Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ORIF (Open Reduction Internal Fixation)

DI OK SENTRAL/IBS RSUD ULIN

Oleh :
Novianti
1614901110052

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2017
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA MAHASISWA : NOVIANTI


NPM : 16141901110052
JUDUL LP : ORIF(Open Reduction Internal Fixation)

Banjarmasin Januari 2017

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Orif (Open Reduction Internal Fixation) adalah suatu bentuk pembedahan dengan
pemasangan internal fiksasasi pada tulang yang mengalami fraktur. Orif juga untuk
mempertahankan posisi fragmen tulang agar tetap menyatu dan tidak mengalami
pergeseran. Orif (Open Reduction Internal Fixation ),open merupakan suatu tindakan
pembedahan untuk memanipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah/fraktur sedapat
mungkin kembali seperti letaknya asalnya. Internal fiksasi biasanya melibatkan
penggunaan plat, sekrup, paku maupun suatu intramedulary (IM) untuk
mempertahankankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang
yang solid teriadi.
Orif (Open Reduction Internal Fixation). Merupakan tindakan pembedahan dengan
melakukan insisi pada daerah fraktur. Kemudian melakukan implant pins screw,
wires, rods, plates dan protesa pada tulang yang patah.( Saifuddin 2005)
B. Tujuan.
a. Untuk menghilangkan rasa nyeri
Nyeri yang timbul pada fraktur buka karena fraktunrya sendiri, namun karena
terluka jaringan disekitr tulang yang patah tersebut.
b. Untuk menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dri fraktur
c. Agar terjadi penyatuan tulang kembali
Biasanya tulang yang patah akan mulai menyatu dalam waktu 4 minggu dan
akan menyatu dengan sempurna dalam waktu 6 bulan. Namun terkadang
terdapat gangguan dalam penyantuan tulang. Sehingga dibutuhkan graft
tulang
d. Untuk mengemblikan fungsi seperti semula
Imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan mengecilnya otot dan kakunya
sendi. Maka dari itu diperlukan upaya mobilisasi secepat mungkin.

C. Indikasi
- Fraktur dengan kerusakan jaringan lunak yang luas
- Fraktur dengan gangguan neurovaskuler
- Fraktur kominutif
- Fraktur terbuka
- Trauma vaskuler
- Fraktur shaft humeri bilateral
- Floating elbow injury
- Fraktur patoligis
- Reduksi tertutup yang sukar di pertahankan
- Trauma multiple
- Fraktur terbuka derajat II
D. Kontra indikasi
- Pasien dengan penurunan kesadaran
- Pasien dengan fraktur yang parah dan belum ada penyatuan tulang
- Pasien yang mengalami kelemahan
- Terdapat ifeksi
- Jaringan lunak di atasnya berkualitas buruk
E. Penatalaksanaan
1. Cara konservatif
Dilakukan pada anak-anak dan remaja dimana masih memungkinkan
terjadinya pertumbuhan tulang panjang. Selain itu, dilakukan karena adanya
infeksi atau di pekirakan dapat terjadi infeksi (Barbara 2003)
Tindakan yang dilakukan adalah dengan gips dan traksi.
a. Gips
Gisp yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk
tubuh. Indikasi dilakukan pemasagan gips adalah.
- Imobilisasi dan penyangga fraktur
- Istirahtkan dan stabilisasi
- Koreksi deformitas
- Mengurangi aktifitas
- Membuat cetakan tubuh orhtotic sedangkan hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pemsangan gips adalah :
Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan, gips yang
patah tidak bisa digunakan , gips yang terlalu kecil atau terlalu
longgar sangat membahayakan klien jangan merusak/menekan
gips.
b. Traksi (mengangkat atau menarik)
Secara umum traksi dilakukan dengann menempatkan beban dengan
tali pada ekstrimitas pasien. Tempatkan tarikan disesuaikan sedemikian
rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang
patah. Metode pemsangan traksi anatara lain (Elizabet 2003)
- Traksi manual
Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan
pada keadaan emergency
- Traksi mekanik, ada2 macam :
Traksi kulit (skin traction)
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sttruktur yang lain
misalnya otor. Dgunakan dalam waktu 4 minggu dan beba <5
kg.
Traksi skeltal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan
balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka
operasi dengan kawat metal/penjepit melalui tulang/jaringan
metal.
Kegunaan pemsangan traksi antara lain
- Menguragi nyeri akibat spasme otot
- Memperbaiki dan mencegah dformitas
- Imobilisasai
- Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang
sendi )
- Mengencangkan pada perlekatan.
Prinsip pemasangan traksi
- Tali utama dipasangdi pin rangka sehingga menimbulkan
gaya tarik
- Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan
khusus
- Traksi dapat bergerak bebas dengan katrol.
2. Cara operatif/ pembedahan
Pada saat ini metode penatalksaan yang paling banyak keunggulannya
mungkin adalah pembedahan.
Metode perawatan ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka. Pada
umumnya insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan di
teruskan sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur.
Hematoma fraktur dan fragemen-fragmen tulang yang telah mati dirigasi dari
luka. Fraktur kemudia direpsisi dengan tangan agar menghasilkan posisi yang
normal kembali. Sesudah direduksi, fragmen-fragmen tulang ini dipertahankan
dengan alat-alat artopedik berupa pen, sekrup, pelat, dan paku.(Smeltzer 2004)
Keuntungan perawatan fraktur dengan pmebedahan anatara lain :
- Dapat mencapai stabilitas fiksasi yang cukup memadai
- Tidak perlu memasang gips dan alat alat yang lain
- Perawatan di Rs dapat ditekan seminimal mungkin,
terutama pada kasus-kasus yang tanpa komplikasi dan
dengan kemampuan mempertahankan fungsi sendi dan
fungsi otot hampir normal selama penetalksaaan dijalankan.
F. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Rongent
Menentukan luas atau lokasi minimal 2 kali proyeksi, anterior,
posterior lateral.
b. CT scan tulang, fomogram MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Untuk melihat jelas daerah yang mengalami kerusakan.
c. Arteriogram
Dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler.
d. Hitung darah lengkap
Hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun pada perdarahan
peningkatan leokosit sebagai respon terhadap peradangan.

G. Pathway
Trauma,patologi

Fraktur

Luka terbuka

(post) Kehilangan
v integritas
(Intra) Orif, (pre)Kehilangan cairan
tulang
pembedahan

Kerusakan rongga
imobilisasi Syok hipovelemik
neuromuskular Terputusnya
jaringan lunak

Kerusakan mobilitas Defisit Dipasan infus dan


fisik perawatan transfusi
diri

Saluran invasif
Kerusakan Nyeri akut
integritas kulit

Resiko tinggi
infeksi

H. Gambar
I. DIAGNOSAKEPERAWATAN,INTERVENSIDANRASIONAL
(PRE,INTRA,POST)
1. Pre Operasi
a. Nyeri b/d trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat
fraktur.
Ditandai dengan mengeluh sakit,sulit bergerak, tampak meringis dan
memegangi tubuh yang cidera

Intervensi Rasional
a. Kaji tingkat nyeri dan a. Mengetahui tingkat nyeri
intensitas b. Mengurangi nyeri tanpa tindakan
b. Ajarkan teknik distraksi invatif
selama nyeri c. Tingkatnyeri dpat diketahui dari
c. Observasi Vital Sign vital sign
d. Kolabortif pemberian obat d. Mengetahui nyeri pasien dan
analgesik dan kaji menyusun rencana selanjutnya bila
efektivitasnya. nyeri tidak bisa diatasi dengan
analgesik

b. Kecemasan b/d ancaman integritas biologis sekunder akibat operasi


Intervensi Rasional
a. Kaji tingkat ansietas a. Sebagai acuan membuat strategi
b. Beri kenyamanan dan tindakan
perlihatkan rasa empati b. Agar pasien lebih tenang
c. Bila ansietas berkurang beri menghadapi operasi
penjelasan tentang operasi, c. Bila keadaan klien akan lebih
pemasangan eksternal dfiksasi, mudah menerima penjelasan
serta persiapan yang harus yang diberikan.
dilakukan.

2. Intra Operasi
a. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan akibat
pembedahan.
Intervensi rasional
a. Agar tidak terjadi
a. Monitor perdarahan pada
perdarahan yang hebat
daerah pembedahan setelah
b. Mengantisipasi terjadinya
dilakukan insisi. perdarahan.
b. Ingatkan operator dan bila c. Untuk mengganti cairan
terjadi perdarahan hebat. darah yang banyak keluar
c. Berikan cairan Ringer
danmengantisipasi
laktat (RL) Untuk resusitasi
terjadinya dehidrasi.
cairan monitor tanda-tanda
syok hipopelemik.

3. Post operasi
a. Resiko infeksi b/d tempat masuknya organisme sekuder akibat adanya jalur
invasif
intervensi Rasional
a. Jaga kebersihan daerah a. Mencegah kolonisasi
pemasangan eksternal fiksasi kuman
b. Lakukan perawatan luka b. Mencegah infeksi kuman
secara aseptik di daerah pin. melalui pin
c. Observasi vital sign dan tanda c. Menemukan tanda-tanda
infeksi sistemik maupun lokal infeksi secara dini
(demam,nyeri,kemerahan, d. Untuk mencegah atau
keluar cairan, pelonggaran mengobat infeksi.
pin)
d. Kolaboratif pemberian
antibiotik

b. Hambatan mobilitas fisik b/d alat eksternal fiksasi


Intervensi Rasional
a. Latih bagian tubuh yang a. Mencegah terjadinya atrofi
sehat dengan latihan rom disue
b. Bila bengkak pada daerah b. Membantu meningkatkan
pemasangan eksternal kekuatan
fiksasi sudah berkurang c. Mempercepat kemampuan
latih pasien untuk latihan klien untuk mandiri serta
isometik di daearah meningkatkan rasa percaya diri
tersebut. klien.
c. Latih pasien menggunakan
alat bantu jalan.
J. DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin. 2005. Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan


Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo diakses pd tgl 10 januari 2017.
Elizabeth, J. Corwin. 2003. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC diakses pd
tgl 10 januari 2017.
Smeltzer, Suzanne, C. Bare Brenda, G. 2004. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth, Edisi VIII. Jakarta: EGC
Barbara, J. Gruendemann. 2003. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif,
Volume I. Jakarta: EGC
Zimmerman. 2010. Diagnosis and Management of Shock, Fundamental
Critical Support. Society of Critical. USA: Care Medicine.
Muzana, Darise. 2007. Observasi Peran Perawat dalam Penerapan Teknik
Aseptik pada Perawatan Luka Pasca Bedah di RSUP Dr. Wahidin
Sudiro Husodo.

Anda mungkin juga menyukai