Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pasien yang datang ke dokter gigi memiliki riwayat kesehatan yang


bermacam-macam. Tidak hanya pasien yang sehat saja, tetapi juga ada pasien yang
menderita penyakit sistemik.9 Hal ini menjadi perhatian dan pertimbangan bagi para
dokter gigi di dalam melakukan tindakan perawatan, terutama yang menggunakan
intervensi bedah. Keadaan sistemik pasien sebelum dilakukan perawatan gigi sangat
penting untuk diperhatikan. Sebelum melakukan suatu perawatan gigi pada pasien,
sebagai dokter gigi hendaknya memperhatikan keadaan kondisi tubuh pasien sebelum
datang maupun pada saat datang dengan menganamnesa contohnya untuk mengetahui
penyakit yang pernah dialami atau yang sedang dialami pasien. Dengan anamnesa,
dokter gigi bisa waspada dan hati hati saat perawatan gigi pasien serta dapat
memikirkan tindakan yang cepat dan tepat bila kemungkinan terburuk yang terjadi
disaat pertengahan perawatan gigi pasien. (Le BT, 2013)

Pasien kompromis medis adalah pasien yang memiliki suatu kondisi kesehatan
umum tertentu (fisik, mental dan atau emosional) yang memiliki implikasi bagi
ketetapan prosedur-prosedur dental sehingga memerlukan beberapa modifikasi dalam
perawatan dental. Kondisi pasien kompromis medis ada bermacam macam. Kondisi
tersebut antara lain adalah penyakit kardiovaskular, gangguan endokrin, gangguan
pernafasan, gangguan pembuluh darah, penyakit ginjal, dan lain-lain. (Le BT, 2013)

Kegawatdaruratan adalah suatu kondisi yang mendesak yang membutuhkan


penanganan dengan segera untuk mempertahankan hidup dan mengurangi resiko
kematian dan kecacatan. Kegawatdaruratan medis dapat dan memang terjadi dalam
praktek dokter gigi. Dokter gigi memiliki tanggung jawab untuk mengenalinya dan
memulai prosedur pertama manajemen kegawatdaruratan dalam upaya untuk
mengurangi morbiditas dan mortalitas ketika kejadian tersebut terjadi. (Wilson,2009)

Semua praktisi dokter gigi mempunyai tanggung jawab untuk menangani


kegawatdaruratan medis dalam praktek kedokteran gigi. Tujuannya adalah untuk
memberikan perawatan pertama hingga bantuan medis yang lebih ahli dapat

1
diperoleh. Pada makalah ini akan dijelaskan penatalaksanaan kegawatdaruratan medis
pada pasien kompromis medis anemia.

I.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari kompromis medis?


2. Apakah pengertian, klasifikasi, macam-macam, etiologi, fisiologi/patologi,
tanda dan gejala anemia?
3. Bagaimana kompromis Medis pada Pasien Anemia dan Penatalaksanaannya?

I.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apakah pengertian dari kompromis medis?


2. Untuk mengetahui apakah pengertian, klasifikasi, macam-macam, etiologi,
fisiologi/patologi, tanda dan gejala anemia?
3. Untuk mengetahui bagaimana kompromis Medis pada Pasien Anemia dan
Penatalaksanaannya?

2
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Kompromis Medis


Kompromis medis adalah suatu keadaan pasien dengan kelainan fisik atau
psikis sehingga dalam penanganan medis membutuhkan perhatian dan tindakan
khusus agar tindakan yang dilakukan dalam kedokteran gigi tidak merugikan dan
membahayakan pasien.
Tujuan dilakukannya kompromis medis antara lain:
a. Memberi tindakan pertolongan pertama kepada pasien
b. Menstabilkan keadaan pasien
c. Mengurangi rasa nyeri dan cemas serta ketidaknyamanan pasien
d. Memberikan perawatan yang sesuai agar dokter gigi dapat lebih berhati-hati
dengan adanya kondisi sistemik pasien
e. Untuk dapat melanjutkan perawatan gigi yang dikeluhkan oleh pasien
f. Mengantisipasi dan mengendalikan situasi saat pemeriksaan dan perawatan
Penyakit dan kelainan yang berhubungan dengan kompromis medis yang
memiliki peranan penting dalam mempertimbangkan rencana perawatan dalam
Kedokteran Gigi, antara lain : kelainan perdarahan (anemia, leukemia, hemophilia,
dll), kelainan ginjal, kelainan pernapasan, kelainan jantung, kelainan saraf, dan
kelainan hormon.

