Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

PENGARUH PEMAKAIAN ZAT AMFETAMIN JENIS SHABU


SHABU TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA

Oleh :

Abdul Rahman

110 2013 001

Kelompok 1 Kepeminatan Drug Abuse

Tutor : dr. H.M. Syamsir,MS,PA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

JAKARTA

2016/2017

1
PENGARUH PEMAKAIAN ZAT AMFETAMIN JENIS SHABU SHABU TERHADAP
PRODUKTIVITAS KERJA

ABSTRAK

Latar Belakang : sekitar 200 juta orang di seluruh dunia menggunakan NAPZA jenis narkotika dan
psikotropika secara illegal. Kanabis (ganja) merupakan jenis NAPZA yang paling sering di gunakan,
diikuti dengan amfetamin, kokain, dan opioida. Antara tahun 2008 dan 2010, diperkiran 1,2% atau 1,3%
dari orang dewasa diseluruh dunia menggunakan amfetamin tipe stimulans (ATS). Penyalahgunaan
Napza dapat menimbulkan berbagai dampak, salah satunya adalah merosotnya produktivitas kerja.

Presentasi Kasus : Pasien Wa 41 tahun, bekerja di bidang reparasi (perbengkelan) perkapalan sebagai
kepala lapangan. untuk mengatasi tuntutan yang berat dan tinggi, pasien memakai amfetamin jenis shabu
shabu sebelum bekerja.

Diskusi : Amfetamin jenis shabu shabu merupakan psikotropika golongan II. Amfetamin adalah suatu
senyawa sintetik yang tergolong perangsang susunan saraf pusat. Penggunaan amfetamin jenis shabu -
shabu sebelum bekerja memberikan efek peningkatan stamina, bersemangat dan euforia disisi lain akan
merasa lemas, tidak bersemangat dan mudah ngantuk ketika tidak memakai zat tersebut sehingga pasien
tidak dapat bekerja secara maksimal dan optimal yang berpengaruh terhadap penurunan produktifitas
kerja.

Kesimpulan : Efek positif penggunaan amfetamin sebelum bekerja hanya bersifat sementara dan jangka
pendek. Sedangkan efek jangka panjangnya menimbulkan ketergantungan, sehingga apabila tidak
mengonsumsi zat amfetamin tersebut dapat mempengaruhi penurunan produktivitas kerja. Pandangan
Islam tentang narkoba dianalogikan seperti khamr, yaitu hukumnya dilarang dan haram.

Kata Kunci : Amfetamin, Shabu shabu, Produktifitas Kerja

2
EFFECT ON METH-KIND AMPHETAMINE ON WORK PRODUCTIVITY

ABSTRACT

Background : There are approximately 200 million people in the whole world who use drug from the
narcotic and psychotropic kind. Cannabis is the most frequently used form of drug, followed by
amphetamine, cocaine, and opioid. Between 2008 and 2010, 1,2% or 1,3% of adults in the world are
estimated to use Amphetamine-type Stimulant. Drug abused can inflict a lot of adverse effect, one of
them is declining degree of work productivity.

Case : Patient. Wa, 41 years old, works in a ship repairment company as a field worker. To get over his
heavy and high-lasting work demands, he consumed amphetamine in the form of meth before he starts
his job.

Discussion : Amphetamine in the form of meth is calssified as type II psychotropic. Amphetamineis a


synthetical compund classified as a stimulant for the central nervous system. Consumption of
amphetmanie in the form of meth before work on one hand give the user the effects of having more
stamina, enthusiastic, and euphoria. Not using this type of drug will make the user feels drousy, weak,
and non-enthusiastic, thus implified by the declining degree of work productivity.

Conclusion : The positive effects of pre-work consumption of amphetamine is only temporary and short-
termed. The long-term effect includes dependency, so that if not consumption of amphetamine can
implicated to decreasing work productivity. Islamic views on drugs are analogous to khamr, which is
forbidden and haram.

