Anda di halaman 1dari 18

6

KONSEP DASAR KERACUNAN

1. Pengertian

Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorpsi, menempel

pada kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil

menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia (Brunner &

Suddarth, 2001). Keracunan adalah suatu keadaan di mana terjadi gangguan

fungsi organ tubuh karena kontak dengan bahan kimia (Bakta, 1999).

Keracunan adalah bila suatu zat yang masuk ke dalam tubuh manusia

baik disengaja maupun tidak disengaja dapat menyebabkan sakit atau

mengancam nyawa (Sartono, 2009). Keracunan ialah suatu keadaan penyakit

akut yang diakibatkan oleh obat atau suatu zat kimia lain yang

masuk/mengenai tubuh manusia secara berlebihan baik dengan sengaja

maupun tidak, yang dapat membahayakan jiwa (Munaf, 1984).

Keracunan adalah suatu keadaan dimana terjadi ganguan fungsi organ

tubuh karena kontak dengan bahan kimia. Berdasarkan gejala klinis yang

timbul keracunan dibedakan atas keracunan akut, keracunan sub klinis dan

keracunan samar, yang secara proporsional digambarkan sebagai piramid

dengan keracunan akut (KA) sebagai puncaknya (Bakta, 1999).

2. Klasifikasi

Menurut Gunawan (2007), Anamnesis amat penting dan sering dapat

menunjukkan adanya unsur keracunan. Keracunan dapat terjadi karena

beberapa hal adalah :

a. Klasifikasi menurut cara terjadinya keracunan


7

1) Self poisoning. Pada keadaan ini pasien makan obat dengan dosis

berlebihan tetapi dengan pengetahuan bahwa dosis ini tidak akan

membahayakan. Jadi pasien tidak bermaksud bunuh diri, biasanya

hanya untuk menarik perhatian lingkungan. Pada anak muda kadang-

kadang dilakukan untuk coba-coba, tanpa disadari bahwa tindakan ini

dapat membahayakan dirinya.

2) Attempted Suicide. Dalam hal ini, pasien memang bermaksud bunuh

diri, tetapi bisa berakhir dengan kematian atau pasien sembuh kembali

bila ia salah tafsir tentang dosis yang dimakannya.

3) Accidental poisoning. Ini jelas merupakan kecelakaan, tanpa faktor

kesengajaan sama sekali.

4) Homodical Poisoning. Keracunan ini akibat tindakan kriminal yaitu

seseorang dengan sengaja meracuni orang lain.

b. Klasifikasi menurut mula waktu terjadinya keracunan

Keracunan akut lebih mudah dikenal daripada keracunan karena biasanya

terjadinya mendadak setelah makan sesuatu. Ciri lain adalah sering

mengenai banyak orang, misalnya pada keracunan makanan, dapat

mengenai seluruh keluarga atau warga sekampung. Gejala keracunan akut

dapat menyerupai setiap sindrom penyakit, karena itu harus selalu diingat

kemungkinan keracunan pada keadaan sakit mendadak dengan gejala

seperti muntah, diare, kejang, koma dan sebagainya.

c. Klasifikasi menurut organ yang terkena


8

Dalam klasifikasi ini keracunan digolongkan menurut organ yang terkena,

misalnya racun susunan saraf pusat (SSP), racun jantung, racun hati,

racun ginjal dan sebagainya. Suatu organ cenderung dipengaruhi oleh

banyak macam obat, sebaliknya jarang terdapat obat yang hanya

mengenai satu organ.

d. Klasifikasi menurut jenis bahan kimia

Golongan zat kimia tertentu biasanya memperlihatkan sifat toksik yang

sama, misalnya golongan alkohol, fenol, logam berat dan lain-lain.

