebagai
sesuatu yang factual;
Delik-delik Ilmu Alam itu oleh filsuf juga seorang ilmuwan bernama Augusto Comte, dipakai
untuk mengetahui hubungan sosial seseorang dalam masyarakat;
Dengan Asumsi, kehidupan seseorang dalam masyarakat tunduk kepada hukum alam. Maka
hal inilah yang memunculkan pemikiran positivisme.