Keywords : Amphetamine, meth, work productivity

3
LATAR BELAKANG

NAPZA adalah singkatan dari narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya, meliputi zat alami atau sintetis yang bila di konsumsi menimbulkan perubahan
fungsi fisik dan psiko sosial, serta menimbulkan ketergantungan. Menurut perkiraan
UNODC (United Nations Office on Drugs and Crime), sekitar 200 juta orang di seluruh
dunia menggunakan NAPZA jenis narkotika dan psikotropika secara ilegal. Kanabis
(ganja) merupakan jenis NAPZA yang paling sering di gunakan, diikuti dengan
amfetamin, kokain, dan opioid. Amfetamin merupakan satu jenis narkoba yang dibuat
secara sintetis dan kini terkenal di wilayah Asia Tenggara. Amfetamin dapat berupa
bubuk putih, maupun coklat, atau bubuk putih kristal kecil. Laporan di tahun 2011
menyebutkan bahwa kelompok amfetamin tipe stimulans (ATS) seperti ekstasi dan
metamfetamin (shabu shabu) menjadi urutan kedua tertinggi setelah penggunaan
ganja. Antara tahun 2008 dan 2010, diperkiran 1,2% atau 1,3% dari orang dewasa
diseluruh dunia menggunakan amfetamin tipe stimulan (ATS). Di banyak negara Asia,
prevalensi penggunaan ATS hanya dilampaui opiod. Di Indonesia, sepertiga orang
yang di rawat akibat penyalahgunaan zat adalah amfetamin. Amfetamin dapat berupa
bubuk putih, maupun coklat, atau bubuk putih kristal kecil. (BNN, 2013; Depkes, 2008;
Hawari, 2006; Brensilver et al, 2013).

Kontribusi jumlah penyalahgunaan zat terbesar berasal dari kelompok pekerja.


Tekanan kerja yang berat, kemampuan sosial ekonomi, dan tekanan lingkungan
teman kerja merupakan faktor pencetus terjadinya penyalahgunaan narkoba pada
kelompok pekerja. Tekanan kerja yang tinggi dalam pekerjaannya, membutuhkan
tambahan stamina yang diperoleh melalui konsumsi shabu . Menurut Dadang Hawari
(1990) penyalahgunaan NAPZA dapat menimbulkan berbagai dampak, antara lain:
merusak hubungan kekeluargaan, menurunkan kemampuan belajar, ketidakmampuan
membedakan yang buruk dan yang baik, perilaku penderita napza menjadi antisosoal,
merosotnya produktivitas kerja, gangguan kesehatan mulai dari keluhan ringan sampai

4
fatal, mempertinggi kecelakaan lalu lintas, meningkatkan angka kriminalitas, dan
tindak kekerasan lainnya baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Sedangkan sumber
produktivitas kerja adalah manusia sebagai tenaga kerja, berupaya mencari cara yang
memungkinkannya meningkatkan produktivitasnya dalam bekerja(BNN, 2014; Weka,
2006; Abdul, 2008).

Tujuan dari laporan kasus ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemakaian zat
amfetamin jenis shabu shabu terhadap produktivitas kerja. Informasi digali dari
wawancara dengan seorang mantan pecandu narkoba yang sedang mengikuti
rehabilitasi di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Cibubur.

Presentasi Kasus

Pasien Wa 41 tahun sudah menikah, islam dan bertempat tinggal di Tanjung


Priok, Jakarta Utara. Pasien mengaku sudah memakai narkoba jenis shabu-shabu sejak
tahun 1995, sampai ditangkap polisi sekitar 4 bulan yang lalu dalam operasi
penjaringan narkoba. Setelah menjalani proses hukum, pasien diputuskan mengikuti
rehabilitasi. Sebelumnya, pasien mengaku bekerja di bidang reparasi (perbengkelan)
perkapalan sebagai kepala lapangan. Pasien mengaku selain tanggung jawabnya yang
besar pekerjaannya itu juga cukup berat, sibuk dan memiliki tuntutan kerja yang lama
(lembur). Sehingga pasien memakai shabu - shabu sebelum bekerja agar semangat,
stamina, dan kepecayaan dirinya meningkat, bahkan pasien mengaku mampu bekerja
berjam-jam bahkan berhari-hari tanpa lelah. Selain itu juga pasien merasakan
kenikmatan dan euforia yang tinggi pada saat memakai zat terlarang tersebut sehingga
membuatnya untuk memakainya secara terus menerus.