II.2 Anemia
II.2.1 Pengertian Anemia
Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel
darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah
merah berada di bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang
memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru, dan
mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan berkurangnya
jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga
darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan
tubuh (kamus bahasa indonesia). Berikut pengertian anemia menurut para ahli
diantaranya :

3
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, eleman tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan
untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas
pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam
penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 1999).

Anemia definisi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral
FE sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit (Arif Mansjoer,
Kapita Selekta, Jilid 2 edisi 3, Jakarta 1999). Anemia dapat diketahuui dengan
adanya pemerisaan darah lengkap laboratorium. (WHO.2008)

1. Nilai Hb normal

a) Pria : 13.8 - 17.2 gram/dl

b) Wanita : 12.1 15.1 gram/dl

2. Nilai Hb anemia

a) Pria : <13.8 17.2 gram/dl

b) Wanita : <12.1 15.1 gram/dl

II.2.2 Klasifikasi Anemia

1. Anemia defisiensi besi (62,3%)

Anemia jenis ini berbentuk normositik dan hipokromik di sebabkan oleh kurang
gizi (malnutrisi), kurang zat besi dalam diet, malabsorpsi, kehilangan darah yang
banyak (persalinan yang lalu, haid, dll)

2. Anemia megaloblastik (29,0%)

Anemia ini berbentuk makrositik, penyebabnya adalah kekurangan asam folik


dan kekurangan vitamin B12 tetapi jarang terjadi.

3. Anemia anemia hipoblastik (8,0%)

Anemia jenis ini di sebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel-
sel darah merah baru. Untuk itu di perlukan pemeriksaan :

4
a) Darah tepi lengkap

b) Pemeriksaan fungsi sterna

c) Pemeriksaan retikulosit, dll

4. Anemia hemolitik (0,7%)

Anemia jenis ini di sebabkan penghancuran/pemecahan sel darah nerah yang


lebih cepat dari pembuatannya.

II.2.3 Macam-macam Anemia

1. Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat


sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat digolongkan sebagai berikut:

a) Tidak anemia dengan Hb lebih dari 11gr%

b) Anemia ringan dengan Hb 9-10gr%

c) Anemia sedang dengan Hb 7-8gr%

d) Anemia berat dengan Hb kurang dari 7gr%

2. Berdasarkan klasifikasi WHO kadar hemoglobin pada wanita hamil dapat


dibagi 3 kategori yaitu (Manuaba, 2002):

1) Anemia Ringan : Kadar Hb 9 11 gr%

2) Anemia Sedang : Kadar Hb 7 8 gr%

3) Anemia Berat : Kadar Hb < 7 gr%

II.2.4 Etiologi anemia

1. Berdasarkan ukuran sel darah merah ( Varney H,2006.;h.624)

a) Anemia mikrositik (penurunan ukuran sel darah merah)

1) Kekurangan zat besi

2) Talasemia (tidak efektifnya eritropoiesis dan meningkatnya hemolisis


yang mengakibatkan tidak ade kuatnya kandungan hemoglobin)

5
3) Ganguan hemoglobin E (jenis hemoglobin genetik yang banyak di
temukan di Asia Tenggara)

4) Keracuanan timah

5) Penyakit kronis (infeksi, tumor)

b) Anemia normositik (ukuran sel darah merah normal)

1) Sel darah merah yang hilang atau rusak meningkat

Kehilangan sel darah merah akut.

2) Gangguan hemolisis darah

(a) Penyakit sel sabit hemoglobin (sickle cell disease)

(b) Ganggauan C hemoglobin

(c) Sterocitosis banyak di temukan di eropa utara

(d) Kekurangan G6PD (glucose-6-phosphate dehi-drogenase)

(e) Anemia hemolitik (efek samping obat)

(f) Anemia hemolisis autoimun

3) Penurunan produksi sel darah merah

(a) Anemia aplastik (gagal sumsum tulang belakang yamg mengancam


jiwa)

(b) Penyakit kronis (penyakit hati, gagal ginjal, infeksi, tumor)

4) Ekpansi berlebihan volume plasma pada kehamilan dan hidrasi berlebihan

c) Anemia makrositik (peningkatan ukuran sel darah merah)

1) Kekurangan vitamin B12

2) Kekurangan asam folat

6
3) Hipotiroid

4) Kecanduan alkohol

5) Penyakit hati dan ginjal kronis

2. Penyebab anemia pada kehamilan (Cunningham G,2005;h.1464)

a) Anemia defisiensi besi

b) Anemia akibat kehilangan darah akut

c) Anemia pada peradangan atau keganasan

d) Anemia megaloblastik

e) Anemia hemolitik

f) Anemia aplastik

g) Anemia Hipoplastik

II.2.5 Fisiologi/patologi

1. Fisiologi dan patologi (Wiknjosastro,2006,Hal.448-450)

Selama kehamilan terjadi peningkatan volume darah (hypervolemia)


merupakan hasil dari peningkatan volume plasma dan eritrosit (sel darah merah)
yang beredar dalam tubuh. Tetapi peningkatan ini tidak seimbang yaitu volume
plasma peningkatannya jauh lebih besar sehingga menberikan efek yaitu
konsentrasi HB berkurang dari 12 mg/10 ml.

