PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemfigoid Bulosa (PB) adalah penyakit umum autoimun kronik yang
ditandai oleh adanya bula subepidermal pada kulit. Penyakit ini biasanya diderita
pada orang tua dengan erupsi bulosa disertai rasa gatal menyeluruh dan lebih
jarang melibatkan mukosa, tetapi memiliki angka morbiditas yang tinggi. Namun
presentasinya dapat polimorfik dan dapat terjadi kesalahan diagnosa, terutama
pada tahap awal penyakit atau di varian atipikal, di mana bula biasanya tidak ada.
Dalam kasus ini, penegakan diagnosis PB memerlukan tingkat pemeriksaan yang
tinggi untuk kepentingan pemberian pengobatan awal yang tepat. Antigen target
pada antibodi pasien yang menunjukkan dua komponen dari jungsional adhesi
kompleks-hemidesmosom ditemukan pada kulit dan mukosa.1
Pemfigoid Bulosa (PB) ditandai oleh adanya bula subepidermal yang besar
dan berdinding tegang, dan pada pemeriksaan imunopatologik ditemukan C3
(komponen komplemen ke-3) pada epidermal basement membrane zone, IgG
sirkulasi dan antibody IgG yang terikat pada basement membrane zone.2,3,4,5
Kondisi ini disebabkan oleh antibodi dan inflamasi abnormal terakumulasi
di lapisan tertentu pada kulit atau selaput lendir. Lapisan jaringan ini disebut
"membran basal." Antibodi (imunoglobulin) mengikat protein di membran basal
disebut antigen hemidesmosomal PB dan ini menarik sel-sel peradangan
(kemotaksis).5 Pasien pemfigoid bulosa biasanya terjadi pada usia 60 tahunan
namun dapat terjadi pada anak-anak. Pengobatan sangatlah penting karena
penyakit ini bersifat kronik dan dapat terjadi remisi spontan.5
Pada penulisan kali ini, penulis ingin melaporkan salah satu kasus kusta yang
terjadi di RSAM agar pembaca dapat mengetahui etiologi, epidemiologi, gejala
klinis, cara mendiagnosis, tatalaksana, dan komplikasinya.
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. N
Umur : 62 tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Alamat : Banjarmasin, Kec. Kota Agung Barat
Pekerjaan : Petani
Suku bangsa : Lampung
Agama : Islam
Status : Menikah
Pendidikan : SMP
Masuk RS : Jumat, 16 Juni 2017 Pukul 19.30 WIB
Pemeriksaan : Selasa, 20 Juni 2017 Pukul 12.30 WIB
B. AUTOANAMNESIS
Keluhan utama :
Timbul gelembung berisi cairan hampir di seluruh tubuh sejak 2 minggu yang
lalu.
Keluhan tambahan :
Gatal, bercak merah, perih pada gelembung yang pecah
Riwayat Higiene
Pasien mengaku bahwa kebersihan dirinya baik, namun pasien tinggal di rumah
dengan sanitasi yang kurang baik dan ventilasi kurang.
