Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang.

Batuan karbonat merupakan salah satu jenis batuan sedimen non silisiklastik.
Pada batuan ini terkandung fraksi karbonat yang lebih besar jumlahnya daripada
fraksi non karbonat, jumlah fraksi karbonatnya lebih dari 50%. Selama
pembentukannya, batuan karbonat melalui serangkaian proses-proses yang disebut
diagenesa. Dengan kata lain diagenesa adalah perubahan yang terjadi pada
sedimen secara alami, sejak proses pengendapan awal hingga batas (onset) dimana
metamorfisme akan terbentuk. Setelah proses pengendapan berakhir, sedimen
karbonat mengalami proses diagenesa yang dapat menyebabkan perubahan
kimiawi dan mineralogi untuk selanjutnya mengeras menjadi batuan karbonat.

1.2. Rumusan masalah.

1.2.1. Genesa batuan karbonat ?

1.2.2. Komposisi penyusun batuan karbonat ?

1.2.3. Keterdapatan batuan karbonat ?

1.3. Tujuan.

1.3.1. Mengetahui genesa batuan karbonat.

1.3.2. Mengetahui komposisi pada batuan karbonat.

1.3.3. Mengetahui tempat-tempat keterdapatan batuan karbonat.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Genesa batuan karbonat.

Batuan karbonat terbentuk melalui proses biologis, biokimia dan presipitasi


anorganik larutan CaCO3di dalam suatu cekungan (Scoffin, 1987). Menurut
(Pirson, 1958), batuan karbonat terbentuk pada lingkungan laut dangkal, dimana
pada lingkungan tersebut tidak terjadi pengendapan material asal daratan. Hal ini
memungkinkan pertumbuhan organisme laut misalnya koral, ganggang, bryozoa,
dan sebagainya. Cangkang-cangkang dari organisme tersebut mengandung
mineral aragonit yang kemudian berubah menjadi mineral kalsit. Proses
pembentukan batuan karbonat akan terus berlangsung, bila keadaan laut relatif
dangkal. Hal ini dapat terjadi bila ada keseimbangan antara pertumbuhan
organisme dan penurunan dasar laut tempat terbentuknya batuan tersebut,
sehingga dapat menghasilkan batuan karbonat yang tebal.

2
Syarat-syarat kondisi yang ideal untuk pembentukan batuan karbonat antara
lain sebagai berikut:

a. Jernih.

Batuan karbonat dihasilkan dari sekresi organisme laut dan presipitasi dari
air laut secara kimiawi. Hal ini mengandung arti bahwa pembentukan
batuan karbonat juga tergantung pada organisme, sementara organisme
laut membutuhkan kondisi laut yang jernih agar sinar matahari dapat
masuk tanpa terganggu.

b. Dangkal.

Dangkal disini diartikan sebagai batas sinar matahari dapat masuk ke laut.
Batas ini sering disebut zona fotik yaitu zona yang dapat ditembus oleh
matahari sebagai syarat utama untuk melakukan proses fotosintesis oleh
organisme. Batas kedalaman yang harus diperhatikan adalah carbonate
yaitu batas kedalaman untuk mineral karbonat terendapkan.

c. Hangat.

Organisme karbonat biasanya hidup pada temperatur 36 C. Kondisi


yang hangat ini berhubungan dengan syarat kedalaman yang masih bisa
ditembus oleh sinar matahari.

d. Salinitas

Batuan karbonat memiliki kisaran salinitas antara 22% - 40% namun


terbentuk pada kisaran 25% - 35%. Oleh sebab itu, lingkungan laut

3
merupakan kondisi dengan salinitas yang relatif tinggi sehingga batuan
karbonat dapat terbentuk dengan baik

Gambar 2.1. Ilustrasi kondisi ideal pembentukan batuan karbonat.

2.2. Komposisi penyusun batuan karbonat.

Menurut Milliman (1974), Folk (1974) dan Tucker dan Wright (1990)
mengungkapkan bahwa mineral karbonat yang penting menyusun batuan karbonat
adalah aragonit (CaCO3), kalsit (CaCO3) dan dolomit CaMg(CO3)2. Selain mineral
utama tersebut beberapa mineral sering pula dijumpai dalam batuan karbonat
yaitu magnesit (MgCO3), Rhodochrosite (MnCO3) dan siderit (Fe CO3).

