ABSTRAK
Pantai Namrole, sejalan dengan perkembangannya sebagai daerah nelayan dan wisata mengalami
persoalan kerusakan pantai yang disebabkan karena adanya perubahan garis pantai akibat erosi dan juga
pemukiman yang terlalu dekat dengan pantai dimana sempadan pantai sebagai daerah penyangga (buffer
zone) belum direncanakan sehingga pada saat musim gelombang, pemukiman tersebut berada dalam
jangkauan limpasan gelombang laut (wave run up). Pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan
untuk mendesain bangunan pelindung pantai yang tepat. Analisa data primer berupa survey topografi
dan batimetri dilakukan untuk pemutakhiran detail wilayah studi, tunggang pasang surut yang diperoleh
sebesar (MHWL-MLWL) sebesar 170.8 cm, dan tinggi BM1 dari MSL sebesar 2.46 meter.Hasil
investigasi tanah diperloeh butir sedimen rata-rata d50 sebesar 2,075 mm.Untuk data sekunder berupa
data angin 10 tahun terakhir diperoleh dari stasiun metereologi Pattimura Ambon, yang selanjutnya
dengan metode Hindcasting diperoleh peramalan gelombang rencana 10 tahun dengan tinggi 4,062 m
dari arah Barat Daya. Hasil analisis pemilihan bangunan pantai dilakukan dengan metode studi alternatif
dan pemodelan bangunan pantai dengan bantuan aplikasi CEDAS-NEMOS, dari beberapa model
bangunan pantai yang dimodelkan, maka dipilih Seawall sebagai bangunan pelindung pantai dengan
karakteristik desain kedalaman kaki diujung bangunan 0,5 m, tinggi gelombang pecah diujung bangunan
0,4 m, elevasi seawall 2,8 MSL dan diameter minimun batu pelindung kaki bangunan sebesar 22 cm.
ABSTRACT
Namrole coast, in line with its development as a fishing and tourist areas experiencing problems caused
coastal damage due to changes in the coastline due to erosion and also the settlement is too close to the
coast where the coastal border as a buffer zone has not been planned so that when the wave season, The
settlement is within reach of wave run up. Primary and secondary data collection undertaken to design
buildings appropriate coastal protection. Primary analyze data in the form of topographic and
bathymetric surveys conducted to update the details of the study area, riding tides obtained (MHWL-
MLWL) by amounted to 170.8 cm, and a height of MSL at 2:46 BM1 meter. Soil investigation result
obtain average sediment grain amounted D50 2.075 mm. Result of secondary data such as the last 10
years wind data obtained from meteorological stations of Pattimura Ambon, which subsequently
1
obtained by the method of forecasting waves Hindcasting 10-year plan with 4.062 m height of the
direction of Southwestern. The results of the analysis carried out by the election of the beach building
alternative study methods and modeling coastal structures with the help of application CEDAS-Nemos,
of some models of coastal structures being modeled, then selected as the building envelope Seawall
beach with foot depth of the design characteristics of the building at the threshold of 0.5 m, height of
the wave broken tip of buildings 0.4 m, 2.8 MSL elevation seawall and the minimum diameter gaiters
stone building is 22 cm.
Pasang Surut
Gambar 0-1 Definisi Pantai berkaitan dengan
Pasang surut adalah fluktuasi (naik
karakteristik gelombang di sekitarnya
turunnya) muka air laut karena adanya gaya
tarik benda-benda di langit, terutama bulan dan
Gelombang
matahari terhadap massa air laut di bumi. Gaya
Gelombang laut dapat beraneka ragam
tarik menarik antara bulan dengan bumi lebih
tergantung dari gaya pembangkitnya.
