Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Ensefalitis adalah adalah infeksi jaringan parenkim otak yang dapat disebabkan oleh berbagai
jenis mikroorganisme (virus, bakteri, jamur, protozoa) dan mengarah pada tidak berfungsinya
otak. Ensefalitis adalah penyakit yang sangat berbahaya jika tidak diobati. Angka kematian
tinggi disertai dengan gejala sisa yang juga tinggi. Gejala klinis dari ensefalitis meliputi
demam, penurunan kesadaran, kejang, dan kaku kuduk. Selain itu harus ditelaah dari semua
gejala dan juga pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan.

Ensefalitis yang sedang marak disebabkan oleh herpes virus dan Japanese ensefalitis. Pada
penyakit ensefalitis prognosis akan menjadi baik bila diobati dengan cepat. Oleh karena itu
diagnosis yang tepat sangat diperlukan. Pada makalah ini penulis akan mencoba
menggambarkan definisi dari Ensefalitis, anatomi, fisiologi, etiologi dan patofisiologi, serta
diagnosis dan tatalaksana. 1

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Ensefalitis adalah infeksi jaringan parenkim otak yang dapat disebabkan oleh berbagai jenis
mikroorganisme (virus, bakteri, jamur, protozoa) dan mengarah pada menurunnya
berfungsinya otak. Sebagian besar kasus tidak dapat ditemukan penyebabnya. Angka
kematian masih tinggi, berkisar 35%-50%, dengan gejala sisa pada pasien yang masih hidup
tinggi 20-40%. Penyebab tersering dan terpenting adalah virus. Berbagai macam virus dapat
menimbulkan gejala yang kurang lebih sama dan khas. Akan tetapi hanya ensefalitis herpes
simpleks dan varisela yang dapat diobati.1

Biasanya ensefalitis merupakan proses akut, namun dapat juga merupakan ensefalomielitis
setelah terjadinya proses infeksi, dapat juga merupakan penyakit kronis degeneratif.
Organisme dapat menyebabkan ensefalitis lewat 2 mekanisme : infeksi langsung parenkim
otak, atau merupakan suatu respon imun dari manifestasi ekstraneural sebuah infeksi.2

Virus adalah penyebab utama dari infeksi akut ensefalitis. Virus yang paling sering
menyebabkan ensefalitis di US adalah enterovirus, arbovirus, dan herpesvirus. ADEM (Acute
disseminated ensefalomielitis) adalah munculnya berbagai tanda kerusakan neurologi yang
berhubungan dengan peradangan, penyakit demielinisasi dari orak dan saraf spinal. ADEM
mengikuti infeksi virus masa anak anak dan vaksinasi.2

Japanese Ensefalitis (JE) merupakan penyakit zoonosis yang terutama menginfeksi binatang
peliharaan dan binatang liar seperti babi, burung, bebek, kelelawar, kera, tikus, ular, sapi,
kambing, kerbau, kucing dan kodok, hanya kadang-kadang secara kebetulan menyerang
manusia. Insidensi JE terus meningkat di Indonesia, sehingga menjadi sumber perhatian dan
telah masuk dalam salah satu imunisasi yang direkomendasikan oleh IDAI pada tahun 2017. 3

2.2 ANATOMI

Bagian utama dari otak terbagi menjadi forebrain, midbrain, hindbrain. Forebrain dibagi
menjadi cerebrum dan diencephalon, sedangkan hindbrain dibagi menjadi pons, medulla
oblongata, cerebellum.4

2
Cerebrum (Telencephalon)

Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak dan terdiri atas dua hemisfer serebri dan beberapa
ganglia basalis. Dua hemisfer serebri terhubung oleh substansia alba yang disebut corpus
callosum. Masing-masing hemisfer memanjang dari tulang frontal sampai oksipital, diatas
anterior dan medial fossa cranialis, diatas tentorium cerebelli. Kedua hemisfer dipisahkan
oleh fisura longitudinal (falx cerebri). Bagian permukaan disebut korteks serebri dan terbuat
dari substansi grisea. Korteks terdiri atas gyrus yang dipisahkan oleh sulcus. Gyrus
dikelompokkan menjadi lobus-lobus; yaitu lobus frontal, lobus parietalis, lobus temporal,
lobus occipital.4

Gambar 1. Lobus otak.4

Lobus frontal terletak di depan sulcus sentralis, lobus parietalis terletak dibelakang sulcus
centralis. Lobus temporal terletak di bawah sulcus lateral, dan sulcus parieto-occipital
memisahkan parietalis lobus dari lobus occipital.

