Anda di halaman 1dari 21
BABI TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keperawatan Pre Operasi 1. Definisi Fase pre operasi dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan intervensi bedah dan diakhir ketika pasien dikirim kemeja operasi. Lingkup aktivitas keperawatan selama wakdu tersebut dapat mencakup penetapan pengkajian dasar pasien ditatanan Klinik ataupun rumah, wawancara pre operasi dan menyiapkan pasien untuk anastesi yang akan pembedahan (Rondhianto, 2009) Asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien bedah disebut asuhan keperawatan perioperatif, Asuhan keperawatan perioperatif meliputi asuhan keperawatan yang dilakukan sebelum operasi (pre operasi), selama operasi berlangsung di kemar operasi (intra operasi) dan sesudeh proses operasi selesai dilakukan (Cunningham, 2010) 2. Persiapan Preoperasi a Persiapan Fisik Persiapan fisik pre operasi yang dialami pasien dibagi dalam 2 tahapan, yaitu persipan di unit perawatan dan perawatan di ruang operasi. Berbagai persiapan fisik yang harus dilekuken terhadap pasien sebelum dilalcukan tindakan operasi menurut Majid (2011), yaitu: 1) Pemasangan pemasangan infus, puasa pencukuran daerah operasi, pemasangen kateter, anestesi, Iatihan nafas, penyuntikan, pemberian obat- obatan dan latihan batuk post operasi 2) Status keschatan fisik secara umum Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status kesehatahan secara umum, meliputi identitas Klien penyakit seperti Kesehatan masa lalu, riwayat keschatan keluarga, pemeriksaan fisik Iengkap, antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pemafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi dan lain-lain, 3) Status nutrisi Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat kulit tisep, lingkar lengan atas, kadar protei darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrist haus dikoreksi sebelum pembedehan untuk memeberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan, Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikesi ‘pasca operasi dan mengakibatken pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit, Komplikasi lain yang sering terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jehitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka operasi yang lama Pada kondist yang serius pasien dapat mengelami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian. b. Persiapan Psikis Peranan perawat dalam mempersiapkan mental pasien pre operasi menurut Taylor (2010), adalah dengan cara 1) Membentu pasien mengetahui tentang prosedur tindakan yang akan di alami pasien sebelum operasi, memberiken informasi pasien tentang waktu operasi, hhal-hal yang akan dialami pasien selama proses operas menunjukken kepada pasien kamar operasi dan lain-lain. 2) Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi maka diharapkan pasien menjadi lebih siap menghadapi operasi, meskipun demikian ada keluarga yang tidak menghendaki pasien mengetahui tentang berbagai hal yang terkait dengan operasi yang akan dialami pasien, 3) Memberikan penjelasan terlebih dahulu prosedur tindakan setiap sebelum tindakan persiapan pre operasi. Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas Hal ini diharapkan dengan pemberian penjelasan prosedur yang lengkap dapat menurunkan kecemasan pasien sebelum operasi dilalcukan 4) Memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk menanyakan tentang segela prosedur yang ada 5) Dan memberi kesempatan pada pasien dan keluarga untuk berdoa bersama-sama sebelum pasien di antar ke kamar operasi. Keluarga juga diberiken kesempatan untuk mengantar pasien sampai kebatas kamar operasi dan menunggu di ruang tunggu yang terletak di depan ruang operas. 