mempengaruhi terjadinya pasang surut air laut
Gelombang tersebut dapat berupa gelombang
daripada gaya tarik menarik antara matahari
angin (gelombang yang dibangkitkan oleh
dengan bumi, sebab gaya tarik bulan terhadap
tiupan angin), gelombang pasang surut
bumi nilainya 2,2 kali lebih besar daripada gaya
(gelombang yang dibangkitkan oleh gaya tarik
tarik matahari terhadap bumi. Hal ini terjadi
benda-benda langit terutama gaya tarik
karena meskipun massa bulan lebih kecil dari
matahari dan bulan terhadap bumi) gelombang
pada massa matahari, akan terjadi jarak bulan
tsunami (gelombang yang terjadi akibat letusan
terhadap bumi jauh lebih dekat dari pada jarak
gunung berapi atau gempa didasar laut),
bumi terhadap matahari (Triatmodjo, 1999).
gelombang kecil (biasanya dibangkitkan oleh
kapal yang bergerak) dan sebagainya.
Pembangkitan Gelombang
Dalam hal ini bentuk gelombang yang
Pembahasan kali ini mengenai tentang
umum dipakai adalah gelombang angin dan
pembangkitan gelombang oleh angin. Angin
gelombang pasang surut. Gelombang biasanya
yang berhembus di atas permukaan air akan
menimbulkan energi untuk membentuk pantai,
memindahkan energinya ke air. Kecepatan
menimbulkan arus dan transpor sedimen
angin akan menimbulkan tegangan pada
sepanjang pantai. Bentuk gelombang
permukaan laut, sehingga permukaan air yang
laut ini sangat komplek dan sulit digambarkan
semula tenang akan terganggu dan timbul riak
secara matematis karena ketidaklinearannya,
gelombang kecil di atas permukaan air. Apabila
tiga dimensi dan bentuknya random.
kecepatan angin bertambah, riak tersebut
Berdasarkan kedalaman relatif, yaitu
menjadi semakin besar, dan apabila angin
perbandingan antara kedalaman air d dan
berhembus terus akhirnya akan terbentuk
3
gelombang. Semakin lama dan semakin kuat 1. Peramalan Tinggi dan Periode
angin berhembus, semakin besar gelombang Gelombang
yang terbentuk. Pembentukan gelombang di laut
Prosedur Hindcasting dalam dianalisis dengan formula-formula
Salah satu cara peramalan gelombang empiris yang diturunkan dari model parametrik
adalah dengan melakukan pengolahan data berdasarkan spektrum gelombang JONSWAP
angin. Prediksi gelombang yang dihitung (Shore Protection Manual, 1984). Prosedur
berdasarkan kondisi meteorologi yang telah peramalan tersebut berlaku baik untuk kondisi
lampau disebut hindcasting.Gelombang laut fetch terbatas (fetch limited condition) maupun
yang akan diramal adalah gelombang di laut kondisi durasi terbatas (duration limited
dalam suatu perairan yang dibangkitkan oleh condition) sebagai berikut :
angin, kemudian merambat ke arah pantai dan 1
gH m0 gFeff 2
2
0,2857 2
untuk setiap data angin. Untuk mendapatkan UA UA
gelombang rencana, dilakukan peramalan 2
gt d gFeff 3
gelombang berdasarkan data angin jangka
2
68,8 2
panjang. Metode yang diterapkan mengikuti UA UA
metode yang ada di Shore Protection Manual dimana:
(SPM) dari US Army Corps of Engineer edisi Hmo : tinggi gelombang signifikan
1984 vol. 1-1 halaman (3-44). Diagram proses menurut energi spektral
hindcasting dapat dilihat pada gambar berikut. Tp : perioda puncak gelombang
td : durasi angin bertiup (detik)
Feff : panjang fetch efektif (m)
g : percepatan gravitasi bumi = 9,81
m/det2
UA : wind stress factor (m/det)
4
Konsep Penanganan Abrasi dan Pengaman a) Mengubah laju angkutan sedimen sejajar
Pantai pantai.
Alam pada umumnya telah b) Mengurangi energi gelombang yang
menyediakan mekanisme perlindungan pantai mengenai pantai.
alami yang efektif. Pada pantai berpasir, c) Memperkuat tebing pantai sehingga
lindungan alami tersebut berupa hamparan pasir tahan terhadap gempuran gelombang.
yang merupakan penghancur energi yang d) Meninggikan muka tanah pantai
efektif, serta bukit pasir (sand dune) yang e) Menambah suplai sedimen ke pantai
merupakan cadangan pasir. Disamping itu bukit (beach nourishment).
pasir juga merupakan pelindung daerah f) Mengadakan penghijauan pada daerah
belakang pantai dari amukan badai yang setiap
pantai.
saat mengancamnya. Sedangkan pada pantai
g) Penerapan produk hukum
lumpur/tanah liat, alam menyediakan tumbuhan
pantai seperti pohon api-api dan bakau Penanganan Lunak : Sand/Beach
(mangrove) yang dapat tumbuh subur pada jenis Nourishment
tanah ini. Tumbuhan pantai ini akan Sand/Beach Nourishment adalah
memecahkan energi gelombang yang datang ke tindakan pengisian kembali dengan material
pantai. Akar-akar pohon akan menghambat laju bahan sedimen (biasanya pasir) untuk
kecepatan air sehingga terjadi proses menggantikan sedimen yang terbawa air laut.
pengendapan material pantai di sekitar Biasanya pengisian dilakukan setiap tahun
tumbuhan tersebut. Bila lindungan alamiah itu sehingga upaya ini menjadi kurang efisien.
tidak ada, maka untuk melindungi pantai Bahan pengisi pasir dapat diambil dari pasir laut
terhadap erosi dapat dilakukan dengan cara maupun darat, tergantung ketersediaan bahan di
artifisial atau buatan, baik dengan membuat lapangan dan kemudahan pengangkutannya
bangunan pengaman pantai maupun dengan dari lokasi pengambilan ke lokasi pengisian.
cara-cara lainnya. Pada uraian berikut ini akan
ditinjau beberapa cara perlindungan terhadap Penanganan Keras : Bangunan Pelindung
dapat digolongkan berdasarkan kinerja masing- aktivitas angkutan sedimen di daerah pantai.
masing alternatif, tergantung dari penyebab Maju mundurnya posisi garis pantai sangat
timbulnya permasalahan. Terdapat 7 cara tergantung pada laju dan arah angkutan sedimen
mengurangi atau mencegah kerusakan pantai di surf zone. Besar dan arah angkutan sedimen
akibat erosi, yaitu : sangat tergantung pada laju dan arah arus di surf
zone. Arus di surf zone umumnya terjadi akibat
induksi gelombang (wave induced current).
5
Untuk mengurangi energi gelombang dan dan kombinasi groin, jetti, breakwater terpisah,
intensitas arus sejajar pantai akibat induksi dinding pantai dan juga pengerukan pantai),
gelombang, diperlukan suatu bangunan Formulasi matematis dari proses
pemecah gelombang. Dengan adanya bangunan perubahan garis pantai akan melibatkan
pemecah gelombang ini diharapkan perilaku persamaan aliran, persamaan angkutan sedimen
arus sejajar pantai akibat induksi gelombang dan persamaan konservasi massa atau dikenal
dapat dikendalikan sehingga laju angkutan persamaan kontinuitas. Proses kalkulasi
sedimen di surf zone dapat berkurang. dilakukan dengan melakukan prediksi
Berkurangnya laju angkutan sedimen di surf longshore transport berdasarkan pada bentuk
zone mengakibatkan garis pantai menjadi relatif muka pantai. Sedangkan untuk peramalan garis
stabil. pantai akan dilakukan kalkulasi dengan
Jenis-jenis bangunan perlindungan mempertimbangkan aspek-aspek longshore
pantai yang dapat digunakan untuk transport yang terjadi.