Pengenceran darah (Hemodilusi) pada ibu hamil sering terjadi dengan


peningkatan volume plasma 30%-40% peningkatan sel darah merah 18-30 % dan
hemoglobin 19 % secara fisiologi hemodilusi untuk mengurangi beban kerja
jantung. Hemodilusi terjadi sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya
pada kehamilan 32-36 minggu. bila hemoglobin itu sebelum sekitar 11 gr% maka
terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia fisiologi dan Hb akan menjadi
9,5 sampai 10 gr%

7
II.2.6 Tanda dan Gejala Anemia

Penyebab Anemia yang paling sering adalah karena perdarahan yang


berlebihan, rusaknya sel darah merah secara berlebihan atau yang sering disebut
dengan Hemolisis atau pembentukan sel darah merah / hematopoiesis yang tidak
efektif, kekurangan zat besi, pendarahan usus, kekurangan vitamin B12,
kekarangan asam folat, gangguan fungsi sumsum tulang, Penyakit kronis tertentu,
contohnya kanker dan HIV/AIDS. Dapat mempengaruhi produksi sel darah
merah.

Adapun Penyebab umum dari anemia, seperti:

1. Perdarahan Hebat

- Akut (mendadak): Kecelakaan, Pembedahan, Persalinan, Pecah pembuluh


darah

- Kronik (menahun): Perdarahan hidung, Wasir (hemoroid), Ulkus peptikum,


Kanker atau polip di saluran pencernaan, Tumor ginjal atau kandung kemih,
Perdarahan menstruasi yang sangat banyak

2. Berkurangnya pembentukan sel darah merah: Kekurangan zat besi,


Kekurangan vitamin B12, Kekurangan asam folat, Kekurangan vitamin C,
Penyakit kronik

3. Meningkatnya penghancuran sel darah merah: Pembesaran limpa, Kerusakan


mekanik pada sel darah merah, Reaksi autoimun terhadap sel darah merah,
Hemoglobinuria nokturnal paroksismal, Sferositosis herediter, Elliptositosis
herediter, Kekurangan G6PD, Penyakit sel sabit

Selain itu terdapat gejala anemia ( kurang darah )yang paling sering di tunjukkan
antara lain sebagai berikut :

1. Kulit Wajah terlihat Pucat

Penderita anemia biasanya jelas terlihat pada wajah dan kulit yang terlihat
pucat.

8
2. Kelopak Mata Pucat

Selain wajah kelopak mata pasien yang mengalami kurang darah juga terlihat
pucat. ini merupakan salah satu gejala umum anemia. pemeriksaan biasanya
dilakukan dengan cara meregangkan kelopak mata. dan melihat warna kelopak
mata bagian bawah.

3. Ujung Jari Pucat

pemeriksaan bisa kita lakukan dengan cara menekan ujung jari, normal nya
setelah di tekan daerah tersebut akan berubah jadi merah. Tetapi, pada orang yang
mengalami anemia, ujung jari akan menjadi putih atau pucat.

4. Terlalu Sering dan mudah lelah

Terlalu mudah lelah, padahal aktivitas yang dilakukan tidaklah berat, jika
anda merasa mudah lelah sepanjang waktu dan berlangsung lama kemungkinan
anda mengalami penyakit anemia. hal ini terjadi karena pasokan energi tubuh
yang tidak maksimal akibat kekurangan sel-sel darah merah yang berfungsi
sebagai alat transportasi alami didalam tubuh.

5. Denyut Jantung menjadi tidak teratur

Denyut jantung yang tidak teratur, terlalu kuat dan memiliki kecepatan irama
denyut jantung yang tidak normal. hal ini terjadi sebagai akibat tubuh kekurangan
oksigen. sehingga jantung berdebar secara tidak teratur. pemeriksaan ini hanya
bisa dilakukan oleh petugas kesehatan.

6. Sering merasa Mual

Biasanya penderita anemia sering mengalami Mual pada pagi hari. hampir
sama seperti tanda-tanda kehamilan. mual pada pagi hari biasa disebut dengan
Morning sickness.

7. Sakit kepala

Salah satu dampak kekurangan sel darah merah yaitu otak menjadi
kekurangan Oksigen. sehingga menyebabkan nyeri pada kepala. karena inilah
penderita Anemia sering mengeluh sakit kepala.

9
8. Kekebalan tubuh menurun

Kekebalan tubuh / sistem pertahanan tubuh terhadap penyakit menurun dan


biasanya penderita anemia sangat mudah terkena penyakit lain sebagai akibat
melemahnya imun tubuh.

9. Sesak napas

Penderita Anemia sering kali merasa sesak nafas dan merasa terengah-engah
ketika melakukan aktivitas, hal ini terjadi karena kurangnya oksigen didalam
dalam tubuh, akibat kurangnya sel darah merah.

Selain dari faktor penyebab anemia, penyakit kurang darah juga


dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko lain seperti :

Faktor dari keturunan


kurangnya asupan zat gizi
penyakit dan gangguan usus serta operasi yang berkaitan dengan usus
kecil.
Pendarahan Menstruasi yang berlebihan.
Kehamilan.
penyakit kronis seperti penyakit kanker , dan gagal ginjal

II.3 Kompromis Medis pada Pasien Anemia dan Penatalaksanaannya

Hal-hal yang Harus Diperhatikan pada Pasien Anemia

a. Pada kompromis medis ini hal-hal yang perlu diperhatikan adalah gejala klinis
yang tampak pada pasien sewaktu datang ke tempat praktek dokter gigi
diantaranya pada penderita anemia ini terdapat ciri khusus yaitu wajah yang
terlihat pucat, disertai dengan letih lemah dan lesu serta pada rongga mulut
pasien terlihat mukosa yang pucat serta adanya kandida.

b. Kekambuhan yang sewaktu waktu terjadi pada penderita anemia pada saat
melakukan perawatan gigi yaitu apabila terjadi pingsan,mual dan muntah
karena pada penderita anemia ini kurangnya nafsu makan sehingga proses
pengkosongan lambung sangat cepat.

10
c. Apabila terjadi demam tinggi pada saat ditengah tengah perawatan.

d. Terjadi pendarahan apabila melakukan tindakan bedah.

Kegawatdaruratan pada Pasien Anemia

a. Apabila terjadi pingsan maka gunakan prinsip P,A,B,C,D yaitu position,


airway, breathing, circulation, definitive care, sebisa mungkin menjaga jalan
nafas dan meletakkan pasien senyaman mungkin.

Position

Penyebab utama hilangnya kesadaran adalah hipotensi. Segera letakkan pasien


tidak sadar pada tempat yang rata dengan posisi supine dimana kaki lebih
tinggi daripada badan. Posisi ini akan menghasilkan peningkatan aliran darah
di daerah kepala dengan sedikit hambatan dalam sistem respirasi. Pada pasien
dengan penyebab acute respiratory distress seperti acute asthmatic
bronchospasm maka posisi yang paling nyaman adalah tegak lurus agar
ventilasi dapat meningkat (Melamed, 2003; Melamed 2007; Frush et al.,
2008).

Airway and Breathing

Tindakan airway and breathing pada pasien sadar dilakukan dengan heimlich
maneuver dan pasien tidak sadar dilakukan dengan menerapkan posisi tilt-chin
lift maneuver (Gambar 2) kemudian diikuti dengan pemeriksaan ventilasi
melalui look, listen, feel. Perhatikan dan pastikan apakah penderita dapat
bernafas spontan ataukah penderita mencoba untuk dapat bernafas. Cara ini
dilakukan dengan mendengarkan dan merasakan pertukaran udara yang keluar
melalui mulut ataupun hidung. Apabila tidak ada usaha respirasi spontan yang
ditandai dengan tidak ada pergerakan pundak maka kontrol ventilasi harus
menggunakan bantuan nafas (Melamed, 2003; Melamed 2007).

11
Gambar 2. Teknik chin lift-head tilt (kiri). Mouth-to-mask ventilation (kanan).
Sumber: Melamed, 2003

Penggunaan full face mask dan positive pressure oxygen bagi pasien di atas
usia delapan tahun yaitu dengan memberikan ventilasi kira-kira satu hembusan
nafas untuk setiap lima detik, dan satu kali nafas tiap tiga detik untuk bayi dan
anak (Frush et al., 2008). Apabila ventilasi spontan sudah terjadi yaitu ditandai
dengan adanya gerakan spontan pada dada maka tindakan ventilasi harus
dihentikan oleh karena dapat mengakibatkan gastric distension dan
regurgitation (Melamed, 2003; Melamed 2007).

