Anda di halaman 1dari 18

3.

KEGIATAN BELAJAR 3

Dasar Listrik

3.1. Sifat Listrik


Sifat Listrik :
a. Tidak dapat dilihat.
b. Dapat menyebabkan kejutan

c. Aliran listrik menyerupai aliran air di dalam pipa

1
3.2. Tegangan (Voltage), Arus Listrik (Intensitas) dan Tahanan (Resistansi)
Untuk lebih memahami konsep tentang listrik, maka listrik diilustrasikan
sebagai air karena memilki banyak kesamaan karakteristiknya. Gambar 3.1 di
bawah ini menunjukkan dua buah wadah yang terhubung satu dengan lainnya
melalui sebuah pipa yang dipersempit untuk menghambat aliran.

Gambar karakteristik antara air dengan listrik

Tegangan (voltage) dapat diibaratkan beda ketinggian diantara kedua


wadah, yang menyebabkan terjadinya aliran air. Makin besar perbedaan
ketinggian air, makin kuat keinginan air untuk mengalir. Arus listrik diibaratkan
jumlah/volume air yang mengalir setiap detiknya, melalui pipa. Sedangkan
resistansi (tahanan) diibaratkan semua hambatan yang dijumpai air saat ia
mengalir di dalam pipa. Makin besar pipa, makin kecil hambatan alirnya, sehingga
makin besar arus air yang mengalir. dan begitu sebaliknya.
Air yang mengalir pada suatu pipa dipengaruhi oleh besarnya dorongan
yang menyebabkan air tersebut mengalir dan besarnya hambatan pada pipa.
Besarnya dorongan untuk mengalir ditimbulkan oleh perbedaan ketinggian air di
kedua wadah, dan dalam kelistrikan disebut tegangan atau beda potensial.
Besarnya hambatan pada pipa disebabkan banyak faktor, yaitu; mutu
permukaan dalam pipa, dan luas penampang pipa serta panjang pipa.

2
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditentukan beberapa persamaan
karakteristik yang ada dalam kelistrikan, yaitu:
a. Hambatan alir sama dengan Resistansi ( R )
b. Mutu permukaan dalam pipa sama dengan nilai hambat jenis (specific
resistivity) dari kawat penghantar, dilambangkan dengan U(rho), yaitu nilai
hambatan yang timbul akibat jenis bahan yang digunakan sebagai penghantar.
c. Luas penampang pipa sama dengan luas penampang kawat penghantar,
dilambangkan dengan A.
d. Panjang pipa sama dengan panjang penghantar, dan dilambangkan dengan l.

Arus listrikmerupakan sejumlah elektron yang mengalir dalam tiap


detiknya pada suatu penghantar. Banyaknya elektron yang mengalir ini
ditentukan oleh dorongan yang diberikan pada elektron-elektron dan kondisi jalan
yang akan dilalui elektron-elektron tersebut. Arus listrik dilambangkan dengan
huruf I dan diukur dalam satuan Ampere.

Tegangan listrik (voltage) dapat diyatakan sebagai dorongan atau tenaga


untuk memungkinkan terjadinya aliran arus listrik. Tegangan listrik dibedakan
menjadi dua macam, yaitu:
a. Tegangan listrik searah (direct current /DC)
b. Tegangan listrik bolak-balik (alternating current / AC)
Tegangan listrik DC memungkinkan arus listrik mengalir hanya pada satu
arah saja, yaitu dari titik satu ke titik lain dan nilai arus yang mengalir adalah
konstan/tetap. Sedangkan tegangan listrik AC memungkinkan arus listrik mengalir
dengan dua arah, pada tiap-tiap setengah siklusnya. Nilainya akan berubah-ubah
secara periodik.

3
Gambar Arus AC

Gambar Arus DC
Resistansi(tahanan) dapat diartikan sebagai apapun yang menghambat
aliran arus listrik dan mempengaruhi besarnya arus yang dapat mengalir. Pada
dasarnya semua material (bahan) adalah konduktor (penghantar), namun
resistansi-lah yang menyebabkan sebagian material dikatakan isolator, karena
memiliki resistansi yang besar dan sebagian lagi disebut konduktor, karena
memiliki resistansi yang kecil.
Resistansi ada pada kawat, kabel, body atau rangka sepeda motor,
namun nilainya ditekan sekecil mungkin dengan menggunakan logam-logam
tertentu yang memiliki nilai Uyang rendah.
Resistansi ada yang dibuat dengan sengaja untuk mengatur besarnya
arus listrik yang mengalir pada rangkaian tertentu, dan komponen yang memiliki

