Anda di halaman 1dari 19

Ada beberapa macam pendekatan pembelajaran yang digunakan pada kegiatan belajar mengajar, antara lain :

1. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan konstekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan melalui kegiatan
mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami.
Pembelajaran tidak hanya berorientasi target penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali siswa
untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian proses pembelajaran lebih diutamakan
daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang variatif dengan
prinsip membelajarkan memberdayakan siswa, bukan mengajar
siswa(http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/).
Borko dan Putnam mengemukakan bahwa dalam pembelajaran kontekstual,

guru memilih konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa dengan cara mengaitkan

pembelajaran dengan kehidupan nyata dan lingkungan di mana anak hidup dan berada serta dengan budaya
yang berlaku dalam masyarakatnya (http.//www.contextual.org.id). Pemahaman, penyajian ilmu pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap yang ada dalam materi dikaitkan dengan apa yang dipelajari dalam kelas dan
dengan kehidupan sehari-hari (Dirjen Dikdasmen, 2001: 8). Dengan memilih konteks secara tepat, maka siswa
dapat diarahkan kepada pemikiranagar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran di lingkungan kelas
saja, tetapi diajak untuk mengaitkan aspek-aspek yang benar-benar terjadi dalam kehidupan mereka sehari-
hari, masa depan mereka, dan lingkungan masyarakat luas.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Guru lebih banyak
berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.Guru bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim
yang bekerja bersama untuk merumuskan, menemukan sesuatu yang baru bagi kelas yang dapat berupa
pengetahuan, keterampilan dari hasil menemukan sendiri dan bukan dari apa kata guru.
Penggunaan pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak hanya untuk

mengembangkan ranah pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi juga untuk

mengembangkan sikap, nilai, serta kreativitas siswa dalam memecahkan masalah

yang terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari melalui interaksi dengan sesama

teman, misalnya melalui pembelajaran kooperatif, sehingga juga mengembangkan

ketrampilan sosial (social skills) (Dirjen Dikmenum, 2002:6). Lebih lanjut Schaible,
Klopher, dan Raghven, dalam Joyce-Well (2000:172) menyatakan bahwa pendekatan kontekstual melibatkan
siswa dalam masalah yang sebenarnya dalam penelitian dengan menghadapkan anak didik pada bidang
penelitian, membantu mereka mengidentifikasi masalah yang konseptual atau metodologis dalam bidang
penelitian dan mengajak mereka untuk merancang cara dalam mengatasi masalah.

1. Pendekatan Konstruktivisme
Kontruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual. Yaitu bahwa pendekatan dibangun oleh
manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-
tiba(Suwarna,2005).

Piaget (1970), Brunner dan Brand 1966), Dewey (1938) dan Ausubel (1963). Menurut Caprio (1994), McBrien
Brandt (1997), dan Nik Aziz (1999) kelebihan teori konstruktivisme ialah pelajar berpeluang membina
pengetahuan secara aktif melalui proses saling pengaruh antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran
terbaru. Pembelajaran terdahulu dikaitkan dengan pembelajaran terbaru. Perkaitan ini dibina sendiri oleh
pelajar.

Menurut teori konstruktivisme, konsep-konsep yang dibina pada struktur kognitif seorang akan berkembang
dan berubah apabila ia mendapat pengetahuan atau pengalaman baru. Rumelhart dan Norman (1978)
menjelaskan seseorang akan dapat membina konsep dalam struktur kognitifnya dengan menghubungkan
pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sedia ada padanya dan proses ini dikenali
sebagai accretion. Selain itu, konsep-konsep yang ada pada seseorang boleh berubah selaras dengan
pengalaman baru yang dialaminya dan ini dikenali sebagai penalaan atau tuning. Seseorang juga boleh
membina konsep-konsep dalam struktur kognitifnya dengan menggunakan analogi, iaitu berdasarkan
pengetahuan yang ada padanya. Menurut Gagne, Yekovich, dan Yekovich (1993) konsep baru juga boleh
dibina dengan menggabungkan konsep-konsep yang sedia ada pada seseorang dan ini dikenali
sebagai parcing.
Pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam proses pembelajaran kerana belajar digalakkan membina
konsep sendiri dengan menghubungkaitkan perkara yang dipelajari dengan pengetahuan yang sedia ada pada
mereka. Dalam proses ini, pelajar dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang sesuatu perkara.

Kajian Sharan dan Sachar (1992, disebut dalam Sushkin, 1999) membuktikan kumpulan pelajar yang diajar
menggunakan pendekatan konstruktivisme telah mendapat pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan
berbanding kumpulan pelajar yang diajar menggunakan pendekatan tradisional. Kajian Caprio (1994), Nor Aini
(2002), Van Drie dan Van Boxtel (2003), Curtis (1998), dan Lieu (1997) turut membuktikan bahawa pendekatan
konstruktivisme dapat membantu pelajar untuk mendapatkan pemahaman dan pencapaian yang lebih tinggi
dan signifikan.

1. Pendekatan Deduktif Induktif


A. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif ditandai dengan pemaparan konsep, definisi dan istilah-istilah pada bagian awal
pembelajaran. Pendekatan deduktif dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran akan
berlangsung dengan baik bila siswa telah mengetahui wilayah persoalannya dan konsep
dasarnya(Suwarna,2005).

1. Pendekatan Induktif
Ciri uatama pendekatan induktif dalam pengolahan informasi adalah menggunakan data untuk membangun
konsep atau untuk memperoleh pengertian. Data yang digunakan mungkin merupakan data primer atau dapat
pula berupa kasus-kasus nyata yang terjadi dilingkungan.

Prince dan Felder (2006) menyatakan pembelajaran tradisional adalah pembelajaran dengan pendekatan
deduktif, memulai dengan teori-teori dan meningkat ke penerapan teori. Di bidang sain dan teknik dijumpai
upaya mencoba pembelajaran dan topik baru yang menyajikan kerangka pengetahuan, menyajikan teori-teori
dan rumus dengan sedikit memperhatikan pengetahuan utama mahasiswa, dan kurang atau tidak mengkaitkan
dengan pengalaman mereka. Pembelajaran dengan pendekatan deduktif menekankan pada guru mentransfer
informasi atau pengetahuan. Bransford (dalam Prince dan Felder, 2006) melakukan penelitian dibidang
psikologi dan neurologi. Temuannya adalah: All new learning involves transfer of information based on
previous learning, artinya semua pembelajaran baru melibatkan transfer informasi berbasis pembelajaran
sebelumnya.

Major (2006) menyatakan dalam pembelajaran dengan pendekatan deduktif dimulai dengan menyajikan
generalisasi atau konsep. Dikembangkan melalui kekuatan argumen logika. Contoh urutan pembelajaran: (1)
definisi disampaikan; dan (2) memberi contoh, dan beberapa tugas mirip contoh dikerjakan siswa dengan
maksud untuk menguji pemahaman siswa tentang definisi yang disampaikan.

