Disusun oleh:
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang
membahas mengenai Anak Autis dan Gifted ini. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Diferensial pada semester 4 di jurusan
psikologi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu atas terselesaikannya makalah ini baik
secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini telah banyak orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus,
namun banyak diantaranya yang belum memahami anak mereka termasuk dalam
kriteria kekhususan yang mana. Disini akan dijelaskan secara singkat mengenai
anak Gifted dan anak Autis.
Autisme adalah perkembangan kekacauan otak dan gangguan pervasif yang
ditandai dengan terganggunya interaksi sosial, keterlambatan dalam bidang
komunikasi, gangguan dalam bermain, bahasa, perilaku, gangguan perasaan dan
emosi, interaksi social, gangguan dalam perasaan sensoris, serta tingkah laku
yang berulang ulang. Gangguan yang membuat seseorang menarik diri dari
dunia luar dan menciptakan dunia fantasinya sendiri: berbicara, tertawa,
menangis dan marah marah sendiri. Gejala autisme dapat terdeteksi pada usia
sebelum 3 tahun. Anak autis adalah penderita minor brain damage (kelainan atau
kerusakan otak yang sangat mikro).
Kemudian Gifted itu adalah anak yang memiliki Inteligensi tinggi, berbakat
intelektual gifted. Namun kebanyakan orang mengira anak berbakat (gifted)
adalah anak bertalenta. Perbedaan anak berbakat dengan anak bertalenta adalah :
Anak berbakat (gifted) adalah anak yang memiliki kemampuan Inteligensia yang
tinggi sedangkan anak bertalenta (talented) adalah anak yang mempunyai
kreatifitas tinggi. Anak Gifted merupakan anak yang memiliki sebuah kekhususan
atau keistimewaan, biasanya berupa kecerdasan yang luar biasa. Dengan kata lain
ia merupakan anak yang cerdas dan istimewa (gifted child). Anak gifted juga
seringkali disebut anak indigo karena dia memiliki instuisi yang tajam dan
beberapa diantaranya bisa melihat sesuatu yang akan terjadi. Dalam
kesehariannya, mereka kerapkali memperlihatkan sifat orang yang sudah dewasa
dan tidak mau diperlakukan seperti anak kecil. Sehingga, orang dewasa
menganggap anak indigo sebagai anak yang memiliki kelainan. Hal ini yang
menyebabkan anak-anak gifted balita mendapatkan kekeliruan diagnosa seperti
autisme, maupun gangguan belajar (learning disabilities).
Beda antara perilaku autis dan gifted memang tipis. Malah hampir mirip.
Anak autis memiliki ketakutan yang lebih permanen dibanding anak gifted. Jika
mendapat tugas dari sekolah, anak gifted tidak mau mengerjakan tugas itu karena
indera mata, telinga, dan perabanya terlalu tajam sehingga konsentrasinya mudah
buyar oleh sesuatu yang tiba-tiba menarik hatinya. Lalu tingkat sangat aktifnya
muncul. Sedang si anak autis tidak bisa diberi tugas karena kita tidak mampu
menembus kontak dengannya.
Oleh karena, didalam makalah yang kami buat akan membahas beberapa
pengertian mengenai anak-anak yang memiliki bakat diatas rata-rata (Gifted) dan
autisme, mengenali ciri anak-anak yang memiliki kemampuan diatas rata-rata
dan autisme, serta beberapa ciri yang berhubungan dengan tingkatan intelegensi
serta pengaruhnya terhadap proses belajar.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
a. Anak Autis
Autisme terjadi sejak usia dini, biasanya sekitar usia 2-3 tahun. ciri-ciri
utama seorang anak yang menderita autismee, antara lain :
1. Tidak peduli dengan lingkungan sosial
2. Tidak bisa bereaksi normal dalam pergaulan sosial
3. Perkembangan bicara dan bahasa tidak normal
4. Reaksi atau pengamatan terhadap lingkungan terbatas atau berulang-ulang
dan tidak padan.
b. Anak Gifted
3. Kreativitas, meliputi:
a. Kelancaran, fleksibilitas, dan orisinalitas dalam berpikir.