Sulcus precenteral berada di anterior sulcus sentralis dan dikenal sebagai area motoric. Sulcus
postcenteral berada posterior dari sulcus sentralis dan merupakan area sensorik (suhu,
sentuhan, nyeri, tekan). Superior temporal girus berada dibawah sulcus lateralis dan berfungsi
untuk menerima dan interpretasi suara yang dikenal dengan area auditori. Broca berada pada
bagian atas sulcus lateralis dan berfungsi pada motoric speech. Daerah visual berada pada
oksipital.4

3
Gambar 2. Fungsi terlokalisir dari otak.4

Diencephalon

Diencephalon adalah wilayah otak berupa substansi nigra yang terletak di antara cerebral
hemisfer dan mengelilingi ventrikel ketiga. Ini terdiri dari dorsal thalamus, yang merupakan
pusat sentral jalur sensorik (nyeri, suhu, tekanan, sentuhan, serta pendengaran) dan ventral
hipotalamus di bawahnya.4

Midbrain (Mesencephalon)

Mesencephalon adalah bagian terkecil dari otak, yang melewati tentorial notch dan
menghubungkan forebrain dan hindbrain. Daerah di atas adalah tectum yang terdiri dari
empat proyeksi. Kedua atas terdiri dari colliculi superior, kedua yang lebih rendah adalah
colliculi inferior. Empat colliculi tersebut merupakan corpora quadrigemina. Yang
memberikan jalur refleks akustik dan optik ke sumsum tulang belakang. 4

Pons dan Cerebellum

Pons terletak pada permukaan anterior cerebellum dibawah midbrain dan diatas medulla
oblongata. Medula oblongata menghubungkan pons dengan sumsum tulang belakang lewat
foramen magnum. Pada anterior memiliki alur median (sulcus media, fissura mediana
anterior).

4
Cerebellum terletak pada fossa cranial posterior dibawah lobus occipital pada cerebrum,
dipisahkan oleh tentorium cerebelli. Fungsi otak kecil adalah mengkoordinasikan aktivitas
otot (koordinasi antagonis otot kelompok, e. g., fleksor / ekstensor). Bekerjasama dengan
ganglia basalis dalam pergerakan.4

2.3 FISIOLOGI

Cerebrum atau otak besar mempunyai fungsi untuk menyimpan memori, berperan penting
dalam proses berpikir, belajar, rasa bertanggung jawab, analisa sintesa dan berperan dalam
proses moral. Cerebrum juga berperan untuk menerima, mengolah dan memberikan respon
jawaban terhadap rangsangan sensoris seperti pengaturan temperatur tubuh, rasa rabaan,
penglihatan, pendengaran, penghidu, rasa / kecap. Disamping itu bagian otak ini berfungsi
untuk mengontrol kontraksi otot-otot sadar. Bagaimana mekanisme tubuh sehingga otak
dapat mengontrol semua fungsi tersebut?

Susunan saraf dibagi atas dua bagian penting, yaitu susunan saraf pusat (SSP) dan susunan
saraf tepi (SST), yang terdiri dari serat-serat saraf yang membawa informasi antara SSP dan
bagian tubuh lain (perifer).5

Susunan saraf pusat terdiri atas otak dan medulla spinalis. Sedangkan susunan saraf tepi
dibagi menjadi divisi aferen dan eferen. Divisi aferen biasanya memiliki ujung berupa
reseptor sensorik yang terdiferensiasi menurut fungsinya. Reseptor sensorik akan
menghasilkan potensial aksi sebagai respon terhadap jenis ransangan spesifik. Divisi aferen
berfungsi untuk membawa informasi ke SSP dan memberi tahu tentang lingkungan eksternal
dan aktivitas internal yang sedang diatur oleh susunan saraf. Informasi dari SSP ini nanti
akan disalurkan melalui divisi eferen ke organ efektor seperti otot atau kelenjar yang
melaksanakan perintah agar dihasilkan efek yang sesuai. Sistem saraf eferen ini dibagi
menjadi dua yaitu sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom.5

Sistem saraf somatik terdiri dari serat-serat neuron motorik yang mempersyarafi otot rangka.
Badan sel dari hampir semua neuron motorik berada pada cornu ventral medulla spinalis.
Satu-satunya pengecualian, badan sel neuron motorik yang mempersarafi otot di kepala
berada di batang otak. Akson neuron motorik berjalan dari awalnya di SSP hingga ujungnya
di otot rangka. Terminal akson neuron motorik mengeluarkan asetilkolin, yang menimbulkan
eksitasi dan kontraksi otot yang di sarafi. Neuron motorik hanya dapat merangsang otot
rangka. Sewaktu mendekati otot, akson membentuk banyak cabang terminal dan kehilangan

5
selubung myelin. Ujung dari saraf terminal inilah yang akan bertemu dengan otot dan
membentuk taut neuromuscular.5,6

Ada beberapa cara kerja dari taut neuromuscular ini, pertama, dengan perangsangan atau
menghambat sel efektor oleh perubahan permeabilitas membrane, yaitu dengan membuka
dan menutup kanal ion. Yang kedua, dengan mengaktifkan atau mematikan aktifitas enzim
yang melekat pada ujung protein reseptor lain di dalam sel. Seperti pengikatan norepinefrin
dengan reseptornya pada bagian luar sel yang akan meningkatkan aktifitas enzim adenilil
siklase pada bagian dalam sel, yang menyebabkan terbentuknya CAMP.6

Secara umum, mekanisme kerja neurotransmitter yaitu bermula dari disimpannya


neurotransmitter di presinaps dalam vesikel, kemudian saat diperlukan, maka akan di sekresi
secara eksositosis ke sela sinaps, neurotransmitter diikat oleh reseptor di ujung sinaps dan
menyebabkan perubahan kanal ion, sehingga terjadi depolarisasi atau hiperpolarisasi
membrane, dan terjadilah penyaluran impuls.5,6

Gambar 3. Mekanisme neurotransmitter.

Sistem saraf otonom terdiri dari serat-serat yang mempersyarafi otot polos, otot jantung dan
kelenjar. Sistem saraf otonom ini terbagi lagi menjadi sistem saraf simpatis dan sistem saraf
parasimpatis, dimana keduanya mempersyarafi sebagian besar organ-organ yang disarafi oleh
sistem saraf otonom. Terdapat neuron yang berfungsi menyambungkan impuls dari divisi
aferen ke divisi eferen, disebut antarneuron. Untuk bagian otak, CSS berperan penting dalam
perambatan impuls saraf karena CSS mengandung lebih sedikit K+ dan lebih banyak Na+

6
sehingga cairan intersitium otak merupakan lingkungan ideal bagi perpindahan ion ion ini
mengikuti penurunan gradiennya.5

Penyaluran impuls saraf di otak meliputi cerebellum, batang otak yang terdiri dari medulla,
pons, dan otak tengah. Medulla spinalis juga mengandung peran bagi penyaluran impuls
syaraf karena pada bagian dalam medulla spinalis terdapat cornu anterior yang mengandung
serat eferen untuk mempersarafi otot rangka dan cornu posterior yang mengandung
antarneuron tanda berakhirnya serat aferen. Saraf otonom yang mempersarafi otot jantung
dan otot polos serta kelenjar eksokrin berasal dari badan sel yang terletak di cornu lateral.5,6

Gambar 4. Sistem Saraf otonom. 5

2.4 ANAMNESIS

Untuk penyakit pada sistem saraf, tanyakan gejala peningkatan tekanan intra kranial seperti
nyeri kepala dan karakteristik nyeri kepala, tanyakan gejala seperti fotofobia, kaku leher,
mual, muntah, demam sebagai tanda adanya inflamasi, mengantuk dan bingung sebagai tanda

7
dari adanya penurunan kesadaran. Tanda kelainan neurologis seperti diplopia, kelemahan
fokal, gejala sensoris.7

Apakah ada riwayat meningitis, trauma kepala berat, infeksi telinga, sinusitis, imunosupresi,
riwayat vaksinasi? Karena etiologi dari ensefalitis dapat merupakan infeksi. Kemudian
adakah riwayat berpergian ke luar negeri harus ditanyakan karena ensefalitis merupakan
penyakit yang banyak terdapat di US.