Pasien biasanya memakai zat tersebut sendiri di kantornya, dengan cara


menghisap atau menyedotnya dari gelas aqua. Biasanya pasien menyimpannya di
kantong, dompet, atau bungkus rokok dan mendapatkannya dari teman atau langsung
ke bandarnya dengan harga mencapai 1,5 juta/gram atau 400 ribu/0,25 gram. Dan
apabila pasien tidak memakainya dalam 3 -5 hari, pasien merasa lemas, murung, tidak

5
bersemangat dan terus terusan muncul suggesti untuk memakainya. Sehingga
membuat pasien tidak dapat bekerja secara maksimal. Selain itu, pasien juga
mengatakan pada saat memakai shabu - shabu mulutnya terasa panas dan sensasi
kebakar. Dan pasien mengeluh sering mengalami sariawan, bahkan ada giginya yang
rusak.

Selain shabu-shabu, pasien juga mengaku memakai narkoba jenis ekstasi.


Berbeda dengan shabu shabu, pasien memakainya bersama sama dengan temannya
di tempat tempat hiburan seperti diskotik atau karaoke. Pasien lebih jarang memakai
ekstasi dibanding shabu-shabu, kecuali ada ajakan dari temannya sendiri. Bahkan
pasien juga mengatakan pernah memakai kedua duanya secara bersamaan.

Pasien sudah menjalani rehabilitasi selama 4 bulan di Rumah Sakit


Ketergantungan Obat Cibubur, Jakarta. Pada awal awal rehabilitasi pasien mengaku
sangat menderita dan tersiksa karena efek ketergantungan obat tersebut, tepatnya
sekitar 2 minggu pasca menjalani rehabilitasi badannya terasa pegal - pegal, nyeri otot,
lemas, jantungnya juga berdebar-debar, dll. Dan selama menjalani proses rehabilitasi
pasien mengatakan melakukan aktifitas yang positif seperti beribadah, makan, olahraga
bersama dan membersihkan lingkungan. Namun pasien merasa bosan dengan aktifitas
yang dijalaninya di tempat rehabilitasi dan ingin cepat cepat keluar.

DISKUSI

Berdasarkan temuan kasus, hasil wawancara dengan mantan pengguna narkoba di


RSKO cibubur, tuan Wa mengaku memakai zat amfetamin jenis shabu shabu dan
ekstasi. Namun, selama aktif menjadi pengguna, pasien lebih sering memakai shabu
shabu dibandingkan ekstasi. Sebagaimana menurut teori bahwa shabu shabu dan
ekstasi merupakan bagian dari NAPZA (Kadarmanta, 2010), yaitu psikotropika
golongan I dan psikotropika golongan II(Nur et al, 2000).

1. NAPZA

6
NAPZA merupakan singkatan dari Narkotika,Alkohol, Psikotropika dan Zat adiktif
(Kadarmanta,2010). Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan NAPZA diluar
pengobatan yang sudah berlangsung selama paling sedikit satu bulan berturut - turut
dan menimbulkan gangguan dalam fungsi sosial, sekolah atau pekerjaan. Dampak
terhadap kesehatan tubuh jika digunakan secara terus - menerus atau melebihi takaran
mengakibatkan ketergantungan sehingga terjadi kerusakan organ tubuh seperti jantung,
paru - paru, hati dan ginjal. Dampak penyalahgunaan pada seseorang sangat tergantung
pada jenis NAPZA yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi
pemakai. Secara umum dampak penyalahgunaan dapat terlihat pada fisik, psikis
maupun sosial. Dampak psikis dan sosial antara lain adalah lamban kerja, apatis,
hilangnya kepercayaan diri, tertekan, sulit berkonsentrasi, gangguan mental, anti -
sosial, asusila dan dikucilkan oleh masyarakat(Rosida, et al, 2015).
1.1. Narkotika

Menurut UU RI No. 22/1997 tentang narkotika, yang dimakasud dengan narkotika


ialah zat atau obat, baik yang berasal dari tanaman maupun bukan tanaman, baik
sintesis maupun semi sintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan
menimbulkan ketergantungan dan kecanduan.

