STATUS PASIEN
I. Identitas pasien
Nama : Ny.N
Umur : 34 tahun
Agama : islam
Status : menikah
No MR : 401995
Anamnesis :
1. Keluhan Utama : Mengeluh keluar darah dari jalan lahir sejak 5 jam SMRS
G2P1A0 dengan usia kehamilan 7 bulan mengeluh keluar darah dari jalan lahir
sejak 5 jam sebelum masuk rumah sakit. Darah yang keluar berupa flek-flek . Keluhan tidak
disertai mules , keluar lendir disangkal. Keluhan tidak disertai nyeri pada perut. Keluarnya
darah seperti jaringan dan darah beku disangkal. Gerakan anak masih dirasakan ibu. Pasien
Keluhan ini adalah perdarahan yang pertama kali dirasakan pasien selama kehamilan
ini. Riwayat keluar darah dari jalan lahir pada kehamilan sebelumnya tidak ada.
Riwayat DM :Disangkal
1
Riwayat Penyakit Jantung :Disangkal
4. Pemeriksaan Fisik
a. Status Present
TD : 160/90 mmHg
HR : 89 x/menit, reguler
RR : 21 x/ menit
Temp : 36,8C
b. Status generalis
Kulit
Sianosis : (-)
Ikterus : (-)
Kepala
Hidung : Bentuk normal, simetris, sekret (-/-), deviasi septum (-), konka
hiperemis (-).
2
Mulut : Simetris, dalam batas normal
Leher
Inspeksi : Simetris
Thoraks
Paru
Jantung
Perkusi : Pekak
Abdomen
Perkusi : Timpani
3
Auskultasi : Bising usus normal
Ekstremitas
c. Status Obstetri
Palpasi : Leopold I : TFU 31cm dan teraba bagian bundar dan lunak
Leopold IV : konvergen
Pemeriksaan Penunjang
L= 13-18
Hemoglobin 11,2 g/dL P= 12-16
L= <15
LED - P= <20
L= 4,5-6,5
4,29 x 106/mm3
Eritrosit P= 3,8-5,8
4
Retikulosit - 0,5-1,5
Assesment
ASA 1 (Pasien dalam kondisi normal, tidak ada penyakit sistemik dan kelainan
fungsi)
Rencana Pembedahan:
Section caesarea
Rencana Anestesi:
Regional Anestesi
Kesimpulan
Pasien wanita umur 34 tahun dengan status fisik ASA 1. Pasien akan dilakukan
LAPORAN ANESTESI
1. Preoperasi
5
Pasien puasa selama 6 jam sebelum operasi dimulai
P (Puasa)
Karena pasien sudah dipuasakan selama 6 jam, maka kebutuhan cairannya adalah:
Tanda vital
Tindakan anestesi
Pastikan alat-alat dan medikasi yang dibutuhkan selama proses anestesi sudah
lengkap seperti:
- Kassa steril
- Povidon Iodine
- Plester
- Decain Spinal 4 ml
- Spuit 5 cc
- Lampu
6
- Monitor tanda vital
- Alat-alat resusitasi
0,25 ml/kgbb.
Posisi pasien duduk dengan vertebrae lumbal dalam keadaan posisi fleksi, agar lebih
mudah maka kepala pasien ikut difleksikan ke arah dada sehingga menambah fleksi vertebra
dan panggul. Asisten harus mempertahankan posisi pasien tersebut. Tandailah posisi
penyuntikan yaitu titik pertemuan garis 2 SIAS ( Spina Illiaca Anterior Superior), titik
Dengan menggunakan kassa yang dibasahi povidon iodine gerakan sirkuler dari
dalam ke arah luar. Setelah itu suntik di lokasi penyuntikan dengan menggunakan spit 5 cc
yang telah diisi oleh bupivacaine secara perlahan dan lakukan aspirasi apakah LCS keluar
atau tidak, jika LCS keluar maka obat dapat disuntikkan secara perlahan sampai habis dan
tetap pastikan diakhir penyuntikan LCS tetap keluar saat diaspirasi yang artinya obat telah
penyuntikan dengan kapas steril dan posisikan pasien dalam keadaan berbaring.
Hecting dalam
7
Pukul 11.20 WIB
Hecting luar
POST OPERASI
Setelah tindakan selesai, pasien dibawa ke recovery room, lalu diberikan O2 2-3
B1 : Airway : clear
B4 : urin : (-)
B5 : mual (-), muntah (-), bising usus (+) dalam batas normal
B6 : bekas operasi ditutup dengan perban dan tidak ada tampak darah keluar
Kesan : Stabil
Kriteria Nilai:
8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
mengunjungi pasien sebelum pasien dibedah, agar dapat mempersiapkan fisik dan mental
pasien secara optimal, merencanakan dan memilih teknik anesthesia serta obat-obatan yang
dipakai, dan menentukan klasifikasi pasien berdasarkan ASA. Persiapan praanestesia yang
dilakukan meliputi persiapan alat, penilaian dan persiapan pasien, serta persiapan obat
1. Anamnesis:
penyulit anestesi (misalnya alergi, diabetes melitus, penyakit paru kronis, penyakit
- Riwayat pemakaian obat-obatan meliputi alergi obat, intoleransi obat, dan obat
yang sedang digunakan dan dapat menimbulkan interaksi dengan obat anestetik
9
- Riwayat kebiasaan sehari-hari yang dapat mempengaruhi tindakan (merokok,
2. Pemeriksaan Fisik
- Tinggi dan berat badan, untuk memperkirakan dosis obat, terapi cairan yang
- Frekuensi nadi, tekanan darah, pola dan frekuensi pernafasan, serta suhu tubuh.
Ekstremitas.
3. Pemeriksaan Laboratorium
10
4. Persiapan Hari Operasi
Jika ada gigi palsu, perhiasan, bulu mata dilepas. Bahan kosmetik (lipstick, cat
Pemberian obat-obatan premedikasi (jika perlu) dapat diberikan 1-2 jam sebelum
siap untuk mendapatkan operasi maka proses anestesi dapat dilakukan. Pada kasus ini,
atau anestesi spinal. Karena secara umum, keadaan pasien baik, dan area operasi
Dalam kondisi ibu dan fetus normal, dapat dilakukan 2 pilihan teknik anestesi yaitu
General Anestesia dan Regional Anestesia. GA dan RA yang dilakukan dengan terampil,
hampir sama pengaruhnya terhadap bayi baru lahir. Namun demikian, karena risiko untuk
ibu dan kaitannya dengan Apgar skor yang lebih rendah dengan GA, maka RA untuk bedah
Cesar lebih disukai. RA akan memberikan hasil neonatal terpapar lebih sedikit obat anestesi
(terutama saat digunakan teknik spinal), memungkinkan ibu dan pasangannya juga dapat
11
Penggolongan anestesi lokal:
Kokain , Klorprokain,
Ester
Benzokain, Prokain, Tetrakain
Struktur
Kimia obat Lidokain, Prilokain,
Amide
Etidokain, Bupivakain,
Mepivakain, Ropivakain
Topical Regional iv
Blok Saraf Tepi
infiltrasi ganglion
lumbal
Short Acting
Potensi Sacral/
Obat Medium Acting
kaudal
Long acting
12
I. ANESTESI SPINAL
Anestesi spinal merupakan teknik anestesi regional yang baik untuk tindakantindakan
bawah. Teknik ini dilakukan dengan memasukkan larutan anestesi lokal kedalam ruang
Lokasi : L2 S1
13
mengurangi respon terhadap stress (perubahan fisiologis tubuh terhadap kerusakan
jaringan)
Indikasi
b. bedah urologi
Kontra indikasi
Absolut
3. hipovolemia berat
5. pasien menolak
Relative
14
3. nyeri punggung
5. Heparin preoperasi
Komplikasi
Akut
3. Hipoventilasi berikan O2
Pasca tindakan
2. nyeri punggung
3. nyeri kepala
15
Prosedur
a. Persiapan
2. Persiapan pasien
- Informed consent
- Spuit 3 cc/5cc/10cc
- Efedrin, SA
- Obat emergency
16
b. Posisi pasien
- Posisi pasien duduk atau dekubitus lateral. Posisi duduk merupakan posisi termudah.
obat. Jika posisinya duduk, pasien disuruh memeluk bantal, agar posisi tulang
belakang stabil, dan pasien membungkuk agar prosesus spinosus mudah teraba. Jika
posisinya dekubitus lateral, maka beri bantal kepala, agar pasien merasa enak
krista iliaka dengan tulang punggung ialah L4 atau L4-5. Untuk operasi hernia ini,
dilakukan tusukan pada L3-4. Tusukan pada L1-2 atau dia atasnya berisiko trauma
- Beri anestetik lokal pada tempat tusukan. Pada kasus ini diberikan obat anestesi
lokal bupivakain.