4
nilai resistansi khusus tersebut, disebut Resistor. Resistor dibagi menjadi dua
jenis :
a. Resistor tetap (fixed resistor)
b. Resistor variabel (variable resistor)
Variable resistor terdiri dari beberapa macam :
1) Rotary-type Resistor
2) LDR (Light Dependent Resistor)
3) Thermistor, terdiri dari :
a) NTC ( Negative Temperture Coeficient ) Thermistor
b) PTC ( positive Temperature Coeficient ) Thermistor
Pada NTC thermistor, nilai resistansi dari thermistor akan menurun pada
saat suhu meningkat, sedangkan pada PTC Thermistor, nilai resistansinya akan
meningkat seiring dengan meningkatnya suhu. Thermistor digunakan untuk
keperluan pendeteksian suhu suatu objek, misalnya suhu oli engine, transmisi,
axle dan lain-lain.

Gambar Resistor dan Simbolnya

Aplikasi Resistor pada Sepeda Motor


Hampir semua rangkaian kelistrikan pada sepeda motor terdapat
tahanan (resistor). Bentuk tahanan pada rangkaian bisa berupa tahanan pada
bola lampu atau kumparan maupun tahanan (resistor) biasa seperti gambar di
atas. Contoh aplikasi/penggunaan resistor tetap (fixed resistor) pada sepeda

5
motor diantaranya bisa dilihat pada sistem tanda belok (turn signal) yang
menggunakan flasher tipe kapasitor seperti gambar di bawah ini:

Gambar Aplikasi Resistor Tetap (R) pada Sepeda Motor

Gambar Aplikasi Resistor Tetap (R) pada Fuel Meter Sepeda Motor

6
3.3. Hukum Ohm (Ohm,s Law)

V = Tegangan listrik yang diberikan pada sirkuit/rangkaian dalam Volt (V)


I = Arus listrik yang mengalir pada sirkuit dalam Ampere (A)
R = Tahanan pada sirkuit, dalam Ohm ()
Untuk menjelaskan hubungan ketiganya tersebut dapat diilustrasikan seperti pada
gambar di bawah ini:

Gambar Rangkaian untuk menjelaskan prinsip dari Hukum Ohm

Pada saat variable resistor diposisikan pada nilai resistansi rendah, arus
akan mengalir maksimal. Namun tegangan akan menurun (mengecil). Pada saat
nilai resistansi maksimal, kuat arus yang mengalir sangat kecil namun tegangan
meningkat mencapai maksimal.
Dari percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa besarnya tegangan
berbanding terbalik dengan kuat arus yang mengalir. Atau dengan kata lain,
makin besar arus yang mengalir, makin minimum tegangan kerja pada lintasan
rangkaian dan makin kecil (makin menjauhi tegangan baterai/sumber listrik).
7
Makin kecil arus yang mengalir, makin maksimal tegangan kerja (makin
mendekati tegangan baterai/sumber listrik).

3.4. Rangkaian Kelistrikan


a. Rangkaian Seri
Karakteristik rangkaian seri
1. Besarnya arus yang melewati tiap tahanan adalah sama.
2. Total nilai tahanan adalah jumlah nilai tahanan dalam rangkaian
tersebut.
( R = R 1 + R2 )
3. Penjumlahan penurunan tegangan setelah melewati tahanan akan sama
dengan tegangan sumbernya.
( V 1 + V2 = V T )
Contoh rangakaian seri:

Jika Baterai = 12V dan


R1 = 4 R2 = 2
Berapa RT, IT, I1, I2, V1, V2 ?
RT = R1 + R2
= 4+2
= 6

IT = VT : RT
= 12 : 6
= 2A
IT = I1 = I2 = 2 A

V1 = I1 R1
= 24
= 8V

V2 = I2 R2
= 22
= 4V

8
b. Rangkaian Paralel
Karakteristik rangkaian paralel
1. Tegangan yang mengalir tiap tahanan besarnya sama
( V T = V 1 = V2 )
2. Arus yang mengalir tiap tahanan berbeda-beda tergantung nilai suatu
tahanan
3. Nilai tahanan total lebih kecil dari nilai tahanan manapun juga
1 1 1
= +
1 2
4. Total arus rangkaian adalah jumlah arus yang ada tiap cabang
( I = I1 + I2 )
Contoh rangkaian parallel:

Jika baterai 12 v, R1 = 4 dan I2 = V : R2


R2 = 4 = 12 : 2
Berapa RT, IT, I1, I2, V1, V2 ? = 6A
1 1 1 IT = I1 + I2
= +
RP R1 R2
=6+6
1 1 1
= + = 12 A
RP 4 4
1 2
=
RP 4 VT = V1 = V2 = 12 Volt
RP = 2

I1 = V : R1
= 12 : 2
= 6A

9
3.5. Bahan-bahan Semi Konduktor
a. Dioda

Gambar Dioda dan Simbolnya

Sebuah diode didefinisikan sebagai paduan dua elektroda, satu menjadi


positif (anoda) dan yang lain adalah negatif (katoda) dan hanya mengijinkan arus
mengalir dalam satu arah.Dioda merupakan komponen semikonduktor yang
berfungsi untuk mengijinkan arus mengalir di dalam sebuah rangkaian hanya
dalarn satu arah (forward bias), yaitu dari anoda ke katoda dan memblokirnya
saat mengalir dalam arah yang berlawanan (reverse bias), hal ini dimungkinkan
oleh karena karakteristik dari silicon, atau wafer di dalam diode.
Saat sebuah penghantar/konduktor tegangan positif di hubungkan ke
anoda dan penghantar tegangan negatif dihubungkan ke katoda, arus mengalir
melalui diode. Jika penyambungan ini dibalik, arus tidak akan dapat mengalir
sebab pemblokiran dari karakteristik silicon wafer, oleh karena itu diode beraksi
sebagai katup satu arah (check valve) dan mengijinkan arus mengalir hanya satu
arah.

Gambar Contoh Aplikasi Penggunaan Dioda

10
Aplikasi Dioda pada Sepeda Motor
Aplikasi/penggunaan dioda pada sistem kelistrikan sepeda motor bisa
ditemukan dalam rangkaian sistem penerangan maupun sistem pengisian yang
menggunakan generator AC (alternator), seperti terlihat pada gambar di bawah
ini:

Gambar Contoh Aplikasi Penggunaan Dioda pada Sepeda Motor

Berdasarkan gambar di atas, diode (rectifier) bekerja untuk merubah


arus AC (bolak-balik) yang dihasilkan alternator menjadi arus Dc (searah). Arus
DC ini kemudian disalurkan ke baterai dan beban (load) seperti lampu tanda
belok/sein.

b. Dioda Zener

Gambar Dioda Zenher dan Simbolnya

11
Zener diode merupakan suatu jenis diode yang memiliki sifat dioda
hanya bila tegangan kerjanya (beda potensial diantara kedua kakinya) belum
melampaui tegangan tembusnya (breakdown voltage).
Bila tegangan kerjanya melampaui tegangan tembusnya, dioda ini akan
kehilangan sifat ke-dioda-annya. Zener diode banyak digunakan pada rangkaian
regulator tegangan pada alternator.

Aplikasi Dioda pada Sepeda Motor


Aplikasi/penggunaan zener dioda pada sistem kelistrikan sepeda motor
bisa ditemukan dalam rangkaian sistem pengisian yang menggunakan generator
AC (alternator) dengan pengatur tegangan (voltage regulator) secara elektronik,
seperti terlihat pada gambar di bawah ini :

Gambar Contoh Aplikasi Penggunaan Dioda Zener pada Sepeda Motor

Berdasarkan gambar di atas, zener diode bekerja untuk mengaktifkan


basis transistor T2 ketika tegangan yang berada diantara R4 dan R5 telah
mencapai tegangan tembus zener diode tersebut. Dengan bekerjanya zener diode
tersebut, menyebabkan arus yang mengalir pada R1 akan cenderung mengalir ke
massa lewat T2 dan suplai arus listrik ke basis T1 terhenti. Dengan demikian rotor
saat ini tidak mendapat suplai arus listrik karena T1 tidak hidup (OFF). Rotor
alternator akan kehilangan kemagnetan, dan proses pengisian baterai akan
terhenti.