Alternatif pendekatan pembelajaran lainnya selain dengan pembelajaran pendekatan deduktif adalah dengan
pendekatan induktif . Beberapa contoh pembelajaran dengan pendekatan induktif misalnya pembelajaran
inkuiri, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis kasus, dan
pembelajaran penemuan. Pembelajaran dengan pendekatan induktif dimulai dengan melakukan pengamati
terhadap hal-hal khusus dan menginterpretasikannya, menganalisis kasus, atau memberi masalah
konstekstual, siswa dibimbing memahami konsep, aturan-aturan, dan prosedur-prosedur berdasar pengamatan
siswa sendiri.

Major (2006) berpendapat bahwa pembelajaran dengan pendekatan induktif efektif untuk mengajarkan konsep
atau generalisasi. Pembelajaran diawali dengan memberikan contoh-contoh atau kasus khusus menuju konsep
atau generalisasi. Siswa melakukan sejumlah pengamatan yang kemudian membangun dalam suatu konsep
atau geralisasi. Siswa tidak harus memiliki pengetahuan utama berupa abstraksi, tetapi sampai pada abstraksi
tersebut setelah mengamati dan menganalisis apa yang diamati.

Dalam fase pendekatan induktif-deduktif ini siswa diminta memecahkan soal atau masalah. Kemp (1994: 90)
menyatakan ada dua kategori yang dapat dipakai dalam membahas materi pembelajaran yaitu metode induktif
dan deduktif. Pada prinsipnya matematika bersifat deduktif. Matematika sebagai ilmu hanya diterima pola
pikir deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran yang berpangkal dari hal yang
bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus Soedjadi (2000: 16). Dalam
kegiatan memecahkan masalah siswa dapat terlibat berpikir dengan dengan menggunakan pola pikir induktif,
pola pikir deduktif, atau keduanya digunakan secara bergantian.

(http://rochmad-unnes.blogspot.com/2008/01/penggunaan-pola-pikir-induktif-deduktif.html)
1. Pendekatan Konsep dan Proses
A. Pendekatan Konsep
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep berarti siswa dibimbing memahami suatu bahasan
melalui pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya. Dalam proses pembelajaran tersebut penguasaan
konsep dan subkonsep yang menjadi fokus. Dengan beberapa metode siswa dibimbing untuk memahami
konsep. (http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/).
1. Pendekatan Proses
Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam
keterampilan proses seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan.
Pendekatan keterampilan proses digunakan dan dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan
pendekatan proses menuntut keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan belajar.
(http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/).
Dalam pendekatan proses, ada dua hal mendasar yang harus selalu dipegang pada setiap proses yang
berlangsung dalam pendidikan. Pertama, proses
mengalami. Pendidikan harus sungguh menjadi suatu pengalaman pribadi bagi
peserta didik. Dengan proses mengalami, maka pendidikan akan menjadi bagian
integral dari diri peserta didik; bukan lagi potongan-potongan pengalaman
yang disodorkan untuk diterima, yang sebenarnya bukan miliknya sendiri.
Dengan demikian, pendidikan mengejawantah dalam diri peserta didik dalam
setiap proses pendidikan yang dialaminya (http://groups.yahoo.com/group/sd-islam/message/1907).
1. Pendekatan Sains, Tekhnologi dan Masyarakat
National Science Teachers Association (NSTA) (1990 :1)memandang STM sebagai the teaching and learning
of science in thecontext of human experience. STM dipandang sebagai proses pembelajaran yang senantiasa
sesuai dengan konteks pengalaman manusia. Dalam pendekatan ini siswa diajak untuk meningkatakan
kreativitas, sikap ilmiah, menggunakan konsep dan proses sains dalam kehidupan sehari-hari.Definisi lain
tentang STM dikemukakan oleh PENN STATE(2006:1) bahwa STM merupakan an interdisciplinary approach
whichreflects the widespread realization that in order to meet the increasingdemands of a technical society,
education must integrate acrossdisciplines. Dengan demikian, pembelajaran dengan pendekatan STMharuslah
diselenggarakan dengan cara mengintegrasikan berbagaidisiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai
hubungan yangterjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa pemahaman kita
terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi
terhadap hubungan-hubungan tersebut menjadi bagian yang penting dalampengembangan pembelajaran di
era sekarang ini.
Pandangan tersebut senada dengan pendapat NC State University (2006: 1), bahwa STM merupakan an
interdisciplinery field of study that seeks to explore a understand the many ways that scinence and technology
shape culture, values, and institution, and how such factors shape science and technology. STM
dengandemikian adalah sebuah pendekatan yang dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sains dan
teknologi masuk dan merubah proses-proses sosial di masyarakat, dan bagaimana situasi
sosialmempengaruhi perkembangan sains dan teknologi.
Hasil penelitian dari National Science Teacher Association ( NSTA ) ( dalam Poedjiadi, 2000 ) menunjukan
bahwa pembelajaran sains dengan menggunakan pendekatan STM mempunyai beberapa perbedaan jika
dibandingkan dengan cara biasa. Perbedaan tersebut ada pada aspek : kaitan dan aplikasi bahan pelajaran,
kreativitas, sikap, proses, dan konsep pengetahuan. Melalui pendekatan STM ini guru dianggap sebagai
fasilitator dan informasi yang diterima siswa akan lebih lama diingat. Sebenarnya dalam pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan STM ini tercakup juga adanya pemecahan masalah, tetapi masalah itu lebih
ditekankan pada masalah yang ditemukan sehari hari, yang dalam pemecahannya menggunakan langkah
langkah (ilmiahhttp://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/).

Macam-Macam Pendekatan Pembelajaran


A. Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan
Istilah pendekatan berasal dari bahasa Inggris approach yang salah satu artinya adalah Pendekatan.
Dalam pengajaran, approach diartikan sebagai a way of beginning something cara memulai sesuatu.
Karena itu, pengertian pendekatan dapat diartikan cara memulai pembelajaran. Dan lebih luas lagi,
pendekatan berarti seperangkat asumsi mengenai cara belajar-mengajar. Pendekatan merupakan titik awal
dalam memandang sesuatu, suatu filsafat, atau keyakinan yang kadang kala sulit membuktikannya.
Pendekatan ini bersifat aksiomatis. Aksiomatis artinya bahwa kebenaran teori yang digunakan tidak
dipersoalkan lagi.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih
sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teorItis tertentu.
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
a. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered
approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru melakukan pendekatan dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, dan
b. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered
approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru menjadi subjek utama dalam proses
pembelajaran.
B. Fungsi Pendekatan dalam Pembelajaran
Fungsi pendekatan bagi suatu pembelajaran adalah :
1. Sebagai pedoman umum dalam menyusun langkah-langkah metode pembelajaran yang
akan digunakan.
2. Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran.
3. Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai.
4. Mendiaknosis masalah-masalah belajar yang timbul, dan
5. Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan.
C. Macam-Macam Pendekatan dalam Pembelajaran
0. Pendekatan Kontekstual / Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US
Departement of Education, 2001). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar,
manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan
menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan
membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang
bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk menggapinya.
Pendekatan konstektual merupakan pendekatan yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat.pendekatan kontekstual sendiri dilakukan dengan
melibatkan komponen komponen pembelajaran yang efektif yaitu konstruktivisme, bertanya,
menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, penilaian sebenarnya.
Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting,
yaitu :
a. Mengaitkan. adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti
konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru
dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang
sudah diketahui siswa dengan informasi baru.
b. Mengalami. merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti
menghubungkan informasi baru dengan pengelaman maupun pengetahui sebelumnya.
Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan
serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
c. Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan
pemecahan masalah. Guru dapet memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang
realistic dan relevan.
d. Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu
kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat
mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak
hanya membanti siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata.
e. Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengalaman belajar
dengan focus pada pemahaman bukan hapalan

Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan dalam Pendekatan Kontekstual


Hal-hal yang diperlukan untuk mencapai sejumlah hasil yang diharapkan dalam penerapan
pendekatan kontekstual adalah sebagai berikut :
f. Guru yang berwawasan. Maksudnya yaitu guru yang berwawasan dalam
penerapan dan pendekatan.
g. Materi dalam pembelajaran.Dalam hal ini guru harus bisa mencari materi
pembelajaran yang dijiwai oleh konteks perlu disusun agar bermakna bagi siswa.
h. Strategi metode dan teknik belajar dan mengajar.Dalam hal ini adalah
bagaimana seorang guru membuat siswa bersemangat belajar, yang lebih konkret, yang
menggunakan realitas, lebih aktual, nyata/riil, dsb.
i. Media pendidikan.Media yang digunakan dapat berupa situasi alamiah, benda
nyata, alat peraga, film nyata yang mana perlu dipilih dan dirancang agar sesuai dan
belajar lebih bermakna.
j. Fasilitas.Media pendukung pembelajaran kontekstual seperti peralatan dan
perlengkapan, laboratorium, tempat praktek, dan tempat untuk melakukan pelatihan perlu
disediakan.
k. Proses belajar dan mengajar. Hal ini ditujukan oleh perilaku guru dan siswa
yang bernuansa pembelajaran kontekstual yang merupakan inti dari pembelajaran
kontekstual.
l. Kancah pembelajaran.Hal ini perlu dipilih sesuai dengan hasil yang diinginkan.
m. Penilaian.Penilaian/evaluasi otentik perlu diupayakan karena pada pembelajaran
ini menuntut pengukuran prestasi belajar siswa dengan cara- cara yang tepat dan variatif,
tidak hanya dengan pensil atau paper test.
n. i) Suasana.Suasana dalam lingkungan pembelajaran kontekstual sangat
berpengaruh karena dapat mendekatkan situasi kehidupan sekolah dengan kehidupan
nyata di lingkungan siswa.
Karakteristik Pembelajaran CTL
o. Kerjasama.
p. Saling menunjang.
q. Menyenangkan, tidak membosankan.
r. Belajar dengan bergairah.
s. Pembelajaran terintegrasi.
t. Menggunakan berbagai sumber.
u. Siswa aktif.
v. Sharing dengan teman.
w. Siswa kritis guru kreatif.
x. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar,
artikel, humor dan lain-lain.
y. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan
hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain

Tahapan-tahapan Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual


Tahapan pelaksanaan pembelajaran kontekstual antara lain :
z. Mengkaji materi pelajaran yang akan diajarkan.
aa. Mengkaji konteks kehidupan siswa sehari-hari.
bb. Memilih materi pelajaran yang dapat dikaitkan dengan kehidupan siswa.
cc. Menyusun persiapan proses KBM yang telah memasukkan konteks dengan
materi pelajaran.
dd. Melaksanakan proses belajar mengajar kontekstual.
ee. Melakukan penilaian otentik terhadap apa yang telah dipelajari siswa.

Kelebihan pendekatan Kontekstual


ff. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk
dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan
nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan
dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara
fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa,
sihingga tidak akan mudah dilupakan.
gg. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep
kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme,
dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui
landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui mengalami bukan
menghafal.

Kelemahan Pendekatan Kontekstual


hh. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru tidak
lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah
tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru
bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan
belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman
yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau
penguasa yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar
mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
ii. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ideide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan
sadar menggunakan strategistrategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks
ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar
tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.

1. Pendekatan Kontruktivisme
Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang lebih
menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru yang dapat diperlukan
bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan.
Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan dan
pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan dasar yang dapat
diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam
lingkungan masyarakat.
Dalam pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai pembibimbing dan
pengajar dalam kegiatan pembelajaran. Olek karena itu , guru lebih mengutamakan keaktifan
siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan ide-ide baru yang sesuai
dengan materi yang disajikan unutk meningkatkan kemampuan siswa secara pribadi.Jadi
pendekatan konstruktivisme merupakan pembelajaran yang lebih mengutamakan pengalaman
langsung dan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Secara umum yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar
dalam memberikan arti, serta belajar sesuatu melalui aktivitas individu dan sosial. Tidak ada
satupun teori belajar tentang konstruktivisme, namun terdapat beberapa pendekatan konstruktivis,
misalnya pendekatan yang khusus dalam pendidikan matematik dan sains. Beberapa pemikir
konstruktivis seperti Vigotsky menekankan berbagi dan konstruksi sosial dalam pembentukan
pengetahuan (konstruktivisme sosial); sedangkan yang lain seperti Piaget melihat konstruksi
individu lah yang utama (konstruktivisme individu).

Konstrukstivisme Individu
Para psikolog konstruktivis yang tertarik dengan pengetahuan individu, kepercayaan,
konsep diri atau identitas adalah mereka yang biasa disebut konstruktivis individual. Riset mereka
berusaha mengungkap sisi dalam psikologi manusia dan bagaimana seseorang membentuk
struktur emosional atau kognitif dan strateginya

Konstrukstivisme Sosial
Berbeda dengan Piaget, Vygotsky percaya bahwa pengetahuan dibentuk secara sosial, yaitu
terhadap apa yang masing-masing partisipan kontribusikan dan buat secara bersama-sama.
Sehingga perkembangan pengetahuan yang dihasilkan akan berbeda-beda dalam konteks budaya
yang berbeda. Interaksi sosial, alat-alat budaya, dan aktivitasnya membentuk perkembangan dan
kemampuan belajar individual.

Ciri-ciri pendekatan konstruktivisme


Dengan adanya pendekatan konstruktivisme, pengembangan pengetahuan bagi peserta
didik dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui kegiatan penelitian atau pengamatan langsung
sehingga siswa dapat menyalurkan ide-ide baru sesuai dengan pengalaman dengan menemukan
fakta yang sesuai dengan kajian teori.
Antara pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada keterkaitan dengan pengalaman
yang ada dalam diri siswa.
Setiap siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan apa yang mereka pelajari.
Peran guru hanya sebagai pembimbing dengan menyediakan materi atau konsep apa yang
akan dipelajari serta memberikan peluang kepada siswa untuk menganalisis sesuai dengan materi
yang dipelajari

Prinsip Pendekatan konstruktivisme


Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Konstruktivime akan mengaktifkan siswa
secara aktif sehingga pembelajaran yang didapat oleh siswa lebih didasarkan pada proses
pencapaian pengetahuan itu bukan pada hasilnya.
Prinsip konstruktivisme telah banyak digunakan dalam pembelajaran. Menurut Suparno
(1999:73) ada beberapa prinsip dari konstruktivisme antara lain:
Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif .
Tekanan dalam pembelajaran terletak pada siswa.
Mengajar adalah membantu siswa belajar.
Tekanan dalam pembelajaran lebih pada proses bukan pada akhir .
Kurikulum menekankan pada partisipasi siswa.
Guru adalah fasilitator.
Sedangkan menurut Brooks & Brooks (dalam Subana, 2001:47)prinsip konstruktivisme
yaitu:
Ajukan masalah yang relevan dengan siswa,
Struktur pembelajaran pada konsep-konsep eensial,
Usahakan menemukan dan menilai pandangan siswa,
Adaptasikan kurikulum, dan
Ukur belajar siswa dalam konteks belajar.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip pembelajaran dengan
pendekatan konstruktivisme antara lain siswa aktif mencari tahu dengan membentuk pengetahuan
baru sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dalam mengkonstruksikan pengetahuan tersebut
sebagaimana tuntunan kurikulum.