mengendalikan posisi garis pantai adalah GENESIS dapat memperhitungkan
sebagai berikut : pengaruh adanya Groin, Breakwater, seawalls
a. Seawall dan Reveatment dan Beach fills terhadap kondisi garis pantai.
b. Groin
c. Jetty METODE PENELITIAN
d. Detached Breakwater
Metode penelitian yang digunakan
Program CEDAS (Coastal Engineering pada penelitian ini adalah pengambilan data
Design Analisys System) modul NEMOS primer dengan metode Investigasi Lapangan,
(Nearshore Evolution Modeling System) dan pengolahan data sekunder metode Analisis,
NEMOS (Nearshore Evolution serta pengujian model menggunakan bantuan
Modeling System) merupakan seperangkat bantuan aplikasi komputer/software.
program/software yang digunakan sebagai Untuk mendapatkan hasil yang baik
suatu sistem untuk mensimulasikan perubahan dan terarah, maka dibuat langkah kerja yang
pantai dalam jangka panjang sebagai reaksi akan dilakukan dalam bentuk bagan alir seperti
terhadap kondisi gelombang, struktur pantai pada gambar berikut.
dan kegiatan teknik dipantai. Program ini
dibangun didukung oleh program lainnya untuk
dapat mensimulasikan pekerjaan tersebut
diantaranya GENESIS (model untuk
menghitung perubahan garis pantai terutama
yang disebabkan oleh gerakan gelombang dan
dapat diterapkan pada berbagai kondisi, lokasi
6
Mulai Kecamatan Namrole terletak di antara 230' dan
550' Lintang Selatan juga antara 12500' dan
Selesai
Gambar 0-1. Diagram alir penelitian
Gambar 2. Gerusan tanah dibelakang bangunan
Revetment akibat gelombang overtopping
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kabupaten Buru Selatan mempunyai
Data Angin
luas sekitar 5.060 km2 dan wilayahnya meliputi
Data angin diperlukan untuk
sebagian dari Pulau Buru dan pulau-pulau lain
peramalan tinggi dan periode gelombang.
di sekitarnya, baik yang berpenghuni maupun
Mengingat data angin di lokasi tidak ada, maka
tidak berpenghuni. Sebagian besar wilayah
digunakan data angin dari Stasiun Metereologi
kabupaten Buru Selatan berada pada Pulau Buru
Pattimura Ambon. Data angin yang digunakan
(4.754 km2 atau 93,95% dari luas kabupaten).
adalah data angin yang terkoreksi pada
Pulau yang berpenghuni adalah Pulau Buru,
ketinggian 10 meter, sedangkan elevasi stasiun
Pulau Ambalau dan Pulau Tengah (Pasir Putih).
pengukuran adalah 15,4 mdpl. Dari hasil analisa
Kecamatan Namrole merupakan kecamatan
data angin diperoleh distribusi angin tahunan
induk pada Kabupaten Buru Selatan.
7
yang disajikan dalam bentuk diagram yang ekonomi pada daerah yang dilaksanakan
disebut dengan mawar angin (windrose) hasil pembangunan, maupun daerah sekitar, serta
rekapitulasi frekuensi kejadian angin tiap arah dampaknya pada daerah tersebut.
mata angin dapat dilihat pada gambar berikut :
Analisa Pemodelan Pengaman Pantai
Menggunakan Software CEDAS NEMOS.
Asumsi dasar dari model perubahan
garis pantai adalah sebagai berikut:
a. Bentuk profil pantai adalah
tetap/konstan.
b. Batasan daerah darat dan laut profil
adalah tetap.
c. Angkutan sedimen yang terjadi
sepanjang pantai disebabkan gelombang.