12
c. Transistor

Gambar Transistor dan Simbolnya

Transistor merupakan kependekan dari Transfer Resistor, atau suatu


komponen elektronika yang dapat mengalirkan atau memutuskan aliran arus
yang besar dengan pengendalian arus listrik yang relatif sangat kecil, dengan
mengubah resistansi lintasannya. Kemampuannya tersebut hampir sama dengan
relay, namun transistor memiliki kelebihanantara lain yaitu :
a. Arus pengendali pada transistor jauh lebih kecil sehingga lebih mudah
mengendalikannya.
b. Transistor tidak menggunakan kontak mekanis, sehingga tidak menimbulkan
percikan api dan lebih tahan lama.
c. Ukuran transistor relatif lebih kecil dan kompak dibanding relay.
d. Dapat bekerja pada tegangan kerja yang bervariasi.
Namun demikian, disamping mempunyai kelebihan, transistor juga mempunyai
beberapa kelemahanantara lain:
a. Kesalahan penghubungan kaki transistor akan berakibat kerusakan
permanen.
b. Panas yang dihasilkan pada transistor lebih besar sehingga bila tidak diberi
pendinginan yang cukup, akan memperpendek usia transistor.
Terdapat dua jenis transistor, yaitu:
a. Tipe NPN
b. Tipe PNP

13
Untuk menentukan apakah suatu transistor adalah NPN atau PNP tidak
dapat secara fisik. Kita dapat melihat dari kode dan mencocokkannya dengan
Transistor handbook. Pada transistor terdapat dua aliran arus lsitrik, yaitu arus
dari kaki Basis ke Emitor ( atau sebaliknya ) yaitu IB-E dan arus yang mengalir dari
Kolektor ke Emitor ( atau sebaliknya ) yaitu IC-E. Aplikasi/penerapan transistor
dalam sistem kelistrikan banyak digunakan sebagai saklar elektronik. Adapun cara
kerja transistor secara ringkas adalah: jika ada arus pemicu (arus kecil) yang
mengalir dari Basis ke Emitor maka arus yang besar akan mengalir dari Kolektor
ke Emitor (untuk jenis NPN) atau jika ada arus pemicu (arus kecil) dari Emitor ke
Basis, maka arus yang besar akan mengalir dari Emitor ke Kolektor (untuk jenis
PNP).

Aplikasi Dioda pada Sepeda Motor

Gambar Contoh Aplikasi Penggunaan Transistor pada Sepeda Motor

Aplikasi/penggunaan transistor pada sistem kelistrikan sepeda motor bisa


ditemukan dalam rangkaian sistem pengapian semi transistor maupun full
transistor, sistem tanda belok yang menggunakan flasher tipe transistor, sistem
pengisian yang menggunakan pengaturan tegangan secara elektronik, dan
sebagainya. Gambar di atas memperlihatkan aplikasi transistor pada sistem
pengapian full transistor sepeda motor: jika terminal basis TR2 mendapat sinyal
14
dari pick up coil, maka arus yang mengalir lewat R akan cenderung ke massa
lewat terminal C ke terminal E TR2. Akibatnya basis TR1 tidak ada arus sehingga
TR1 akan OFF, sehingga arus pada kumparan primer ignition coil (koil pengapian)
akan terputus dan akan terjadi induksi pada kedua kumparan koil pengapian
tersebut. Terjadinya induksi tersebut menghasilkan percikan bunga api pada busi.

d. Kapasitor/Kondensor

Gambar Kapasitor dan Simbolnya

Kapasitor merupakan komponen listrik yang dapat menyimpan energi


listrik dalam jangka waktu tertentu. Dikatakan dalam jangka waktu tertentu
karena walaupun kapasitor diisi sejumlah muatan listrik, muatan tersebut akan
habis setelah beberapa saat, bergantung besarnya kapasitas kapasitor. Besarnya
kapasitas kapasitor diukur dalam satuan Farad. Dalam prakteknya ukuran ini
terlampau besar, sehingga digunakan satuan yang lebih kecil seperti microfarad
(F), nanofarad atau pikofarad.
Kapasitor memiliki dua jenis yaitu:
1. Kapasitor polar
Pada kapasitor polar, adanya penentuan kutub-kutub kapasitor bila
hendak dihubungkan dengan suatu rangkaian, dan hanya bekerja pada
tegangan DC. Kapasitor polar memiliki kapasitas yang relatif besar
2. Kapasitor non polar