Riwayat Pengobatan
Pengobatan di puskeskamas oleh dokter umum dan diberikan obat oral ceterizine
dan salep klindamisin
C. STATUS GENERALIS
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
GCS : E4 V5 M6
Vital sign
Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 130/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 16x/menit
Suhu : 36,5 C
Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 165 cm
Kepala
Rambut : hitam tidak mudah dicabut
Mata : konjungtiva anaemis, sclera ikterik, madarosis (-),
alopesia lateral (-)
Telinga : simetris, serumen (-), otorea (-), patch eritematosa
auricula (+/+)
Hidung : patch eritematosa +, deviasi septum (-), rinore (-), lion
face (+), infiltrat(-)
Mulut : bibir kering dan pecah-pecah (-)
Leher
Inspeksi : simetris trakea ditengah, JVP meningkat (-)
Palpasi : Massa (-), pembesaran KGB (-)
Paru-paru
Inspeksi : gerakan pernafasan simetris kanan dan kiri
Palpasi : fremitus taktil dan ekspansi simetris, massa (-)
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru kanan dan kiri
Auskultasi : vesikuler (+/+) ronki (-/-) wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
Perkusi : redup
Auskultasi : bunyi jantung I II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : perut datar, massa (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+)
KGB : tidak ada pembesaran KGB
D. STATUS DERMATOLOGIS
No. Lokasi Status Dermatologik
1 Regio colli anterior erosi dan ekskoriasi dengan dasar kulit
berwarna merah berukuran numular
hingga plakat, berbentuk ireguler
dengan batas tidak tegas, beberapa telah
mengering membentuk krusta berwarna
kekuningan, beberapa masih basah dan
dengan aktif mengeluarkan serum
2 Regio colli posterior plak eritem maupun hiperpigmentasi
menunjukkan lesi yang lebih lama,
berukuran nummular hingga plakat,
bentuk irregular, batas tegas ,tersebar
diskret
3 Regio antebrachii erosi dan ekskoriasi dengan dasar kulit
dextra et sinistra berwarna merah berukuran numular
hingga plakat, berbentuk ireguler
dengan batas tidak tegas, beberapa telah
mengering membentuk krusta berwarna
kekuningan, beberapa masih basah dan
dengan aktif mengeluarkan serum
4 Regio antebrachii bula dengan cairan jernih terkadang
sinistra hemoragik berdinding tebal dan tegang,
multiple, ukuran bervariasi dari milier
hingga lentikuler berada di atas
permukaan kulit yang eritem dengan
batas yang tegas
5 Regio brachii dekstra erosi dan ekskoriasi dengan dasar kulit
es sinistra berwarna merah berukuran numular
hingga plakat, berbentuk ireguler
dengan batas tidak tegas, beberapa telah
mengering membentuk krusta berwarna
kekuningan, beberapa masih basah dan
dengan aktif mengeluarkan serum
6 Regio thoraks erosi dan ekskoriasi dengan dasar kulit
anterior berwarna merah berukuran numular
hingga plakat, berbentuk ireguler
dengan batas tidak tegas, beberapa telah
mengering membentuk krusta berwarna
kekuningan, beberapa masih basah dan
dengan aktif mengeluarkan serum
7 Regio thoraks plak eritem maupun hiperpigmentasi
anterior menunjukkan lesi yang lebih lama,
berukuran nummular hingga plakat,
bentuk irregular, batas tegas ,tersebar
diskret
8 Region Abdominal Bula yang pecah menimbulkan krusta,
ukuran miliar hingga lentikular, bentuk
iregular, batas tegas
9 Regio dorsum pedis Bula yang pecah menimbulkan krusta,
sinistra ukuran lentikular hingga nummular,
bentuk ireegular, batas tegas
10 regio digiti pedis Bula yang pecah menimbulkan krusta,
sinistra ukuran lentikular hingga nummular,
bentuk iregular, batas tegas
Test manipulasi :
Tes Nikolskys sign : negatif
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium darah lengkap dilakukan pada tanggal 16/06/2017 :
Hemoblobin : 10,8
Leukosit : 12.200
Hematokrit : 32
Trombosit : 300.000
MCV : 95
MCH : 32
MCHC : 34
LED : 50
F. Resume
Seorang laki laki, berusia 62 tahun datang ke IGD Rumah Sakit Umum Daerah
Abdul Moeloek (RSAM) diantar oleh istrinya dengan keluhan adanya
gelembunggelembung berisi cairan yang muncul hampir di seluruh tubuhnya.