Karakteristik Pembelajaran Konstruktivisme


Adapun karakteristik pendekatan konstruktivisme menurut Driver (dalam Paul, 1996:69)
bahwa karakteristik pembelajaran konstruktivisme adalah:
o. Orientasi ialah siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam
mempelajari suatu topik
p. Elicitasi ialah membantu siswa untuk mengungkapkan idenya secara jelas
q. Retrukturisasi ide terdiri dari klarifikasi ide, membangun ide yang baru,
mengevaluasi ide baru dengan eksperimen
r. Penggunaan ide dalam banyak situasi
s. Review adalah bagaimana ide itu berubah.
Sedangkan menurut Smorgansbord (1997:54)) menyatakan beberapa karakteristik tentang
konstruktivisme yaitu :
t. Pengetahuan dibangun berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang telah
ada sebelumnya
u. Belajar merupakan penasiran personal tentang dunia
v. Belajar merupakan proses yang aktif dimana makna diembangkan berdasarkan
pengalaman
w. Pengetahuan tumbuh karena adanya perundingan makna melalui berbagai
informasi atau menyepakati suatu pandangan dalam berinteraksi
x. Belajar harus disituasikan dalam kehidupan yang nyata.

Langkah Pelaksanaan Pendekatan Konstruktivisme


Langkah pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme, menurut Nurhadi (2003:39)
bahwa penerapan konstruktivisme muncul dengan lima langkah pembelajaran yaitu sebagai
berikut:
y. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
Pengetahuan awal yang sudah dimiliki peserta didik akan menjadi dasar awal
untuk mempelajari informasi baru. Langkah ini dapat dilakukan dengan cara pemberian
pertanyaan terhadap materi yang akan dibahas.
z. Pemerolehan pengetahuan baru
Pemerolehan pengetahuan perlu dilakukan secara keseluruhan tidak dalam paket
yang terpisah-pisah.
aa. Pemahaman pengetahuan
Siswa perlu menyelidiki dan menguji semua hal yang memungkinkan dari
pengetahuan baru siswa.
bb. Menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh
Siswa memerlukan waktu untuk memperluas dan memperhalus stuktur
pengetahuannya dengan cara memecahkan masalah yang di temui.
cc. Melakukan refleksi.
Pengetahuan harus sepenuhnya dipahami dan diterapkan secara luas, maka
pengetahuan itu harus dikontekstualkan dan hal ini memerlukan refleksi.
Sedangkan menurut Kunandar (2007:307) langkah-langkah pembelajaran konstruktivisme
antara lain :
dd. carilah dan gunakanlah pertanyaan dan gagasan siswa untuk menuntun pelajaran
dan keseluruhan unit pembelajaran
ee. Biarkan siswa mengemukakan gagasan-gagasan mereka dulu
ff. Kembangkan kepemimpinan, kerja sama, pencarian informasi, dan aktivitas
siswa sebagai hasil dalam proses belajar
gg. Gunakan pemikiran, pengalaman, dan minat siswa untuk mengarahkan proses
pembelajaran
hh. Kembangkan penggunakan alternatif sumber informasi baik dalam bentuk bahan
tertulis maupun bahan-bahan para pakar.
ii. Usahakan agar siswa mengemukakan sebab-sebab terjadinya suatu peristiwa
jj. Carilah gagasan-gagasan siswa sebelum guru menyajikan pendapatnya.
kk. Buatlah agar siswa tertantang dengan konsepi dan gagasan-gagasan mereka
sendiri
ll. Sediakan waktu cukup untuk berefleksi dan menganalisis menghormati gagasan
siswa
mm. Doronglah siswa untuk melakukan analisis sendiri, mengumpulkan bukti nyata
untuk mendukung gagasannya sesuai dengan pengetahuan baru yang dipelajarinya
nn. Gunakanlah masalah yang diidentifikasikan oleh siswa sesuai dengan minantya
dan dampak yang akan ditimbulkannya
oo. Gunakan sumber-sumber lokal sebagai sumber informasi asli yang digunakan
dalam pemecahan masalah.
pp. Libatkan siswa dalam mencari pemecahan masalah yang ada dalan kenyataan.
qq. Perluas belajar seputar jam pelajaran, ruangan kelas, dan lingkungan sekolah.
rr. Pusatkan perhatian pada dampak sains pada setiap individu siswa
ss. Tekankan kesadaran karir terutama yang berhubungan dengan sains dan
teknologi.

Kelebihan Pendekatan Konstruktivisme


Dalam penerapannya, pendekatan konstruktivisme memiliki kelebihan dan kekurangan.
Menurut Ella (2004:55) menjelaskan bahwa pendekatan konstruktivisme membantu siswa
menguasai tiga hal , yaitu:
tt. Siswa diajak memahami dan menafsirkan kenyataan dan pengalamannya yang
berbeda.
uu. Siswa lebih mampu mengatasi masalah dalam kehidupan nyata.
vv. Pemahaman konstruktivisme, yaitu membangun dan mengetahui bagaimana
menggunakan pengetahuan dan keahlian dalam situasi kehidupan nyata.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan konstruktivisme memiliki berbagai
kelebihan antara lain:
ww. Dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme siswa akan aktif dalam
pembelajaran
xx. Menjadikan proses pembelajaran tersebut menyenangkan dan lebih bermakna
bagi siswa
yy. Siswa membangun sendiri pengetahuannya maka siswa tidak mudah lupa
dengan pengetahuannya
zz. Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena menggunakan
realitas kehidupan sehingga siswa tidak cepat bosan belajar
aaa. Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka, karena setiap jawaban siswa ada
penilaiannya
bbb. Memupuk kerjasama dalam kelompok.
Dengan adanya kelebihan pada pendekatan konstruktivisme ini maka siswa di harapkan
dapat menyelesaikan masalah dengan berbagai cara, jadi peserta didik akan terlatih untuk dapat
menerapkannya dengan situasi yang berbeda atau baru.