15
Pada kapasitor non-polar tidak memiliki kutub-kutub sehingga dapat
dipasang pada posisi terbalik pada rangkaian, serta dapat dihubungkan
dengan tegangan AC. Ukuran kapasitor non polar kebanyak relatif kecil,
dengan satuan nanofarad dan pikofarad.
Kapasitor memiliki tegangan kerja maksimum yang tertera pada label di
housingnya. Tegangan rangkaian listrik yang dihubungkan pada kapasitor tidak
boleh melampaui tegangan kerja maksimum kapasitor yang bersangkutan, karena
akan menyebabkan kerusakan permanen (bahkan pada beberapa kasus, terjadi
ledakan). Tegangan kerja maksimum ini berkisar : 10V, 25V, 35V, 50V, 100V
untuk kapasitor polar dan 250V sampai 750V untuk kapasitor non-polar.
Terdapat dua ketentuan praktis tentang kapasitor, yaitu: 1) Kapasitor
yang kosong muatan bertindak seolah-olah konduktor (penghantar), dan 2)
Kapasitor yang penuh muatan bertndak seolah-olah isolator (penyekat).

Aplikasi Kapasitor pada Sepeda Motor


Aplikasi/penggunaan kapasitor pada sistem kelistrikan sepeda motor bisa
ditemukan dalam rangkaian sistem pengapian konvensional (menggunakan
platina) , dan pengapian CDI (Capacitor Discharge Ignition) baik CDI dengan arus
DC (searah) maupun CDI dengan arus AC (bolak balik). Gambar 3.21 di bawah ini
memperlihatkan aplikasi kapasitor pada sistem pengapian CDI arus AC :

Gambar Contoh Aplikasi Penggunaan Transistor pada Sepeda Motor

16
Berdasarkan gambar di atas, kapasitor dalam CDI unit bekerja
menyimpan arus sementara (100 sampai 400 V) dari magnet yang telah di
searahkan lebih dulu oleh diode ketika SCR (Silicone Control Rectifier) belum
aktif. Setelah gerbang G pada SCR diberi arus sinyal untuk proses pengapian,
maka SCR akan aktif dan menyalurkan arus listrik dari anoda (A) ke katoda (K).
Dengan berfungsinya SCR tersebut, menyebabkan kapasitor melepaskan arus
(discharge) dengan cepat. Kemudian arus mengalir ke kumparan primer (primary
coil) koil pengapian untuk menghasilkan tegangan sebesar 100 sampai 400 volt
sebagai tegangan induksi sendiri. Akibat induksi diri dari kumparan primer
tersebut, kemudian terjadi induksi dalam kumparan sekunder dengan tegangan
sebesar 15 KV sampai 20 KV. Tegangan tinggi tersebut selanjutnya mengalir ke
busi dalam bentuk loncatan bunga api yang akan digunakan untuk membakar
campuran bahan bakar dan udara dalam ruang bakar.

e. Silicon-Controlled Rectifier (SCR)

Gambar SCR atau Thyristor dan Simbolnya

SRC adalah jenis lain dari komponen semikonduktor. SCR digunakan


sebagai perangkat switching (saklar elektronik kecepatan tinggi) pada sirkuit
elektronik. Sebuah SCR, atau sering disebut Thyristor, memiliki tiga terminal,
anoda, katoda, dan gerbang (Gate). SCR sama dengan sebuah diode, bedanya

17
SCR mempunyai terminal tambahan, yaitu sebuah gerbang untuk membuka
aliran.
Berbeda dengan sebuah diode, SCR akan memblokir arus dari dua arah.
Jika potensial melintasi SCR, arus tidak akan mengalir. Pada saat tegangan
kendali yang sangat kecil dialirkan pada pintu gerbang (gate) dari sebuah SCR,
arus utama akan mengalir melalui SCR di arah anoda ke katoda. Arus akan terus
mengalir sampai tegangan kendali dihilangkan dari gerbang. Dengan demikian
SCR dapat diaktifkan dan dinonaktifkan dengan mengalirkan tegangan kendali ke
gerbang. SCR banyak dipakai pada sirkuit system pengapian elektronik dan
system pengisian elektronik.

Aplikasi SCR/Thyristor pada Sepeda Motor


Pada umumnya CDI yang dipakai pada motor merupakan rangkaian
komponen elektronika yang terdiri dari SCR, Kondensator atau kapasitor, Dioda
dan rangkaian tambahan untuk control maju mundurnya saat pengapian. Pada
CDI, SCR berfungsi sebagai saklar elektronik pelepasan arus yang ditampung
pada kondensator untuk dilepaskan menuju koil.

Gambar Contoh SCR atau Thyristor Penggunaan Transistor pada Sepeda Motor
Sumber: www.laskar-suzuki.com

18

Anda mungkin juga menyukai