Anda di halaman 1dari 3

TUGAS

BAHASA INDONESIA
(NEGOSIASI)

Anggota Kelompok :
1. Fany Waskito Adi (X MIPA 1/09)
2. Najma Aulia Pramesti (X MIPA 1/19)
3. Riski Paulina (X MIPA 1/23)
4. Sukmandari Pujiutami (X MIPA 1/24)
5. Zukhruf Febrianto (X MIPA 1/25)
Sebuah pengumuman berhasil menggegerkan para pedagang di Pasar Sapuran.
Kenaikan retribusi kebersihan menjadi Rp5.000,00 membuat para pedagang resah dan
kebingungan. Ketua pedagang yang menyadari hal ini meminta salah satu pedagang
menemuinya di sebuah warung bakso siang ini.

Ketua Pedagang : Bagaimana hasil angket kemarin? Sudah kamu dapatkan?


Pedagang 1 : Sudah. Ini hasilnya.
Ketua Pedagang : (membaca angket)
Pelayan Bakso : Wah, ada apa ini? Itu kertas apa?
Ketua Pedagang : Ini angket dari para pedagang, Mbak. Gara-gara pengumuman
kalau retribusi kebersihan akan naik, para pedagang geger.
Jadi, masalah ini harus diselesaikan secepat mungkin.
Pelayan Bakso : Oh, begitu.
Pedagang 1 : Rencananya, kapan kamu akan protes ke pengelola pasar?
Ketua Pedagang : Karena bukti dari semua pedagang sudah ada, tidak perlu
menunggu waktu lama. Harus secepatnya. Kalau tidak
sekarang kapan lagi?
Pedagang 1 : Oke. Semoga sukses dan hasil keputusan yang didapat
memuaskan semua pihak.
Ketua Pedagang : Iya, doakan saja.

Sehabis makan di warung bakso, ketua pedagang pun menghampiri kantor pengelola
pasar Sapuran.

Ketua Pedagang : (mengetuk pintu kantor)


Bawahan pengelola : (membuka pintu). Ya, ada yang bisa saya bantu?
pasar
Ketua Pedagang : Bisa bertemu dengan pengelola pasar?
Bawahan pengelola : Oh, ya. Kalau begitu, silahkan masuk.
pasar
Ketua Pedagang : (memasuki ruangan). Selamat sore, Pak.
Pengelola Pasar : Selamat sore, Bu. Ada perlu apa kemari?
Ketua Pedagang : Begini, Pak. Ini soal pengumuman beberapa hari yang lalu.
Jujur, kami para pedagang merasa keberatan dengan kenaikan
retribusi kebersihan menjadi Rp5.000,00 yang dibebankan
kepada kami. Ini ada bukti berupa angket dari seluruh
pedagang pasar dan hasilnya bisa Bapak lihat sendiri.
(menyerahkan angket)
Pengelola Pasar : (membaca angket) Wah, memang sebagian besar tidak setuju.
Begini, Bu. Uang retribusi ini dinaikkan untuk
mengoptimalkan kerja para pekerja yang membersihkan pasar
supaya pasar ini terlihat lebih terjaga kebersihannya, Bu. Jadi,
uang ini tak akan kami sia-siakan. Semua akan kembali pada
para pedagang dalam bentuk jasa kebersihan.
Ketua Pedagang : Kami mengerti, Pak. Tetapi, apa tidak bisa diturunkan?
Mungkin menjadi Rp3.500,00?
Pengelola Pasar : Kalau segitu, cuma naik Rp500,00 dari yang kemarin, Bu.
Tidak cukup untuk program ini. Lagipula, dengan kebersihan
pasar yang makin terjaga, para pembeli jadi tertarik untuk
berbelanja di pasar kita ini. Kalau diturunkan, bagaimana jika
menjadi Rp4.500,00?
Ketua Pedagang : Itu masih terlalu besar. Untung yang kami hasilkan masih tak
akan kami nikmati jika kami membayar retribusi sebesar
Rp45000,00 perharinya. Kami juga punya keluarga yang harus
kami penuhi kebutuhannya. Jika hanya mengembalikan modal,
kami mau makan apa?
Pengelola Pasar : Saya mengerti, Bu. Tetapi, kebersihan pasar kali ini perlu
diperhatikan lagi. Dan untuk itu, perlu biaya lebih.
Ketua Pedagang : Lalu, bagaimana dengan kami?
Pengelola Pasar : Begini saja. Kita ambil benang merahnya saja. Tadi Ibu
meminta diturunkan menjadi Rp3.500,00. Ketika saya
menurunkan menjadi Rp4.500,00, Ibu masih menolak.
Bagaimana jika saya turunkan menjadi Rp4.000,00? Apa Ibu
dapat menerimanya?
Ketua Pedagang : Apa tidak bisa diturunkan lagi, Pak?
Pengelola Pasar : Tidak bisa, Bu. Itu sudah batas akhir. Jika diturunkan lagi,
wah.. susah itu, Bu.
Ketua Pedagang : Ya, sudah. Saya setuju. Terimakasih, Pak atas waktunya.
Pengelola Pasar : Ya, sama-sama.

Akhirnya, titik temu dari permasalahan ini pun dapat dicapai. Kenaikan retribusi
memang tetap terlaksana, namun biayanya berkurang dari yang ditetapkan. Ya, biaya sebesar
Rp4.000,00 dinilai cukup untuk hal ini. Para pedagang pun dapat dengan tenang
melaksanakan kegiatannya tanpa ada beban lagi.

Anda mungkin juga menyukai