Narkotika dibedakan atas 3 golangan, yaitu :

- Narkotika Golongan I
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakanan dalam terapi, serta mempunyai potensi
sangat tinggi menimbulkan ketergantungan.
Contoh : heroin, kokain, ganja.
- Narkotika Golongan II

7
Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan
dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi menimbulkan ketergantungan.
Contoh : morfin, petidin, serta turunannya (derivatnya).
- Narkotika Golongan III
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan/atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi
ringan menimbulkan ketergantungan.
Contoh : kodein, dan garam garam narkotika dalam golongan tersebut.
1.2. Psikotropika

Menurut UU RI No. 5/1997 tentang psikotropika, yang dimaksud dengan psikotropika


ialah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis, bukan narkotika, yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Psikotropika dibedakan atas 4 golongan, sbb. :

- Psikotropika Golongan I
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan
tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat
menimbulkan sindroma ketergantungan.
Contoh : MDMA, LSD, STP.
- Psikotropika Golongan II
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan illmu pengetahuan, serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan simdroma ketergantungan.
Contoh : amfetamin, fensiklidin, sekobarbital, metakulon, metil-fenidat
(ritalin).
- Psikotropika Golongan III

8
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi berderajat
sedang dalam menimbulkan sindroma ketergantungan.
Contoh : fenobarbital, flunitrazepam.
- Psikotropika Golongan IV
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi ringan
menimbulkan sindroma ketergantungan.
Contoh : diazepam, klobazepam, bromazepam, klonazepam, klordiazepokside,
nitrazepam(Nur dkk, 2000).
1.3. Bahan / zat adiktif Lainnya
Bahan atau zat yang berpengaruh psikoaktif diluar yang disebut Narkotika dan
Psikotropika, meliputi :
- Minuman berakohol
Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan syaraf
pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam
kebudayaan tertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan narkotika atau
psikotropika, memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia.
Ada 3 golongan minuman berakohol, yaitu :
Golongan A : kadar etanol 1-5%, (Bir)
Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman anggur)
Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW,
Manson House, Johny Walker, Kamput.)
- Inhalansia
Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa
senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga,
kantor dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalah gunakan, antara lain :
Lem, thinner, penghapus cat kuku, bensin.
Tembakau

9
Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di
masyarakat. Pada upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat,
pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi
bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi
pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang lebih berbahaya(Depkes,
2001).
2. Amfetamin
2.1.Pengertian amfetamin

Amfetamin adalah suatu senyawa sintetik yang tergolong perangsang susunan saraf
pusat, seperti efedrin yang terdapat dalam tanaman ephedra trifurkaka, kafein yang
terdapat dalam kopi, nikotin yang terdapat dalam tembakau, dan katin yang terdapat
khat (Catha edulis). Dikenal banyak turunan (derivat) amfetamin yang disintesis
dengan tujuan mengurangi nafsu makan dalam menurunkan berat badan bagi orang
yang kelebihan berat badan (obesitas) atau orang yang ingin tampil lebih ramping.

Banyak macam derivat amfetamin dibuat dengan sengaja di laboratorium


klindestin dengan tujuan penggunaan rekreasional (designed or engineered
substances), misalnya yang banyak disalhgunakan di Indonesia saat ini adalah 3,4,
metilen di-oksi met-amfetamin (MDMA) atau lebih dikenal sebagai ekstasi, dan
met-amfetamin (shabu-shabu).

2.2.Cara mengonsumsi
Amfetamin dikonsumsi dengan cara ditelan (oral) dan akan diabsorbsi
seluruhnya ke dalam darah. Pada penggunaan secara intravena, amfetamin akan
sampai ke otak dalam beberapa detik. Penggunaan melalui inhalasi uap
amfetamin, mula mula uap amfetamin akan mengendap di paru, kemudian
diabsorbsi secara cepat ke dalam darah. Amfetamin juga bisa diabsorbsi melalui
selaput lendir hidung pada penggunaan dengan menyedot melalui hidung.
2.3.Pengaruh terhadap pengguna