3. Etiologi

Tidak ada batasan yang tegas tentang keracunan berbagai macam obat dan

bahan kimia. Menurut Sartono (2002), keracunan disebabkan oleh makanan,

pestisida, narkotika, psikotropika, kosmetika, obat, bahan kimia dan bisa.

a. Keracunan makanan

Masalah yang sering kita hadapi dari waktu ke waktu ialah

masalah di bidang keselamatan, yaitu keracunan makanan, baik yang

terjadi secara masal maupun perorangan, selain kerusakan makanannya

sendiri. Keracuanan makanan dapat terjadi karena :

1) Makanan mengandung toksin

Keracunan karena ulah mikroorganisme dapat dibedakan antara

keracunan makanan (food intoxication) dan infeksi karena makanan

yang terkontaminasi oleh parasit, protozoa, atau bakteri yang patogen

(food infection). Keracunan makanan (food intoxication) dapat terjadi

karena makanan tercemar oleh toksin. Keracunan makanan yang biasa


9

terjadi disebabkan oleh makanan mengandung eksotoksin yang

dihasilkan oleh Klostridium botulinum atau enterotoksin yang

dihasilkan, antara lain oleh Stafilokoki.

2) Makanan tercemar bakteri pathogen

Keracunan makanan yang disebabkan oleh bakteri patogen, disebut

juga infeksi karena makanan (food infection). Bakteri yang biasa

mencemari makanan terutama Salmonela sebagai penyebab penyakit

tipus dan paratipus, selain dapat juga Proteus, Escherichia, dan

beberapa Pseudonomas.

3) Makan tercemar protozoa dan parasit

Makanan yang tercemar protozoa atau parasit dapat menyebabkan

penyakit yang serius, antara lain penyakit disentri yang disebabkan

oleh Entamuba histolitika dan penyakit lain yang dapat ditimbulkan

oleh trikomonas hominis, giardia lamblia, dan penyakit cacing.

b. Keracunan pestisida

Buah-buahan dan sayuran dilindungi terhadap tikus, serangga, jamur,

bakteri dan mikroorganisme lain, dan hama penyakit tanaman, dengan

menggunakan rodentisida, fungisida, germisida, dan pestisida lainnya.

Pestisida yang ideal ialah yang tidak toksik dan mudah dicuci. Harapan

ini dinyatakan aman bagi manusia, dapat menimbulkan reaksi alergi pada

orang-orang tertentu.
10

c. Keracunan narkotika

Keracunan narkotika dapat terjadi karena overdosis dalam terapi, suatu

kecelakaan atau tidak sengaja menggunakan narkotika, dan

penyalahgunaan yang parah, antara lain keracunan morfin dan turunannya

dalam terapi dan penyalahgunaan kokain dan ganja.

d. Keracunan psikotropika

Keracunan psikotropika umumnya disebabkan oleh overdosis obat

golongan psikotropika yang digunakan untuk terapi, atau penyalahgunaan

bahan atau senyawa dari golongan psikotomimetika.

e. Keracunan Kosmetika

Sediaan kosmetika sendiri bukanlah racun. Akan tetapi, karena dibuat dari

bahan-bahan kimia, terutama bagi kulit orang-orang tertentu, dapat

menyebabkan timbul reaksi yang tidak dikehendaki seperti reaksi alergi,

iritasi, dan fotosensitisasi, selain yang disebabkan oleh kesalahan dalam

penggunaannya.

f. Keracunan obat

Keracunan akut yang terjadi pada umumnya disebabkan oleh obat.

Keracunan obat, baik yang tidak sengaja, maupun yang disengaja,

biasanya sebagai akibat overdosis atau dosis yang berlebihan.

g. Keracunan bahan kimia

Bahan kimia adalah semua yang menempati ruang dan bermassa.

Makanan, pakaian, obat, dan udara yang terhirup adalah bahan kimia.

Bahan kima adalah bahan atau senyawa kimia yang bersifat racun atau
11

potensial dapat menjadi racun, terutama yang digunakan dalam bidang

industri.

h. Keracunan bisa

Beberapa binatang di daerah atau lingkungan hidup kita dapat

membahayakan dengan sengatan dan gigitannya yang mengandung bisa.

Bisa adalah racun yang disekresi oleh beberapa binatang reptilian dan

artropoda. Binatang-binatang tersebut antara lain ular berbisa, lebah, dan

binatang laut.