Kekurangan Pendekatan Konstruktivisme


Selain memiliki kelebihan pendekatan konstruktivisme juga memiliki kekurangan. Namun
kekurangan ini dapat kita atasi seperti:
ccc. Siswa masih kesulitan dalam menemukan sendiri jawabannya
ddd. Membutuhkan waktu yang lama terutama bagi siswa yang lemah
eee. Siswa yang pandai kadang-kadang tidak sabar dalam menanti temannya yang
belum selesai.
Dari uraian tadi dapat disimpulkan kelemahan pendekatan konstruktivisme dapat ditolerir,
maka guru hendaknya dapat membimbing siswa agar dapat menemukan jawabannya, kemudian
guru menambah waktu belajar bagi siswa yang lemah dalam proses pembelajaran, serta
memberikan nasehat agar menghargai teman dalam belajar Sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
2. Pendekatan Deduktif
Pembelajaran dengan pendekatan deduktif terkadang sering disebut pembelajaran
tradisional yaitu guru memulai dengan teori-teori dan meningkat ke penerapan teori. Dalam
bidang ilmu sains dijumpai upaya mencoba pembelajaran dan topik baru yang menyajikan
kerangka pengetahuan, menyajikan teori-teori dan rumus dengan sedikit memperhatikan
pengetahuan utama siswa, dan kurang atau tidak mengkaitkan dengan pengalaman mereka.
Pembelajaran dengan pendekatan deduktif menekankan pada guru mentransfer informasi atau
pengetahuan.
Menurut Setyosari (2010:7) menyatakan bahwa Berpikir deduktif merupakan proses
berfikir yang didasarkan pada pernyataan-pernyataan yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat
khusus dengan menggunakan logika tertentu.
Hal serupa dijelaskan oleh Sagala (2010:76) yang menyatakan bahwa: Pendekatan deduktif
adalah proses penalaran yang bermula dari keadaaan umum kekeadaan yang khusus sebagai
pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum diikuti dengan
contoh-contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip umum itu kedalam keadaan khusus.
Sedangkan menurut Yamin (2008:89) menyatakan bahwa Pendekatan deduktif merupakan
pemberian penjelasan tentang prinsip-prinsip isi pelajaran, kemudian dijelaskan dalam bentuk
penerapannya atau contoh-contohnya dalam situasi tertentu.
Dalam pendekatan deduktif menjelaskan hal yang berbentuk teoritis kebentuk realitas atau
menjelaskan hal-hal yang bersifat umum ke yang bersifat khusus. Disini guru menjelaskan teori-
teori yang telah ditemukan para ahli, kemudian menjabarkan kenyataan yang terjadi atau
mengambil contoh-contoh.
Dari penjelasan beberapa teori dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan deduktif adalah
cara berfikir dari hal yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus.
Penggunaan Pendekatan Deduktif
Menurut Yamin (2008:89) pendekatan deduktif dapat dipergunakan bila:
. Siswa belum mengenal pengetahuan yang sedang dipelajari,
a. Isi pelajaran meliputi terminologi, teknis dan bidang yang kurang membutuhkan
proses berfikir kritis,
b. Pengajaran mengenai pelajaran tersebut mempunyai persiapan yang baik dan
pembicaraan yang baik,
c. Waktu yang tersedia sedikit.

Langkah-langkah Pendekatan Deduktif


Menurut Sagala (2010:76) langkah-langkah yang dapat digunakan dalam pendekatan
deduktif dalam pembelajaran adalah
d. Guru memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan
deduktif,
e. Guru menyajikan aturan, prinsip yang berifat umum, lengkap dengan definisi
dan contoh-contohnya,
f. Guru menyajikan contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyusun hubungan
antara keadaan khusus dengan aturan prinsip umum,
g. Guru menyajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa
keadaan khusus itu merupakan gambaran dari keadaan umum.

Kelebihan Pendekatan Deduktif


Adapun kelebihan dari pendekatan deduktif dibandingkan dengan pendekatan lain adalah :
h. Tidak memerlukan banyak waktu.
i. Sifat dan rumus yang diperoleh dapat langsung diaplikasikan kedalam soal-soal
atau masalah yang konkrit.

Kelemahan Pendekatan Deduktif


Kelemahan pendekatan deduktif antara lain:
j. Siswa sering mengalami kesulitan memahami makna matematika dalam
pembelajaran. Hal ini disebabkan siswa baru bisa memahami konsep setelah disajikan
berbagai contoh.
k. Siswa sulit memahami pembelajaran matematika yang diberikan karna siswa
menerima konsep matematika yang secara langsung diberikan oleh guru.
l. Siswa cenderung bosan dengan pembelajaran dengan pendekatan deduktif,
karna disini siswa langsung menerima konsep matematika dari guru tanpa ada
kesempatan menemukan sendiri konsep tersebut.
m. Konsep tidak bisa diingat dengan baik oleh siswa.

3. Pendekatan Induktif
Berbeda dengan pendekatan deduktif yang menyimpulkan permasalahan dari hal-hal yang
bersifat umum, maka pendekatan induktif (inductif approach) menyimpulkan permasalahan dari
hal-hal yang bersifat khusus.. Metode induktif sering digambarkan sebagai pengambilan
kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus.
Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan
berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan
pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum. Pendekatan induktif merupakan proses
penalaran yang bermula dari keadaan khusus menuju keadaan umum.
Sedangkan menurut Yamin (2008:89) menyatakan bahwa: Pendekatan induktif dimulai
dengan pemberian kasus, fakta, contoh, atau sebab yang mencerminkan suatu konsep atau prinsip.
Kemudian siswa dibimbing untuk berusaha keras mensintesiskan, menemukan, atau
menyimpulkan prinsip dasar dari pelajaran tersebut.
Mengajar dengan pendekatan induktif adalah cara mengajar dengan cara penyajian kepada
siswa dari suatu contoh yang spesifik untuk kemudian dapat disimpulkan menjadi suatu aturan
prinsip atau fakta yang pasti.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan induktif adalah
pendekatan pengajaran yang berawal dengan menyajikan sejumlah keadaan khusus kemudian
dapat disimpulkan menjadi suatu kesimpulan, prinsip atau aturan.

Penggunaan Pendekatan Induktif


Menurut Yamin (2008:90) pendekatan induktif tepat digunakan manakala:
. Siswa telah mengenal atau telah mempunyai pengalaman yang berhubungan
dengan mata pelajaran tersebut,
a. Yang diajarkan berupa keterampilan komunikasi antara pribadi, sikap,
pemecahan, dan pengambilan keputusan,
b. Pengajar mempunyai keterampilan fleksibel, terampil mengajukan pertanyaan
terampil mengulang pertanyaan, dan sabar,
c. Waktu yang tersedia cukup panjang.

Langkah-langkah Pembelajaran Pendekatan Induktif


Menurut Sagala (2010:77) langkah-langkah yang harus ditempuh dalam model
pembelajaran dengan pendekatan induktif yaitu:
d. Memilih dan mementukan bagian dari pengetahuan (konsep, aturan umum,
prinsip dan sebagainya) sebagai pokok bahasan yang akan diajarkan.
e. Menyajikan contoh-contoh spesifik dari konsep, prinsip atau aturan umum itu
sehingga memungkinkan siswa menyusun hipotesis (jawaban sementara) yang bersifat
umum.
f. Kemudian bukti-bukti disajikan dalam bentuk contoh tambahan dengan tujuan
membenarkan atau menyangkal hipotesis yang dibuat siswa.
g. Kemudian disusun pernyataan tentang kesimpulan misalnya berupa aturan
umum yang telah terbukti berdasarkan langkah-langkah tersebut, baik dilakukan oleh
guru atau oleh siswa.