Salah satu manifestasi dari ensefalitis adalah kejang, maka tanyakan jenisnya adalah apa
tonik atau klonik, bagian tubuh yang terkena adalah fokal atau umum, lamanya kejang
berlangsung, frekuensinya, selang atau interval antara dua episode kejang, kesadaran saat
kejang, apakah kejang disertai demam atau tidak, apakah sebelumya pernah kejang.
Manifestasi kejang dapat bermacam-macam. Kejang umum disertai hilang kesadaran dapat
berupa kejang tonik, klonik, mioklonik(gerakan seperti menyentak), atonnik, absans. Kejang
fokal dapat disertai hilangnya kesadaran (fokal kompleks) dan fokal sedarhana. Kejang harus
dibedakan dengan spasme otot yang terjadi pada pasien tetanus. pada pasien tetanus saat
spasme otot kesadaran tetap compos mentis.7

Pada pasien ensefalitis, yang umum ditemukan adalah:

1. Demam tinggi mendadak, sering ditemukan hiperpireksia


2. Penurunan kesadaran dengan cepat, anak agak besar sering mengeluh nyeri kepala,
ensefalopati, kejang, dan muntah.
3. kejang bersifat umum atau fokal, dapat berupa status konvulsivus. Dapat ditemukan
sejak awal ataupun kemudian dalam perjalanan penyakitnya. 1

Stiff or Painful Neck

Headaches

Ataxia berkurangnya koordinasi otot

Altered Mental Status

Hearing Loss Query kena broca

Sapa pasien dan keluarganya, perkenalkan diri, jelaskan maksud

Anda.

2. Tanyakan keluhan utama

Apakah terdapat demam, bersifat akut atau demam lama?

8
Apakah terdapat kejang, jika ada kejang umum atau fokal?

Apakah terdapat penurunan kesadaran?

Apakah terdapat tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranal

iritabel, nyeri kepala, muntah)?

3. Bagaimana dengan riwayat kehamilan, persalinan dan postnatal?

4. Bagaimana dengan riwayat perkembangan?

2.5 PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum, kesadaran pada anak dinilai dengan GCS khusus anak.

Gambar 5. Skala Koma Glasgow Anak2

Tanda tanda vital seperti suhu, nadi, laju pernapasan. Cari tanda-kaku kuduk. Tanda-tanda
kaku kuduk adalah sebagai berikut:

9
Kaku kuduk (nuchal rigidity) pasien dalam posisi terlentang; bila lehernya ditekuk secara
pasif terdapat tahanan, sehingga dagu tidak dapat menempel pada dada, maka dikatakan kaku
kuduk positif.

Brudzinki neck sign yaitu kita melakukan fleksi kepala pasif pasien. Bila positif maka ekdua
tungkai bawah akan fleksi pada sendi panggul dan sendi lutut.

Brudzinky II bila kaki difleksikan, maka kaki kontralateral akan ikut manjadi fleksi.

Kernig pada pasien dalam posisi terlentang dilakukan fleksi tungkai atas tegak lurus
kemudian fleksi membentuk sudut 135. Pemeriksaan ini tidak dilakukan jika dibawah usia 6
bulan.

Selain itu yang dapat ditemukan pada pasien dengan ensefalitis adalah hiperpireksia,
kesadaran menurun sampai koma dan kejang. Kejang dapat berupa staus konvulsivus. Dapat
ditemukan gejala peningkatan tekanan intracranial. Gejala serebral lain dapat beraneka
ragam, seperti kelumpuhan tipe upper neuron (spastis, hiper reflek, klonus, reflrks
patologis).1

Tabel 1. Perbedaan Lesi UMN dan LMN

Gejala UMN LMN

Atrofi Tidak Atrofi Berat

Fasikulasi Tidak Sering

Tonus Spastik Turun

Distribusi kelemahan Regional/piramidal Segmental/distal

Tendon reflex Hiperaktif Hipoaktif

Babinski Ada Tidak Ada

Terangkan akan dilakukan pemeriksaan jasmani

2. Tentukan keadaan sakit: ringan/sedang/berat

3. Lakukan pengukuran tanda vital:

10
Kesadaran, tekanan darah,laju nadi, laju pernafasan, dan suhu

tubuh

4. Apakah terdapat tanda rangsang meningeal?

5. Apakah terdapat kelainan pada pemeriksaan lingkar kepala?

6. Apakah terdapat tanda edema papil pada funduskopi?

7. Apakah terdapat paresis nervus kranial?

8. Apakah terdapat paresis ekstremitas?

9. Apakah terdapat kelainan refleks fisiologis (hiper atau hipo)?

10. Apakah terdapat refleks patologis?

11. Apakah terdapat kelainan tonus otot (hiper atau hipo)?

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan darah tepihttp://pmj.bmj.com/content/78/924/575

