Anda di halaman 1dari 1

PARTHENON, COLLOSEUM, CHRYSLER BUILDING

MEMORY STYLE

Kuil Parthenon, Colosseum di Roma, serta Chrysler building di New York. Tiga bangunan dengan fungsi,
era, gaya, ukuran, serta lokasi yang berbeda.

Dibangun pada era yang berbeda satu sama lain, ketiga bangunan ini menampilkan ekspresi dan raut
yang berbeda. Kuil Parthenon, yang dibangun untuk Dewi Athena, sudah mulai terlihat usang dan
ancient dengan adanya reruntuhan beberapa bagian yang dahulu ikut menghiasi masa kejayaan
bangunan keagamaan ini. Kolom-kolom raksasa dan berjajar sepanjang bangunan menampilkan betapa
peting dan megahnya sosok kuil tersebut di eranya era arsitektur Yunani, abad ke-5 SM.

Colosseum di Roma (72 M) , bangunan yang menampilkan sosok romawi yang sangat kental dengan
bentuk busur bertingkat di sekelilingnya, dahulu menjadi tempat favorit bagi kaum romawi untuk
berkumpul dan menyaksikan kegiatan gladiator yang bertarung dalam arena colosseum. Bangunan ini
juga melambangkan strata sosial masyarakat romawi saat itu- di mana tempat duduk paling atas
merupakan tempat Kaisar, keluarganya, serta senator romawi, dan tempat paling bawah merupakan
tempat bagi rakyat biasa. Kini, Colosseum tetap menjadi ikon bagi masyarakat di Roma yang sering
dikunjungi oleh para enthusiast arsitektur.

Di sisi lain, Chrysler building (1928), dengan gaya art deco dan ketinggiannya yang mencapai sekitar 319
m, sempat menempati posisi bangunan pencakar langit tertinggi di dunia sebelum Empire State
Building didirikan. Walaupun sudah bukan bangunan tertinggi di dunia, Chrysler building, dengan segala
kemewahan yang disuguhkan di dalamnya, tetap menjadi bangunan dengan konstruksi bata tertinggi di
dunia, dan menjadi salah satu ikon di kota New York.

Tiga bangunan yang pernah jaya dalam era yang berbeda walaupun sudah mulai kehilangan pamornya,
ketiga bangunan ini justru menebarkan misteri baru yang menggugah para penikmat dan pengguna
karya arsitektur di sekitarnya untuk kembali merefleksikan tentang kejadian-kejadian yang terjadi di
masa lampau. Ketiganya pula, walaupun tidak sepopuler dahulu, tetap menjadi ikon kota maupun
negara masing-masing karena adanya sejarah dan memori kelam maupun tidak -- yang tersimpan
dalam sosok arsitektunya.

Banyak yang berkata, masa lalu tak usah dilirik lagi. Namun, pada nyatanya, sejarahlah yang
mendefinisikan seorang individu, kelompok, bangsa, maupun negara. Itulah yang kemudian dibekukan
menjadi sebuah memori, dalam sosok arsitektur, untuk mengingatkan manusia akan siapa mereka
sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai