TAHUN 2013-2016
DISUSUN OLEH
AMBARWATI 166070004
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare adalah penyakit yang terjadi ketika terjadi perubahan konsistensi feses selain dari
frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita Diare bila feses lebih berair dari
biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak
berdarah dalam waktu 24 jam (Kemenkes RI, 2011).
Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2009, Secara global setiap
tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka kematian 1.5 juta pertahun. Di negara
berkembang, rata-rata anak usia di bawah 3 tahun mengalami episode diare 3 kali dalam setahun.
Setiap episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk
tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak.
Hingga saat ini penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, hal
ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan diare dari tahun ke tahun. Hasil survei
Subdit Diare, angka kesakitan diare semua umur tahun 2000 adalah 301/1000 penduduk, tahun
2003 adalah 374/1000 penduduk, tahun 2006 adalah 423/1000 penduduk dan tahun 2010 adalah
411/1000 penduduk. Diare merupakan penyebab kematian nomor 4 (13,2%) pada semua umur
dalam kelompok penyakit menular. Proporsi diare sebagai penyebab kematian nomor 1 pada bayi
postneonatal (31,4%) dan pada anak balita (25,2%) (Kemenkes RI, 2011).
Prevalensi diare klinis adalah 9,0% (rentang: 4,2% - 18,9%), tertinggi di Provinsi NAD
(18,9%) dan terendah di DI Yogyakarta (4,2%). Beberapa provinsi mempunyai prevalensi diare
klinis >9% (NAD, Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat,
Nusa Tengara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo,
Papua Barat dan Papua). Bila dilihat per kelompok umur diare tersebar di semua kelompok umur
dengan prevalensi tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu 16,7%. Sedangkan
menurut jenis kelamin prevalensi laki-laki dan perempuan hampir sama, yaitu 8,9% pada laki-laki
dan 9,1% pada perempuan.Prevalensi diare lebih banyak di perdesaan dibandingkan
perkotaan,sebesar 10% di perdesaan dan 7,4 % di perkotaan. Diare cenderung lebih tinggi pada
kelompok pendidikan rendah dan bekerja sebagai petani/nelayan dan buruh.
Berdasarkan profil kesehatan Puskesmas Curug Kabupaten Tangerang
padatahun2013 2015jumlah kasus diare yang didapatkan sebanyak 3605 kasus ,dimana
1580(43,82%) kasus pada balita, dimana angka kesakitan balita untuk tahun 2013 sebesar 7,6
%, tahun 2014 sebesar 8,2 %, tahun 2015 sebesar 6,0 % dengan angka kematian diare balita
untuk tahun 2013 sebesar 0,01/1000 balita, tahun 2014 sebesar 0,02/1000 balita dan tahun
2015 sebesar 0,005/1000 balita. Sedangkan cakupan air bersih di Puskesmas Kecamatan
Curug tahun 2013 baru mencapai 72,13 %, sedangkan cakupan jamban keluarga baru 84,32
% dan rumah sehat baru 82,04 %,.
Faktor risiko yang sangat berpengaruh untuk terjadinya diare pada balita yaitu status
kesehatan lingkungan (penggunaan sarana air bersih, jamban keluarga, pembuangan sampah,
pembuangan air limbah) dan perilaku hidup sehat dalam keluarga. Sedangkan secara klinis
penyebab diare dapat dikelompokkan dalam enam kelompok besar yaitu infeksi (yang
meliputi infeksi bakteri, virus dan parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan (keracunan bahan-
bahan kimia, keracunan oleh racun yang dikandung dan diproduksi baik jazad renik, ikan,
buah-buahan, sayur-sayuran, algae dll), imunisasi, defisiensi dan sebab-sebab lain.
Upaya pemerintah dalam menanggulangi penyakit diare, terutama diare pada balita
sudah dilakukan melalui peningkatan kondisi lingkungan baik melalui program proyek desa
tertinggal maupun proyek lainnya, namun sampai saat ini belum mencapai tujuan yang
diharapkan, karena kejadian penyakit diare masih belum menurun. Apabila diare pada balita
ini tidak ditangani secara maksimal dari berbagai sektor dan bukan hanya tanggung jawab
pemerintah saja tetapi masyarakatpun diharapkan dapat ikut serta menanggulangi dan
mencegah terjadinya diare pada balita ini, karena apabila hal itu tidak dilaksanakan maka
dapat menimbulkan kerugian baik itu kehilangan biaya untuk pengobatan yang cukup besar
ataupun dapat pula menimbulkan kematian pada balita yang terkena diare.
Untuk mengetahui kenapa penyakit diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang masih tinggi, maka dilakukan penelitian ini,
berdasarkan latar belakang diatas kami akan mencari faktor risiko apa saja yang
mempengaruhi terjadinya penyakit diare terutama diare balita di Puskesmas Curug
Kabupaten Tangerang tahun 2013-2015.
B. PerumusanMasalahPenelitian
1. Bagaimana gambaran epidemiologi penyakit diare di Puskesmas Curug Kabupaten Tangerang
kematian akibat penyakit diare di Puskesmas Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang tahun 2013
- 2016 ?
4. Bagaimana cakupan pelayanan penegahan penyakit diare di wilayah puskesmas curug dari
tahun 2013-2016 ?
5. Bagaimana pemantauan program kesehatan penyakit diare di wilayah puskesmas curug dari
tahun 2013-2016 ?
6. Bagaiumana tata cara penilaian program penegahan penyakit diare di Puskesmas Curug
C. TujuanUmumPenelitian
1. Diketahuinya gambaran epidemiologi penyakit diare di Puskesmas Curug Kabupaten
kesakitan dan kematian akibat penyakit diare di Puskesmas Kecamatan Curug Kabupaten
tahun 2013-2016 ?
5. Diketahuinya pemantauan program kesehatan penyakit diare di wilayah puskesmas curug dari
tahun 2013-2016 ?
6. Diketahuinya tata cara penilaian program penegahan penyakit diare di Puskesmas Curug
pengetahuan tentang Diare dan penelitian lebih lanjut dalam rangka pencegahan penyakit
diare
D. Langkah dan Sifat Penelitian
Dilakukan penelitian yang bersifat kuantitatif analitik observasional dengan jenis desain
.Untukitudilakukantinjauankepustakaandarimanadapatdigambarkankerangkateoriseterusnyakeran
gkakonsep,
laludirumuskanmasalahkhususpenelitianyangakanmejaditujuankhususdalambabrancanganpeneliti
an.
Faktor faktoeapasaja
Atas dasar urian pada latar belakang, maka Masalah penelitian umum adalah :
1. Bagaimana gambaran epidemiologi penyakit diare di puskesmas curug dari tahun 2013-
2016 ?
2. Apakah di puskesmas terjadi peningkatan proporsi penyakit akut menurut waktu dan
tempat, apakah ada usaha membuat pola maksimum dan minimum untuk mengetahui
adanya KLB ?
3. Faktor-faktor resiko apa saja yang menyebabkan penyakit diare di puskesmas kecamatan
tahun 2013-2016 ?
E. Tujuan Penelitian
1. Diketahuinya gambaran epidemiologi penyakit atau situasi masalah di puskesmas curug
diketahuinya ada usaha untuk membuat pola maksimum dan minimum untuk
F. Manfaat Penelitian
1. Mendapatkan informasi dalam rangka menentukan sasaran intervensi menurut orang dan
tempat dan untuk menentukan kemungkinan adanya KLB pada waktu tertentu.
2. Didapatkan informasi dalam rangka persiapan penyelidikan KLB penyakit diare.
3. Mendapat informasi dalam rangka pencegahan penyakit diare .
4. Mendapat informasi dalam rangka memperbaiki output program kesehatan di wilayah
penjelasan beberapa seksi, dari mana akan disusun kerangka operasional, diikuti oleh perumusan
masalah khusus survailens dalam bentuk kalimat pertanyaan, yang akan menjadi tujuan khusus
surveilens dalam bentuk kalimat pernyataan. Dengan metode tertentu, akan dapat dicapai tujuan
khusus.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Diare
Diare atau penyakit diare (Diarrheal disease) berasal dari bahasa Yunani yaitu
diarroi yang berarti mengalir terus, merupakan keadaan abnormal dari pengeluaran
tinja yang terlalu frekuen. Terdapat beberapa pendapat tentang definisi penyakit diare.
Menurut Hippocrates definisi diare yaitu sebagai suatu keadaan abnormal dari
frekuensi dan kepadatan tinja, Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, diare atau
penyakit diare adalah bila tinja mengandung air lebih banyak dari normal. Menurut
WHO diare adalah berak cair lebih dari tiga kali dalam 24 jam, dan lebih menitik
beratkan pada konsistensi tinja dari pada menghitung frekuensi berak. Ibu-ibu
biasanya sudah tahu kapan anaknya menderita diare, mereka biasanya mengatakan
bahwa berak anaknya encer atau cair. Menurut Direktur Jenderal PPM dam PLP, diare
adalah penyakit dengan buang air besar lembek/ cair bahkan dapat berupa air saja
yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari).
a.Diare Akut
Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari tanpa diselang-
seling berhenti lebih dari 2 hari. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari tubuh
penderita, gradasi penyakit diare akut dapat dibedakan dalam empat katagori, yaitu :
1. Diare tanpa dehidrasi.
2. Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yang hilang 5 % dari berat badan.
3. Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang berkisar 6 10 % dari
berat badan.
4. Diare dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih dari 10 %.
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar, tetapi yang
sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan
keracunan.8,9,20,42 Untuk mengenal penyebab diare yang dikelompokan sebagai
berikut:
1) Infeksi :
c. Parasit
2) Malabsorpsi
3) Alergi.
4) Keracunan :
5) Imunisasi, defisiensi
6) Sebab-sebab lain.
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui faecal oral antara lain melalui
makanan/minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja
penderita (Daldiyono, 1990) Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman
enterik danmeningkatkan risiko terjadinya diare. Perilaku tersebut antara, lain:
a) Tidak memberikan ASI (Air Susu lbu) secara penuh 4-6 bulan padapertama kehidupan.
Pada bayi yang tidak diberi ASI risiko untukmenderita diare lebih besar dari pada bayi yang
diberi ASI penuh dankemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar.
d) Menggunakan air minum yang tercemar. Air mungkin sudah tercemardari sumbernya
atau pada saat disimpan di rumah.Pencemaran di rumahdapat terjadi kalau tempat
penyimpanan tidak tertutup atau apabilatangan tercemar menyentuh air pada saat
mengambil air dari tempatpenyimpanan.
e) Tidak mencuci tangan dengan sabun sesudah buang air besar dan sesudah
membuangtinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak.
f) Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar. Seringberanggapan bahwa
tinja bayi tidaklah berbahaya, padahal sesungguhnyamengandung virus atau bakteri dalam
jumlah besar. Sementara itu tinjabinatang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
b) Kurang gizi. Beratnya penyakit, lama dan risiko kematian karena diaremeningkat
pada anak-anak yang menderita gangguan gizi, terutamapada penderita gizi
buruk.
c) Campak, diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat padaanak-anak yang
sedang menderita campak dalam 4 minggu terakhir.Hal ini sebagai akibat dari
penurunan kekebalan tubuh penderita .
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan.Dua faktor
yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Keduafaktor ini akan
berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktorlingkungan tidak sehat
karena tercemar kuman diare serta berakumulasi denganperilaku manusia yang tidak sehat
pula, yaitu melalui makanan dan minuman,maka dapat menimbulkan kejadian penyakit
diare.
a.1.3 Patofisiologi Diare Akut.
Fungsi utama dari saluran cerna adalah menyiapkan makanan untuk keperluan hidup sel,
pembatasan sekresi empedu dari hepar dan pengeluaran sisa-sisa makanan yang tidak dicerna.
Fungsi tadi memerlukan berbagai proses fisiologi pencernaan yang majemuk, aktivitas
pencernaan itu dapat berupa :
Cairan yang berada dalam saluran gastrointestinal terdiri dari cairan yang
masuk secara per oral, saliva, sekresi lambung, empedu, sekresi pankreas serta
sekresi usus halus. Cairan tersebut diserap usus halus, dan selanjutnya usus besar
menyerap kembali cairan intestinal, sehingga tersisa kurang lebih 50-100 gr sebagai
tinja.Motilitas usus halus mempunyai fungsi untuk:
Faktor lain yang juga cukup penting dalam diare adalah empedu. Ada 4 macam
garam empedu yang terdapat di dalam cairan empedu yang keluar dari kandung
empedu. Dehidroksilasi asam dioksikholik akan menyebabkan sekresi cairan di
jejunum dan kolon, serta akan menghambat absorpsi cairan di dalam kolon. Ini
terjadi karena adanya sentuhan asam dioksikholik secara langsung pada
permukaan mukosa usus. Diduga bakteri mikroflora usus turut memegang
peranan dalam pembentukan asam dioksi kholik tersebut.
2. Kelainan cepat laju bolus makanan didalam lumen usus (invasive diarrhea)
Suatu proses absorpsi dapat berlangsung sempurna dan normal bila bolus
makanan tercampur baik dengan enzim-enzim saluran cerna dan. berada dalam
keadaan yang cukup tercerna. Juga. waktu sentuhan yang adekuat antara khimdan
permukaanmukosa usus halus diperlukan untuk absorpsi yang normal. Permukaan
mukosa usus halus kemampuannya berfungsi sangat kompensatif, ini terbukti
pada penderita yang masih dapat hidup setelah reseksi usus, walaupun waktu
lintas menjadi sangat singkat. Motilitas usus merupakan faktor yang berperanan
penting dalam ketahanan lokal mukosa usus. Hipomotilitas dan stasis dapat
menyebabkan mikro organisme berkembang biak secara berlebihan (tumbuh
lampau atau overgrowth) yang kemudian dapat merusak mukosa usus,
menimbulkan gangguan digesti dan absorpsi, yang kemudian menimbulkan diare.