10
Pengaruh amfetamin terhadap pengguna bergantung pada jenis amfetamin,
jumlah yang digunakan, dan cara menggunakannya. Dosis kecil semua jenis
amfetamin akan menaikkan tekanan darah, mempercepat denyut nadi,
melebarkan bronkus, meningkatkan kewaspadaan, menimbulkan euforia,
menghilangkan kantuk, mudah terpacu, menghilangkan rasa lelah dan rasa
lapar, meningkatkan aktivitas motorik, banyak bicara, dan merasa kuat.
Sedangkan untuk dosis sedang (20-50 mg) akan menstimulasi
pernapasan, menimbulkan tremor ringan gelisah, meningkatkan aktivitas
motorik, insomnia, agitasi, mencegah lelah, menekan nafsu makan,
menghilangkan kantuk dan mengurangi tidur.
Penggunaan amfetamin berjangka waktu lama dengan dosis tinggi dapat
menimbulkan perilaku streotipikal, yaitu perbuatan yang diulang ulang terus
menerus tanpa mempunyai tujuan, tiba tiba agresif, melakukan tindak
kekerasan, waham curiga, dan anoreksia yang berat.
Dosis toksik amfetamin sangat bervariasi. Reaksi yang hebat dapat
timbul pada dosis kecil (20-30mg) sekalipun, tetapi pada orang yang belum
mengalami toleransi, ada juga yang tetap hidup pada dosis 400 500 mg. Pada
mereka yang sudah mengalami toleransi, bahkan bisa tetap hidup dengan dosis
yang lebih besar lagi(Satya, 2004).
3. Produktivitas Kerja
Produktivitas berarti kekuatan atau kemampuan untuk menghasilkan sesuatu.
Oleh karena didalam organisasi kerja yang akan dihasilkan adalah terwujudnya
tujuan maka produktivitas berhubungan dengan sesuatu yang bersifat materiil
dan nonmateriil, baik yang dapat dinilai dengan uang maupun yang tidak.
Menurut George J. Washnis, sebagaimana dikutip Slamet Saksono,
produktivitas kerja mengandung dua konsep utama, yaitu: efisiensi dan
efektivitas. Efisiensi berarti mengukur sumber daya, baik sumber daya
manusia, keuangan, maupun alam yang dibutuhkan untuk memenuhi tingkat

11
pelayanan yang dikehendaki. Sedangkan efektivitas digunakan untuk
mengukur hasil dan mutu pelayanan yang dicapai.
Dengan kata lain, efisiensi dan efektivitas adalah ukuran tentang
seberapa jauh sumber daya yang digunakan dapat mencapai tujuan yang
diinginkan. Semakin tinggi target yang dicapai dibandingkan dengan sumber
daya yang dikeluarkan maka semakin tinggi pula produktivitas suatu
perusahaan. Sebaliknya, semakin rendah target yang dicapai dengan sumber
daya yang banyak maka dapat dikatakan produktivitas suatu perusahaan itu
rendah.
Sumber produktivitas kerja adalah manusia sebagai tenaga kerja, baik
secara individual maupun secara kelompok, yang sepenuhnya terarah pada
upaya mencari cara yang memungkinkan manusia meningkatkan
produktivitasnya dalam bekerja, terutama berkenaan dengan peningkatan
kualitas dalam melaksanakan pekerjaannya(Abdul, 2008).
4. Pengaruh Produktivitas Kerja pada Pengguna Amfetamin
Terdapat kesesuaian antara peningkatan produktivitas kerja pada
pengguna zat amfetamin jenis shabu shabu. Kesesuaian tersebut antara lain;
sikap mental, pendidikan, keterampilan, manajemen, tingkat penghasilan,
jaminan sosial, lingkungan dan iklim kerja, teknologi, kesempatan berprestasi.
Serta selain peningkatan aktifitas setelah penggunaan zat amfetamin, dari hasil
penelitian juga di dapatkan beberapa efek negatif serta pengaruh terhadap
penggunaan zat amfetamin jenis shabu shabu, yaitu; ketergantungan zat,
tingkat kecemasan, gangguan tidur atau insomnia, efek jangka panjang dari
pengguna zat amfetamin, jenis shabu shabu (Mardy, 2015)
Penggunaan zat amfetamin yang dilakukan oleh subjek penelitian
hanya berdampak pada penambahan jam kerja karena salah satu efek dari zat
amfetamin adalah peningkatan aktivitas motorik. Selain itu efek jangka panjang
yang ditimbulkan dari penggunaan zat amfetamin seperti penurunan berat
badan, gangguan tidur, gangguan kecemasan, gangguan emosi serta gangguan

12
pada kecanduan terhadap zat berdampak negatif bagi pekerjaan subjek
penelitian (Mardy, 2015)
Selain itu ditemukan juga bahwa kedua subjek mengalami
ketergantungan terhadap zat amfetamin jenis shabu shabu. Hal ini didasarkan
pada penurunan semangat serta fokus dalam bekerja jika tidak menggunakan
zat amfetamin, adanya peningkatan dosis guna mendapatkan efek yang sama,
selain itu walapun sudah mengalami masalah akibat ketergantungan terhadapat
zat tersebut, kedua subjek tidak bisa menghentikan penggunaan dari zat
dikarenakan telah mengalami ketergantungan terhadap zat tersebut (Mardy,
2015).