4. Manifestasi

Menurut Sartono (2002) efek dan gejala yang ditimbulkan akibat

keracunan, terjadi antara lain pada sistem pencernaan makanan, pernapasan,

kardiovaskuler, urogenital, darah dan hemopoitika, sistem saraf pusat serta

kulit.

a. Sistem pencernaan makanan

Efek dan gejala keracunan pada sistem pencernaan makanan dapat

menyebabkan muntah, diare, perut kembung, dan kerusakan hati (sebagai

akibat keracunan obat dan bahan kimia).

b. Sistem pernafasan

Efek dan gejala keracunan pada sistem pernafasan, antara lain hipoksia

dan depresi pernafasan, edema paru, dan ventilasi paru.

c. Sistem kardiovaskuler

Efek dan gejala pada sistem kardiovaskuler, antara lain syok, gagal

jantung kongesti, dan jantung berhenti berfungsi.


12

d. Sistem urogenital

Efek dan gejala keracunan pada sistem urogenital, antara lain dapat

menyebabkan gagal ginjal dan retensi urin.

e. Sistem darah dan hemopoitika

Efek dan gejala keracunan pada sistem darah dan hemopoitika, antara lain

dapat menyebabkan methemoglobinemia, agranulositosis dan diskrasias

darah lain dan reaksi hemolitik.

f. Sistem saraf pusat

Efek dan gejala keracunan pada sistem saraf pusat, antara lain dapat

menyebabkan konvulsi, koma, hipoglikemia, hiperaktivitas, delirium, dan

maniak.

g. Kulit

Efek dan gejala keracunan karena kontaminasi bahan kimia pada kulit,

antara lain dapat menimbulkan dermatitis.

5. Penatalaksanaan

Menurut Gunawan (2007) penanganan pasien keracunan yang

pertama memutuskan apakah perlu tindakan segera terutama pada fungsi

vital, karena itu tindakan darurat meliputi penanganan gagal napas dan syok

serta mencegah absorpsi.

a. Penanganan gagal napas

Tindakan pertama yang harus dilakukan adalah membersihkan mulut dan

jalan napas. Untuk mengurangi kemungkinan aspirasi, pasien harus selalu


13

dibaringkan dalam posisi miring bergantian pada sisi kanan atau kiri bila

tidak sadar. Pasang oksigen jika diperlukan.

b. Penanganan syok

Pasien diletakkan dalam sikap tungkai sedikit keatas, berikan

metaraminol 5 mg intra muscular (IM), bila tindakan tersebut belum

menolong dapat diberikan infuse dekstran, oksigen perlu selalu diberikan,

hidrokortison 100 mg tiap 6 jam dapat ditambahkan dalam pengobatan

kasus resisten.

c. Pencegahan Absorbsi

Bila keracunan terjadi melalui kulit harus dibersihkan dengan air dan

sabun, jika keracunan per inhalasi pasien harus dipindahkan ke ruangan

yang segar. Bila racun tertelan maka yang harus dilakukan yaitu

merangsang muntah, membilas lambung dan memberikan pencahar.

Prinsip penatalaksanaan keracunan menurut Sartono (2009) yaitu :

a. Prinsip penatalaksanaan bila racun tertelan :

1) Encerkan: dengan memberi minum air, susu, dll

2) Muntahkan/ keluarkan: dengan mengupayakan pasien muntah

3) Netralkan: dengan memberikan antidotum

b. Prinsip penatalaksanaan bila racun terkena kulit atau mata

1) Lepaskan pakaian yang terkontaminasi

2) Cuci/ bilas bagian yang terkena dengan air

3) Penolong jangan sampai jadi korban berikutnya.


14

c. Prinsip penatalaksanaan bila keracunan melalui inhalasi

1) Pindahkan pasien ke tempat aman

2) Beri oksigen

3) Tidak melakukan nafas buatan dari mulut ke mulut

Menurut Sartono (2001), Penanganan keracunan meliputi 2 tindakan,

yaitu menangani racun penyebabnya dan mengatasi efek atau gejala klinik

akibat keracunan.