b. Keterbukaan terhadap pengalaman, reseptivitas terhadap hal baru atay
berbeda, bahkan irrasional.
c. Rasa ingin tahu, spekulatif, suka berpetualang dan mentally playful,
bersedia mengambil risiko dalam berpikir dan bertindak.
d. Kepekaan terhadap detil dan estetika.
a. Penyebab Gifted
Secara luas telah disepakati bahwa baik itu genetik maupun lingkungan
memainkan peran dalam penentuan Gifted. Peneliti setuju bahwa faktor
keturunan memainkan peran yang dominan dalam keberbakatan. Orang
tua cerdas lebih mungkin untuk memiliki anak cerdas. Dalam studi jangka
panjang terhadap lebih dari 1.500 individu cerdas, Terman menemukan
bahwa subyeknya juga memiliki anak-anak yang jauh di atas rata-rata.
Namun, tidak ada hubungan keturunan yang tepat. Beberapa orang tua rata-rata
memiliki anak dengan kecerdasan superior, sementara beberapa orang
tua lainnya memiliki anak cerdas dengan kemampuan biasa-biasa saja. Ada
juga orang tua cerdas yang memiliki anak rata-rata atau bahkan di bawah rata-
rata.
Secara psikologis, bakat diyakini merupakan hadiah yang memiliki asal-
usul genetik dan setidaknya sebagian bawaan yang mungkin tidak tampak jelas
pada tahap-tahap awal, melainkan hanya kecenderungan-kecenderungan
bahwa anak mungkin memiliki bakat. Anak berbakat, terlepas dari mana ia
dibesarkan, ia akan menunjukkan keberbakatannya pada beberapa poin.
Misalnya, ada beberapa anak dengan keberbakatan luar biasa yang bisa
memiliki bakat bawaan, seperti bakat dalam bidang musik. Tidak ada
lingkungan tertentu yang merangsang bakatnya. Namun, ada juga anak berbakat
karena pengaruh lingkungan. Pengalaman hidup awal dapat
mempengaruhi kinerja anak pada tes kecerdasan. Lingkungan
yang merangsang, misalnya, dapat memungkinkan seseorang
untuk mengungkapkan bakatnya. Orang yang memiliki kesempatan untuk
mengembangkan kemampuannya kemungkinan untuk mencetak pada tes
kecerdasan agak lebih tinggi daripada anak lain yang memiliki
kemampuan asli sama tetapi mendapat pendidikan yang sedikit.
Penelitian telah menunjukkan bahwa individu dengan kemampuan
matematika sangat tinggi memiliki lobus frontal otak yang berbeda
dibandingkan dengan rata-rata siswa. Studi neuropsikologi mengklaim bahwa
dalam pengolahan informasi, individu-individu berbakat memiliki aktivitas
otak yang tinggi di hemisfer kanan. Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik
fisik dari otak mungkin berhubungan dengan proses bawaan di mana orang-
orang tertentu memperoleh bakat tingkat tinggi dan kemampuan di daerah yang
berbeda .
Banyak penelitian telah membuktikan bahwa bakat dipengaruhi oleh faktor
biologis (nature) dan sosiologis (nurture). Ini semua terkait dengan beberapa
faktor eksternal lainnya di luar fisiologis anak. Singkatnya, untuk dianggap
sebagai gifted, seorang anak harus memiliki biologis (gen, struktur otak ) dan
lingkungan (pendidikan, keamanan emosional, dsb) yang baik untuk
meningkatkan dan mengeluarkan bakatnya.
b. Penyebab Autis
Sampai saat ini para ahli masih melakukan penelitian mengenai penyebab
utama autisme. Menurut para ahli, penyebab autisme sampai saat ini masih
multifaktor. Berikut adalah beberapa hal yang dapat menjadi pemicu atau
pencetus autisme:
1. Faktor Genetik
Faktor genetik diyakini memiliki peranan yang besar bagi penyandang
autisme walaupun tidak diyakini sepenuhnya bahwa autisme hanya
dapat disebabkan oleh gen dari keluarga. Riset yang dilakukan terhadap
anak autistik menunjukkan bahwa kemungkinan dua anak kembar
identik mengalami autisme adalah 60 hingga 95 persen sedangkan
kemungkinan untuk dua saudara kandung mengalami autisme hanyalah
2,5 hingga 8,5 persen. Hal ini diinterpretasikan sebagai peranan besar
gen sebagai penyebab autisme sebab anak kembar identik memiliki gen
yang 100% sama sedangkan saudara kandung hanya memiliki gen yang
50% sama.
2. Gangguan Susunan Saraf Pusat (SSP)
- Pada Masa Kehamilan
Di masa kehamilan, gangguan SSP yang dapat menimbulkan
autisme adalah infeksi virus, jamur, kuman, perdarahan pada hamil
muda, sakit berat, anemia dan keracunan.
- Pada Masa Bayi atau Anak-anak
Kemungkinan terjadinya gangguan SSP adalah akibat alergi,
gangguan pencernaan, keracunan logam berat (Cd, Hg, Pb) dan
jamur yang tumbuh berlebihan dalam saluran pencernaan.
3. Proses Kelahiran
Proses kelahiran yang sulit sehingga bayi kekurangan oksigen, trauma
kepala bayi, leher bayi terlilit tali pusat, dan tersedak air ketuban
ternyata dapat menjadi salah satu penyebab autisme. Hal inilah yang
dianggap potensial menimbulkan gangguan Sistem Saraf Pusat (SSP).
4. Mutasi Genetik
Salah satu penelitian terbaru mengenai autisme menemukan para
penderita autis memiliki gen umum dengan variasi yang berbeda. Hasil
penelitian ini membandingkan gen dari ribuan penderita autisme dengan
ribuan orang normal. Hasil dari penelitian menunjukkan, sebagian besar
penderita autisme memiliki variasi genetik dari DNA mereka yang
berpengaruh pada hubungan antarsel otak.
5. Keracunan Logam Berat
Keracunan logam berat, merkuri dan timbal hitam.
6. Vaksinasi
Ada dugaan bahwa autisme disebabkan oleh vaksin MMR yang rutin
diberikan kepada anak-anak di usia dimana gejala-gejala autisme mulai
terlihat. Kekhawatiran ini disebabkan karena zat kimia bernama
thimerosal yang digunakan untuk mengawetkan vaksin tersebut
mengandung merkuri. Unsur merkuri inilah yang selama ini dianggap
berpotensi menyebabkan autisme pada anak. Namun, tidak ada bukti
kuat yang mendukung bahwa autisme disebabkan oleh pemberian
vaksin. Penggunaan thimerosal dalam pengawetan vaksin telah
diberhentikan namun angka autisme pada anak semakin tinggi.
1. Terapi perilaku
Terapi Perilaku terdiri dari terapi wicara (sampai kepada komunikasi
Pragmatis atau bahasa gaul), terapi okupasi, akademik, Bantu diri dan
menghilangkan perilaku asosial.
Terapi okupasi, Terapi ini untuk menguatkan, memperbaiki koordinasi
dan keterampilan ototnya.
Terapi Wicara, Bagi penyandang autisme oleh karena semua
penyandang autisme mempunyai keterlambatan bicara dan kesulitan
berbahasa, speech therapyadalah juga suatu keharusan, tetapi
pelaksanaannya harus dengan metode ABA.
Sosialisasi dengan menghilangkan perilaku yang tidak wajar, hal ini
perlu dimulai dari kepatuhan dan kontak mata, kemudian diajarkan
konsep menirukan, lalu diberikan pengenalan konsep dan kognisi
melalui bahasa reseptif/kognitif dan bahasa ekspresif disertai dengan
tata krama dan sebagainya.
2. Terapi biomedik
Sebagian besar terapi biomedik terhadap ASD diintegrasikan dengan
kegiatan anak di rumah dan di sekolah. Hal ini dilakukan karena terapi yang
dilakukan secara terpisah kurang berhasil.
3. Pengobatan (pemberian obat, vitamin, mineral, food supplements)
Tidak diketahui adanya pengobatan menyeluruh terhadap autisme,
menggunakan pengobatan tradisional, obat-obatan herbal atau homeopati.
