kepada pohon yang memiliki kualitas baik (tumbuhnya cepat,sehat,dan batangnya bagus) dapat
tumbuh maksimal seperti pada gambar 4.5.
Pada hutan jati monokultur seumur,penjarangan dilakukan setiap 3-5 tahun sampai pohon
berumur 15 tahun. Setelah berumur lebih dari 15 tahun, penjarangan dilakukan setiap 5-10 tahun.
Hasil penjarangan dapat digunakan untuk menambah pendapatan , kayu yang berdiameter diatas 10
cm dapat digunakanuntuk kayu pertukangan dan yang berukuran lebih kecil untuk kayu bakar.
Setelah dilakukan kegiatan penjarangan , akan banyak bibit yang akan tebang sehingga
terjadi pengurangan jumlah pohon 50% dari total bibit yang ditanam yaitu 2460 bibit , sehingga
total bibit yang diharapkan adalah 1230 batang pohon jati.
6. Pemeliharaan terubusan
Tunggak jati bekas tebangan jika dibiarkan akan menghasilkan terubusan yang dapat
dipelihara hingga dewasa . Terubusan biasanya mampu tumbuh lebih cepat dari pada pohon yang
berasal dari benih .Tunggak yang memiliki terubusan lebih dari satu sebaiknya terubusannya
dijarangkan, pilih satu terubusan yang paling potensial yaitu penampilannya paling
sehat,besar,lurus,dan paling dekat dengan tanah. Terubusan terubusan lainnya dipotong pada
pangkal tunggak . Penjarangan dilakukan secara rutin setiap tumbuh terubusan baru , agar
pertumbuhan pohon terpusat pada terubusan yang terpilih.
Pengawasan hasil penanaman dilakukan secara berkala selama masa pemeliharaan sekitar 3
tahun untuk memastikan keadaan tanaman yang diharapkan dan berjalan sesuai dengan spesifikasi
teknis yang telah ditentukan.Pengawasan yang dilakukan meliputi perlakuan-perlakuan yang
dilakukan selama masa perawatan tanamandi lapangan.
Evaluasi juga dilakukan dengan cara pengukuran meliputi diameter pohon dan tinggi pohon.
Hasil dari evaluasi tersebut kemudian yang akan menjadi masukan untuk menentukan persentase
keberhasilan reklamasi yang dilakukan .
Perhitungan rancana biaya reklamasi dalam rangka melakukan reklamasi lahan bekas
pertambangan didasarkan pada perhitungan biaya langsung dan biaya tidak langsung.
Biaya langsung terdiri dari biaya penataan lahan ,biaya revegetasi,biaya pencegahan air dan
erosi dan biaya pekerjaan sipil sesuai peruntukkan lahan pasca tambang.
1. Penatagunaan lahan
2. Revegetasi
Biaya tidak langsung merupakan biaya harus dialokasikan sebelum maupun sesudah
pelaksanaan kegiatan reklamasi misalnya biaya perencanaan , biaya pengawasan (supervisi) , dan
keuntungan kontraktor . Besarnya biaya tidak langsung adalah sebesar Rp. 9.502.580, dengan rincian
sebagai berikut :
Dari perhitungan biaya diatas maka diperoleh biaya reklamasi ini sebesar Rp. 55.940.580,
yang terdiri dari biaya langsung Rp. 21.510.000 dan biaya tidak langsung sebesar Rp. 9.502.580,
sehingga besarnya biaya reklamasi yang harus dijaminkan ke pemerintah adalah Rp. 55.940.580.
BAB V
PEMBAHASAN
Tujuan utama dari kegiatan penataan jenjang adalah untuk menghindari adalah bahaya erosi
dan kelongsoran . Penataan jenjang pada lahan bekas penambangan yang ditinggalkan penting
untuk direncanakan terlebih dahulu. Hal ini untuk mengatasi atau memperkecil lereng yang curam
dan membahayakan . Kemiringan lereng akan berpengaruh terhadap kestabilan lereng. Untuk itu
perlu diusahakan agar ketinggian dan kemiringan lereng tidak membahayakan, dengan
memperendah lereng dan memperkecil sudut kemiringan lereng sehingga lereng akan stabil dan
tidak mudah longsor.
Setelah dilakukan penataan jenjang dengan tinggi jenjang 5 m dan lebar 3 m dan single
slope 70 overall slope 48 ( gambar 5.1) maka akan didapatkan jenjang yang aman dan stabil.
Dalam melakukan pekerjaan penataan jenjang lahan bekas penambangan ini dapat dilakukan dengan
excavator yang telah tersedia di lokasi.
Peran Revegetasi Terhadap Stabilitas Lereng
Dengan adanya revegetasi , salah satu usaha uuntuk menjadikan lereng lebih stabil. Dalam
stabilisasi lereng bekas tambang ini, vegetasi berperan atau berfungsi sebagai berikut :
1. Vegetasi ini mampu meminimalisir adanya air permukaan dengan cara mencegah butiran
butiran hujan jatuh langsung mengenai permukaan tanah serta mengurangi erosi dan
laju air permukaan yang bersifat menggerus.
2. Akar tumbuhan yang menembus tanah atau material dibawahnya berfungsi sebagai
kohesi semu yang mampu mengikat butiran butiran tanah atau material dan mampu
menahan pergerakan dari suatu massa batuan.
3. Lereng yang jenuh air akan mudah mengalami kelongsoran , dengan adanya vegetasi
diatasnya maka paling tidak ada suatau proses transpirasi yan mampu memperbaiki
atau mengontrol kandungan air pada tanah atau suatu material hal ini batu gamping.
Demi keberhasilan revegetasi perlu dilakukan pemilihan tanaman yang tepat. Tanaman over
crop yang dipilih adalah rumput teki (cyperus roduntus),rumput gajah ,rebahbangun(mimosa invisa)
dan kebisin (Lampiran I).