Analisa Kasus

Pasien Wa mengaku menggunakan amfetamin jenis shabu shabu dengan


alasan untuk meningkatkan semangat, stamina, dan ketahanan dalam bekerja, sekaligus
untuk mendapatkan kenikmatan dan euforia. Hal ini sama dengan literatur tentang efek
dari pemakain amfetamin yaitu,, mencegah lelah, meningkatkan semangat, mengurangi
tidur, merasa kuat serta menimbulkan euforia(Satya, 2004).

Selain itu pasien mengaku sering cepat haus dan lapar, hal ini berbeda dengan
penjelasan Satya (2004) pada bukunya bahwa efek dari penggunaan amfetamin juga
dapat menekan dan menurunkan nafsu makan. Pasien memakai shabu shabu dengan
cara menghisap atau menyedotnya dari aqua gelas, hal ini sesuai dengan teori tentang
cara memakai amfetamin (Satya, 2004).

Pasien Wa mengaku salah satu alasannya memakai shabu shabu karena beliau
memiliki tangggung jawab yang besar sebagai ketua lapangan di bidang perbengkelan
perkapalan dan juga untuk meningkatkan kepercayaan dirinya. Hal ini berhubungan
dengan penjelasan dari BNN (2014) yaitu : Tekanan kerja yang tinggi dalam pekerjaan
sehingga memerlukan tambahan stamina yang diperoleh melalui konsumsi shabu -
shabu.

13
Dari informasi yang diberikan pasien, pemakaian zat amfetamin jenis shabu
shabu dapat membuatnya, bekerja dengan cepat dan terampil sehingga menghasilkan
peningkatan produktifitas kerja. Hal ini sesuai dengan penelitian Mardy (2015) yaitu,
penggunaan zat amfetamin dapat meningkatkan aktifitas motorik dan membuat
pengguna terpacu. Disisi lain pasien mengaku jika tidak memakai shabu shabu dalam
waktu 2 minggu maka timbul pegal pegal , berdebar debar. Hal ini sama dengan
penjelasan tentang pengaruh penggunaan amfetamin yaitu meningkatkan tekanan
darah, mempercepat denyut nadi, jantung berdebar debar, dan memperlebar bronkus
(Satya, 2004).

Selain itu, pasien juga megaku apabila tidak menggunakan zat terlarang tersebut
maka pasien merasa murung, tidak bersemangat, lemas dan suggesti untuk
menggunakan zat tersebut (efek ketergantungan) sehingga pasien tidak dapat bekerja
dengan baik dan maksimal yang bisa menyebabkan penurunan produktivitas kerja, dan
kasus ini sesuai dengan jurnal Mardy (2015), yaitu : Hal ini didasarkan pada penurunan
semangat serta fokus dalam bekerja jika tidak menggunakan zat amfetamin.

Pasien juga mengaku sering mengalami sariawan dan giginya banyak ada yang rusak.
Sesuai dengan literatur yang menjelaskan tentang penyebab karies rampan pada
pengguna amfetamin adalah multifaktorial, antara lain hiposalivasi, sifat asam
metamfetamin, efek euforia yang membuat penggunanya mengabaikan pembersihan
rongga mulut(Brensilver et al, 2013).

Akibatnya pasien sakit sakitan sehingga tidak bisa masuk kerja yang menjadikannya
tidak produktif lagi, termasuk produktivitas kerjanya pun menurun.

5. Pandangan Islam tentang Narkoba

Terdapat beberapa ayat Al-Quran dan hadits yang melarang manusia untuk
mengonsumsi minuman keras dan hal - hal yang memabukkan. Di era Rasulullah, zat

14
berbahaya yang paling populer memang baru minuman keras (khamr). Kemudian pada
zaman modern seperti sekarang ini, Narkoba juga dapat dianalogikan sebagai hal - hal
yang memabukkan.

Dalam al-Quran surat Al-Maidah ayat 90 dijelaskan :

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,


(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan
syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan. (QS Al-Maidah : 90)

Kemudian pada ayat yang selanjutnya dijelaskan :

Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan


kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan
menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu
(dari mengerjakan pekerjaan itu).(QS Al-Maidah : 91).

