KEGIATAN BELAJAR 3
Dasar Listrik
1
3.2. Tegangan (Voltage), Arus Listrik (Intensitas) dan Tahanan (Resistansi)
Untuk lebih memahami konsep tentang listrik, maka listrik diilustrasikan
sebagai air karena memilki banyak kesamaan karakteristiknya. Gambar 3.1 di
bawah ini menunjukkan dua buah wadah yang terhubung satu dengan lainnya
melalui sebuah pipa yang dipersempit untuk menghambat aliran.
2
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditentukan beberapa persamaan
karakteristik yang ada dalam kelistrikan, yaitu:
a. Hambatan alir sama dengan Resistansi ( R )
b. Mutu permukaan dalam pipa sama dengan nilai hambat jenis (specific
resistivity) dari kawat penghantar, dilambangkan dengan U(rho), yaitu nilai
hambatan yang timbul akibat jenis bahan yang digunakan sebagai penghantar.
c. Luas penampang pipa sama dengan luas penampang kawat penghantar,
dilambangkan dengan A.
d. Panjang pipa sama dengan panjang penghantar, dan dilambangkan dengan l.
3
Gambar Arus AC
Gambar Arus DC
Resistansi(tahanan) dapat diartikan sebagai apapun yang menghambat
aliran arus listrik dan mempengaruhi besarnya arus yang dapat mengalir. Pada
dasarnya semua material (bahan) adalah konduktor (penghantar), namun
resistansi-lah yang menyebabkan sebagian material dikatakan isolator, karena
memiliki resistansi yang besar dan sebagian lagi disebut konduktor, karena
memiliki resistansi yang kecil.
Resistansi ada pada kawat, kabel, body atau rangka sepeda motor,
namun nilainya ditekan sekecil mungkin dengan menggunakan logam-logam
tertentu yang memiliki nilai Uyang rendah.
Resistansi ada yang dibuat dengan sengaja untuk mengatur besarnya
arus listrik yang mengalir pada rangkaian tertentu, dan komponen yang memiliki
4
nilai resistansi khusus tersebut, disebut Resistor. Resistor dibagi menjadi dua
jenis :
a. Resistor tetap (fixed resistor)
b. Resistor variabel (variable resistor)
Variable resistor terdiri dari beberapa macam :
1) Rotary-type Resistor
2) LDR (Light Dependent Resistor)
3) Thermistor, terdiri dari :
a) NTC ( Negative Temperture Coeficient ) Thermistor
b) PTC ( positive Temperature Coeficient ) Thermistor
Pada NTC thermistor, nilai resistansi dari thermistor akan menurun pada
saat suhu meningkat, sedangkan pada PTC Thermistor, nilai resistansinya akan
meningkat seiring dengan meningkatnya suhu. Thermistor digunakan untuk
keperluan pendeteksian suhu suatu objek, misalnya suhu oli engine, transmisi,
axle dan lain-lain.
5
motor diantaranya bisa dilihat pada sistem tanda belok (turn signal) yang
menggunakan flasher tipe kapasitor seperti gambar di bawah ini:
Gambar Aplikasi Resistor Tetap (R) pada Fuel Meter Sepeda Motor
6
3.3. Hukum Ohm (Ohm,s Law)
Pada saat variable resistor diposisikan pada nilai resistansi rendah, arus
akan mengalir maksimal. Namun tegangan akan menurun (mengecil). Pada saat
nilai resistansi maksimal, kuat arus yang mengalir sangat kecil namun tegangan
meningkat mencapai maksimal.
Dari percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa besarnya tegangan
berbanding terbalik dengan kuat arus yang mengalir. Atau dengan kata lain,
makin besar arus yang mengalir, makin minimum tegangan kerja pada lintasan
rangkaian dan makin kecil (makin menjauhi tegangan baterai/sumber listrik).
7
Makin kecil arus yang mengalir, makin maksimal tegangan kerja (makin
mendekati tegangan baterai/sumber listrik).
IT = VT : RT
= 12 : 6
= 2A
IT = I1 = I2 = 2 A
V1 = I1 R1
= 24
= 8V
V2 = I2 R2
= 22
= 4V
8
b. Rangkaian Paralel
Karakteristik rangkaian paralel
1. Tegangan yang mengalir tiap tahanan besarnya sama
( V T = V 1 = V2 )
2. Arus yang mengalir tiap tahanan berbeda-beda tergantung nilai suatu
tahanan
3. Nilai tahanan total lebih kecil dari nilai tahanan manapun juga
1 1 1
= +
1 2
4. Total arus rangkaian adalah jumlah arus yang ada tiap cabang
( I = I1 + I2 )
Contoh rangkaian parallel:
I1 = V : R1
= 12 : 2
= 6A
9
3.5. Bahan-bahan Semi Konduktor
a. Dioda
10
Aplikasi Dioda pada Sepeda Motor
Aplikasi/penggunaan dioda pada sistem kelistrikan sepeda motor bisa
ditemukan dalam rangkaian sistem penerangan maupun sistem pengisian yang
menggunakan generator AC (alternator), seperti terlihat pada gambar di bawah
ini:
b. Dioda Zener
11
Zener diode merupakan suatu jenis diode yang memiliki sifat dioda
hanya bila tegangan kerjanya (beda potensial diantara kedua kakinya) belum
melampaui tegangan tembusnya (breakdown voltage).