3. Dampak Jika Persiapan Pre Operasi Dilakukan Kurang Optimal Keperawatan pre operaif merupakan tahapan awal keperawatan perioperalif Kesuksesan tindalcan secara keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan karena fase ini merupakan awelan yang menjadi alasan untuk kesuksesan tahapan-tahapan berikutnya Pengkajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi Persiapan pra bedah sangat penting sekali untuk memperkecil resiko operasi, arena hasil akhir suatu pembedahan sangat tergantung pada penilaian keadaan penderita dan persiapan pra bedah. Apabila suatu persiapan pra bedah dilakcukan kcurang optimal aken menyebabkan pasien merasa cemas, tekanan darah 10 meningkat, proses operasi akan tertunda dan menghambet proses pemulihan setelah operasi (Barbara C.Long, 2010) B. Konsep Seksio Sesarea 1. Definisi Seksio sesarea merupakan pembedahan obstetik untuk melahirkan janin yang viabel melalui abdomen. Tindakan yang dilakuken tersebut bertujuan untuk melehirkan bayi dengan membuka dinding rahim (Hellen Farrer, 2011 ) Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insist pada dinding dan dinding rahim dengan saraf rehim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gr (Prawihardjo, 2012). Seksio sesarea didefinisiken sebagai lehimya janin melalui insisi di dindidng abdomen (laparotom?) dan dindidng uterus (Cunningham, at al, 2010) Operasi seksio saesarea(SC) merupakan tindakan melahirken janin yang sudah mampu hidup beserta plasenta dan selaput ketuban secara transabdominal melalui insisi uterus, Operasi seksio sesarea dilakukan jika persalinan pervaginam mengandung risiko yang lebih besar bagi ibu maupun janin. Indikasi operasi seksio sesarea dapat bersifat mutlak maupun relatif (Benson & Pernoll, 2010). 2. Jenis —jenis ‘Ada dua jenis sayatan operasi yang dikenal yaitu: a Sayatan melintang Sayatan pembedahan dilakukan dibagian bawah rahim (SBR). Sayatan melintang dimulai dari ujung atau pinggir selangkangan (simphysisis) di atas batas rambut kemaluan sepanjang sekitar 10-14 cm. Keuntunganya adalah parut pada rahim kuat sehingga cukup kecil resiko menderita rupture uteri (‘obek rehim) di kemudian hari. Hel ini karena pada masa nifas, segmen u baweh rahim tidak banyak mengalami kontraksi schingga luka operasi dapat sembuh lebih sempuma (Kasdu, 2013) b. Sayatan memanjang (bedah sesar klasik) Meliputi sebuah pengirisan memanjang dibagian tengah yang memberikan suatu ruang yang lebih besar untuk mengeluarkan bayi. Namun, jenis ini kini jarang dilalcukan karena jenis ini lebil, rentan terhadap komplikasi (Dewi Y, 2010). Faktor Penentu Proses Operasi ‘Ada 3 faktor penentu dalam proses persalinan yaitu 1. Power ‘Yang memungkinkan dilakukan operasi sesarea, misalnya daya mengejan lemah, ibu berpenyakit jantung atau penyakit menehun lain yang mempengaruhi tenaga 2. Passanger Diantaranya, anak terlalu besar, anak “mahal” dengan kelainan letak lintang, primigravida diatas 35 tahun dengan letak sungsang, anak tertekan terlalu lama pada pintu atas panggul dan anek menderita tal distress syndrome (denyut jantung janin kacau dan melemah), 3. Passage Kelainan ini merupakan panggul sempit, trauma persalinan serius pada jalan shir atau pada anak, adanya infeksi pada jalan lahir yang diduge bisa menular pada anak, seperti penyakit herpes kelamin (herpes genitalis), condyloma lota (kondiloma sifilitik yang lebar dan pipih), condyloma acuminata (penyakit infeksi yang menimbulkan massa mirip kembang kol di kulit luar kelamin ‘wanita), hepatitis B dan hepatitis C (Dewi Y, 2010). 