Tafsir mengenai perbuatan setan yang dimaksudkan diatas adalah hal hal yang
mengarah pada keburukan, kegelapan, dan sisi sisi destruktif manusia. Hal hal
tersebut bisa dipicu dari khamar (termasuk narkoba) dan judi karena bisa membius
nalar yang sehat dan jernih. Khamr (termasuk narkoba) dan judi potensial memicu
permusuhan dan kebencian antar sesama manusia. Khamr dan judi juga bisa

15
memalingkan seseorang dari Allah swt dan shalat. Dari ayat tersebut dapat disimpulkan
bahwa khamr (termasuk narkoba) bisa memerosokkan seseorang ke derajat yang
rendah hina karena dapat memabukkan dan melemahkan. Untuk itu khamr (dalam
bentuk yang lebih luas adalah narkoba) dilarang dan diharamkan. Sementara itu, orang
yang terlibat dalam penyalahgunaan khamar (narkoba) dilaknat oleh Allah swt, baik
itu pembuatnya, pemakainya, penjualnya, pembelinya, penyuguhnya, dan orang yang
menyuguhkan (Erfan, 2014).

Hadits yang berkaitan dengan yang memabukkan (narkoba) yaitu :

Ibn Umar ra menuturkan, Rasul saw. bersabda:


Setiap yang memabukkan adalah haram dan setiap yang memabukkan adalah
khamr. (HR an-Nasai, Ahmad, Ibn Hibban, ad-Daraquthni dan ath-Thabarani).

Keharaman khamr bukan hanya diminum. Ada sepuluh pihak dalam hal khamr yang
dilaknat. Semuanya adalah haram. Anas bin Malik berkata: Rasulullah melaknat
sepuluh pihak dalam hal khamr: pemerasnya; yang diperaskan; peminumnya;
pembawanya; yang dibawakan; penuangnya; penjualnya; pemakan harganya;
pembelinya; dan yang dibelikan. (HR at-Tirmidzi) (Dikutip oleh Yahya, 2014).

Dalam ayat 90 surah al-maidah diatas diimbau kepada umat muslim secara khusus
dan umat manusia secara umum tentang perbuatan meminum khamr (hal yang
memabukkan) termasuka disini narkoba jenis amfetamin agar menjauhinya (tidak
menyalahgunakannya) supaya mendapatkan keberuntungan. Dengan kata lain apabila
tidak dijauhi akan mendapatkan ketidakberuntungan (kerugian). Sama halnya dengan
pasien pengguna amfetamin jenis shabu shabu di kasus ini, mengalami
ketergantungan. Akibatnya memberikan kerugian (dampak buruk) bagi dirinya
ataupun pekerjaanya.

Terkait dengan hadits diatas, narkoba yang sifatnya juga memabukkan, maka
penjual, pembeli, yang membelikan, yang dibelikan, pengguna, pengedar, bahkan

16
yang memproduksinya secara illegal hukumnya haram dan juga dilaknat oleh
Rasullah.

SIMPULAN

Pemakaian amfetamin sebelum bekerja yang dapat meningkatkan stamina, semangat ,


ketahanan dan euforia hanya bersifat sementara dan jangka pendek. Sedangkan efek
jangka panjangnya menimbulkan ketergantungan, terbukti dengan penurunan
semangat, murung, dan lemas bila tidak memakai zat amfetamin sehingga
menyebabkan klien tidak bekerja secara maksimal, yang berakibat terhadap penurunan
produktivitas kerja dan menimbulkan efek negatif terhadap pekerjaannya. Bahkan
ketergantungan zat amfetamin bisa menimbulkan penurunan berat badan, gangguan
tidur jantung berdebar debar, maupun kematian. Adapun pandangan islam tentang
narkoba dilarang dan diharamkan dan orang yang terlibat dalam penyalahgunaannya
dilaknat oleh Allah swt. Baik orang yang memakai, membeli, menjual secara ilegal,
membelikan, dan memproduksinya secara ilegal akan dilaknat oleh rasullah.

SARAN

Bagi pengguna : Berhentilah menggunakan narkoba, karna semakin


sering menggunakan narkoba semakin banyak dampak negatif yang ditimbulkannya.

Bagi pasien rehabilitasi : Tetap semangat dan berjuang, bahkan setelah keluar
dari RSKO tetap konsisten untuk tidak menggunakan bahkan mendekati narkoba.