4
Tabel 2.1. Sifat petrografis mineral pembentuk batuan karbonat (Flgel (1982)

MINERAL RUMUS KIMIA SISTEM KRISTAL


Aragonit CaCO3 Orthorombik
Kalsit CaCO3 Heksagonal(rombohedral)
Dolomit CuMg(CO3)2 Heksagonal(rombohedral)
Magnesit MgCO3 Heksagonal(rombohedral)
Ankerit Ca(FeMg)(CO3)2 Heksagonal(rombohedral)
Siderit FeCO3 Heksagonal(rombohedral)

Tabel 2.2. Komposisi Kimia dan Mineral Karbonat yang Umum Dijumpai

Pada umumnya, selain mengandung mineral karbonat dalam jumlah yang


sangat melimpah seperti aragonite, kalsit, dolomit, magnesit dan siderit, batuan
karbonat juga memiliki 2 komponen penyusun utama, yaitu:
a. Material yang diendapkan di tempat (insitu) langsung dari larutan dan
berfungsi sebagai semen (sparit ).
b. Material yang ditransport ke tempat pengendapan dalam keadaan padat (ex
situ) Material ini dibagi menjadi dua berdasarkan ukurannya yaitu material
yang berukuran lempung atau lanau disebut sebagai lumpur karbonat

5
(mikrit /matrik karbonat) serta material yang berukuran pasir atau lebih
besar disebut butir atau partikel.

Lumpur Karbonat atau Mikrit Mikrit merupakan matriks yang biasanya


berwarna gelap. Pada batugamping hadir sebagai butir yang sangat halus. Mikrit
memiliki ukuran butir kurang dari 4 mikrometer. Pada studi mikroskop elektron
menunjukkan bahwa mikrit tidak homogen dan menunjukkan adanya ukuran
kasar sampai halus dengan batas antara kristal yang berbentuk planar,
melengkung, bergerigi ataupun tidak teratur. Mikritdapat mengalami alterasi dan
dapat tergantikan oleh mozaik mikrospar yang kasar (Tucker, 1991).

2.3. Keterdapatan batuan karbonat.

Mineral-mieral utama tersebut mempunyai lingkungan pembentukan


tersendiri antara lain:
Mineral aragonit terbentuk pada lingkungan yang mempunyai temperatur tinggi
dengan penyinaran matahari yang cukup, sehingga batuan karbonat yang tersusun
oleh komponen dengan mineral aragonit merupakan produk laut dangkal dengan
kedalaman sekitar 2000 meter, namun perkembangan maksimum adalah hingga
kedalaman 200 meter.
Mineral kalsit merupakan mineral yang stabil dalam air laut dan dekat permukaan
kulit bumi, mineral kalsit tersebut masih bisa ditemukan hingga kedalam laut
mencapai 4500 meter.
Dolomit adalah mineral karbonat yang stabil dalam air laut dan dekat permukaan.
Dolomit menurut sebagian ahli merupakan batuan karbonat yang terbentuk oleh
hasil diagenesa batuan yang telah ada, dengan demikian maka dolomit hanya
umum dijumpai pada daerah evaporasi atau transisi.

6
Gambar 2.2. Diagram yang memperlihatkan posisi relatif mineral aragonit dan
kalsit terhadap kedalaman air laut dan tingkat solubilitas mineral yang
ditunjukkan oleh garis ACD dan CCD pada daerah tropis.

Gambar 2.3. Diagram yang memperlihatkan posisi relatif zona presipitasi (I), zona
dissolusi parsial (II), zona dissolusi aktif (III) dan zona dimana tidak ditemukan
lagi mineral karbonat (IV) terhadap latitude (Sam Boggs2nd, 1978)

7
Gambar 2.4. Deposit karbonat di lingkungan laut dangkal (jaman kuarter) adalah
berkonsentrasi terutama di daerah utara dan selatan khatulistiwa, antara 30N dan
30S. (Menurut Wilson (1975) dalamFlugel (1982))

Terjadinya perbedaan tersebut tidak hanya terjadi oleh karena perbedaan sinar
matahari yang bisa masuk tetapi juga disebabkan oleh temperatur air laut serta
fisiologi biotanya (Tucker dan Wright, 1990). Diagram yang diperlihatkan pada
(gambar 2.2) di atas secara berangsur berubah atau mendangkal seiring dengan
perubahan latitude, dimana semakin ke arah kutub, maka zona-zona tersebut semakin
mendangkal (Gambar 2.3 dan gambar 2.4).

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan.

8
Batuan karbonat adalah batuan dengan kandungan material karbonat lebih
dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau
karbonat kristalin hasil presipitasi langsung, batuan karbonat sebagai batuan yang
komponen utamanya adalah mineral karbonat dengan berat keseluruhan lebih dari
50 %. Pengklasifikasian bukan dari komposis. i mineral, tetapi lebih berat
kepada tekstur daripada batuan karbonat tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

http://geo-logist.blogspot.co.id/2014/09/tugas-batuan-karbonat.html
https://www.google.com/search?sclient=psy-ab&client=firefox
http://www.academia.edu/18374086/BAB_2_DASAR_TEORI_batuan_
karbonat_silahkan_di_copy_mohon_sertakan_sumber_link_asli_
http://hmgi.or.id/facies-dan-diagenesa-batuan-karbonat/

9
10

Anda mungkin juga menyukai