Pasien mengatakan bahwa hal ini dimulai sejak 2 minggu sebelum ke RSAM
saat secara tiba-tiba timbul gelembung berisi cairan. Awalnya pasien
mengeluhkan bengkak dan kemerahan seperti biduran disertai rasa gatal pada
perut dan dada, selain itu juga pasien demam tidak terlalu tinggi, rasa nyeri
disangkal. Selain itu juga pasien demam tidak terlalu tinggi. Kemudian , pasien
berobat ke dokter di Puskesmas dan diberikan obat makan yaitu cetirizine dan
obat salep yaitu klindamisin. Keesokan harinya gatal dan kemerahan berkurang
pada perut dan dada berkurang. 12 hari yang lalu bintik-bintik kecil merah
hanya pada lengan atas kanan dan kiri saja. Awalnya bintik berukuran kecil warna
putih, kemudian bintik tersebut membesar membentuk gelembung yang berisi
cairan, terasa gatal, menjalar dari ketiak menuju ke lengan dan punggung tangan
serta telapak tangan, dan gelembung juga muncul pada tungkai bawah, leher,
punggung. Sejak 10 hari SMRS terdapat gelembung yang pecah dengan
sendirinya tertutup cairan yang mengering berwarna kekuningan, ada juga yang
terlihat berdarah menyebabkan rasa perih. Karena hal ini dirasakan semakin
mengganggu dan kondisi kulit yang tidak kunjung membaik, pasien memutuskan
untuk berobat ke RSUD Pringsewu, yang kemudian pasien dirujuk ke RSAM.
G. DIAGNOSIS BANDING
1. Pemfigoid Bulosa
2. Epdermiolisis Bulosa
H. DIAGNOSIS KERJA
Pemfigoid Bulosa
I. PENATALAKSANAAN
Umum:
1. Umum :
Konseling
o Menjelaskan terkait penyakit pemfigoid bulosa yang dialami
pasien
Informasi
o Imobilisasi
o Menjelaskan perjalan penyakit
o Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini bisa
disembuhkan tapi akan berlangsung lama sehingga pasien
harus rutin mengambil obat di puskesmas dan tidak boleh
putus obat
Edukasi
o menjelasakan kepada pasien untuk beristirahat
o menjelasakan kepada pasien untuk menjaga kebersihan
tubuhnya
o menjelaskan kepada pasien untuk menghindari trauma fisik
terhadap permukaaan kulitnya
o menjelasakan kepada pasien untuk memenuhi asupan nutrisi
untuk mempercepat proses penyembuhan
Khusus:
Sistemik:
Kortikosteroid :
Metil predinisolon 62,5 mg/ 12 jam IV, bila sudah terdapat perbaikan
dosis diturunkan perlahan
Antibiotik:
Metronidazole 2x500 mg p.o
Topikal:
Benosone 10 g + tincture vaseline40 g, dioleskan pada lesi
J . PEMERIKSAAN ANJURAN
- Pemeriksaan darah lengkap secara berkala
- Tes Histopatologi
- Tes Imunologi IgG dan C3
-
K. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia
Quo ad functionam : dubia
Quo ad sanationam : dubia
Quo ad cosmeticam : dubia
Follow up
A/ pemfigoid bulosa
Ddx:
Epidermolisis bulosa
-
21/6/2017 S/ P/
Keluhan Utama
Timbul gelembung berisi cairan Umum :
hampir di seluruh tubuh sejak 2
Konseling :
minggu yang lalu.
- Menjelaskan terkait
Keluhan Tambahan
Gatal, bercak merah, perih pada penyakit kusta yang
gelembung yang pecah dialami pasien
Informasi :
O/
Keadaan umum: Tampak sakit sedang - Imobilisasi
Kesadaran: Compos Mentis - Menjelaskan perjalan
TD: 130/70 mmHg RR: 16
x/menit penyakit
HR: 80 x/menit T: 36.5C - Menjelaskan kepada
pasien bahwa
Status Generalis: Dalam batas
penyakit ini bisa
normal
disembuhkan tapi
Status Dermatologis
akan berlangsung
Regio coli anterior
lama sehingga pasien
erosi dan ekskoriasi dengan
harus rutin
dasar kulit berwarna merah
mengambil obat di
berukuran numular hingga
puskesmas dan tidak
plakat, berbentuk ireguler
boleh putus obat
dengan batas tidak tegas,
Edukasi :
beberapa telah mengering
