Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASKEP ANAK DENGAN TONSILITIS di RUANG BOUGENVILLE II


RSUD Dr. LOEKMONO HADI KUDUS

Disusun oleh :
Siti Listiyowati

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN VII


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA HUSADA
SEMARANG
2016
LAPORAN PENDAHULUAN
ASKEP ANAK DENGAN TONSILITIS

Nama Mahasiswa : Siti Listiyowati


NIM : 1207060
Hari/tanggal : 19 Desember 2016

A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin
Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam
rongga mulut yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsil faucial), tonsil
lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba Eustachius (lateral band dinding faring atau
Gerlachs tonsil) (Soepardi, 2007). Sedangkan menurut Reeves (2001) tonsilitis
merupakan inflamasi atau pembengkakan akut pada tonsil atau amandel.
Tonsilektomi adalah pengangkatan tonsil dan struktur adenoid, bagian jaringan
limfoid yang mengelilingi faring melalui pembedahan (Nettina, 2006).
Berdasarkan pengertian di atas kesimpulan dari penulis adalah tonsilitis
merupakan suatu peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh bakteri ataupun virus,
prosesnya bisa akut atau kronis.

2. Klasifikasi
Menurut Soepardi (2007) macam-macam tonsilitis yaitu :
a. Tonsilitis Akut
1) Tonsilitis viral
Gejala tonsilitis viral lebih menyerupai commond cold yang disertai rasa nyeri
tenggorok. Virus Epstein Barr adalah penyebab paling sering. Hemofilus
influenzae merupakan penyebab tonsilitis akut supuratif. Jika terjadi infeksi
virus coxschakie, maka pada pemeriksaan rongga mulut akan tampak luka-luka
kecil pada palatum dan tonsil yang sangat nyeri dirasakan klien.
2) Tonsilitis bakterial
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A Streptokokus, hemolitikus
yang dikenal sebagai strep throat, pneumokokus, Streptokokus viridan,
Streptokokus piogenes. Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan
menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya leukosit polimorfonuklear
sehingga terbentuk detritus. Bentuk tonsilitis akut dengan detritus yang jelas
disebut tonsilitis folikularis. Bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu,
membentuk alur-alur maka akan terjadi tonsilitis lakunaris.
b. Tonsilitis Membranosa
1) Tonsilitis difteri
Tonsilitis difteri merupakan tonsilitis yang disebabkan kuman Coryne bacterium
diphteriae. Penularannya melalui udara, benda atau makanan yang
terkontaminasi. Tonsilitis difteri sering ditemukan pada anak-anak berusia
kurang dari 10 tahun frekuensi tertinggi pada usia 2 sampai 5 tahun.
2) Tonsilitis septik
Tonsilitis yang disebabkan karena Streptokokus hemolitikus yang terdapat dalam
susu sapi.
3) Angina plaut vincent ( stomatitis ulsero membranosa )
Tonsilitis yang disebabkan karena bakteri spirochaeta atau triponema yang
didapatkan pada penderita dengan hygiene mulut yang kurang dan defisiensi
vitamin C.
4) Penyakit kelainan darah
Tidak jarang tanda leukemia akut, angina agranulositosis dan infeksi
mononukleosis timbul di faring atau tonsil yang tertutup membran semu. Gejala
pertama sering berupa epistaksis, perdarahan di mukosa mulut, gusi dan di
bawah kulit sehingga kulit tampak bercak kebiruan.
5) Tonsilitis Kronik
Tonsilitis kronik timbul karena rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa
jenis makanan, hygiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan
pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.
3. ETIOLOGI
Penyebab tonsilitis adalah infeksi kuman Streptococcus beta hemolyticus,
Streptococcus viridans, dan Streptococcus pyogenes, dapat juga disebabkan oleh infeksi
virus (Soepardi, 2007).

4. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala tonsilitis seperti demam mendadak, nyeri tenggorokan,
ngorok, dan kesulitan menelan (Smeltzer, 2001). Sedangkan menurut Mansjoer (2000)
adalah suhu tubuh naik sampai 40C, rasa gatal atau kering di tenggorokan, lesu, nyeri
sendi, odinofagia (nyeri menelan), anoreksia, dan otalgia (nyeri telinga). Bila laring
terkena suara akan menjadi serak. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemisis, tonsil
membengkak, hiperemisis.

5. PATOFISIOLOGI
Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut, amandel
berperan sebagai filter atau penyaring yang menyelimuti organisme berbahaya, sel-sel
darah putih ini akan menyebabkan infeksi ringan pada amandel. Hal ini akan memicu
tubuh untuk membentuk antibodi terhadap infeksi yang akan datang, akan tetapi
kadang-kadang amandel sudah kelelahan menahan infeksi atau virus. Infeksi bakteri
dari virus inilah yang menyebabkan tonsilitis.
Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid
superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi
leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang
berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit,
bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsilitis akut dengan detritus disebut tonsilitis
falikularis, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsilitis lakunaris.
Tonsilitis dimulai dengan gejala sakit tenggorokan ringan hingga menjadi parah. Pasien
hanya mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga nafsu makan berkurang. Radang
pada tonsil dapat menyebabkan kesukaran menelan, panas, bengkak, dan kelenjar getah
bening melemah di dalam daerah sub mandibuler, sakit pada sendi dan otot, kedinginan,
seluruh tubuh sakit, sakit kepala dan biasanya sakit pada telinga. Sekresi yang berlebih
membuat pasien mengeluh sukar menelan, belakang tenggorokan akan terasa
mengental. Hal-hal yang tidak menyenangkan tersebut biasanya berakhir setelah 72 jam.
Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu
(Pseudomembran), sedangkan pada tonsilitis kronik terjadi karena proses radang
berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses
penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut
sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses
ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengketan 7 dengan
jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran
kelenjar limfe submandibula (Reeves, 2001).
6. PATHWAY

Invasi kuman pathogen (virus/bakteri)


Penyebaran Limfogen
Faring dan tonsil
Proses inflamasi
Tonsil akut Hipertermi

Edema Tonsil Tonsil & adenoid membesar

Nyeri Telan
Obstruksi pada tuba eustaki
Sulit makan dan minum
Infeksi
Resiko perubahan Kelemahan Kurangnya sekunder
nutrisi < kebutuhan Pendengaran otitis media

Intoleransi aktivitas
G3an persepsi sensori :
pendengaran
7. KOMPLIKASI
Faringitis merupakn komplikasi tonsilitis yang paling banyak didapat. Demam rematik,
nefritis dapat timbul apabila penyebab tonsilitisnya adalah kuman streptokokus.
Komplikasi yang lain dapat berupa :
a. Abses pertonsil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini terjadi
beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh streptococcus group
A ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).
b. Otitis media akut
Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi) dan
dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan
gendang telinga ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).
c. Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-sel
mastoid ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).
d. Laringitis
Merupakn proses peradangan dari membran mukosa yang membentuk larynx.
Peradangan ini mungkin akut atau kronis yang disebabkan bisa karena virus, bakter,
lingkungan, maupunmkarena alergi ( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).
e. Sinusitis
Merupakan suatu penyakit inflamasi atau peradangan pada satua atau lebih dari
sinus paranasal. Sinus adalah merupakan suatu rongga atau ruangan berisi udara dari
dinding yang terdiri dari membran mukosa ( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).
f. Rhinitis
Merupakan penyakit inflamasi membran mukosa dari cavum nasal dan nasopharynx
( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa tonsilitis akut
adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :
a. Leukosit : terjadi peningkatan
b. Hemoglobin : terjadi penurunan
c. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat
d. X-ray dada

9. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tonsilitis secara umum, menurut Firman S, 2006 :
a. Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut) selama 10
hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.
b. Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :
- Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun
- Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun.
- Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun.
- Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.
Menurut Mansjoer, A (1999) penatalaksanan tonsillitis adalah :
a. Penatalaksanaan tonsilitis akut
- Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur atau
obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau
klindomisin.
- Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid untuk
mengurangi edema pada laring dan obat simptomatik.
- Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi
kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3x negatif.
- Pemberian antipiretik.
b. Penatalaksanaan tonsilitis kronik
- Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.
- Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi
konservatif tidak berhasil.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Fokus pengkajian:
a. Wawancara
1) Kaji adanya riwayat penyakit sebelumnya (tonsillitis)
2) Apakah pengobatan adekuat
3) Kapan gejala itu muncul
4) Apakah mempunyai kebiasaan merokok
5) Bagaimana pola makannya
6) Apakah rutin / rajin membersihkan mulut
Pengkajian system :
Tonsilitis akan berdampak terhadap sistem tubuh lainnya dan kebutuhan dasar
manusia (Nurbaiti, 2001) meliputi :
a. Sistem Gastrointestinal
Klien sering merasa mual dan muntah, nyeri pada tenggorokan sulit untuk menelan
sehingga klien susah untuk makan dan sulit untuk tidur
b. Sistem Pulmoner
Klien sering mengalami sesak nafas karena adanya pembengkakan pada tonsil dan
faring, klien sering batuk
c. Sistem Imun
Tonsil terlihat bengkak dan kemerahan, daya tahan tubuh klien menurun, klien mudah
terserang demam
d. Sistem Endokrin
Adanya pembengkakan kelenjar getah bening, adanya pembesaran kelenjar tiroid
e. Tenggorokan
- Nyeri pada tenggorokan, adanya virus dan bakteri
- Nyeri saat menelan, adanya pembengkakan pada tonsil
- Mulut berbau
- Bibir kering
f. Sistem Pernafasan
- Sesak nafas karena adanya pembesaran pada tonsil
- Faring hiperimisis : terdapat detritus
- Pernafasn bising
- Edema faring
- Batuk
g. Sistem Imun
- Pembengkakan kelenjar limpah leher
- Pembesaran tonsil
- Hiperemia
- Demam atau peningkatan seluruh tubuh
h. Sistem Muskuloskeletal
- Kelemahan pada otot
- Letargi
- Nyeri pada otot
- Malaise

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
3. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
5. Gangguan persepsi sensori : pendengaran berhubungan dengan obstruksi pada tuba
eustaki
3. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
NO DX KEP NOC NIC RASIONAL
1 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan 1. Kaji nyeri 1. Mengetahui daerah
pembengkakan tindakan nyeri, factor pencetus,
jaringan tonsil keperawatan berat ringan nyeri yang
selama dirasakan
Diharapkan nyeri 2. Ajarkan teknik 2. Mengajarkan apabila
berkurang atau relaksasi nyeri timbul
hilang
Kh : 3. Obs TTV 3. Untuk mengetahui KU
- Mampu klien
mengontrol
4. Berikan analgetik 4. Untuk mengurangi
nyeri
sesuai program rasa nyeri
- Melaporkan
nyeri
5. Jelaskan pada 5. Pemahaman pasien
berkurang
pasien tentang tentang penyebab nyeri
- Mampu
sebab-sebab yang terjadi akan
mengenali
timbulnya nyeri mengurangi
nyeri
ketegangan
- Menyatakan
rasa nyaman
6. Atur posisi pasien 6. Posisi yang nyaman
senyaman akan membantu
mungkin sesuai memberikan
keinginan pasien kesempatan pada otot
untuk relaksasi
seoptimal mungkin

7. Bantu pasien 7. Nyeri dipengaruhi


dalam identifikasi oleh; kecemasan,
faktor pencetus ketegangan, suhu,
distensi kandung
kemih dan berbaring
lama

2 Ketidakseimba Setelah dilakukan 1. Kaji nutrisi klien 1. Untuk mengetahui


ngan nutrisi tindakan kebutuhan nutrisi klien
kurang dari keperawatan 2. Jelaskan pada 2. Menambah
kebutuhan selama klien tentang pengetahuan klien
tubuh b/d Diharapkan nutrisi pentingnya tentang nutrisi
pembengkakan terpenuhi nutrisi tubuh
pada tonsil KH :
- BB badan tidak 3. Anjurkan makan 3. Meningkatkan intake
menurun sedikit tapi sering nutrisi klien