Circulation

Circulatory support (Bantuan Sirkulasi) terakhir, periksa kelancaran sirkulasi


darah dengan mengecek denyut jantung korban. Apabila penderita tidak
sadarkan diri, tidak ada pernapasan, tidak ada denyut nadi dan denyut jantung
maka korban mengalami henti jantung. Tindakan selanjutnya adalah pijat
jantung atau resusitasi jantung.Hati-hati, karena teknik pemijatan jantung yang
salah justru menyebabkan kefatalan seperti patahtulang iga, patah tulang dada,
perdarahan pada rongga dada, cedera paru, dan cedera hati. Gerakan pijat
jantung adalah seperti gerakan memompa, caranya kedua tangan menekan
dada, gunakan lutut sebagai tumpuan. Bila penderita tetap tidak bernafas dan
tidak ada denyut nadi di leher, lakukan gabungan prinsipB dan C bergantian,
yang dinamakan resusitasi jantung paru dengan irama 60-80 pompaan dan 1
napas buatan selama 3 detik/menit. (Melamed, 2003; Melamed 2007).

Definitive Care

Tindakan definitive care dilakukan sesuai dengan diagnosis yang telah


ditegakkan. Tentukan dengan benar diagnosis penyebab terjadinya
kegawatdaruratan agar tindakan definitive care bisa berhasil (Melamed, 2003;
Melamed 2007).

12
b. Apabila pasien mengalami letih lemah dan lesu sebaiknya dihentikan
perawatan dan diberi minum yang hangat seperti teh hangat dll.

c. Meminimalkan tindakan bedah karena apabila terjadi pendarahan maka


kondisi pasien akan semakin buruk.

d. Sediakan makan makanan yang bernutrisi tinggi sebagai asupan terhadap


pasien anemia,misalnya: susu,roti dll.

13
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Pada kompromis medis ini hal-hal yang perlu diperhatikan adalah gejala klinis
yang tampak pada pasien sewaktu datang ke tempat praktek dokter gigi diantaranya
pada penderita anemia ini terdapat ciri khusus yaitu wajah yang terlihat pucat, disertai
dengan letih lemah dan lesu serta pada rongga mulut pasien terlihat mukosa yang
pucat serta adanya kandida.

Apabila terjadi pingsan maka gunakan prinsip P,A,B,C,D yaitu position,


airway, breathing, circulation, definitive care, sebisa mungkin menjaga jalan nafas
dan meletakkan pasien senyaman mungkin. Semua praktisi dokter gigi mempunyai
tanggung jawab untuk menangani kegawatdaruratan medis dalam praktek kedokteran
gigi. Tujuannya adalah untuk memberikan perawatan pertama hingga bantuan medis
yang lebih ahli dapat diperoleh.

III.2 Saran

Pasien kompromis medis adalah pasien yang memiliki suatu kondisi kesehatan
umum tertentu (fisik, mental dan atau emosional) yang memiliki implikasi bagi
ketetapan prosedur-prosedur dental sehingga memerlukan beberapa modifikasi dalam
perawatan dental. Dengan menggali anamnesa, dokter gigi bisa waspada dan hati
hati saat perawatan gigi pasien serta dapat memikirkan tindakan yang cepat dan tepat
bila kemungkinan terburuk yang terjadi disaat pertengahan perawatan gigi pasien.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham Gary. F. Obstetri williams . Jakarta : EGC, 2005

2. Le BT, Woo I. Management of complications of dental extraction. A peer


reviewed publication. p. 2-3 [online] Available at:
www.ineedce.com/courses/1457/pdf/managmnt_comp_xtraction.pdf. Accessed on
December 2, 2013.
3. Marlyn E. Doenges, 2001. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC

4. Price SA, Wilson ML. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi

6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2005.p.292-5, 298

5. Rose, F. Louise; Kaye, Donald.1996.Buku Ajar Penyakit Dalam Untuk


Kedokteran Gigi Jilid 1 Edisi Dua. Jakarta : Binarupa Aksara
6. Varney Helen. Buku saku bidan. Jakarta : EGC, 2001.

7. Wilson MH, McArdle NS, Fitzpatrick JJ, Stassen LFA. Medical emergencies in
dental practice. Journal of the Irish Dental Association 2009; 55 (3): 134 5

15

Anda mungkin juga menyukai