Pemeriksaan darah rutin pada EHS tidak spesifik. Jumlah leukosit darah tepi dapat normal
atau sedikit meningkat, kadang-kadang dengan pergeseran ke kiri. 1,8 glukosa, elektrolit, protrimbin

LCS

90% memperlihatkan cairan serebrospinalis abnormal. Pada fase awal, leukosit


polimorfonuklear predominan, kemudian berubah menjadi limfositosis. Jumlah sel bervariasi
antara 10 sampai 1000 sel per mm3. Kadang-kadang ditemukan sel darah merah dengan
cairan likuor serebrospinalis yang santokrom. Kadar protein cairan serebrospinalis dapat
meningkat sampai 50-200mg/dl sedangkan kadar glukosa dapat menurun atau normal. 1,8

Lakukan bila dugaan infeksi SSP, kejang pertama pada anak <12 bulan (AAP) >18 bulan bila
ada meningitis. Kejang penurunan kesadaran, kaku kuduk, diulang 2-3 hr untuk memastikan
infeksi

Elektroensefalografi Electroencephalography

11
sangat membantu diagnosis bila ditemukan gambaran periodic lateralising epileptiform
discharge atau perlambatan fokal di daerah temporal atau frontotemporal. Lebih sering EEG
hanya memperlihatkan perlambatan umum yang tidak spesifik dan menunjukkan disfungsi
otak menyeluruh. Hipoksia atau iskemia serebral. 20-25ml/100g.menit

Neuroradiologi

Gambaran yang agak khas pada CT scan terlihat pada 50-75% kasus, yaitu gambaran daerah
hipodens di lobus temporalis atau frontalis, kadang-kadang meluas sampai lobus oksipitalis.
Daerah hipodens ini disebabkan nekrosis jaringan otak dan edema otak. Setelah pemberian
kontras, dapat dilihat daerah yang lebih menyangat mengikuti kontur sulkus dan girus, atau
membatasi daerah hipodens, atau membentuk suatu cincin. Gambaran khas CT scan baru
terlihat setelah minggu pertama. Magnetic resonance imaging (MRI) lebih sensitif dan
memperlihatkan hasil lebih awal dibandingkan CT scan. Penggunaan single photon emission
computed tomography (SPECT) dengan Tc-99m-HMPAO dapat memperlihatkan daerah
hipoperfusi di lobus temporalis atau frontalis pada fase awal. 1,8

Pemeriksaan Serologis

Isolasi virus tidak dilakukan secara rutin karena sangat jarang menunjukkan hasil yang
positif. Titer antibodi terhadap VHS dapat diperiksa dalam serum dan cairan serebrospinalis.
Titer antibodi dalam serum tergantung apakah infeksi merupakan infeksi baru atau infeksi
rekurens. Pada infeksi baru, antibodi dalam serum menjadi positif setelah 1 sampai beberapa
minggu, sedangkan pada infeksi rekurens kita dapat menemukan peninggian titer antibodi
dalam 2 pemeriksaan, fase akut dan rekonvalesen. Kenaikan titer 4 kali lipat pada fase
rekonvalesen merupakan tanda bahwa infeksi VHS sedang aktif. Perlu diingat bahwa
peningkatan kadar antibodi serum belum membuktikan bahwa ensefalitis disebabkan VHS.
Titer antibodi dalam cairan serebrospinalis merupakan indikator yang lebih baik, karena
hanya diproduksi bila terjadi kerusakan sawar darah-otak. Sayang sekali kemunculan antibodi
dalam cairan serebrospinalis sering terlambat dan seringkali baru dapat dideteksi hari setelah
awitan. Hal ini merupakan kendala terbesar dalam menegakkan diagnosis EHS, dan hanya
berguna sebagai diagnosis retrospektif. Penelitian mengenai cara diagnosis yang lebih baik
telah dilakukan, terutama dengan menggunakan polymerase chain reaction (PCR), yang
biasanya positif lebih awal dibandingkan titer antibodi. 8

Biopsi Otak

12
Baku emas dalam diagnosis EHS adalah biopsi otak dan isolasi virus dari jaringan otak.
Banyak pusat penelitian tidak ingin mengerjakan prosedur ini karena berbahaya dan
kurangnya fasilitas untuk isolasi virus. Kelemahan lain dari prosedur ini adalah kemungkinan
ditemukannya hasil negatif palsu karena biopsi dilakukan bukan pada tempat yang tepat.