Bagi yang bukan pengguna : Jangan pernah mendekati narkoba apalagi


menggunakannya. Dengan menjauhi narkoba maka kita akan terhindar dari bahaya
narkoba.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada dr.H.M.Syamsir, MS, PA selaku pembimbing dalam penulisan


laporan kasus ini atas segala ilmu, masukan dan saran yang telah diberikan. Terima

17
kasih juga penulis berikan kepada dr. Hj.R.W Susilowati, M.Kes selaku koordinator
blok elektif, kepada dr. Nasruddin Noor Sp.KJ atas ilmu yang sudah diberikan. Tak
lupa penulis ucapkan terima kasih juga kepada RSKO Cibubur atas waktu, tempat dan
kesempatan yang telah diberikan kepada penulis agar bisa belajar menggali informasi
dari pasien dan menjadikannya laporan kasus.

DAFTAR PUSTAKA

Asikin N., Setiadji V.Sutarmo., Sukmana N, 2000.Opioat, Masalah Medis dan


Penatalaksanannya. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Badan Narkotika Nasional (BNN), 2014.Laporan Akhir Survei Nasional
Perkembangan Penyalahguna Narkoba Tahun Anggaran 2014. Available from :

http://www.bnn.go.id/portal/_uploads/post/2015/03/11/Laporan_BNN_2014_Upload
_Humas_FIX.pdf (Diakses pada tanggal 20 November 2016).

Badan Narkotika Nasional (BNN), 2013.Survei Nasional Penyalahgunaan dan


Peredaran Gelap Narkoba pada Sektor Transportasi di Indonesia Tahun 2013.
Available from :
http://www.bnn.go.id/portal/_uploads/post/2014/11/18/Buku_Hasil_Lit_2013_OKe.p
df (Diakses pada tanggal 20 November 2016).
Brensilver M., Heinzerling, Keith G., Shoptaw S, 2013. Pharmacotherapy of
Amphetamine-Type Stimulant dependence:An Update. Drugs and Alcohol Review. 32
(2) 499-460. Available from :
http://web.a.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=eaa80c71-70de-4677-
804a-da98b85b3007%40sessionmgr4007&vid=1&hid=4112 (Diakses pada tanggal 19
November 2016).

18
Departemen Kesehatan RI. 2001. Pedoman Praktis bagi Petugas Kesehatan
(Puskesmas) Mengenai Penyalahgunaan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif
Lainnya(Napza). Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2008.Kebijakan dan Rencana Strategi Penanggulangan


Penyalahhgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya
(NAPZA).Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Hawari D, 2006.Penyalahgunaan dan Ketergantungan Napza (narkotika, alkohol dan
zat adiktif ). Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Jalil A, 2008.Teologi Buruh. LKIS. Yogyakarta.

Joewana S, 2004.Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Psikoaktif. Ed.


2, EGC. Jakarta.

Kadarmanta,A.2010.Narkoba.Pembunuh Karakter Bangsa.Jakarta:PT.FORUM


MEDIA UTAMA.
Mardy A, 2015.Studi Kasus Produktivitas Kerja Pada Pengguna Zat Amfetamin Jenis
Shabu shabu.Jurnal Psikologi Universitas Bina Darma. Available from :
http://digilib.binadarma.ac.id/files/disk1/149/123-123-mmardyalie-7406-1-jurnalm-
i.pdf (Diakses pada tanggal 19 November 2016).

Priyambodo E, 2014. Narkoba Ditinjau dari Sisi Berbagai Agama di Indonesia.


Yogyakarta.Available from : http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/erfan-
priyambodo-msi/narkoba-ditinjau-dari-sisi-berbagai-agama-di-indonesia.pdf (Diakses
pada tanggal 20 November 2016).

Rosida, Wulandari Catur M, Retnowati Dian A, Handono Kukuh J, 2015.Faktor-faktor


yang Mempengaruhi Penyalahgunaan NAPZA pada Masyarakat di Kabupaten
Jember. Jurnal Farmasi Jember Vol.2 No.1. Available from :
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jfk46ebbf57f0full.pdf (Diakses pada
tanggal 20 November 2016).

19
Weka G, 2006.Keren Tanpa Narkoba Grasindo. Jakarta.

Yahya A, 2014.Semua yang memabukkan haram. Available from : https://hizbut-


tahrir.or.id/2014/03/03/semua-yang-memabukkan-haram/ (diakses pada 21 November
2016).

20

Anda mungkin juga menyukai