- menjelasakan kepada
membentuk krusta berwarna
pasien untuk
kekuningan, beberapa masih
beristirahat
basah dan dengan aktif
- menjelasakan kepada
mengeluarkan serum
pasien untuk menjaga
Regio antebrachii desxtra et
kebersihan tubuhnya
sinistra
- menjelaskan kepada
erosi dan ekskoriasi dengan
pasien untuk
dasar kulit berwarna merah
menghindari trauma
berukuran numular hingga
fisik terhadap
plakat, berbentuk ireguler
permukaaan kulitnya
dengan batas tidak tegas,
- menjelasakan kepada
beberapa telah mengering
pasien untuk
membentuk krusta berwarna
memenuhi asupan
kekuningan, beberapa masih
nutrisi untuk
basah dan dengan aktif
mempercepat proses
mengeluarkan serum
penyembuhan
Regio antebrachii sinistra
bula dengan cairan jernih Khusus:
terkadang hemoragik Sistemik:
berdinding tebal dan tegang, - Kortikosteroid :
multiple, ukuran bervariasi dari Metil predinisolon 62,5
milier hingga lentikuler berada mg/ 12 jam IV, bila
di atas permukaan kulit yang sudah terdapat
eritem dengan batas yang tegas perbaikan dosis
Regio brachii dekstra et diturunkan perlahan
sinistra - Antibiotik:
erosi dan ekskoriasi dengan Metronidazole 2x500
dasar kulit berwarna merah mg p.o
berukuran numular hingga
Topikal:
plakat, berbentuk ireguler
- Benosone 10 g +
dengan batas tidak tegas,
tincture vaseline40 g,
beberapa telah mengering
dioleskan pada lesi
membentuk krusta berwarna
kekuningan, beberapa masih
basah dan dengan aktif
mengeluarkan serum
Regio Thorax anterior
erosi dan ekskoriasi dengan
dasar kulit berwarna merah
berukuran numular hingga
plakat, berbentuk ireguler
dengan batas tidak tegas,
beberapa telah mengering
membentuk krusta berwarna
kekuningan, beberapa masih
basah dan dengan aktif
mengeluarkan serum
Regio Thoraks posterior
plak eritem maupun
hiperpigmentasi menunjukkan
lesi yang lebih lama, berukuran
nummular hingga plakat,
bentuk irregular, batas tegas
,tersebar diskret
Regio Abdominal
Bula yang pecah menimbulkan
krusta, ukuran miliar hingga
lentikular, bentuk iregular,
batas tegas
Regio Palmaris manus
sinistra
Bula yang pecah menimbulkan
krusta, ukuran lentikular hingga
nummular, bentuk ireegular,
batas tegas
Makula eritematosa
hiperpigmentasi, lesi multiple,
berukuran lentikuler-plakat,
batas tegas, tepi ireguler,
tersebar diskret dengan
sebagian konfluens
Regio Dorsum Pedis Sinistra
Bula yang pecah menimbulkan
krusta, ukuran lentikular hingga
nummular, bentuk ireegular,
batas tegas
Regio Digiti Pedis sinistra
Bula yang pecah menimbulkan
krusta, ukuran lentikular hingga
nummular, bentuk iregular,
batas tegas
Pemeriksaan Nikolskys sign ;
negatif
A/ pemfigoid bulosa
Ddx:
Epidermolisis bulosa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PEMFIGOID BULOSA
A. Definisi
C. ETIOLOGI
D. ANATOMI
E. PATOFISIOLOGI
F. DIAGNOSA
1. GAMBARAN KLINIS
Fase Bulosa
Tahap bulosa dari PB ditandai oleh perkembangan vesikel dan bula
pada kulit normal ataupun eritematosa yang tampak bersama-sama dengan
urtikaria dan infiltrat papul dan plak yang kadang-kadang membentuk pola
melingkar. Bula tampak tegang, diameter 1 4 cm, berisi cairan bening, dan
dapat bertahan selama beberapa hari, meninggalkan area erosi dan berkrusta.
Lesi seringkali memiliki pola distribusi simetris, dan dominan pada aspek
lentur anggota badan dan tungkai bawah, termasuk perut. Perubahan post
inflamasi memberi gambaran hiper- dan hipopigmentasi serta, yang lebih
jarang, miliar. Keterlibatan mukosa mulut diamati pada 10-30% pasien.
Daerah mukosa hidung mata, faring, esofagus dan daerah anogenital lebih
jarang terpengaruh. Pada sekitar 50% pasien, didapatkan eosinofilia darah
perifer.1
Perjalanan penyakit biasanya ringan dan keadaan umum penderita
baik. Penyakit PB dapat sembuh spontan (self-limited disease) atau timbul lagi
secara sporadik, dapat generalisata atau tetap setempat sampai beberapa tahun.
Rasa gatal kadang dijumpai, walaupun jarang ada. Tanda Nikolsky tidak
dijumpai karena tidak ada proses akantolisis. Kebanyakan bula ruptur dalam
waktu 1 minggu, tidak seperti pemfigus vulgaris, ia tidak menyebar dan
sembuh dengan cepat.4
Lesi kulit
Eritem, papul atau tipe lesi urtikaria mungkin mendahului pembentukan bula.
Bula besar, tegang, oval atau bulat; mungkin timbul dalam kulit normal atau
yang eritema dan mengandung cairan serosa atau hemoragik. Erupsi dapat
bersifat lokal maupun generalisata, biasanya tersebar tapi juga berkelompok
dalam pola serpiginosa dan arciform.3
Tempat Predileksi
Aksila; paha bagian medial, perut, fleksor lengan bawah, tungkai
bawah3.
Gambar 3: Pemfigoid Bulosa. Bula tegang diatas kulit yang
eritema.
G. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
2. IMUNOLOGI
H. DIAGNOSIS BANDING
Pada penderita lanjut usia dengan gejala yang tidak progresif, obat
imunosupresif ini bisa digunakan pada terapi awal tanpa dikombinasikan
dengan prednison. Glukokortikoid sistemik biasanya diperlukan pada
penderita dengan gejala yang berat dan progresif supaya penderita bisa
ditangani dengan cepat. Efek pemakaian glukokortikoid sistemik sangat
cepat yaitu hanya beberapa hari.5
Usia tua dan kondisi umum yang buruk telah terbukti secara signifikan
mempengaruhi prognosis. Secara historis, dinyatakan bahwa prognosis pasien
dengan Pemfigoid Bulosa jauh lebih baik dari pasien dengan pemfigus,
terutama Pemfigus Vulgaris dengan Pemfigoid Bulosa dimana tingkat
mortalitasnya sekitar 25% untuk pasien yang tidak diobati dan sekitar 95%
untuk pasien dengan penyakit Pemvigus Vulgaris saja tanpa pengobatan.
Dalam beberapa dekade terakhir, beberapa penilitian di Eropa pada kasus
Pemfigoid Bulosa menunjukkan bahwa bahkan dengan perawatan, pasien
Pemfigoid Bulosa memiliki prognosa seburuk penyakit jantung tahap akhir,
dengan lebih dari 40% pasien meninggal dunia dalam kurun 12 bulan. Dari
studi terbaru, kemungkinan bahwa penyakit penyerta dan pola praktek
(penggunaan kortikosteroid sistemik dan / atau obat imunosupresif) juga
mempengaruhi keseluruhan morbiditas dan mortalitas penyakit ini. 1, 13, 14, 15
BAB III
DISKUSI
Tidak ada penyebab khusus yang memicu timbulnya PB, namun beberapa faktor
dikaitkan dengan terjadinya PB. Sebagian kecil kasus mungkin dipicu obat seperti
furosemide, sulphasalazine, penicillamine dan captopril. Suatu studi kasus
menyatakan obat anti psikotik dan antagonis aldosterone termasuk dalam
faktorpencetus Pemfigoid Bulosa. Belum diketahui apakah obat yang berefek
langsung pada sistem imun, seperti kortikosteroid, juga berpengaruh pada kasus
Pemfigoid Bulosa. Sinar ultraviolet juga dinyatakan sebagai faktor yang memicu
PB ataupun memicu terjadinya eksaserbasi PB. Beberapa faktor fisik termasuk
suhu panas,luka, trauma lokal, dan radioterapi dilaporkan dapat menginduksi PB
pada kulit normal.1,2
Pada pemeriksaan fisik khususnya Status dermatologis Regio perioral, regio colli
anterior, regio colli posterior, regio trunkus posterior, region thoraks posterior dan
anterior, regio brachii dekstra dan sinistra bagian antero-media dan axilla dekstra
dan sinistra, regio antebrachii anterior dekstra dan sinistra, regio digiti manus
dekstra dan sinistra, regio palmaris manus dekstra dan sinistra dan regio digiti
pedis dekstra dan sinistra. Ditemukan lesi multipel berupa bula dengan cairan
jernih terkadang hemoragik berdinding tebal dan tegang, ukuran bervariasi dari
lentikuler hingga numular berada di atas permukaan kulit yang eritem dengan
batas yang tegas. Terdapat pula lesi berupa erosi dan ekskoriasi dengan dasar kulit
berwarna merah berukuran numular hingga plakat, berbentuk ireguler dengan
batas tidak tegas, beberapa telah mengering membentuk krusta berwarna
kekuningan, beberapa masih basah dan dengan aktif mengeluarkan serum.