Indikasi: Are worsening, Are responding poorly to treatment with acyclovir or another
antimicrobial, Have a lesion that is still undiagnosed

2.7 EPIDEMIOLOGI

Ensefalitis sering terjadi pada anak 16 dari 100.000 per tahun. Dibandingkan dewasa 3,5-7,4
orang per tahun. Tersering enterovirus 80% diikuti oleh herpes simpleks virus 10-20%. HSV
adalah penyebab yang paling berbahaya sehingga semua ensefalitis virus harus diobati seperti
HSV sampai terbukti sebaliknya.9

Arboviral dan ensefalitis enteroviral secara khas muncul pada kelompok atau epidemi yang
terjadi mulai pertengahan musim panas hingga awal musim gugur, walaupun kasus sporadik
ensefalitis enteroviral terjadi sepanjang tahun. Herpesvirus dan agen infeksi lainnya
diperhitungkan sebagai kasus sporadis tambahan sepanjang tahun.

Di Indonesia Ensefalitis herpes simpleks merupakan penyebab tersering kematian. Angka


kematian 70% dan 2,5% pasien kembali normal bila tidak diobati. VHS 1 ditemukan pada
anak sedangkan 2 pada neonates. 8

Japanese Ensefalitis disebarkan lewat nyamuk culex, banyak pada daerah persawahan dan
yang memiliki ternak babi. Sering terjadi di iklim yang tropis terutama pada musim hujan.10

2.8 ETIOLOGI

Berikut adalah beberapa penyebab yang lebih umum ensefalitis:

Virus herpes

Beberapa virus herpes yang menyebabkan infeksi umum juga dapat menyebabkan ensefalitis.
Ini termasuk:

* Herpes simpleks virus. Ada dua jenis virus herpes simpleks (HSV) infeksi. HSV tipe 1
(HSV-1) lebih sering menyebabkan cold sores lepuh demam atau sekitar mulut. HSV tipe 2
(HSV-2) lebih sering menyebabkan herpes genital.

13
* Varicella-zoster virus. Virus ini bertanggung jawab untuk cacar air dan herpes zoster. Hal
ini dapat menyebabkan ensefalitis pada orang dewasa dan anak-anak, tetapi cenderung
ringan.

* Virus Epstein-Barr.

Infeksi pada Anak

Pada kasus yang jarang, ensefalitis sekunder terjadi setelah infeksi virus anak dan dapat
dicegah dengan vaksin, termasuk:

* Campak (rubeola)

* Mumps

* Campak Jerman (rubella)

Dalam kasus tersebut ensefalitis mungkin disebabkan karena reaksi hipersensitivitas - reaksi
yang berlebihan dari sistem kekebalan tubuh untuk suatu zat asing / antigen.

Japanese Ensefalitis

JE ditularkan ke manusia lewat gigitan nyamuk, terutama spesie sculex yang bertelur di air
yang tergenang, misalnya di sawah. Nyamuk ini terutama menggigit manusia saat matahari
terbenam. Banyak binatang yang dapat terkena vrus JE, namun hanya yang mengalami
viremiahebat dan cukup lama yang berperan dalam siklus enyebaran JE. Yang paling sering
adalah burung dan babi.

Gambar 6. Etiologi Ensefalitis Akut. 2

14
Faktor Risiko

Beberapa faktor yang menyebabkan risiko lebih besar adalah:

* Umur. Beberapa jenis ensefalitis lebih lazim atau lebih parah pada anak-anak atau orang
tua.

* Sistem kekebalan tubuh semakin lemah. Jika memiliki defisiensi imun, misalnya karena
AIDS atau HIV, melalui terapi kanker atau transplantasi organ, maka lebih rentan terhadap
ensefalitis.

* Geografis daerah. Mengunjungi atau tinggal di daerah di mana virus nyamuk umum
meningkatkan risiko epidemi ensefalitis.

* Kegiatan luar. Jika memiliki pekerjaan outdoor atau mempunyai hobi, seperti berkebun,
joging golf atau mengamati burung, harus berhati-hati selama wabah ensefalitis.

* Musim. Penyakit yang disebabkan nyamuk cenderung lebih menonjol di akhir musim panas
dan awal musim gugur di banyak wilayah Amerika Serikat.2

15

Anda mungkin juga menyukai