4. Indikasi Menurut Cunningham (2010) terdapat 4 indikasi utama untuk melakukan seksio sesarea, yaitu: a Riwayat Seksio Sesarea Selama bertahun-tahun, uterus yang mengelami jaringan parut dianggap merupaken kontraindikasi untuk persalinan Karena ketakutan akan kemungkinan ruptur uterus. Pada tahun 1996, 28% wanita 11 dengan riwayat sesar melahirkan per vaginam (Vaginal Birth After prior CesareanlVBAC) Pada tahun 1999, American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) menganjurkan VBAC dicoba hanya di institusi yang dilengkapi untuk melakuken perawatan darurat. b. Distosia Persalinan Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa penyebab distosia dapat dibagi dalam tiga golongen besar, yaitu distosia Karena kekuatan-kekuatan yang mendorong anak tidak memadai, distosia karena adanya kelainan Letale janin atau kelainan fisik janin, dan distosia karena adanya kelainan pada jalan lahir. c. Distres Jann Penatalaksanaan yang didasarkan pada pemantauan elektronik denyut jantung janin (electronic fetal monitoring EFM) menyebabkan meningkatnya angka sesar atas indikasi denyut jantung janin yang tidak meyakinkan, yang secara Jeurang tepat disebut “distres janin”. Keadaan ini mungkin lebih tepat disebut “doctor distress” karena bisa terjadi kesalahan dokter dalam mendiagnosis dengan EFM ini. d Presentasi Bokong Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengen bagian terendahnya bokong, kaki, atau kombinasi keduanya Penyebab terjadinya presentast bokong tidak diketahui, tetapi terdapat faktor risiko selain prematuritas, yaitu abnormalitas struktural uterus, anomali janin (anensefali, hidrosefalus) dan 13 riwayat presentasi bokong sebelumnya Kepala adalah bagian janin yang terbesar dan kurang clastis, Pada esentasi kepala apabila kepala dapat dilahirkan, maka bagian janin lainnya relatif mudah dilahirkan Tidak demikian hanya pada presentasi bokong. Hal inilah yang menjadikan persalinan pervaginam pada presentasi bokong lebih berisiko. Janin presentasi bokong mengalami peningkatan risiko prolaps tali pusat dan terperangkapnya kkepala apabila dilahirkan pervaginam dibandingkan dengan janin presentasi kepada Hal ini menunjukkan hubungan persalinan pervaginam pada kasus presentasi bokong dengan risiko kematian atau morbiditas perinatal karena terjadinya trauma persalinan, prematuritas dan kelainan kongenital sehingga kekhawatiran ini menyebabken kecenderungan dilakukannya persalinan seksio sesarea 5. Komplikasi Kelahiran sesarea bukan tanpa komplikasi, baik bagi ibu maupun janinnya(Bobak, 2009). Morbilitas pada seksio sesarea lebih besar jika dibandingkan dengan persalinan pervaginam, Ancaman utama bagi wanita yang menjalani seksio sesarea antara lain. a Endomiometntis b. Perdarahan Infeksi saluran kemih d. Tromboembolisme Komplikasi yang bisa terjadi pada bayi antara lain a Asfiksia dan gangguan pemafasan lain b. Gangguan otak c. Trauma 14 C. Konsep Kecemasan 1. Definisi Cemas menggambarkan keadaan kuatir, kegelisahan atau reaksi tidak perasaan tentram yang terkadang di sertai berbagai keluhan fisik. Kecemasan merupakan stresor yang dapat menyebabkan pelepasan epineffin dari adrenal sehingga terjadi hiperaktivitas saraf otonom dan menyebabkan gejala fisik berupa takikardi, nyeri kepala, diare dan palpitasi (kaplané-sadock, 2010). Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya (Suliswati, et al, 2011) 2. Teori Kecemasan Menurut (Kaplan dan Sadock, 2012)ada beberapa teori yang menjelaskan tentang kecemasan antara lain sebagai berikut a Teor Genetik Pada sebagian manusia yang menunjukkan kecemasan, riwayat hidup dan riwayat keluarga merupakan presdiposisi untuk berperlaku cemas, Sejak kanak-kanak mereka merasa risau, takut dan merasa tidak pasti tentang sesuatu yang bersifat sehan-hari, Penelitian riwayat keluarga dan anak kembar menunjukkan faktor genetik ikut berperan dalam gangguan kecemasan, b. Teori Katekolamin Situasi-situasi yang ditandai oleh sesuatu yang baru, ketidakpastian perubahan lingkungan,biasanya menimbulken peningkatan sekresi adrenalin (efineprin) yang berkaitan dengan intensitas rekasi-reaksi yang subyektifyang ditimbulkan oleh kondisi yang merangsangnya, Teori ini menyatakan bahwa reaksi cemas berkaitan dengan peningkaten kadar keatekolamin yang beredar dalam badan h 15 Teori James-Lange Kecemasan adalah jawaban terhadap rangsangan fisik perifer, seperti peningkcatan denyut jantung dan pemnapasan. Teori Psikoanalisa Kecemasan berasal dari (impulse anxiety),ketakutan berpiseh (separation anxety), kecemasen kastvisi (castriation anxiety) dan ketakutan terhadap perasaan berdosa yang menyiksa (superego anxiety) Teori Perilaku atau Teori Belajar Teori ini menyatakan bahwa kecemasan dapat dipandang sebagai sesuatu yang dikondisiken olch ketakutan terhadap rangsangan lingkungan yang spesifik. Jadi kecemasan di sini dipandang sebagai suatu respon yang terkondisi atau respon yangdiperoleh melalui proses belajar. Teori Perilaku Kognitif Kecemasan adalah bentuk penderitaan yang berasal dari pola piker maladaptive Teori Belajar Sosial Kecemasan dapat dibentuk oleh pengaruh tokoh-tokoh penting massa kanak- anak Teor Sosial Kecemasansebagai suatu respon tethadap stessor lingkungan, seperti pengalaman-pengalaman hidup yang penuh dengan ketegangan. Teori Eksistensi Menyatakan kecemasan sebagai suatu ketakutan terhadap ketidak berdayaan dirinya dan respon terhadap kehidupan yang hampa dan tidak berart. 16 3. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan. a. Tingket pendidikan Pendidikan merupakan sebuah proses dengan metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan sebagian orang mengaitkan pendidkan dengan pengajaran atau proses belajar mengajar Pendidikan dengan pengajaran secara formal maupun non formal. Dalam Dictionary of Psychology pendidkan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (sekolah) yang dapat dipergunakan untuk menyempumaken perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap dan sebagainya Dengan demikian proses pendidikan akan berpengaruh terhadap pengetahuan sikap dan tingkah laku seseorang (Syah, 2010). Pendidikan bagi seseorang individu merupalan pengaruh dinamis dalam perkembangan jasmeni, jiwa dan perasaan. Schingga tingkat pendidikan yang berbeda akan memberikan jenis pengelaman serta nilai-nilai hidup yang berbeda pula Masalah ini dianggap sebagai tekanan yang dapat menyebabkan krisis dan akan mengalami kecemasan (Damaraji, 2011). WHO (World Health Organization) dalam penclitiannya menyatakan bahwa tingkat pendidikan menengeh kebawah cenderung mengalami kecemasan dari pada tingkat pendidikan menengeh keatas, hal ini dikarenakan responden yang berpendidikan menengah keatas berpikir lebih objektif dan berwawasan luas, serta lebih mampu memikirkan penyelesaian tethadap masalahnya b. Faktor Usia Syarifudin (2010) menspesifikasiken umur ke dalam tiga Kategori, yaitu Jeurang dari 20 tahun (tergolong muda), umur 20-30 tahun (tergolong menengeh) dan lebih dari 30 tahun (tergolong tua). Dalam kurun reproduksi sehat dikenal behwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia 20-30 tahun, atau mengandung resiko yang rendah. Menurut Hayles (2005) 17 menyatakan bahwa usia ikut menentukan kecemasan. Kecemasan cenderung terjadi di usia muda Faktor Proses Persalinan Kehamilan dan persalinan merupakan suatu masa kestabilan dan ketegangan emosional, serta suatu masa yang membehagiakan. Hel utama yang mereka talcutkan menjelanh persalinan adalah rasa sakit saat melahirkan, berapa lama berlangsungnya komplikasi penyulit, operasi seksio saesarea, perdarahan, bayi cacat dan kematian Faktor Penolong dan Tempat Persalinan Menurut Brice perasaan yang sering dialami pasien adaleh kecurigaan terhadap tenaga keschatan. Mereka dipercaya