dikumpulkan melalui data dari Badan Pusat ukur dan BM terhadappeilschaal. Dari data
Statistik dan Rencana Tata Ruang Wilayah. pengamatan pasang surut diperoleh nilai MSL
Data-data ini akan menjadi masukan dalam pada peilschaal, sehingga dengan menentukan
pantai dikaitkan dengan kegiatan masyarakat terhadap MSL. BM yang dipasang sebanyak 3
setempat. Pelaksanaan pekerjaan pengambilan buah mengikuti jalur poligon. Nilai posisi
data sosial ekonomi ini meliputi pengambilan koordinat dan elevasi BM dapat dilihat pada
8
=
(A) MSL pada Peil = 120.94 cm (hasil hitungan eliminasi konstanta pasut metode Least Square)
(B) Beda Peil - BM.1 = 367.3 cm (levelling menggunakan alat ukur waterpass)
= 2.46 m MSL
Peil
BM
246.36 cm
367.30 cm MSL
120.94 cm
9
200
150
100
50
0
25 Juni 2014
26 Juni 2014
27 Juni 2014
28 Juni 2014
29 Juni 2014
30 Juni 2014
01 Juli 2014
02 Juli 2014
03 Juli 2014
04 Juli 2014
05 Juli 2014
06 Juli 2014
07 Juli 2014
08 Juli 2014
09 Juli 2014
Tanggal
Gambar 2. Grafik pasang surut Pantai Kota Namrole Kabupaten Buru Selatan
Dengan mengambil MSL = 0,000 ke barat (280o), sedangkan pada saat air pasang
meter sebagai datum vertikal, maka diperoleh arus berkisar antara 0,082~0,128 m/detik
tunggang pasang surut air laut di lokasi studi dengan kecepatan rerata sebesar 0,099 m/detik
sebagaimana ditampilkan pada gambar berikut : dengan arah arus ke timur (90o). Sedangkan
HAT
118.1 cm
pengukuran arus dalam kondisi spring tide
HHWL
menghasilkan kecepatan arus pada saat air surut
111.3 cm
berkisar antara 0,091~0,167 m/detik dengan
MHWL
85.4 cm
kecepatan rerata sebesar 0,141 m/detik dengan
MSL
170.8 cm 222.6 cm
arah arus ke barat laut (325o), sedangkan pada
MLWL -85.4 cm saat air pasang arus berkisar antara 0,063~0,124
m/detik dengan kecepatan rerata sebesar 0,084
LLWL -111.3 cm
Gambar 0-3. Tunggang pasang surut Pantai Hasil Penyelidikan Mekanika Tanah
4 Geser Langsung :
C (kg/cm2) 0 0
21 25
(sumber : hasil pengujian laboratorium, selengkapnya dapat dilihat pada lampiran hasil uji
laboratorium mekanika tanah)
1
Tabel 3. Periode ulang dan tinggi gelombang signifikan di Pantai Kota Namrole
2 2.47099 9.19550
5 2.89784 9.71923
TENGGARA
10 3.18045 10.06599
20 3.45154 10.39860
25 3.53753 10.50411
50 3.80243 10.82914
100 4.06538 11.15177
2 2.44294 9.14530
5 2.79185 9.58081
SELATAN
10 3.02286 9.86915
20 3.24445 10.14574
25 3.31474 10.23348
50 3.53128 10.50376
100 3.74621 10.77204
2 3.09289 10.13724
5 3.67642 10.76890
BARAT DAYA
10 4.06276 11.18712
20 4.43335 11.58828
25 4.55091 11.71554
50 4.91304 12.10754
100 5.27251 12.49666
15
Hasil permodelan dengan kondisi Gambar 8 Perubahan garis pantai pada tahun
penambahan Detached Breakwater ke-6.
Penambahan detached breakwater
dengan panjang sisi bangunan 100 meter, dan Rekapitulasi hasil permodelan
jarak dari garis pantai sejauh 100 meter, dan Dari tahun ke tahun akan diperoleh gambaran
jarak antar bangunan sejauh 100 meter. Posisi perubahan garis pantaiyang terjadi untuk kurun
letak permodelan di desa Lektama dan desa waktu yang telah di tentukan yaitu 10 tahun.