Terdapat pula lesi plak eritem maupun hiperpigmentasi menunjukkan lesi yang
lebih lama.
Hal ini sesuai dengan gambaran klinis pemfigoid bulosa yang dijelaskan dalam
kepustakaan pada PB tahap bulosa ditandai oleh perkembangan vesikel dan bula
pada kulit normal ataupun eritematosa yang tampak bersama-sama dengan
urtikaria dan infiltrat papul dan plak yang kadang-kadang membentuk pola
melingkar. Bula tampak tegang, diameter 1 4 cm, berisi cairan bening, dan
dapat bertahanselama beberapa hari, meninggalkan area erosi dan berkrusta. Lesi
seringkali memiliki pola distribusi simetris, dan dominan pada aspek lentur
anggota badandan tungkai bawah, termasuk perut. Perubahan post inflamasi
memberi gambaran hiper- dan hipopigmentasi serta, yang lebih jarang, miliar.1
Pemeriksaan penunjang pada pasien ini tidak dilakukan. Karena dari anamnesa
dan pemeriksaan fisik diagnosa sudah dapat ditegakkan. Namun, pemeriksaan
dapat dilakukan apabila gambaran klinis tidak jelas.
Diagnosis banding pada pasien ini adalah pemfigus vulgaris karena bentuk lesinya
hampir mirip, dan juga merupakan penyakit autoimun yang serius, dengan bulla,
dapat bersifat akut ataupun kronis pada kulit dan membran mukosa yang sering
berakibat fatal kecuali diterapi dengan agen imunosupresif. Gambaran lesi kulit
pada pemfigus vulgaris didapatkan bula yang kendur di atas kulit normal dan
dapat pula erosi. Membran mukosa terlibat dalam sebagian besar kasus.
Distribusinya dapat dibagian mana saja pada tubuh. Selain itu dapat pula dibuat
diagnosis banding Epidermolisis Bulosa (EB), yag merupakan penyakit bula
subepidermal kronik yang berkaitan dengan autoimunitas pada kolagen tipe II
dalam fibrin pada zona membrane basal. Lesi kulit berupa bula yang berdinding
tegang dan erosi, gambaran noninflamasi ataupun menyerupai pemfigus bulosa.