1. Menangani racun dan penyebabnya

Racun masuk ke dalam tubuh manusia melalui mulut, hidung (inhalasi),

kulit, suntikan, mata (kontaminasi mata), dan sengatan atau gigitan

binatang berbisa.

a. Melalui mulut

Jika racun masuk ke dalam tubuh manusia melalui mulut, maka

tindakan dalam menangani racun yang telah masuk ke dalam tubuh

ialah mengurangi absorpsi racun dari saluran cerna, memberikan

antidot, dan meningkatkan eliminasi racun dari tubuh.

1) Mengurangi Absorpsi

Upaya mengurangi absorpsi racun dari saluran cerna dilakukan

dengan merangsang muntah, menguras lambung, mengabsorpsi

racun dengan karbon aktif, dan membersihkan usus.

a) Merangsang muntah

Untuk merangsang muntah, dapat digunakan sirup ipeca,

Pemberian sirup ipeca dalam waktu 1 jam setelah keracunan


15

dapat mengeluarkan kembali 30 - 60% racun. Jika diberikan

lebih dari 1 jam setelah keracunan, racun yang dikeluarkan

kira-kira hanya 20%.

Indikasi perangsangan muntah :

(1) Racun yang sangat toksik dalam jumlah membahayakan.

(2) Menelan racun kurang dari 4 jam

(3) Pasien sadar dan kooperatif

Kontraindikasi perangsangan muntah :

(1) Keracunan zat korosif, hidrokarbon.

(2) Penderita tidak sadar, kejang.

(3) Tidak ada refleks muntah


16

Tabel 2.1 Penggunaan Sirup Ipeca

SIRUP IPECA
Indikasi:
Terutama diberikan pada pasien keracunan bahan kimia yang toksik.
Kontra indikasi:
Anak usia kurang dari 6 bulan, pasien koma, pasien yang tidak
mempunyai refleks muntah, pasien keracunan asam atau basa kuat,
pasien sirosis dan trombositopenia, pasien yang selain keracunan
juga menelan benda tajam seperti pecahan kaca, dan pasien yang
sebelumnya sudah muntah-muntah.
Dosis:
Dewasa, 30 ml atau 2 sendok makan.
Anak-anak:
Usia 6-12 bulan, 10 ml atau 2 sendok teh.
Usia lebih dari 12 bulan, 15 ml atau 1 sendok makan.
Jika penderita belum muntah dalam 30 menit, pemberian sirup ipeca
dapat diulangi sekali lagi.
Catatan:
Kepada pasien diberi minum beberapa gelas air. Untuk mencegah
kemungkinan terjadinya aspirasi ke dalam paru, sebaiknya pasien
dalam posisi duduk atau letak kepalanya lebih tinggi.
Sumber : Sartono (2001)

b) Kumbah lambung

Kumbah lambung efektif, jika dilakukan dalam waktu 1 jam

setelah keracunan dengan menggunakan pipa nasogastrik.

Pengurasan lambung tidak dilakukan pada pasien keracunan

asam atau basa kuat dan harus hati-hati pada pasien

pendarahan diathesis. Untuk pasien dewasa, sebagai cairan

penguras digunakan air hangat. Setiap kali dimasukkan air

hangat 200-300 ml sampai air yang keluar jernih. Jumlah air

hangat yang digunakan biasanya antara 1-2 liter, tapi dpat

juga sampai 5-10 ml/kg berat badan. Selain air hangat dan

larutan garam normal, pada waktu ini juga digunakan larutan


17

elektrolit polietilenglikol. Setelah pengurasan lambung,

biasanya diikuti dengan pemberian karbon aktif untuk

mengabsorpsi sisa racun, dan obat penguras usus atau laksan

untuk mengeluarkan racun yang telah masuk ke dalam usus.

Pemberian karbon aktif dan obat laksan dapat dilakukan

melalui pipa nasogastrik.