17
- Lakukan penyuntikan jarum spinal di tempat penusukan pada bidang medial dengan
sudut 10-30 derajad terhadap bidang horizontal ke arah cranial. Jarum lumbal akan
menembus kulit-subkutis-lig.supraspinosum-lig.interspinosum-lig.flavum-ruang
6cm.
- Pasang spuit yang berisi obat, masukkan pelan-pelan (0,5 ml/detik) diselingi
Posisi duduk
Keuntungan : lebih nyata, processus spinosum lebih mudah diraba, garis tengah
lebih teridentifikasi (gemuk) & posisi yang nyaman pada pasien PPOK
II. BUPIVACAINE
- Farmakodinamik :
Obat menembus saraf dalam bentuk tidak terionisasi (lipofilik), tetapi saat di dalam akson
terbentuk beberapa molekul terionisasi, dan molekul-molekul ini memblok kanal Na+, serta
mencegah pembentukan potensial aksi. Absorpsi sistemik anestetik ini dapat mengakibatkan
perangsangan dan atau penekanan sistem saraf pusat. Rangsangan pusat biasanya berupa
gelisah, tremor dan menggigil, kejang, diikuti depresi dan koma, akhirnya terjadi henti
18
- Farmakokinetik :
Kecepatan absorpsi anestetik ini tergantung dari dosis total dan konsentrasi obat yang
diberikan, cara pemberian, dan vaskularisasi tempat pemberian, serta ada tidaknya epinefrin
dalam larutan anestetik. Bupivacaine mempunyai awitan lambat (sampai dengan 30 menit)
tetapi mempunyai durasi kerja yang sangat panjang,sampai dengan 8 jam bila digunakan
untuk blok syaraf. Lama kerja bupivacaine lebih panjang secara nyata daripada anestetik
lokal yang biasa digunakan. Juga terdapat periode analgesia yang tetap setelah kembalinya
sensasi.
- Efek samping :
Penyebab utama efek samping kelompok obat ini mungkin berhubungan dengan kadar
plasma yang tinggi, yang dapat disebabkan oleh overdosis, injeksi intravaskuler yang tidak
Sistemik : Biasanya berkaitan dengan sistem saraf pusat dan kardiovaskular seperti
SSP : Gelisah, ansietas, pusing, tinitus, dapat terjadi penglihatan kabur atau tremor,
kemungkinan mengarah pada kejang. Hal ini dapat dengan cepat diikuti rasa
mengantuk sampai tidak sadar dan henti napas. Efek SSP lain yang mungkin timbul
dan hilangnya kontrol sfingter, sakit kepala, sakit punggung, meningitis septik,
forcep, atau kelumpuhan saraf kranial karena traksi saraf pada kehilangan
cairanserebrospinal.
III. ONDANCETRON
Farmakodinamik
Mekanisme kerja obat ini sebenarnya belum diketahui dengan pasti. Meskipun demikian
yang saat ini sudah diketahui adalah bahwa Ondansetron bekerja sebagai antagonis selektif
dan bersifat kompetitif pada reseptor 5HT3, dengan cara menghambat aktivasi aferen-aferen
Farmakokinetik
Konsentrasi akan diserap dengan cepat maksimum (30 ng / ml) dalam plasma dapat dicapai
Bioavalibilitas oral absolut Ondansetron sekitar 60%. Kondisi sistemik yang setara juga
dapat dicapai melalui pemberian secara i.m atau i.v. Waktu paruhnya sekitar 3 jam.
20
Volume distribusi dalam keadaan statis sekitar 140 L. Ondansetron yang berikatan dengan
Indikasi
Kontra Indikasi
Interaksi Obat
dan penghambatan terhadap enzim ini dapat mengubah klirens dan waktu paruhnya. Pada
penderita yang sedang mendapat pengobatan dengan obat-obat yang secara kuat merangsang
Ondansetron akan meningkat secara signifikan, sehingga konsentrasi dalam darah akan
menurun.