sekeligus dicurigai. Apakah mereka baik, bijaksana membantu dan mau mengerti, atau apakeh mereka Jeurang peduli atau kurang pengetahuan. Karena persalinan ini berlangsung di rumah sakit, maka ada kecemasan dengan berada diluar rumah. Dalam suatu tempat yang asing dan dalam tangan-tangan orang asing, karena rumah sakit adalah suatu tempat yang asing dan membingungkan bagi orang yang belum biasa Pandangan Interpersonal Salah satu faltor yang memepengaruhi kecemasan adalah pandangan interpersonal yang beranggapan adanya ancamen terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologi yang akan terjadiatau penurunan kemampuan untu melakukan aktivitas kehidupan sehari-hani (Stuart, 2009) Kurangnya Informasi tentang prosedur tindalcan Kurangnya informasi yang diberiken oleh tenaga medis pada saat sebelum operasi tentang kenapa harus dilakukan operasi seksio, mengapa harus dilakukan persiapan fisik dan lain-lain dapat menambah kecemasan pasien dalam menjalani operasi (ingram, 2011) 18 g Pekerjaan / status ekonomi Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah, Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sekunder. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai hal h. Pengelaman Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal biasa diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya misalnya sering mengikuti kegiatan. Kegiatan yang mendidik misalnya seminar organisasi dapat memperluas jangkanan pengalamannyakarena dari berbagai kegiatan tersebut informasi tentang suatu hal dapat diperoleh 4. Klasifikasi Cemas Kecemasan mempunyai beberapa tingkatan (Peplau, 2011) menggolongkan sebagai berikut a Kecemasan Ringan Berhubungan dengan ketegangan yang dialami schari-hari, pada tahap ini individu akan berhati-hati secara waspada individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas b. Kecemasan Sedang Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun, individu tidal. mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan atau tuntunan, 19 c. Kecemasan Berat Kecemasan ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung memikirkan hal kecil saja dan mengebaikan hal yang lain. Individu tidal mampu berfikir lagi dan membutuhkan banyak pengerahan. 5. Tanda Dan Gejala Kecemasan Tanda dan gejala menurut (Hamid, 2012), yaitu a Kecemasan ringan 1) Respon fisiologis sekali nafas pendeknadi dan tekanan darah menjadi tidale teratur, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar. 2) Respon kognitif - lapang persepsi meluas, mampu menerima rangsangan yang komplek, konsentrasi pada masalah, menyelesaiken masalah secara efektif 3) Respon perilaku dan cemas - tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang-kadang meninggi b. Kecemasan Sedang 1) Respon fisiologis: sering terjadi nafas pendek, nadi (ekstra sistol) dan tekenan darah naik, mulut kering, anoreksia, diare konstipasi. 2) Respon Kognitif ; gerakan serentak-serentale, meremas-remas tangan, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur 3) Respon perilakn dan cemas : gelisah, lapang persefsi menyempit, rangsangan luar tidak mampu diterima, berfosus pada apa yang menjadi permasalahannya c. Kecemasan Berat Respon fisiologis - nafas pendek, nadi dan tekanan darah menjadi tidak teratur, berkeringat dan sakit kepalapenglihatan kabur dan tegang 6. Pengukuran Kecemasan Instrumen untuk pengukuran tingkat kecemasan dapat menggunakan beberapa cara pengukuran yaitu Taylor Manifestation Anciety Scale (T-MAS). T-MAS merupakan alat ukur tingkat kecemasan yang diadaptasi dari barat dan telah banyak dipakai di Indonesia Penelitian yang dilakukan menggunakan alat ukur kecemasan T-MAS yang sudah dimodifikasi dan dikombinasi dengan kuesioner APAIS. Kuesioner berisi tentang 25 butir pertanyaan dengan skala likertdan responden mengisinya dengan cara memberi tanda chek sesuai keadaan yang dialami pasien dalam menjawab masing-masing butir pertanyaan. 