Kelebihan Pendekatan Induktif


Adapun kelebihan dari pendekatan induktif dibandingkan dengan pendekatan antara lain
adalah :
h. Memberikan kesempatan pada siswa untuk berusaha sendiri atau menemukan
sendiri suatu konsep sehingga akan diingat dengan lebih baik.
i. Murid memahami sifat atau rumus melalui serangkaian contoh. Kalau terjadi
keraguan mengenai pengertian dapat segera diatasi sejak masih awal.
j. Dapat meningkatkan semangat belajar siswa.
Kelemahan Pendekatan Induktif
Kelemahan dari pendekatan induktif antara lain :
k. Memerlukan banyak waktu.
l. Kadang-kadang hanya sebagian siswa yang terlibat secara aktif.
m. Sifat dan rumus yang diperoleh masih memerlukan latihan atau aplikasi untuk
memahaminya.
n. Secara matematik (formal) sifat atau rumus yang diperoleh dengan pendekatan
induktif masih belum menjamin berlaku umum.

4. Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik meguasai konsep
secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi).. Konsep merupakan
struktur mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman.
Pendekatan Konsep merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung
menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep
itu diperoleh.

Ciri-ciri suatu konsep adalah


. Konsep memiliki gejala-gejala tertentu
a. Konsep diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman langsung
b. Konsep berbeda dalam isi dan luasnya
c. Konsep yang diperoleh berguna untuk menafsirkan pengalaman-pengalaman
d. Konsep yang benar membentuk pengertian
e. Setiap konsep berbeda dengan melihat ciri-ciri tertentu
Kondisi-kondisi yang dipertimbangkan dalam kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan
konsep adalah:
f. Menanti kesiapan belajar, kematangan berpikir sesuai denaan unsur lingkungan.
g. Mengetengahkan konsep dasar dengan persepsi yang benar yang mudah
dimengerti.
h. Memperkenalkan konsep yang spesifik dari pengalaman yang spesifik pula
sampai konsep yang kompleks.
i. Penjelasan perlahan-lahan dari yang konkret sampai ke yang abstrak.

Langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep


Langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep melalui 3 tahap yaitu,
j. Tahap Enaktik
Tahap enaktik dimulai dari:
Pengenalan benda konkret.
Menghubungkan dengan pengalaman lama atau berupa pengalaman baru.
Pengamatan, penafsiran tentang benda baru.
k. Tahap Simbolik
Tahap simbolik siperkenalkan dengan: Simbol, lambang, kode, seperti angka,
huruf. kode, seperti (?=,/) dll. Membandingkan antara contoh dan non-contoh untuk
menangkap apakah siswa cukup mengerti akan ciri-cirinya. Memberi nama, dan istilah
serta defenisi.
l. Tahap Ikonik
Tahap ini adalah tahap penguasaan konsep secara abstrak, seperti: Menyebut
nama, istilah, definisi, apakah siswa sudah mampu mengatakannya.
5. Pendekatan Proses
Pendekatan proses merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu
keterampilan proses.
Pendekatan proses adalah pendekatan yang berorientasi pada proses bukan hasil. Pada
pendekatan ini peserta didik diharapkan benar-benar menguasai proses. Pendekatan ini penting
untuk melatih daya pikir atau mengembangkan kemampuan berpikir dan melatih psikomotor
peserta didik. Dalam pendekatan proses peserta didik juga harus dapat mengilustrasikan atau
memodelkan dan bahkan melakukan percobaan. Evaluasi pembelajaran yang dinilai adalah proses
yang mencakup kebenaran cara kerja, ketelitian, keakuratan, keuletan dalam bekerja dan
sebagainya.
Kelebihan Pendekatan Proses
Keunggulan/Kelebihan pendekatan proses adalah :
. Memberi bekal cara memperoleh pengetahuan, hal yang sangat penting untuk
pengembangan pengetahuan dan masa depan.
a. Pendahuluan proses bersifat kreatif, siswa aktif, dapat meningkatkan
keterampilan berfikir dan cara memperoleh pengetahuan.

Kelemahan Pendekatan Proses


Kelemahan pendekatan proses adalah :
Memerlukan banyak waktu sehingga sulit untuk dapat menyelesaikan
pengajaran yang ditetapkan dalam kurikulum.
Memerlukan fasilitas yang cukup baik dan lengkap sehingga tidak semua
sekolah dapat menyediakannya.
Merumuskan masalah, menyusun hipotesis, merancangkan suatu percobaan
untuk memperoleh data yang relevan adalah pekerjaan yang sulit, tidak semua siswa
mampu melaksanakannya.

6. Pendekatan Open - Ended


Menurut Suherman dkk (2003; 123) problem yang diformulasikan memiliki multijawaban
yang benar disebut problem tak lengkap atau disebut juga Open-Ended problem atau soal terbuka.
Siswa yang dihadapkan denganOpen-Ended problem, tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan
jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban. Dengan
demikian bukanlah hanya satu pendekatan atau metode dalam mendapatkan jawaban, namun
beberapa atau banyak.
Sifat keterbukaan dari suatu masalah dikatakan hilang apabila hanya ada satu cara dalam
menjawab permasalahan yang diberikan atau hanya ada satu jawaban yang mungkin untuk
masalah tersebut. Contoh penerapan masalah Open-Ended dalam kegiatan pembelajaran adalah
ketika siswa diminta mengembangkan metode, cara atau pendekatan yang berbeda dalam
menjawab permasalahan yang diberikan bukan berorientasi pada jawaban (hasil) akhir.

Kelebihan pendekatan OpenEnded.


Dalam pendekatan open-ended guru memberikan permasalah kepada siswa yang solusinya
tidak perlu ditentukan hanya melalui satu jalan. Guru harus memanfaatkan keragaman cara atau
prosedur yang ditempuh siswa dalam menyelesaikan masalah. Hal tersebut akan memberikan
pengalaman pada siswa dalam menemukan sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan,
keterampilan dan cara berfikir matematik yang telah diperoleh sebelumnya. Ada beberapa
kelebihan dari pendekatan ini, antara lain:
. Siswa memiliki kesempatan untuk berpartisipasi secara lebih aktif serta
memungkinkan untuk mengekspresikan idenya.
a. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak menerapkan pengetahuan serta
keterampilan matematika secara komprehensif.
b. Siswa dari kelompok lemah sekalipun tetap memiliki kesempatan untuk
mengekspresikan penyelesaian masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri.
c. Siswa terdorong untuk membiasakan diri memberikan bukti atas jawaban yang
mereka berikan.
d. Siswa memiliki banyak pengalaman, baik melalui temuan mereka sendiri
maupun dari temannya dalam menjawab permasalahan.

Kelemahan Pendekatan OpenEnded.


Disamping kelebihan yang dapat diperoleh dari pendekatan open-ended, terdapat juga
beberapa kelemahan, diantaranya:
e. Sulit membuat atau menyajikan situasi masalah matematika yang bermakna bagi
siswa.
f. Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahamai siswa sangat sulit
sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon permasalahan
yang diberikan.
g. Karena jawaban bersifat bebas, siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa
ragu atau mencemaskan jawaban mereka.
h. Mungkin ada sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak
menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.

