Anda di halaman 1dari 7

YAYASAN PANGLIMA BESAR SOEDIRMAN

RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH


SOEDIRMAN
JL. SIDOBALI UH II / 402 MUJA MUJU TELP. (0274) 589090, 545455
YOGYAKARTA 55165

KEPUTUSAN DIREKTUR RSKB SOEDIRMAN


TENTANG
PENJELASAN HAK PASIEN DALAM PELAYANAN
NOMOR : 064/RSKB.S/SK-DIR/X/2015
DIREKTUR RSKB SOEDIRMAN
Menimbang :

1. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu Pelayanan Medis Rumah Sakit Khusus Bedah
Soedirman dan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang
lebih bermutu, maka perlu diselenggarakan penjelasan hak pasien dalam pelayanan;
2. Bahwa sesuai butir a di atas, perlu dibuat penjelasan hak pasien dalam pelayanan di RSKB
Soedirman;
3. Bahwa untuk memenuhi sebagaimana dimaksud huruf a dan b diatas, perlu ditetapkan
dengan Keputusan Direktur RSKB Soedirman.

Mengingat :

1. Undang Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;


2. Undang Undang Nomor 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit;
3. Undang Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

PERTAMA : KEPUTUSAN DREKTUR RSKB SOEDIRMAN TENTANG PENJELASAN


HAK PASIEN DALAM PELAYANAN DI RSKB SOEDIRMAN
KEDUA : Mengesahkan dan memberlakukan Panduan Tentang Penjelasan Hak Pasien
Dalam Pelayanan dimaksudkan dalam Diktum Kesatu sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Keputusan ini.
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dana apabila di kemudian
hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Yogyakarta, 06 Oktober 2015

Direktur RSKB Soedirman

Dr. Hilga Rahayu Irawani


Lampiran

Keputusan Direktur RSKB Soedirman

Nomor : 000/RSKB.S/SKDIR/IX/2015
Tanggal : 02 Agustus 2015
KEBIJAKAN PELAYANAN PASIEN RSKB SOEDIRMAN

1. Setiap pemberi pelayanan kesehatan di rumah sakit ( dokter, perawat, bidan, apoteker,
fisioterapis dan praktisi kesehatan lain) memberikan pelayanan yang bersifat dasar bagi
pelayanan pasien meliputi perencanaan dan pemberian asuhan kepada setiap pasien,
pemantauan pasien untuk mengetahui hasil asuhan pasien, modifikasi asuhan pasien bila
perlu, penuntasan asuhan pasien dan perencanaan tindak lanjut
2. Pemberi pelayanan kesehatan di rumah sakit memberikan asuhan pelayanan yang
seragam bagi semua pasien. Asuhan pasien yang seragam meliputi akses untuk asuhan
dan pengobatan yang memadai, tidak tergantung atas kemampuanpasien untuk
membayar atau sumber pembiayaan, akses untuk asuhan dan pengobatan yang memadai
yang diberikan oleh praktisi yang kompeten tidak tergantung hari-hari tertentu atau
waktu tertentu, ketepatan mengenali kondisi pasien menentukan alokasi sumber daya
untuk memenuhi kebutuhan pasien, tingkat asuhan yang diberikan kepada pasien sama
(misalnya pelayanan anestesia) di seluruh rumah sakit, pasien dengan kebutuhan asuhan
keperawatan yang sama menerima asuhan keperawatan yang setingkat di seluruh rumah
sakit
3. Rencana dan pelaksanaan pelayanan diintegrasikan dan dikoordinasikan diantara
berbagai unit kerja terkait untuk menghasilkan proses asuhan yang efisien dan hasil
asuhan pasien yang lebih baik
4. Hasil koordinasi antar unit kerja terkait dengan pelayanan pasien didokumentasikan
dalam rekam medis
5. Asuhan pelayanan pasien direncanakan oleh para pemberi pelayanan kesehatan terkait
dilakukan dalam waktu 24 jam sesudah pasien masuk rawat inap
6. Rencana asuhan pasien dilakukan individual berdasarkan data asesmen awal pasien.
Rencana asuhan dicatat dalam rekam medis dalam bentuk kemajuan terukur pencapaian
sasaran. Kemajuan yang diantisipasi dicatat atau direvisi sesuai kebutuhan berdasarkan
hasil asesmen ulang atas pasien. Rencana asuhan untuk tiap pasien direview dan
diverifikasi oleh DPJP dengan mencatat kemauannya
7. Pemberian perintah tertulis pada lembar catatan terintegrasi dalam rekam medis pasien.
Perintah tertulis harus dilakukan pada pelayanan pemberian obat, tindakan medis,
konsultasi medis, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan diagnostik imaging,
pelayanan keperawatan, pelayanan fisioterapi dan terapi nutrisi.Pada kasus
kegawatdaruratan dimana penulisan perintah dapat menghambat petugas dalam
memberikan pertolongan kepada pasien, maka petugas dapat menuliskan perintah
setelah menolong kegawatdaruratan pasien.Petugas yang menuliskan perintah tertulis
adalah DPJP atau dokter bangsal yang telah mendapat surat pendelegasian wewenang
tersebut.
8. Permintaan pemeriksaan diagnostik imaging dan laboratorium klinis harus menyertakan
indikasi klinis dan alasan pemeriksaan yang rasional
9. Petugas yang berwenang menuliskan perintah pemeriksaan diagnostik imaging dan
laboratorium klinis adalah DPJP. Dokter jaga dapat memberikan perintah pemeriksaan
diagnostik imaging dan laboratorium klinis apabila ditemukan indikasi kegawatan pada
pasien, namun setelah tindakan dilakukan petugas harus melaporkan ke DPJP
10. Permintaan tertulis pemeriksaan diagnostik imaging dan laboratorium klinis dituliskan
pada lembar catatan terintegrasi dan lembar permintaan pemeriksaan penunjang
11. Pasien dan keluarga diberi informasi tentang hasil asuhan dan pengobatan termasuk
kejadian tidak diharapkan
12. Rumah sakit mengidentifikasi pasien dan pelayanan risiko tinggimeliputi pelayanan
kasus emergensi, resusitasi, penanganan, penggunaan dan pemberian darah dan
komponen darah, penggunaan peralatan bantuan hidup dasar atau pasien yang
koma,pelayanan pasien dengan penyakit menular dan pasien yang menggunakan alat
penghalang (restraint) dan asuhan pasien yang diberi penghalang, asuhan pasien usia
lanjut, dan cacat.
13. Pelayanan emergensi diselenggarakan melalui mekanisme triase
14. Rumah sakit menyelenggarakan pelayanan resusitasi jantung paru dan resusitasi
dehidrasi.Resusitasi jantung paru dilakukan pada pasien dengan indikasi apneu dan
kegawatan jantung. Resusitasi cairan dilakukan untuk kasus dehidrasi.
15. Rumah sakit menyelenggarakan pelayanan tranfusi darah atau produk darah bagi pasien
yang membutuhkan.Permintaan darah ke PMI dilakukan oleh dokter pelaksana
fungsional medis di IGD/IRNA atau dokter konsultan dengan kasus terkait.

Pengambilan darah dari PMI dilakukan oleh petugas rumah sakit.Rumah sakit bekerja
sama dengan PMI dalam hal penyediaaan darah atau produk darah bagi pasien sehingga
darah atau produk darah yang diberikan ke pasien harus berasal dari PMI (Palang Merah
Indonesia).Tindakan medis pemberian darah dan atau komponennya dilaksanakan oleh
dokter yang memiliki kompetensi atau kewenangan sesuai peraturan
perundangan.Tindakan medis pemberian darah dan atau komponennya dapat
didelegasikan kepada perawat yang sudah memiliki kemampuan dan keterampilam
dalam pelayanan tersebut dengan pengawasan dari dokter.Perawatan tranfusi diberikan
secara legeartis pada kasus : perdarahan hebat, penyakit-penyakit darah, malnutrisi.
Darah donor harus berupa darah sehat dan cocok (dapat diterima) dengan darah pasien
16. Pelayanan pasien dengan penyakit menulardan pasien yang daya tahannya direndahkan
dikelola di ruang isolasi
17. Pelayanan pasien yang menggunakan penghalang (restraint) dikelola melalui intervensi
pasien risiko jatuh
18. Pelayanan pasien usia lanjut, anak-anak, dewasa muda dan populasi yang berisiko
disiksa dikelola oleh petugas dengan pengawasan intensif..
19. Pasien dibantu dalam pengelolaan rasa nyeri. Asesmen dan pengelolaan rasa nyeri
meliputi identifikasi pasien yang nyeri pada waktu asesmen awal dan asesmen ulang,
menyediakan pengelolaan nyeri sesuai pedoman pengelolaan nyeri, komunikasi dan
mendidik pasien dan keluarga tentang pengelolaan nyeri dan gejalanya dalam konteks
pribadi, budaya dan kepercayaan agama masing-masing. Rumah sakit
menyelenggarakan pelatihan tentang asesmen dan pengelolaam nyeri kepada petugas
terkait secara berkala.
20. Semua pasien yang dilayani di rumah sakit dilakukan pengkajian nyeri. Pengkajian nyeri
dilakukan oleh staf medis dan para medik yang kompeten dengan menggunakan
instrumen yang sesuai dengan umur dan tingkat kesadaran pasien. Pengkajian ulang
nyeri dilakukan setiap pengkajian tanda vital pasien dan pada pasien yang mengeluh
nyeri, setia pempat jam (pada pasien yang sadar/ bangun) atau sesuai jenis dan onset
masing-masing jenis obat, pasien yang menjalani prosedu rmenyakitkan, sebelum
transfer pasien, dan sebelum pasien pulang dari rumah sakit.
21. Pengelolaan nyeri pasien dilakukan oleh staf medis dan paramedik yang kompeten.
Pengelolaan nyeri diberikan dalam bentuk terapi farmakologis, terapi non farmakologis
serta pemberian edukasi tentang nyeri kepada pasien dan keluarga
22. Pasien yang menuju akhir hidupnya diberikan pelayanan akhir hidup yang terfokus akan
kebutuhan pasien yang unik meliputi memastikan bahwa gejala-gejalanya dilakukan
asesmen dan dikelola secara tepat, memastikan bahwa pasien dengan penyakit terminal
dilayani dengan hormat dan respek, melakukan asesmen keadaan pasien sesering
mungkin sesuai kebutuhan untuk mengidentifikasi gejala-gejala, merencanakan
pendekatan preventif dan terapetik dalam mengelola gejala-gejala, memberi respon pada
masalah-masalah psikologis, emosional, spiritual dan budaya dari pasien dan
keluarganya.

23. Pasien dalam fase terminal diberikan asuhan dalam proses kematiannya untuk
meningkatkan kenyamanan dan kehormatannya melalui intervensi untuk mengurangi
rasa nyeri dan gejala primer atau sekunder, mencegah gejala-gejala dan komplikasi
sejauh yang dapat diupayakan, intervensi dalam masalah psikososial, emosional dan
spiritual dari pasien dan keluarga menghadapi kematian dan kesedihan, intervensi dalam
masalah keagamaan dan budaya pasien dan keluarga, mengikutsertakan pasien dan
keluarga dalam keputusan terhadap asuhan.

Yogyakarta, 02 Agustus 2015


Direktur RSKB Soedirman

Dr. Hilga Rahayu Irawani

Anda mungkin juga menyukai