Ondansetron sebaiknya tidak digunakan pada wanita hamil, khususnya pada trimester I,
kecuali jika terdapat resiko yang lebih berat pada bayi akibat penurunan berat badan ibu.
Ondansetron dieksresi pada air susu ibu, sehingga dianjurkan untuk tidak diberikan pada ibu
menyusui.
Efek Samping
Ondansetron pada umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Konstipasi merupakan efek
samping yang paling sering ditemukan (11%). Kadang dapat dijumpai sakit kepala, wajah
21
ke merahan (flushing), rasa panas atau hangat di kepala dan epigastrium yang bersifat
dijumpai peningkatan serum transaminase (5%) dan ruam kulit (1%), sedasi dan diare,
gangguan visual sementara (pandangan kabur). Juga pernah dilaporkan terjadinya gerakan-
gerakan tanpa sadar, setelah pemberian Ondansetron secara cepat, tetapi kasus ini sangat
IV. TRAMADOL
Tramadol adalah analgesik kuat yang bekerja pada reseptor opiat.Tramadol mengikat secara
stereospesifik pada reseptor di sistem saraf pusat sehingga mengeblok sensasi nyeri dan
respon terhadap nyeri.Di samping itu tramadol menghambat pelepasan neurotransmitter dari
saraf aferen yang sensitif terhadap rangsang, akibatnya impuls nyeri terhambat.
Indikasi:
Efektif untuk pengobatan nyeri akut dan kronik yang berat, nyeri pasca pembedahan.
Dosis umum:
Dosis tunggal 50 mg. Dosis tersebut biasanya cukup untuk meredakan nyeri, apabila masih
Dosis maksimum:
400 mg sehari. Dosis sangat tergantung pada intensitas rasa nyeri yang diderita.
22
Penderita gangguan hati dan ginjal dengan "creatinine clearances" <30 ml/menit:
gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat atau hipersekresi bronkus, karena dapat
Penggunaan bersama dengan obat-obat penekanan SSP lain atau penggunaan dengan
ASI.
Depresi pernapasan akibat dosis yang berlebihan dapat dinetralisir dengan nalokson,
23
Efek samping:
Efek samping yang umum terjadi seperti pusing, sedasi, lelah, sakit kepala, pruritus,
berkeringat, kulit kemerahan, mulut kering, mual, muntah. Dispepsia dan obstipasi.
Kontraindikasi:
Pasien hipersensitif terhadap Tramadol atau Opiat dan penderita yang mendapatkan
pengobatan dengan penghambat MAO, intoksikasi akut dengan alkohol, hipnotika, analgetik
Interaksi obat:
Efek analgesik dan sedasi tramadol ditingkatkan pada penggunaan bersama dengan obat-
V. KETOROLAC TROMETHAMINE
Farmakodinamik
obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) yang menunjukkan aktivitas antipiretik dan anti-
dianggap sebagai analgesik yang bekerja perifer karena tidak mempunyai efek terhadap
reseptor opiat.
Ketorolac dapat diberikan secara oral, intramuskular atau intravena. Setelah suntikan
intramuskular atau intravena efek analgesinyadicapai dalam 30 menit, maksimal setelah 1-2
jam dengan lama kerja sekitar 4-6 jam dan dosis penggunaannya dibatasi untuk 5 hari. Dosis
awal 10-30mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai kebutuhan. Untuk pasien normal
dosis sehari dibatasi maksimal 90mg dan untuk berat <50kg , manula atau gangguan faal
24
ginjal dibatasi maksimal 60mg. Sifat analgesik ketorolak setara dengan opioid yaitu 30 mg
Indikasi
sedang sampai berat setelah prosedur bedah. Durasi total Ketorolac tidak boleh lebih
dari lima hari. Ketorolac secara parenteral dianjurkan diberikan segera setelah
Ketorolac tidak melebihi 5 hari. Ketorolac tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai
obat prabedah obstetri atau untuk analgesia obstetri karena belum diadakan
penelitian yang adekuat mengenai hal ini dan karena diketahui mempunyai efek
Kontra indikasi
Pasien yang sebelumnya pernah mengalami alergi dengan obat ini, karena ada
Pasien yang menunjukkan manifestasi alergi serius akibat pemberian Asetosal atau
25
Hipovolemia akibat dehidrasi atau sebab lain.