Fatmite. Dari hasil permodelan terdapat kondisi Semakin banyak waktu akan mendekati kondisi
maksimum dimana tombolo telah terbentuk yang terjadi di lapangan serta dapat
pada sisi breakwater, peristiwa ini terjadi pada mensimulasikan skenario yang akan terjadi ke tahun ke
maksimum yang terjadi adalah 89,83 meter. perubahan garis pantai, luasan erosi, dan
sedimentasiyang terjadi serta angkutan sedimen yang
dihasilkan, dan hasil perubahan garis pantai setelah
dibangun bangunan pantai.
Pergerakan Sedimen
MODEL Abrasi Sedimentasi Sejajar Pantai per-Grid Tahun
NO.
BANGUNAN (m3) Simulasi
(meter) (meter) Barat Timur
16
(overtopping) ke darat. Daerah yang dilindungi Perhitungan Elevasi Seawall
adalah daratan tepat di belakang bangunan. Tinggi rayapan/bilangan Irribaren:
Kondisi Perencanaan tan
=
0.5
Data perencanaan untuk tembok laut ()
adalah sebagai berikut : Dimana :
a) Periode Gelombang di Laut Dalam (T)
= Sudut kemiringan bangunan
= 10,2 detik H = Tinggi gelombang di lokasi
b) Kemiringan Pantai (m) bangunan
= 1 : 35,4 (diperoleh dari peta Lo = Panjang gelombang di laut dalam
batimetri) Ir = Bilangan Irribaren
c) Kedalaman di kaki ujung bangunan (ds)
= 0,5 m
Dengan menggunakan Run Up
d) Mercu tembok laut direncanakan tanpa Gelombang, nilai Ir = 13,421 , untuk rip-rap
overtopping
diperoleh elevasi mercu seawall
e) Kemiringan tembok laut = HWL + Ru + Fb = 0,85 + 0,55 + 1,35
= 1 : 1,5 (Cot = 1,5)
2,8 meter
f) Data tanah
= 1,88 ton/m3
Menghitung Berat Batu
= 23 derajat Untuk mencegah terjadinya erosi di
C = 0 ton/m
kaki tembok, maka didepan kaki tembok perlu
Kondisi tanah homogen dari permukaan dipasang pelinding kaki. Pelindung kaki
higga dasar tembok termasuk lapisan pengisi.
dipasang 1.0 m diatas dasar bangunan, rumus
yang digunakan adalah:
Perhitungan Tinggi Gelombang Pecah
3
Rencana =
3 ( 1)3 cot
Untuk menghitung tinggi gelombang
Dimana ;
dipergunakan tinggi gelombang pecah rencana
W = Berat satu unit batuan pelapis/armor
sebagai berikut :
(ton)
ds 0,5
2
= = 0,0005 Wr = Berat satuan batu ( 2.65 ton/m3 )
gT 9,81 x 10,22
Ww = Berat satuan air laut (1.025 ton/m3)
Dengan menggunakan grafik Tinggi
H = Tinggi gelombang rencana di lokasi
Gelombang Pecah rencana di kaki bangunan
bangunan ( 0.4 m )
dengan nilai ds/gT2 = 0,0005 dan nilai m = 0,03
Kd = Koefisien stabilitas (dari tabel
diperoleh tinggi gelombang pecah yang terjadi
koefisien stabilitas untuk berbagai
di ujung bangunan adalah 0,4 m.
jenis batu ) = 1,9
18
2,65 (barrier) gelombang yang pecah di bangunan
= = = 2,59
1,025 seawall pada saat musim ombak besar.
= Sudut kemiringan bangunan Lokasi penanganan abrasi pantai di
Maka, diperoleh diameter batu pantai Namrole sebagaimana disajikan pada
minimum yang digunakan adalah 22 Gambar berikut.
cm.
memiliki karakteristik sebagai berikut: Dalam Angka, CV. Amanjaya, Buru Selatan
20