Tabel 2.2 Penggunaan Karbon Aktif

KARBON AKTIF
Indikasi:
Untuk mengabsorpsi racun dalam lambung.
Kontra indikasi:
Penderita keracunan asam atau basa kuat, dan penderita pendarahan
diathesis.
Dosis:
Dewasa dan anak-anak, 1 g/kg berat badan.
Catatan:
1. Jangan menggunakan antidote universal.
2. Karbon aktif dicampur dengan air, dengan perbandingan 1:4.
3. Jika menggunakan sirup ipeca, jangan diberi karbon aktif sebelum
sirup ipeca menunjukkan efeknya.
4. Jangan memberikan karbon aktif, jika diperkirakan akan menyerap
antidote yang digunakan seperti N-asetilsistein.
5. Karbon aktif dapat dicampur dengan obat laksan dari golongan
senyawa garam seperti Magnesium-sulfat atau Natrium-sulfat.
Dosis multiple dapat diberikan, jika racun diduga mempunyai siklus
enteropatik seperti obat depresan golongan trisiklik, digittlis dan lain-
lain.
Sumber : Sartono (2001)

c) Membersihkan usus

Pembersihan usus dilakukan dengan menggunakan obat

laksan dari golongan senyawa garam, yaitu Magnesium-

sulfat dan Natrium-sulfat. Laksan non-ionik biasanya tidak

digunakan dalam usaha membersihkan usus karena akan


18

terabsorpsi oleh karbon sehingga menjjadi tidak aktif.

Laksan yang berupa minyak juga tidak digunakan karena

akan mening katkan atau mempermudah absorpsi beberapa

racun oleh tubuh seperti golongan pestisida dan senyawa

hidrokarbon.

Tabel 2.3 Penggunaan Magnesium-sulfat dan Natrium-sulfat

Magnesium-sulfat dan Natrium-sulfat


Indikasi:
Untuk membersihkan racun dari usus, dan juga merupakan antidot
umum.
Kontra indikasi:
Ileus yang adinamik, diare berat, trauma perut, obstruksi usus, gagal
ginjal (Magnesium-sulfat) dan gagal jantung kongesti (Natrium-
sulfat)
Dosis:
Dewasa:
Magnesium-sulfat atau Natrium-sulfat 30 g.
Anak-anak:
Magnesium-sulfat atau Natrium-sulfat 250 mg/kg berat badan.
Sumber : Sartono (2001)

2) Antidot

Antidot atau obat penawar racun adalah obat atau bahan yang

mempunyai daya kerja bertentangan dengan racun, dapat mengubah

sifat-sifat kimia racun atau mencegah absorpsi racun. hanya sedikit

keracunan yang dapat ditawarkan oleh antidote yang spesifik.

Meskipun antidot kadang-kadang merupakan obat penyelamat nyawa

penderita karacunan, penanggulangan keracunan tidak dapat

diandalkan hanya dengan menggunakan antidot saja.


19

Tabel 2.4 Beberapa antidot yang spesifik

No Toksin Antidotum
1. Opiate Nalokson
2. Methanol, etilen glikol Etanol
3. Antikolinergik Fisostigmin
4. Organofosfat (insektisida karbamat) Atropin
5. Cianida Amil nitrit, natrium
nitrit, natrium tiosulfat
Sumber: Hudak dan Gallo (1997)

3) Meningkatkan eliminasi

Meningkatkan eliminasi racun dapat dilakukan dengan dieresis

basa atau asam, dosis multipel karbon aktif, dialisis dan

hemoperfusi.

a) Diuresis basa

Diuresis basa dapat meningkatkan eliminasi golongan

salisilat, herbisida fenoksisetat (asam 2,4-

diklorofenoksiasetat, 2,4-D dan mecoprop), fenobarbital dan

barbital.

b) Diuresis asam

Diuresis asam semula digunakan untuk meningkatkan

eliminasi kina, kemudian diketahui an terbukti tidak efektif.