7. Penatalaksanaan Kecemasan Menurut (Stuart&Sundeen, 2008) menyatakan penatalaksanaan kecemasan dilakuken dengan menekankan pada prinsip elektik-holistik. Penderita dilihat sebagai manusia seutubnya, baik dari segi psikis, organobiologik, maupun segi hubungan interpersonalnya sebagai bagian dari masyarakat dan lingkungen hidup (bio-psiko-sosial), oleh karena itu tidak ada metode tunggal untuk penatalaksanaan kecemasan karena manusia sanget berbeda secara individual. Awal dari penatalaksanaan selalu berupa eveluasi yang teliti dan menyeluruh tentang sebab-sebab kecemasan, Penatalaksanaan selanjutnya yang dianjurkan adalah psikoterapi (psychotherapy), terapi tingkah laku (behaviour therapy) dan farmakoterapi (pharmachotherapy) a Psikoterapi(psychotherapy) Menurut Hagerty (Sunaryo, 2012) penatalaksanaan kecemasan dapat dilakukan dengan cara mengarahkan Klien supaya mampu menelaah diri sendiri untuk mencapai wawasan yang lebih baik untuk mengatasi permasalahannya, dan mampu mengatasi konflik interpersonal dan intrapsikisnya, dengan demikian akan mengurangi kecemasan yang ter) ai. Psikoterapi juga dapat dilakukan dengan cara mempersiapken Klien secara intelektual, fisik dan emosi, atau dapat pula dilakuken dengan memberikan dukungan kepada Klien untuk mengataken permasalahannya, dengan memberikan kesempatan kepada Klien untuk mencurahkan isi hatinya, serta memberikan pengertian tentang ketakutan yang tidak realistis dan diberi kkeyaksinan behwa ia mampu mengatasi yang dapat menimbulkan kecemasan Psikoterapi yang digunaken untuk gangguan kecemasan merupakan psikoterapi berorientasi insight, terapi perilaku, terapi kognitif atau psikoterapi provokasi kecemasan jangka pendek (Romadhon, 2012). Menurut Hamid (2010) menurunkan stresor yang dapat memperberat kecemasan dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut 1) Menurunkan kecemasan dengan teknik distraksi yang memblok persepsi nyeri dalam korteks serebral 2) Relaksasi dapat menurunkan respon kecemasan, rasa takut, tegang dan nyeri. Teknik relaksasi terdapat dalam berbagai jenis yaitu latihan nafas dalam, visualisasi dan guide imagery, biofeedback, meditasi, teknik relaksasi autogenik, relaksasi otot progresif dan sebagainya 3) Pendidikan Kesehatan membantu pasien dengan gangguan kecemasan untuk mempertahankan kontrol diri dan membantu membangun sikap positif sehingga mampu menurunken ketergantungen terhadap medikasi 4) Memberikan bimbingan pada klien dengan gangguan kecemasan untuk membuat pilihan perawatan diri sehingga memungkinkan Kdien terlibat dalam aktivitas pengalihan. Bimbingan yang diberikan dapat berupa bimbingan fisik maupun mental. 5) Dukungan keluarga meningkatkan mekanisme oping dalam menurunkan stres dan kecemasan. b. Farmakoterapi(Pharmachotherapy)) Metode ini dilakcukan dengan menggunakan obat-obatan untuk mengurangi keecemasan. Penatalaksanaan kecemasan dengan menggunakan obat-obatan walanpun sangat penting tetapi penggunaannya harus diketahui dan habituatif, serta toleransi dan efek samping dari obat, Penatalaksanaan eecemasan yang utama adalah supaya menghilahkan permasalahan, baik yang menyanglut fungsi interpersonal maupun intrapsikis Karena terapi tidak bertujuan menyelesaikan masalah (Hagerty, 2009) 8. Kecemasan Pre Operasi Seksio Sesarea Tindalcan operasi atau pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi strees fisiclogis maupun psikologis diantaranya adalah kecemasan Kecemasan pasien pre operasi seksio sesarea merupakankecemasan yang spesifik yakni terhadap Kekhawatiren terhadap proseduroperasi, prosedur anatesi, defisit informasi