Puji syukur kehadirat Allah SWT dzat penguasa yang telah memberikan nimat,
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat beraktivitas untuk menulis dan
menyelasaikan laporan buku yang berjudul Kewarganegaraan. Kami
berharap laporan buku ini dapat memenuhi materi dari kurikulum yang ada.
Laporan buku ini berisi tentang penjelasan mengenai kewarganegaraan
yang terdapat simpulan dan komentar dari penulis, dengan menggunakan
referensi dari buku TIM ICCE.
Kami menyadari bahwa laporan buku ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan laporan buku ini di masa yang akan
datang.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penulisan laporan buku ini, semoga Tuhan yang
maha Esa senantiasa meridhai segala usaha kita. Dan semoga laporan buku ini
bermanfaat bagi kita semua terutama bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1. IDENTITAS
Bab 4 Kewarganegaraan
Buku : Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani
Pengarang : A. Ubaidilah, Abdul Rozak, Wahdi Sayuti, Dede Rosyada dan M.
Arskal Salim GP
Tahun Terbit : 2003
Penerbit : ICCE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bekerja sama dengan The Asia
Foundation & PRENADA MEDIA
Kota : Jakarta
ISBN : 979-3465-03-4 321.8
Cover Buku
BAB 2
KEWARGANEGARAAN
2. ASAS KEWARGANEGARAAN
2) Bersikap Kritis
5) Rasional
6) Adil
Memilki sikap dan sift yang jujur bagi warga negara merupakan
sesuatu yang niscaya. Kejujuran merupakan kunci bagi terciptanya
keselarasan dan keharmonisan hubungan antar warga negara. Sikap
jujur bisa diterapkan di segala sektor, baik politik, sosial dan
sebagainya.
Kejujuran politik adalah bahwa kesejahteraan warga negara
meupakan tujuan yang ingin dicapai, yaitu kesejahteraan dari
masyarakat yang memilih para politisi. Ketidakjujuran politik adalah
seorang politisi mencari keuntungan bagi partainya, karena partai itu
penting bagi kedudukan.
Beberapa karakteristik warga negara yang demokrat tersebut,
merupakan sikap dan sifat yang seharusnya melekat pada seorang warga
negara. Hal ini akan menampilkan sosok warga negara yang otonom,
yakni mampu mempengaruhi dan berpatisipasi dalam pengembalian
keputusan di tingkat lokal secara mandiri. Sebagai warga negara yang
otonom, ia mempunyai karakteristik lanjutan sebagai berikut :
1. memiliki kemandirian. Mandiri berarti tidak mudah dipengaruhi atau
dimobilisasi, teguh pendirian, dan bersikap kritis pada segenap
keputusan publik.
2. memiliki tanggung jawab pribadi, politik dan ekonomi sebagai warga
negara, khususnya di lingkungan masyarakatnya yang terkecil seperti
RT, RW, Desa, dan setrusnya. Atau juga di lingkungan sekolah dan
perguruan tinggi.
3. menghargai martabat manusia dan kehormatan pribadi. Menghargai
berarti menghormati hak-hak asasi dan privasi pribadi orang per
orang tanpa membedakan ras, warna kulit, golongan ataupun warga
negara yang lain.
4. Berpartisipasi dalam urusan kemasyarakatan dengan pikiran dan
sikap yang santun. Warga negara yang otonom secara efektif mampu
mempengaruhi dan berpartisipasi dalam proses-proses pengambilan
kebijakan pada level sosial yang paling kecil dan lokal, misalnya
dalam rapat kepanitiaan, pertemuan rukun warga, dan termasuk juga
mengawasi kinerja dan kebijakan parlemen dan pemerintah.
5. Mendorong berfungsinya demokrasi konstitusional yang sehat. Tidak
ada demokrasi tanpa aturan hukum dan konstitusi. Tanpa konstitusi,
demokrasi akan menjadi anarkhi. Karena itu, warga negara yang
demokartis harus melakukan empat hal untuk mewujudkan
demokrasi konstitusional, yaitu:
1. Menciptakan kultur taat hukum yang sehat dan aktif (culture of
law).