Demikian juga diragukan efeknya dalam meningkatkan

eliminasi Fensiklidin.
20

c) Dosis multipel karbon aktif

Eliminasi obat-obat yang mempunyai volume distribusi kecil

(<1 1 liter/kg berat badan), pKa rendah, afinitas ikatan

rendah, dan waktu paruh yang menjadi panjang karena

overdosis akan meningkat dengan menggunakan dosis

multipel karbon aktif. Obat-obat tersebut, antara lain

asetosal, karbamazepin, dapson, fenobarbital, kina dan

teofilin.

d) Dialisis dan Hemoperfusi

Dialisis dan hemoperfusi dapat dilakukan untuk

meningkatkan eliminasi racun pada penderita dengan kadar

racun dalam plasma yang tinggi dan kombinasi gejala klinik

keracunan yang parah. Dialisis dan hemoperfusi mempunyai

arti yang kecil untuk racun dengan volume distribusi yang

besar (seperti obat depresan golongan trisiklik) karena kadar

dalam plasma kecil dibandingkan dengan jumlah total racun

dalam tubuh. hemodialisis cukup dapat meningkatkan

eliminasi obat golongan salisilat, lithium, methanol,

isopropanol, etilen glikol dan etanol. Sedangkan dialysis

peritoneal dapat meningkatkan eliminasi racun seperti etilen

glikol dan metanol.


21

b. Melalui hidung

Dalam menangani racun yang masuk melalui hidung

(inhalasi), tindakan yang segera dilakukan ialah :

1) Memindahkan pasien keracunan dari tempat atau ruangan yang

tercemar racun.

2) Trakeotomi dapat dilakukan, jika dipandang perlu.

3) Jika menggunakan alat resuscitator dengan tekanan positif,

tekanan darah perlu dikontrol terus menerus.

c. Kontaminasi Kulit

Jika kulit terkontaminasi atau terkena racun, segera disiram

dengan air untuk mengencerkan atau mengusir racun. Kecepatan dan

volume air yang digunakan sangat menentukan kerusakan kulit yang

terjadi, terutamam jika terkena racun yang bersifat korosif dan

bahanbahan atau racun yang merusak kulit.

d. Kontaminasi Mata

Mata yang terkontaminasi atau terkena bahan kimia harus

dibilas atau dialiri air selama 15 menit. Dapat juga digunakan gelas

pencuci mata, yang airnya sering diganti. Jangan sekali-kali di

teteskan antidote senyawa kimia, karena panas yang akan timbul

dapat mengakibatkan kerusakan mata yang lebih parah. Di rumah

sakit, mata yang terkontaminasi bahan kimia dibilas lagi dengan air

atau larutan garam normal yang steril dan kemudian ditetesi larutan

fluorescein 2% yang steril. Jika timbul warna kuning atau hijau,


22

pembilasan dilanjutkan selama 5 menit dan segera dikonsultasikan ke

dokter spesialis mata untuk mendapatkan pemeriksaan dan

pengobatan lebih lanjut. Diusahakan agar dalam waktu 2 jam mata

yang terkontaminasi sudah ditangani oleh dokter spesialis mata.

e. Sengatan dan gigitan binatang berbisa

Jika terkena gigitan ular berbisa, maka tindakan untuk

mencegah penjalaran bisa dilakukan dengan menggunakan torniket di

daerah atau diatas luka gigitan, sampai dapat diberikan antidot yang

spesifik terhadap bisa ular penyebabnya. Selama dalam perjalanan ke

rumah sakit, torniket dikendorkan setiap 15 menit selama 30 detik.

Torniket tidak digunakan pada jari tangan atau kaki yang terkena

gigitan ular berbisa. Sebagai alternatif, dapat dilakukan pembalutan

dengan yang kuat atau dengan tekanan yang dapat dibiarkan beberapa

jam. Usaha lain untuk memperlambat penjalaran bisa, yaitu dengan

pendinginan lokal menggunakan es batu. Cara ini dapat membayakan

jika terjadi radang karena kedinginan. Cara lain lagi dengan mengisap

bisa dari luka gigitan, setelah luka disayat sepanjang 1,5 cm dan

kedalaman 0,5 cm. jika gigitan terjadi lebih dari setengah jam,

sebaiknya tidak dilakukan pengisapan. Pengisapan yang dilakukan

dalam waktu 10 menit setelah terjadi gigitan dapat mengeluarkan

racun sampai 20%.


23

2. Mengatasi efek dan gejala keracunan

Efek dan gejala keracunan pada manusia dapat timbul setempat

(lokal) atau sistemik setelah racun diabsorpsi dan masuk ke dalam sistem

peredaran darah atau keduanya.

Anda mungkin juga menyukai