Gangguan ginjal derajat sedang sampai berat (kreatinin serum >160 mmol/L).
Riwayat asma.
Pasien pasca operasi dengan risiko tinggi terjadi perdarahan atau hemostasis
Dosis
intravena. Dosis untuk bolus intravena harus diberikan selama minimal 15 detik. Ketorolac
ampul tidak boleh diberikan secara epidural atau spinal. Mulai timbulnya efek analgesia
tercapai dalam 1 hingga 2 jam. Durasi median analgesia umumnya 4 sampai 6 jam. Dosis
sebaiknya disesuaikan dengan keparahan nyeri dan respon pasien. Lamanya terapi :
Pemberian dosis harian multipel yang terus-menerus secara intramuskular dan intravena
26
tidak boleh lebih dari 2 hari karena efek samping dapat meningkat pada penggunaan jangka
panjang.
Dewasa
Ampul : Dosis awal Ketorolac yang dianjurkan adalah 10 mg diikuti dengan 1030 mg tiap
4 sampai 6 jam bila diperlukan. Harus diberikan dosis efektif terendah. Dosis harian total
tidak boleh lebih dari 90 mg untuk orang dewasa dan 60 mg untuk orang lanjut usia, pasien
gangguan ginjal dan pasien yang berat badannya kurang dari 50 kg. Lamanya terapi tidak
boleh lebih dari 2 hari. Pada seluruh populasi, gunakan dosis efektif terendah dan sesingkat
mungkin. Untuk pasien yang diberi Ketorolac ampul, dosis harian total kombinasi tidak
boleh lebih dari 90 mg (60 mg untuk pasien lanjut usia, gangguan ginjal dan pasien yang
Efek Samping :
Efek samping di bawah ini terjadi pada uji klinis dengan Ketorolac IM 20 dosis dalam 5
hari.
Pemberian vasopresor, seperti efedrin, sering sekali dipakai untukpencegahan maupun terapi
hipotensi pada pasien kebidanan. Obat ini merupakan suatu simpatomimetik non
katekolamin dengan campuran aksi langsung dan tidak langsung. obat ini resisten terhadap
berlangsung lama. Efedrin meningkatkan curah jantung, tekanan darah, dan nadi melalui
27
stimulasi adrenergik alfa dan beta. meningkatkan aliran darah koroner dan skelet dan
minimal terhadap aliran darah uterus. dieliminasi dihati, dan ginjal. Namun, memulihkan
aliran darah uterus jika digunakan untuk mengobati hipotensi epidural atau spinal pada
pasien hamil.
Efek puncak : 2-5 menit, Lama aksi : 10-60 menit. Interaksi/Toksisitas: peningkatan resiko
aritmia dengan obat anetesik volatil, dipotensiasi oleh anti depresi trisiklik, meningkatkan
curah jantung, tekanan darah dampai 50%, tetapi sedikit sekali menurunkan vasokonstriksi
pembuluh darah uterus. Menurut penyelidikan Wreight, efedrin dapat melewati plasenta dan
menstimulasi otak bayi sehingga menghasilkan skor Apgar yang lebih tinggi.
Dianjurkan pemberian efedrin cara intravena kalau terjadi hipotensi atau sudah terjadi
penurunan tekanan darah 10 mmHg; dosisnya 10 mg yang diulang sampai tekanan darah
kembali ke awa1. Bayi yang dilahirkan dengan cara ini mempunyai skor Apgar sangat baik;
pemeriksaan pH dan base-excessnya dalam batas normal, dan sikap neurologi bayi setelah 4
1. Bed rest total 24 jam post op dengan bantal tinggi. Boleh miring kanan kiri, tak boleh
duduk
2. Ukur TD dan N tiap 15 menit selama 1 jam pertama. Bila TD < 90 beri efedrin 10 mg, bila
N<60 beri SA 0,5 mg
3. bila tidak ada mual muntah boleh minum sedikit-sedikit dengan sendok
4. bila nyeri kepala hebat, konsul anestesi
28
29