atau kesalahpahaman konsep,kekhawetiran tentang masalah finansial keluarga, Kekhawatirn tethadapdiri dan bayi yang akan dilahirkannya (Potter & Perry 2005, Smeltzer &Bare 2002, Gant & Cunningham, 2010). Menurut Potter & Perry (2005), penyebab kecemasan pasien antara lain kekhawatiran terhadap nyeri saat operasi, kemungkinan cacat, menjadi bergantung pada orang lain, dan kematian. Pasien juga takut akan kehilangan pendapatan atau berkurangnya pendapatan kerena penggantian biaya di rumah sakit dan ketidakberdayaan menghadapi operasi dalam waktu yang semakin dekat. Berdasarkan penelitian Effendy tahun 2012 (dikutip dalam Larasati, 2009) mengemukakan bahwa kecemasan pada preoperasi merupalcan hal yang wajar. Beberapa pemyataan yang biasanya terungkap adalah ketakutan munculaya rasa nyeri setelah pembedahan, ketakutan terjadi perubahan fisik (menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi secara normal), taut keganasan (bila diagnosa yang ditegalckan belum pasti), takut/cemas mengelami kondisi yang sama dengan orang lain yang mempunyai penyakit yang sama, takut memasuki ruang operasi, menghadapi peralatan bedah dan petugas, takut mati saat dilakukan anestesi, serta ketalutan apabila operasi akan mengalami kegagelan, Maka tidak heran jika seringkali pasien menunjukan sikap yang berlebihan dengan kecemasan yang dialami Persiapan Preoperasi yang Dapat Menurunkan Kecemasan ‘Menurut Majid (2011), salah satu persiapan yang dapat menurunken kecemasan pasien ialah dengan memberikan penjelasan prosedur tindakan keperawatan persiapan fisik, mempersiapkan mental pasien dengan memberikan segala informasi dan menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakcukan smenghadirkan suami dan kerabat terdekat untuk mendampingi pasien sebelum operas, memberiken kesempatan kepada keluarga dan pasien untuk menanyaken tentang prosedur yang ada dan memberi kesempatan pasien dan keluargauntuk berdoa bersama-sama sebelum pasien diantar ke kamar operasi Sedangkan menurut potter & perry (2005) tindakan keperawatan untuk mengurangi kecemasan pasien pre operasi juga dapat dengan membina hubungan yang efektif dan mendengarkan keluhan pasien secara aktif Harapannya pasien dapat bekerjasama dengan baik dan berpatisipasi dalam perawatan jika perawat memberikan informasi pre operasi, pada saat operasi dan post operasiPenyuluhan pre operasi dilakukan untuk mengurangi rasa cemas akibat ketidaktahuan pasien dan keluarga serta mengurangi penggunaan (Potter &Perry, 2005), Penatalaksanaan keperawatan mendiri berdasarkan Nursing Intervention Classification (NIC) yang dianjurken untuk tindaken menurunkan kecemasan yaitu: penurunan kecemasan, teknik menenagkan, perluasan mekanisme koping, pendampingan pasien, kehatliran perawat, pendidikan kesehatan dan kunjungan tenaga keschatan (McCloskey & Bulechek, 2010) D.Pengaruh Penjelasan Prosedur Tindakan Keperawatan Terhadap Penurunan Cemas Pada Pasien Pre Operasi Seksio Sesarea Prosedur merupakan garis besar suatu standard tekhnik atau metoda melakukan tugas dan sebagai petunjuk dalam melakukan suatu tindakan .Prosedur digunakan untuk komunikesi, standarisasi dan koordinasi.ujuan adanya prosedur dalam perawatan pasien adalah untuk mengajarkan ,memeberitahukan dan mengurangi kesalahan dalam melakukan suatu tindakan Menurut Pamoedji (1996), prosedur kerja adalah rangkaian dari suatu tata kerja yang berurut, tahap demi tehap serta jelas menunjukkan jalan atau arus (ow) yang harus ditempuh dari mana pekerjaan berasal, kemana diteruskan dan kapan atau dimana selesai nya, dalam rangka penyelesaian sesuatu bidang pekerjaan/tugas. Prosedur kerja juga adalah perincian langkah-langkeh dari serangkaian fingsi yang diarahkan untuk mencapai hasil yang dikehendald. Dengen keta