4. Anjurkan makan 4. Meningkatkan nafsu


selagi hangat makan klien

5. Anjurkan hygiene 5. Meningkatkan nafsu


mulut makan klien

6. Kolaborasi 6. Untuk mengetahui gizi


dengan ahli gizi yang seimbang

3 Hipertermi Setelah dilakukan - Kaji factor - Untuk mengetahui


berhubungan tindakan penyebab penyebab
dengan proses keperawatan hipertermi
penyakit selama
Diharapkan tidak - Obs. TTV - Dapat menentukan
mengalami perkembangan perawatan
hipertermi - Pertahankan suhu - Dapat dipengaruhi suhu
KH : tubuh normal lingkungan, aktivitas
- Suhu tubuh
normal - Beri kompres - Perpindahan panas secara
- Tidak hangat konduktif
mengalami
dehidrasi - Berikan pakaian - Proses konveksi akan
- Mukosa bibir yang tipis yang terhalang pakaian yang
lembab menyerap ketat.
keringat

- Kolaborasi dalam - Menurunkan panas pada


pemberian pusat hipotalamus
antipiretik

4 Intoleransi Setelah dilakukan - Monitor - Merencanakan intervensi


aktivitas tindakan keterbatasan dengan tepat
berhubungan keperawatan aktivitas
dengan selama
kelemahan Diharapkan klien - Bantu klien - Klien dapat memilih dan
fisik toleransi terhadap dalam aktivitas merencanakan nya sendiri
aktivitas sendiri
KH :
- TTV normal - Catat tanda vital - Mengkaji sejauh mana
- Aktivitas perubahan selama
pasien tidak aktivitas
terganggu
- Menentukan - Menentukan intervensi
penyebab
intoleransi
aktivitas

- Monitor intake - Sumber energy klien


output

- Kaji tingkat - Untuk mengetahui tingkat


intoleransi klien aktivitas klien guna
intervensi selanjutnya
- Anjurkan klien - Aktivitas yang ringan
untuk melakukan dapat membantu
aktivitas yang mengurangi energy yang
ringan keluar

- Ajurkan klien - Istirahat yang cukup


untuk istirahat dapat mebantu
yang cukup meminimalkan
pengeluaran energy

5 Gangguan Setelah dilakukan - Orientasi dengan - Menimbulkan mental


persepsi tindakan kenyataan klien yang positif
sensori : keperawatan
pendengaran selama - Memberikan - Meyakinkan klien
b/d obstruksi Diharapkan klien dukungan secara bahwa klien tidak
pada tuba toleransi terhadap emosional sendiri dan ada yang
eustaki aktivitas memperhatikan nya
KH :
- Komunikasi - Ajarkan klien - Agar tidak
yang perawatan telinga memperparah
dilakukan sesuai indikasi penurunan
dapat pendengaran
diterima
- Memperbaiki cara - Kebisingan dapat
komunikasi dengan mempengaruhi
biacar pelan didekat pendengaran
klien dan tidak
berteriak

- Berikan posisi yang - Agar telinga klien


nyaman dan tidak tidak tambah sakit
bising karena kebisingan
dapat menjadi faktor
pencetus nyeri telinga
dan penurunan
pendengaran
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Mansjoer. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

Nettina, Sandra M, 2006, Pedoman Praktik Keperawatan, Jakarta : EGC

Reeves J. Charlene, dkk. 2001. Keperawatan medikal bedah. Jakarta : Salemba Medika.

Soepardi, E. A. (2007). Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT & leher Edisi 6. Jakarta: FKUI.

Soepardi, Efiaty Arsyad, dkk, 2007, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala & Leher, ( Edisi Keenam ), Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Suzanne, C. Smeltzer. (2001). Keperawatan medikal bedah, edisi 8. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai