Alat Bantuan Napas
Alat Bantuan Napas
mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda idealnya kateter suction yang baik
adalah efektif menghisap sekret dan resiko trauma jaringan yang minimal.
Diameter kateter suction bagian luar tidak boleh melebihi setengah dari diameter
bagian dalam lumen tube diameter kateter yang lebih besar akan menimbulkan
atelectasis sedangkan kateter yang terlalu kecil kurang efektif untuk menghisap
sekret yang kental. Yang penting diingat adalah setiap kita melakukan suction,
bukan sekretnya saja yang dihisap tapi Oksigen di paru juga dihisap dan alveoli
juga bisa collaps. Ukuran kateter suction n biasanya dalam French Units (F)
Qs = ukuran diameter eksternal kateter suction yang diperlukan
Qa = diameter internal al1ificial airway dalam millimeter.
misalnya Qa = 8 mm
8x3
Qs = ----------- = 12 F
2
Jadi ukuran kateter suction yang digunakan adalah nomor = 12 F
Teknik :
Setiap melakukan suction melalui artificial airway harus steril untuk mencegah
kontaminasi kuman dan dianjurkan memakai sarung tangan yang steril. Karakter
suction harus digunakan satu kali proses suction misalnya setelah selesai suction
ETT dapat dipakai sekalian untuk suction nasofaring dan urofaring dan sesudah
itu harus dibuang atau disterilkan kembali,
Ingat" Jangan sikali-kali memakai kateter suction untuk beberapa pasien
Peralatan lain yang perlu disediakan cairan antiseptik, vacuum suction, spuit 5-10
ml untuk spooling (lavage sollution) dan ambu bag (hand resuscitator) untuk
oksigen 100%. Vacum Suction harus dicek dan diatur jangan terlalu tinggi karena
dapat menyebabkan trauma jaringan dan jangan terlalu rendah ==> penghisapan
tidak efektif
Lihat tabel I
Tabel 1 : Vacuum Setting for Suctioning Patients
Patients
Based on age Setting
60 80 mm hg Infant
80 120 mm Hg Children
120 150 mm Hg Adult
Pemeriksaan Primer
Prinsip pemeriksaan primer adalah bantuan napas dan bantuan sirkulasi. Untuk dapat mengingat
dengan mudah tindakan survei primer dirumuskan dengan abjad A, B, C, yaitu :
A airway (jalan napas)
B breathing (bantuan napas)
C circulation (bantuan sirkulasi)
Sebelum melakukan tahapan A (airway), harus terlebih dahulu dilakukan prosedur awal pada
korban/pasien, yaitu :
o Mulut ke hidung
Teknik ini direkomendasikan jika usaha ventilasi dari mulut korban tidak
memungkinkan, misalnya pada Trismus atau dimana mulut korban mengalami
luka yang berat, dan sebaliknya jika melalui mulut ke hidung, penolong harus
menutup mulut korban/pasien.
o Mulut ke Stoma
Pasien yang mengalami laringotomi mempunyai lubang (stoma) yang
menghubungkan trakhea langsung ke kulit. Bila pasien mengalami kesulitan
pernapasan maka harus dilakukan ventilasi dari mulut ke stoma.
o Dari pertemuan tulang iga (tulang sternum) diukur kurang lebih 2 atau 3 jari ke
atas. Daerah tersebut merupakan tempat untuk meletakan tangan penolong
dalam memberikan bantuan sirkulasi.
o Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu telapak
tangan di atas telapak tangan yang lainnya, hindari jari-jari tangan menyentuh
dinding dada korban/pasien, jari-jari tangan dapat diluruskan atau menyilang.
o Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan dinding dada korban
dengan tenaga dari berat badannya secara teratur sebanyak 30 kali (dalam 15
detik = 30 kali kompresi) dengan kedalaman penekanan berkisar antara 1.5 2
inci (3,8 5 cm).
1. jika ada tanda-tanda sirkulasi, dan ada denyut nadi tidak dilakukan kompresi dada, hanya
menilai pernapasan korban/pasien (ada atau tidak ada pernapasan)
2. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, denvut nadi tidak ada lakukan kompresi dada
o Letakkan telapak tangan pada posisi yang benar
o Lakukan kompresi dada sebanyak 30 kali tiap 10 detik
o Buka jalan napas dan berikan 2 kali bantuan pernapasan.
o Letakkan kembali telapak tangan pada posisi yang tepat dan mulai kembali
kompresi 30 kali tiap 10 detik.
o Lakukan 4 siklus secara lengkap (30 kompresi dan 2 kali bantuan pernapasan)
8. Penilaian Ulang
Sesudah 4 siklus ventilasi dan kompresi kemudian korban dievaluasi kembali,
Jika tidak ada nadi dilakukan kembali kompresi dan bantuan
napas dengan rasio 30 : 2.
Jika ada napas dan denyut nadi teraba letakkan korban pada posisi mantap
Jika tidak ada napas tetapi nadi teraba, berikan bantuan napas sebanyak 10 12 kali
permenit dan monitor nadi setiap saat.
Jika sudah terdapat pernapasan spontan dan adekuat serta nadi teraba, jaga agar jalan
napas tetap terbuka kemudian korban/pasien ditidurkan pada posisi sisi mantap.