7. Pendekatan Saintific
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan saintifik. Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah
sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang
mengapa.
Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik
tahu tentang bagaimana. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar
agar peserta didik tahu tentang apa.Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara
kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan
dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu
menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (saintifik appoach) dalam pembelajaran
semua mata pelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan,
kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan
menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi,
atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara
prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-
nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.

Tujuan Pembelajaran Pendekatan Saintific


Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah:
. untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa.
a. untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara
sistematik.
b. terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu
merupakan suatu kebutuhan.
c. diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
d. untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam
menulis artikel ilmiah
e. Untuk mengembangkan karakter siswa

Prinsip Pendekatan Saintific


Prinsip-prinsip dalam pembelajaran dengan pendekatan saintific antara lain :
f. pembelajaran berpusat pada siswa
g. pembelajaran membentuk students self concept
h. pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mempelajari,
mnganalisis, menyimpulkan konsep, pengetahuan, dan prinsip.
i. pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa
j. Pembelajaran meningkatkan motivasi

Langkah-langkah Pendekatan Saintific


Pembelajaran saintifik terdiri atas lima langkah, yaitu :
k. Observing (mengamati), Membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau
dengan alat)
l. Questioning (menanya), Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak
dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan
tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang
bersifat hipotetik)
m. Associating (menalar), mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik
terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan
mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang
dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada
pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki
pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan
n. Experimenting (mencoba), Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau
otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi
atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran IPA, misalnya,peserta didik harus
memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta
didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan
tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah
untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.
o. Networking (membentuk Jejaring/ mengkomunikasikan), Menyampaikan hasil
pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media
lainnya

8. Pendekatan Realistik
Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan olehHans Frudenthal di Belanda.
Realistic Mathematics Education (RME) adalah pendekatan pengajaran yang bertitik tolak dari
hal-hal yang real bagi siswa, menekankan ketrampilan proses of doing mathematics, berdiskusi
dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehinggga mereka dapat menemukan
sendiri (student inventing sebagai kebalikan dari teacher telling) dan pada akhirnya
menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun secara
kelompok. (Zulkardi, 2009)
Pengertian pendekatan realistik menurut Sofyan, (2007: 28) sebuah pendekatan pendidikan
yang berusaha menempatkan pendidikan pada hakiki dasar pendidikan itu sendiri.
Menurut Sudarman Benu, (2000: 405) pendekatan realistik adalah pendekatan yang
menggunakan masalah situasi dunia nyata atau suatu konsep sebagai titik tolak dalam belajar
matematika. Matematika Realistik yang telah diterapkan dan dikembangkan di Belanda teorinya
mengacu pada matematika harus dikaitkan dengan realitas dan matematika merupakan aktifitas
manusia.
Dalam pembelajaran melalui pendekatan realistik, strategi- strategi informasi siswa
berkembang ketika mereka menyeleseikan masalah pada situasi- situsi biasa yang telah
diakrapiniya, dan keadaan itu yang dijadikannya titik awal pembelajaran pendekatan realistik atau
Realistic Mathematic Education(RME) juga diberi pengertian cara mengajar dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menyelediki dan memahami konsep matematika melalui suatu
masalah dalam situasi yang nyata. (Megawati, 2003: 4). Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran
bermakna bagi siswa.
Realistic Mathematic Education(RME) adalah pendekatan pengajaran yang bertitik tolak
pada hal- hal yang real bagi siswa(Zulkardi). Teori ini menekankan ketrampilan proses, berdiskusi
dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan
sendiri(Student Invonting), sebagai kebalikan dari guru memberi(Teaching Telling) dan pada
akhirnya murid menggunakan matematika itu untuk menyeleseikan masalah baik secara individual
ataupun kelompok.
Pada pendekatan Realistik peran guru tidak lebih dari seorang fasilitator, moderator atau
evaluator. Sementara murid berfikir, mengkomunikasikan argumennya, mengklasifikasikan
jawaban mereka, serta melatih saling menghargai strategi atau pendapat orang lain.
Menurut De Lange dan Van Den Heuvel Parhizen, RME ini adalah pembelajaran yang
mengacu pada konstruktifis sosial dan dikhususkan pada pendidikan matematika.(Yuwono: 2001)
Dari beberapa pendapat diatas dapat dikatakan bahwa RME atau pendekatan Realistik
adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sehari- hari sebagai sumber inspirasi
dalam pembentukan konsep dan mengaplikasikan konsep- konsep tersebut atau bisa dikatakan
suatu pembelajaran matematika yang berdasarkan pada hal- hal nyata atau real bagi siswa dan
mengacu pada konstruktivis sosial.

Tujuan Pendekatan Realistik (RME)


Tujuan Pembelajaran Matematika Realistik sebagai berikut:
. Menjadikan matematika lebih menarik,relevan dan bermakna,tidak terlalu
formal dan tidak terlalu abstrak
.
a. Mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa.
b. Menekankan belajar matematika learning by doing.
c. Memfasilitasi penyelesaian masalah matematika tanpa menggunakan
penyelesaian yang baku.
d. Menggunakan konteks sebagai titik awal pembelajaran matematika.
(kuiper&kouver,1993)

Prinsip-Prinsip Pendekatan Realistik (RME)


Terdapat 5 prinsip utama dalam pembelajaran matematika realistik, yaitu:
e. Menggunakan konsep atau situasi.
f. Menggunakan model : "model of" dan "model for"
g. Menggunakan hasil pemikiran siswa sendiri.
h. Interactivity.
i. Intertwinning (saling mengaitkan suatu konsep dengan konsep lainnya).

Gravemeijer(dalam Fitri. 2007: 10) menyebutkan tiga prinsip kunci dalam pendekatan
realistik, ketiga kunci tersebut adalah:
Penemuan kembali secara terbimbing/ matematika secara progresif(Gunded Reinvention/
Progressive matematizing). Dalam menyeleseikan topik- topik matematika, siswa harus diberi
kesempatan untuk mengalami proses yang sama, sebagai koknsep- konsep matematika
dikemukakan. Siswa diberikan masalah nyata yang memungkinkan adanya penyeleseian yang
berbeda.
Didaktif yang bersifat fenomena(didaktial phenomology) topik matematika yang akan
diajarkan diupayakan berasal dari fenomenan sehari-hari.
Model yang dikembangkan sendiri(self developed models) dalam memecahkan
contextual problem, mahasiswa diberi kesempatan untuk mengembangkan model mereka
sendiri. Pengembangan model ini dapat berperan dalam menjembatani pengetahuan informal dan
pengetahuan formal serta konkret dan abstrak.

Karakteristik Pendekatan Realistik (RME)


Menurut Grafemeijer (dalam fitri, 2007: 13) ada 5 karakteristik pembelajaran matematika
realistik, yaitu sebagai berikut:
m. Menggunakan masalah kontekstual
Masalah konsektual berfungsi sebagai aplikasi dan sebagai titik tolak dari mana
matematika yang digunakan dapat muncul. Bagaimana masalah matematika itu
muncul(yang berhubungan dengan kehidupan sehari- hari).
n. Menggunakan model atau jembatan
Perhatian diarahkan kepada pengembangan model, skema, dan simbolisasi dari
pada hanya mentrasfer rumus. Dengan menggunakan media pembelajaran siswa akan
lebih faham dan mengerti tentang pembelajaran aritmatika sosial.
o. Menggunakan kontribusi siswa
Kontribusi yang besar pada saat proses belajar mengajar diharapkan dari
konstruksi murid sendiri yang mengarahkan mereka dari metode informal ke arah metode
yang lebih formal. Dalam kehidupan sehari- hari diharapkan siswa dapat membedakan
pengunaan aritmatika sosial terutama pada jual beli. Contohnya: harga baju yang
didiskon dengan harga baju yang tidak didiskon.
p. Interaktivitas
Negosiasi secara eksplisit, intervensi, dan evaluasi sesama murid dan guru adalah
faktor penting dalam proses belajar secara konstruktif dimana strategi informal siswa
digunakan sebagai jembatan untuk menncapai strategi formal. Secara berkelompok siswa
diminta untuk membuat pertanyaan kemudian diminta mempresentasikan didepan kelas
sedangkan kelompok yang lain menanggapinya. Disini guru bertindak sebagai fasilitator.
q. Terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya(bersifat holistik)
Aritmatika sosial tidak hanya terdapat pada pembelajaran matematika saja, tetapi
juga terdapat pada pembelajaran yang lainnya, misalnya pada akutansi, ekonomi, dan
kehidupan sehari- hari.

Langkah-langkah Pembelajaran Matematika Realistik


Berdasarkan prinsip dan karakteristik PMR serta dengan memperhatikan pendapat yang
telah dikemukakan di atas, maka dapatlah disusun suatu langkah-langkah pembelajaran dengan
pendekatan PMR yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
Langkah 1: Memahami masalah kontekstual
yaitu guru memberikan masalah kontekstual dalam kehidupan sehari-hari kepada siswa dan
meminta siswa untuk memahami masalah tersebut,serta memberi kesempatan kepada siswa untuk
menanyakan masalah yang belum di pahami. Karakteristik PMR yang muncul pada langkah ini
adalah karakteristik pertama yaitu menggunakan masalah kontekstual sebagai titik tolak dalam
pembelajaran, dan karakteristik keempat yaitu interaksi
Langkah 2: Menjelaskan masalah kontekstual
jika dalam memahami masalah siswa mengalami kesulitan, maka guru menjelaskan situasi
dan kondisi dari soal dengan cara memberikan petunjuk-petunjuk atau berupa saran seperlunya,
terbatas pada bagian-bagian tertentu dari permasalahan yang belum dipahami
Langkah 3 : Menyelesaikan masalah
Siswa mendeskripsikan masalah kontekstual, melakukan interpretasi aspek matematika
yang ada pada masalah yang dimaksud, dan memikirkan strategi pemecahan masalah. Selanjutnya
siswa bekerja menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri berdasarkan pengetahuan awal yang
dimilikinya, sehingga dimungkinkan adanya perbedaan penyelesaian siswa yang satu dengan yang
lainnya. Guru mengamati, memotivasi, dan memberi bimbingan terbatas, sehingga siswa dapat
memperoleh penyelesaian masalah-masalah tersebut. Karakteristik PMR yang muncul pada
langkah ini yaitu karakteristik kedua menggunakan model
Langkah 4 : Membandingkan jawaban
Guru meminta siswa membentuk kelompok secara berpasangan dengan teman
sebangkunya, bekerja sama mendiskusikan penyelesaian masalah-masalah yang telah diselesaikan
secara individu (negosiasi, membandingkan, dan berdiskusi). Guru mengamati kegiatan yang
dilakukan siswa, dan memberi bantuan jika dibutuhkan. Dipilih kelompok berpasangan, dengan
pertimbangan efisiensi waktu. Karena di sekolah tempat pelaksanaan ujicoba, menggunakan
bangku panjang. Sehingga kelompok dengan jumlah anggota yang lebih banyak, membutuhkan
waktu yang lebih lama dalam pembentukannya.
Sedangkan kelompok berpasangan tidak membutuhkan waktu, karena siswa telah duduk
dalam tatanan kelompok berpasangan. Setelah diskusi berpasangan dilakukan, guru menunjuk
wakil-wakil kelompok untuk menuliskan masing-masing ide penyelesaian dan alasan dari
jawabannya, kemudian guru sebagai fasilitator dan modarator mengarahkan siswa berdiskusi,
membimbing siswa mengambil kesimpulan sampai pada rumusan konsep/prinsip berdasarkan
matematika formal (idealisasi, abstraksi). Karakteristik PMR yang muncul yaitu interaksi
Langkah 5: Menyimpulkan
Dari hasil diskusi kelas, guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan suatu rumusan
konsep/prinsip dari topik yang dipelajari. Karakteristik PMR yang muncul pada langkah ini adalah
adanya interaksi antar siswa dengan guru.

Kelebihan Pembelajaran Matematika Realistik


Beberapa keunggulan/kelebihan dari pembelajaran metematika realistik antara lain:
w. Pelajaran menjadi cukup menyenangkan bagi siswa dan suasana tegang tidak
tampak.
x. Materi dapat dipahami oleh sebagian besar siswa.
y. Alat peraga adalah benda yang berada di sekitar, sehingga mudah didapatkan.
z. Guru ditantang untuk mempelajari bahan.
aa. Guru menjadi lebih kreatif membuat alat peraga.
bb. Siswa mempunyai kecerdasan cukup tinggi tampak semakin pandai.

Kelemahan Pembelajaran Matematika Realistik


Beberapa kelemahan dari pembelajaran metematika realistik antara lain:
cc. Sulit diterapkan dalam suatu kelas yang besar(40- 45 orang).
dd. Dibutuhkan waktu yang lama untuk memahami materi pelajaran.
ee. Siswa yang mempunyai kecerdasan sedang memerlukan waktu yang lebih lama
untuk mampu memahami materi pelajaran.
9. Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat
Pendekatan Science, Technology and Society (STS) atau pendekatan Sains, Teknologi dan
Masyarakat (STM) merupakan gabungan antara pendekatan konsep, keterampilan proses, Inkuiri
dan diskoveri serta pendekatan lingkungan. Istilah Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam
bahasa Inggris disebut Sains Technology
Society (STS), Science Technology Society and Environtment (STSE) atau Sains Teknologi
Lingkungan dan Masyarakat. Meskipun istilahnya banyak namun sebenarnya intinya sama yaitu
Environtment, yang dalam berbagai kegiatan perlu ditonjolkan. Sains Teknologi Masyarakat
(STM) merupakan pendekatan terpadu antara sains, teknologi, dan isu yang ada di masyarakat.
Adapun tujuan dari pendekatan STM ini adalah menghasilkan peserta didik yang cukup memiliki
bekal pengetahuan, sehingga mampu mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah
dalam masyarakat serta mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang telah
diambilnya.
Filosofi yang mendasari pendekatan STM adalah pendekatan konstruktivisme, yaitu peserta
didik menyusun sendiri konsep-konsep di dalam struktur kognitifnya berdasarkan apa yang telah
mereka ketahui.

Anda mungkin juga menyukai