Dermatitis herpetiformis, atau Dermatosis IgA linear. Membran mukosa terlibat
pada kasus yang parah. Distribusi lesinya sama dengan pemfigoid bulosa. Pada
impetigo bulosa merupakan penyakit yang disebabkan oleh Staphylococcus
aureus, tempat predileksi di ketiak, dada dan punggung. Sering bersama-sama
miliaria. Kelainan kulit berupa eritema, bula dan hipopion, jika vesikel/bula telah
pecah dan hanya terdapat koleret dan dasarnya masih eritematosa.5
Terapi PB bertujuan menyembuhkan lesi kulit dan mukosa dengan cepat dan
menekan rasa gatal sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Sebagian
besar pasien mengalami remisi dalam lima tahun. Penatalaksanaan pada pasien ini
sudah cukup tepat. Pada pasien ini diberikan kortikosteroid sistemik metil
prednisolon dengan dosis 62,5 mg/ 12 jam perhari, antibiotik metronidazole
2x500 mg, dan obat topikal benosone cream 10 mg dicampur dengan tinture
vaseline 40 mg. Penatalaksanaan pemfigoid bulosa berdasarkan luasnya lesi yang
muncul. Pada kasus pemfigoid bulosa dengan lesi yang terbatas dapat diterapi
dengan kortikosteroid topikal saja. Untuk kasus yang pemfigoid bulosa yang lebih
ekstensif biasanya digunakan kortikosteroid sistemik yaitu prednison. Beberapa
studi terbaru juga menyarankan penggunaan kortikosteroid tropikal potensi tinggi,
seperti clobetasol propionate cream 0,05% dua kali sehariuntuk pemfigoid bulosa
sedang-berat dan kemungkinan lebih aman dibandingkan kortikosteroid sistemik,
karena memiliki efek topikal dan sistemik. Namun kekurangannya adalah
harganya mahal, dan sulit dalam penggunaanya. Dosis awal prednison adalah
0,75-1,0 mg/kg/hari atau dengan obat yang setara, namun banyak kepustakaan
yang memberikan rentang dosis prednison yaitu 40-60 mg per hari. Setelah
terlihat adanya perbaikan, yaitu bula menyembuh, eritema berkurang, dilakukan
tappering off dengan hati-hati. Cara yang sering digunakan adalah penurunan
dosis prednison dilakukan 5 mg per minggu untuk mencapai dosis 30 mg. Efek
samping kortikosteroid sistemik meningkat seiring dengan peningkatan dosis
meliputi diabetes melitus, hipertensi, obesitas, psikosis, gangguan mata, ulkus
peptikum, dan osteoporosis. Dapat juga diberikan antibiotik sistemik ataupun
topikal untuk mengatasi infeksi sekunder.5,6
Pada pasien ini prognosis quo ad vitam adalah dubia ad bonam karena usia pasien
yang sudah tua sehingga mempengaruhi dalam kesembuhan dari penyakit
pemfigoid bulosa, walaupun penyakit pemfigoid bulosa sendiri tidak mengancam
jiwa. Prognosis quo ad functionam adalah dubia karena jika pasien patuh minum
obat penyakit ini masih dapat sembuh dan pasien dapat menjalani perkerjaan
sehari hari nya dengan normal kembali. Prognosis quo ad sanationam adalah
dubia karena pada pasien ini baru pertama kali mengalami keluhan ini dan lesinya
tidak luas dan masih ada kemungkinan sembuh. Prognosis quoad cosmeticam
adalah dubia karena penyakit ini jika tidak sembuh dapat menyebabkan jaringan
sikatrik.
BAB IV
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat dikemukakan pada laporan kasus ini, yaitu:
1. Pemfigoid bulosa adalah penyakit autoimun yang bersifat kronik dan dapat
remisi spontan, yang ditandai dengan eritem, papul atau tipe lesi urtikaria
mungkin mendahului pembentukan bula; bula berukuran besar, tegang, oval
atau bulat; dapat berisi cairan serosa atau hemoragik dan jika terjadi erupsi
dapat bersifat lokal maupun generalisata.SJS termasuk penyakit kulit dan
mukosa yang akut dan berat yang diakibatkan oleh reaksi intoleran terhadap
obat dan beberapa infeksi.
2. Diagnosis SJS berdasarkan gejala klinis, meliputi terbentuknya bula pada area
kuit normal atau eritema, memiliki gejala prodormal seperti rasa gatal ringan
sampai parah terkait dengan eksema, papul dan atau urtikaria, ekskoriasi yang
dapat bertahan selama beberapa minggu atau bulan, dan pemeriksaa
immunopatologi.
3. Pemberian terapi pemfigoid bulosa berupa kortikosteroid baik sistemik maupun
topikal sesuai dengan gambaran klinis masing-masing pasien dengan
pemantuan terapi.
4. Pasien dan keluarganya harus diberi pemahaman mengenai penyakit dan
penyebabnya sehingga pasien dapat terhindar dari berulangnya penyakit.
DAFTAR PUSTAKA