Obat-obatan bukanlah perawatan utama dalam autisme. Pemberian obat-
obatan untuk penyandang autisme sifatnya sangat individual dan perlu
berhati-hati. Dosis dan jenisnya sebaiknya diserahkan kepada Dokter
Spesialis yang memahami dan mempelajari autisme (biasanya Dokter
Spesialis Jiwa Anak).
7. Konseling
Siswa berbakat dengan ketidakmampuan belajar juga mengalami konflik
antara keinginan mereka untuk kemerdekaan dan perasaan ketergantungan yang
dihasilkan dari ketidakmampuan belajar , serta antara aspirasi tinggi dan rendah
harapan orang lain mungkin memiliki bagi mereka ( Whitmore & Maker, 1985) .
Rendah konsep diri adalah masalah umum di antara siswa berbakat dengan
ketidakmampuan belajar yang mengalami kesulitan mengatasi perbedaan dalam
kemampuan mereka ( Fox , Brody , & Tobin , 1983; Hishinuma , 1993;
Olenchak , 1994; Whitmore , 1980) . Frustrasi, kemarahan , dan kebencian dapat
hasil, perilaku serta hubungan dengan rekan-rekan dan anggota keluarga
( Mendaglio , 1993) mempengaruhi . Bahkan, orang tua siswa yang berbakat
dengan ketidakmampuan belajar cepat untuk menekankan pentingnya
memenuhi kebutuhan sosial dan emosional anak-anak mereka ( Hishinuma ,
1993) .
Dalam merencanakan intervensi bagi siswa dengan LD yang berbakat ,
orang tidak boleh mengabaikan pentingnya memberikan konseling bagi para
siswa untuk memenuhi kebutuhan sosial dan emosional ( BrownMizuno , 1990;
Hishinuma , 1993; Mendaglio , 1993; Olenchak , 1994; Suter & Serigala , 1987) .
Manfaat dari kedua kelompok dan konseling individu telah diidentifikasi oleh
para peneliti ( Baum , 1994; Mendaglio , 1993; Olenchak , 1994) . Misalnya,
konseling kelompok dapat membiarkan siswa melihat bahwa orang lain
mengalami masalah serupa dengan mereka sendiri . Namun, beberapa siswa
mungkin memerlukan perhatian untuk masalah dan kebutuhan yang lebih
mungkin terjadi dalam satu -satu konseling individu yang unik mereka. Peran
konseling kadang-kadang dapat dilakukan oleh guru yang memahami
kebutuhan siswa berbakat dengan ketidakmampuan belajar ( Baum et al , 1991; .
Daniels , 1983; Hishinuma , 1993) . Orangtua juga perlu konseling untuk
membantu mereka memahami karakteristik dan kebutuhan anak-anak berbakat
dengan ketidakmampuan belajar ( Bricklin , 1983; BrownMizuno , 1990 ,
Daniels , 1983) .
Selain memenuhi kebutuhan sosial dan emosional siswa berbakat dengan
ketidakmampuan belajar , konselor menyarankan mahasiswa sesuai program -
taking , terutama selama tahun sekolah menengah , pada kesempatan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler dan pengalaman belajar lain di
luar sekolah , dan postsecondary Pilihan . Sebagai siswa berbakat dengan
ketidakmampuan belajar mendekati tahun kuliah , mereka membutuhkan
bantuan dalam mengidentifikasi perguruan tinggi yang akan mengakomodasi
kebutuhan khusus mereka.
BAB III
KESIMPULAN
Muhammad, Jamila K.A. 2008. Special Education for Special Children Panduan
Pendidikan Khusus Anak-anak dengan Ketunaan dan Learning Disabilities.
Jakarta: Penerbit Hikmah.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu & Aplikasi Pendidikan.
PT. IMTIMA.
Wandasari, Yettie. 2011. Faktor Protektif pada Penyesuaian Sosial Anak Berbakat.
INSAN. Vol. 13 No. 02. Suarabaya: Fakultas Psikologi Universitas Katolik
Widya Mandala.