2. Ikut mendorong proses pembuatan hukum yang aspiratif
(process of law making)
3. Mendukung pembuatan materi-materi hukum yang renponsif
(content of law)
4. Ikut menciptakan aparat penegak hokum yang jujur dan
bertanggung jawab (structure of law) (Khoiron, dkk. 1999:89-
97)
Pada umumnya ada 2 (dua) kelompok warga negara dalam suatu negara,
yakni warga negara yang memperoleh status kewarganegaraannya melalui
stelsel pasif atau dikenal juga dengan warga negara by operation of law dan
warga negara yang memperoleh status kewarganegaraannya melalui stelsel
aktif atau dikenal dengan by registration.
Dalam penjelasan umum Undang-undang No.62/1958 bahwa ada 7
(tujuh) cara memperoleh kewarganegaraan Indonesia, yaitu (1) karena
kelahiran, (2) karena pengangkatan, (3) karena dikabulkannya permohonan, (4)
karena pewarganegaraan, (5) karena perkawinan, (6) karena turut ayah dan atau
ibu serta (7) karena pernyataan.
Untuk memperoleh status kewarganegaraan Indonesia, diperlukan
bukti-bukti sebagai berikut (berdasarkan Undang-undang No.62/1958):
1. Surat bukti kewarganegaraan untuk mereka yang memperoleh
kewarganegaraan Indonesia karena kelahiran adalah dengan Akta
Kelahiran.
2. Surat bukti kewarganegaraan untuk mereka yang memperoleh
kewarganegaraan Indonesia karena pengangkatan adalah Kutipan
Pernyataan Sah Buku Catatan Pengangkatan Anak Asing dari peraturan
pemerintah No.67/1958, sesuai dengan Surat Edaran Menteri
Kehakiman No. JB.3/2/25, butir 6, tanggal 5 Januari 1959.
3. Surat bukti kewarganegaraan untuk mereka yang memperoleh
kewarganegaraan Indonesia karena dikabulkannya permohonan adalah
Petikan Keputusan Presiden tentang permohonan tersebut (tanpa
pengucapan sumpah dan janji setia).
4. Surat bukti kewarganegaraan untuk mereka yang memperoleh
kewarganegaraan Indonesia karena pewarga-negaraan adalah Petikan
Keputusan Presiden tentang pewarganegaraan tersebut yang diberikan
setelah pemohon mengangkat sumpah dan janji setia.
5. Surat bukti kewarganegaraan untuk mereka yang memperoleh
kewarganegaraan Indonesia karena pernyataan adalah sebagaimana
diatur dalam Surat Edaran Menteri Kehakiman No. JB.3/166/22,
tanggal 30 September 1958 tentang Memperoleh/Kehilangan
Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan pernyataan.
7. HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
SIMPULAN
KOMENTAR
1. Dalam penjelasan ini sudah cukup baik, sama halnya dengan buku-buku
yang lainnya berisi mengenai materi yang hamper sama. Namun dalam
segala hal sudah cukup mencakupi.
2. Dalam penjelasan materi ini sudah cukup mencakupi materi pada umumnya
yang terdapat pada buku atau referensi yng lainnya, namun ada beberapa
hal yang harus ditambahkan.
3. Dalam penjelasan materi ini puun sudah mencakupi, namun terdapat
pengertian yang kurang jelas dalam menjelasakan point-point yang ada.
4. Dalam penjelasan materi ini sudah cukup baik dan memenuhi materi yang
umum dibahas pada buku yang lainnya.
5. Dalam penjelasan materi yang dibahas pada buku ini sudah mencakupi apa
yang seharusnya/umum yang dijelaskan pada umumnya yang dijelaskan.
6. Dalam penjelasan pada materi ini sudah cukup baik, namun terdapat
beberapa hal yang harus sedikit diperbaiki.
7. Dalam penjelasan materi yang dijelaskan pada buku ini sudah cukup baik,
namun ada beberapa hal yang kurang jelas dalam penjelasan point-point
tersebut.