Bila tegangan kerjanya melampaui tegangan tembusnya, dioda ini akan
kehilangan sifat ke-dioda-annya. Zener diode banyak digunakan pada rangkaian
regulator tegangan pada alternator.
12
c. Transistor
13
Untuk menentukan apakah suatu transistor adalah NPN atau PNP tidak
dapat secara fisik. Kita dapat melihat dari kode dan mencocokkannya dengan
Transistor handbook. Pada transistor terdapat dua aliran arus lsitrik, yaitu arus
dari kaki Basis ke Emitor ( atau sebaliknya ) yaitu IB-E dan arus yang mengalir dari
Kolektor ke Emitor ( atau sebaliknya ) yaitu IC-E. Aplikasi/penerapan transistor
dalam sistem kelistrikan banyak digunakan sebagai saklar elektronik. Adapun cara
kerja transistor secara ringkas adalah: jika ada arus pemicu (arus kecil) yang
mengalir dari Basis ke Emitor maka arus yang besar akan mengalir dari Kolektor
ke Emitor (untuk jenis NPN) atau jika ada arus pemicu (arus kecil) dari Emitor ke
Basis, maka arus yang besar akan mengalir dari Emitor ke Kolektor (untuk jenis
PNP).
d. Kapasitor/Kondensor
15
Pada kapasitor non-polar tidak memiliki kutub-kutub sehingga dapat
dipasang pada posisi terbalik pada rangkaian, serta dapat dihubungkan
dengan tegangan AC. Ukuran kapasitor non polar kebanyak relatif kecil,
dengan satuan nanofarad dan pikofarad.
Kapasitor memiliki tegangan kerja maksimum yang tertera pada label di
housingnya. Tegangan rangkaian listrik yang dihubungkan pada kapasitor tidak
boleh melampaui tegangan kerja maksimum kapasitor yang bersangkutan, karena
akan menyebabkan kerusakan permanen (bahkan pada beberapa kasus, terjadi
ledakan). Tegangan kerja maksimum ini berkisar : 10V, 25V, 35V, 50V, 100V
untuk kapasitor polar dan 250V sampai 750V untuk kapasitor non-polar.
Terdapat dua ketentuan praktis tentang kapasitor, yaitu: 1) Kapasitor
yang kosong muatan bertindak seolah-olah konduktor (penghantar), dan 2)
Kapasitor yang penuh muatan bertndak seolah-olah isolator (penyekat).
16
Berdasarkan gambar di atas, kapasitor dalam CDI unit bekerja
menyimpan arus sementara (100 sampai 400 V) dari magnet yang telah di
searahkan lebih dulu oleh diode ketika SCR (Silicone Control Rectifier) belum
aktif. Setelah gerbang G pada SCR diberi arus sinyal untuk proses pengapian,
maka SCR akan aktif dan menyalurkan arus listrik dari anoda (A) ke katoda (K).
Dengan berfungsinya SCR tersebut, menyebabkan kapasitor melepaskan arus
(discharge) dengan cepat. Kemudian arus mengalir ke kumparan primer (primary
coil) koil pengapian untuk menghasilkan tegangan sebesar 100 sampai 400 volt
sebagai tegangan induksi sendiri. Akibat induksi diri dari kumparan primer
tersebut, kemudian terjadi induksi dalam kumparan sekunder dengan tegangan
sebesar 15 KV sampai 20 KV. Tegangan tinggi tersebut selanjutnya mengalir ke
busi dalam bentuk loncatan bunga api yang akan digunakan untuk membakar
campuran bahan bakar dan udara dalam ruang bakar.
17
SCR mempunyai terminal tambahan, yaitu sebuah gerbang untuk membuka
aliran.
Berbeda dengan sebuah diode, SCR akan memblokir arus dari dua arah.
Jika potensial melintasi SCR, arus tidak akan mengalir. Pada saat tegangan
kendali yang sangat kecil dialirkan pada pintu gerbang (gate) dari sebuah SCR,
arus utama akan mengalir melalui SCR di arah anoda ke katoda. Arus akan terus
mengalir sampai tegangan kendali dihilangkan dari gerbang. Dengan demikian
SCR dapat diaktifkan dan dinonaktifkan dengan mengalirkan tegangan kendali ke
gerbang. SCR banyak dipakai pada sirkuit system pengapian elektronik dan
system pengisian elektronik.
Gambar Contoh SCR atau Thyristor Penggunaan Transistor pada Sepeda Motor
Sumber: www.laskar-suzuki.com
18