lain prosedur kerja dapat diattikan sebagai rincian dinamika mekanisme organisasi. Sejak berlakunya Permenkes NO.585 tahun 1989 maka sebelum melakukan suatu tindaken medik .tenaga keschatan wajib menjelaskan dahulu kepada pasien .Di indonesia informasi prosedur ini diberikan kepada anggota keluarga terdekat Tindakan pembedahan (operasi) merupakan tindaken yang sarat dengan ketegangan (stress). Klien yang aken mengalami pembedahan umumnya disertal ansietas (kecemasan) yang bervariasi dari tingkat ringan sampai berat (Ibrahim, 2006) Ansietas dapat menimbulkan serangkaian gejala stress seperti gelisah, napas pendek, keringat yang berlebihan, takut, penurunan daya konsentrasi, mudah tersinggung, murung, menarik diri dan menurunnya kepercayaan diri, bahkan beberapa kasus lien merasa talcut mati akibat operasi Prosedur perawatan operasi seksio sesarea dinamakan manajemen peripartum. Ibu yang sudeh diputuskan menjalani operasi seksio sesarea dimasukkan ke rumah sakit schari sebelum operasi dan dievaluasi oleh abli obstetri dan abli anestesi. Perawatan pre operasi pasien meliputi pemeriksaan lengkap dan persiapan fisik maupun mental (Gant & Cunningham, 2010). Selah satu penyebab kecemasan pre operasi adalah kurangnya informasi yang diberikan oleh tenaga medis saat informed consent atau saat dilakukan pendidikan keschatan tentang prosedur tindakan sebelum dilakukan operasi tentang kenapa harus dilakukan operasi sectio caesarea menambah kecemasan pasien dalam menjalani operasi pembedahan schingga dapat memperburuk proses tindakan dan pemulihan setelah menjalani persalinan. (Ingram,2001). Sedangkan Menurut Pemungkas (2008 ) bahwa sebanyak 10% pasien pre seksio sesarea di RS Surakarta mengalami kecemasan yang mengakibatken adanya peningkatan tekanan darah sehingga tindakan anastesi atan pembedahan ditunda. Hal yang dapat dilaleukan untuk menurunkan kecemasan pasien pre operasi adalah dengan melakukan persiapan mental pasien pre operasi berupa membantu pasien mengetahui tindakan-tindaken yang akan dilakukan, memberikan penjelasan terlebih dabulu setiap sebelum tindakan,memberi kesempatan pada pasien dan keluargenya untuk menanyakan tentang segala prosedur yang ada dan memberi kesempatan pada pasien dan keluarga untuk berdoa bersama-sama sebelum pasien di antar ke kamar operasi (Potter&:Perry, 2006) Beberapa penclitian mengemukekan bahwa ketidaktenangen, rasa khawatir, cemas yang diukur pada pasien tersebut adalah karena tidak: sempumanya informasi yang diterima, Di United Kingdom dan Eropa dilaporkan behwa kebutuhan akan informasi dan dukungan pada pasien pra operasi cukup tinggi, akan tetapi dari laporan yang didapat kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak diberikan dengan baik oleh tim medis dan perawat di Rumah Sekit tersebut Chalmers (2001) dalam Dale (2004). E. Kerangka Konsep Berdasarkan latar belakang dan studi pendahuluan maka kerangka konsep penelitian ini sebagai berikut -Pengaruh Penjelasan Prosedur Tindakan Keperawatan Terhadap Penurunan Cemas Pada Pasien Pre Operasi Seksio Sesarea di RSU San Mutiara Medan Tahun 2014 Skema 2.1 Kerangka Konsep Variabel Dependen Variabel Independen Variabel Dependent Tingkat Kecemasan |_| Pesielasan Prosedur |_| Tingkat Kecemasan Sebelum Dilakukan Tindakan ‘Sesudah Dilakukan Penjelasan Prosedur a Penjelasan Prosedur Tindaken Keperawatan Tindakan Keperawatan 1. Cemas Ringan 1. Cemas Ringan 2. Cemas Sedang 2. Cemas Sedang 3. Cemas Berat 3. CemasBerat Keterangan: ‘Variabel yang diteliti : Alur penelitian F. Hipotesa Penelitian Ha: Ada Pengaruh Penjelasan Prosedur Tindakan Keperawatan Terhadap Penurunan Cemas Pada Pasien Pre Operasi Seksio Sesarea di RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2014

Anda mungkin juga menyukai