Hipermotilitas dapat terjadi karena rangsangan hormon prostaglandin, gastrin,
pankreosimin; dalam hal ini dapat memberikan efek langsung sebagai diare. Selain
itu hipermotilitas juga dapat terjadi karena pengaruh enterotoksin staphilococcus
maupun kholera atau karena ulkus mikro yang invasif o1eh Shigella atau
Salmonella.Selain uraian di atas haruslah diingat bahwa hubungan antara aktivitas
otot polos usus,gerakan isi lumen usus dan absorpsi mukosa usus merupakan
suatu mekanisme yang sangat kompleks.
d) Katabolisme
e) Kehilangan langsung
Kehilangan protein selama diare melalui saluran cerna sebagai
Protein loosing enteropathy dapat terjadi pada penderita
campak dengan diare, penderita kolera dan diare karena E. coli.
Melihat berbagai argumentasi di atas dapat disimpulkan bahwa
diare mempunyai dampak negatif terhadap status gizi penderita.
satu faktor saja., tetapi lebih dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling
berinteraksi. Berikut ini dibahas kejadian diare yang ada hubungannya dengan
faktor faktor yang ada pada Agen, Lingkungan, dan Orang termasuk Balita
1. Agen
a. Virus Penjelasan...............
b. Parasit, penjelasan....................
2. Faktor Lingkungan
a. Sabjaga
a. Pengetahuan Ibu
b. Pendidikan Ibu
c. Pekerjaan Ibu
d. Pengeluaran keluarga
c. ASI Eksklusif
5. Faktor Perilaku
a. Higiene perorangan
C. Kerangka Teori
Atas dasar Tinjauan Kepustakaan tentang hubungan antara masing-
masing faktor dengan diare seperti tersebut diatas, maka dirumuskan kerangka
teori seperti gambar dibawah ini
Faktor Faktor Situasi Masalah
1. Agen
a. Virus
b. Parasit
Diare
c. Faktor
2. BakteriLingkungan
b. Pendidikan Ibu
c. Pekerjaan Ibu
4. Faktor dari Karakteristik Balita
d. Pengeluaran Keluarga
a. Umur Balita
.c. 5.
ASIFaktor
Eksklusif
Perilaku
a. Higiene Perorangan
Faktor Lingkungan
c.Faktor
Jumlah DIARE
Ibuanggota keluarga
a. Pengetahuan
b. Pendidikan
c. Pekerjaan
Faktor dari Karakteristik Balita
a. Umur Balita
2. Data morbiditas
4. Laporan penyakit
6. Laporan wabah
7. Laporan penyediaan wabah
Data yang sudah terkumpul dari kegiatan diolah dan disajikan dalam bentuk
tabel, grafik (histogram, poligon frekuensi), chart (bar chart, peta/map area).
Penggunaan komputer sangatdiperlukan untuk mempermudah dalam pengolahan data
diantaranya dengan menggunakan program (software) seperti epi info, SPSS, lotus,
excel dan lain-lain (Budioro, 2007).
2. Analisis data.
3. Data
Data yang sudah diolah selanjutnya dianalisis dengan membandingkan data
bulanan atau tahun-tahun sebelumnya, sehingga diketahui ada peningkatan atau
penurunan, dan mencari hubungan penyebab penyakit malaria dengan faktor resiko
yang berhubungan dengan kejadian malaria (Arias, 2010).
A. Gambaran Epidemiologi
B. Kewaspadaan dini
C. Surveilens faktor resiko
D. Cakupan program pelayanan
E. Pemantauan program
F. Penilaian program
G. Kecenderungan penyakit
H. Kerangka operasional
BAB III
RANCANGAN PENELITIAN
Tujuan khusus dirumuskan untuk masing masing tujuan umum adalah sebagai
berikut :
2. Gambaran Epidemiologi
Tabel 3.1
a. Orang
2. wanita
c. Waktu
C. Desain Penelitian
E. Pengumpulan Data
DATA PRIMER
TERSTRUKTUR
TERSTRUKTUR
DATA SEKUNDER
STRUKTUR
DATA PRIMER
2. Sub Hipotesis
3. Sokongan Hipotesis
4. Definisi Operasional
E. Pengumpulan Data