PEMBAHASAN
Iq. S, 65 tahun, Pasien datang dengan keluhan lemas. Lemas dirasakan sejak timbul
bisul. Bisul teradapat pada telapak kaki kanan pasien. Pasien mengaku 3 hari setelah bisul
timbul tiba-tiba bisul pecah dengan sendirinya dan menimbulkan luka berukuran kurang lebih
10 x 5 cm (Ndak usah spesifik pakai ukuran) dirasakan sangat nyeri, terdapat darah dan
nanah hingga pasien tidak kuat untuk melakukan aktifitasnya. Selain itu, pasien juga
mengeluhkan perut dan kedua mata bengkak sejak keluhan nyeri muncul. Keluhan lain yang
dirasakan yaitu keluhan pusing, mual dan muntah sejak tadi malam (12-04-2017). Keluarga
pasien mengatakan nafsu makan pasien menurun. Pasien memiliki riwayat DM sejak 15
tahun yang lalu hingga saat ini dan tidak rutin mengkonsumsi obat-obatan. Pada pemeriksaan
konjungtiva didapatkan anemis dan terdapat edema palpebra. Pada pemeriksaan abdomen
didapatkan distensi. Saat dilakukan perkusi redup pada kedua sisi abdomen dan saat
dilakukan tes undulasi(+). Pada eksremitas inferior didapatkan luka berupa ulkus ukuran 10 x
5 cm, terdapat nanah dan darah dan pasien merasakan nyeri. Pada pemeriksaan penunjang
yaitu pemeriksaan laboratorium darah lengkap didapatkan pasien mengalami anemia ringan
normositik normokromik. Terdapat adanya peningkatan gula darah sewaktu, ureum, dan
kreatinin. Selain itu, didapatkan albumin pasien menurun.
Rasa lemas yang timbul pada pasien ini dapat terjadi akibat adanya nyeri yang sangat
hebat yang dirasakan oleh pasien akibat terdapatnya ulkus pada telapak kaki kanan pasien.
Selain itu, lemas juga dapat diakibatkan oleh dehidrasi akibat keluhan muntah yang terus
dialami pasien beberapa hari ini akibat dispepsia yang dialami pasien. Hanya sedikit pasien
dispepsia fungsional yang mempunyai hipersekresi asam lambung dari ringan sampai sedang.
Beberapa pasien menunjukkan gangguan bersihan asam dari duodenum dan meningkatnya
sensitivitas terhadap asam. Pasien yag lain menunjukkan buruknya relaksasi fus terhadap
makanan. Tetapi paparan asam yang banyak di duodenum tidak langsung berhubungan
dengan gejala pada pasien dengan dispepsia fungsional.4
Edema palpebra dan ascites yang dialami pasien dapat terjadi akibat hipoalbumin.
Hipoalbuminemia dapat terjadi akibat kurangnya intake protein. Dalam hal ini, pasien
mengalami penurunan nafsu makan yang dapat berpengaruh terhadap kadar protein dalam
tubuh dalam pembentukan albumin. Hipoalbuminemia mengakibatkan penurunan tekanan
onkotik plasma sehingga terjadi ekstravasasi cairan plasma ke rongga peritoneum.1,2,4
Ulkus pada telapak kaki pasien disebabkan oleh diabetes yang diderita oleh pasien. uka
diabetes melitus terjadi karena kurangnya kontrol diabetes melitus selama bertahun-tahun
yang sering memicu terjadinya kerusakan syaraf atau masalah sirkulasi yang serius yang
dapat menimbulkan efek pembentukan luka diabetes melitus. Ada 2 tipe penyebab ulkus kaki
diabetes secara umum yaitu Neuropati diabetik merupakan kelainan urat syaraf akibat
diabetes melitus karena kadar gula dalam darah yang tinggi yang bisa merusak urat syaraf
penderita dan menyebabkan hilang atau menurunnya rasa nyeri pada kaki, sehingga apabila
penderita mengalami trauma kadang- kadang tidak terasa. Gejala- gejala neuropati meliputi
kesemutan, rasa panas, rasa tebal di telapak kaki, kram, badan sakit semua terutama malam
hari. Tipe kedua yaitu Angiopathy diabetik adalah penyempitan pembuluh darah pada
penderita diabetes. Apabila sumbatan terjadi di pembuluh darah sedang/ besar pada tungkai,
maka tungkai akan mudah mengalami gangren diabetik, yaitu luka pada kaki yang merah
kehitaman atau berbau busuk. Angiopathy menyebabkan asupan nutrisi, oksigen serta
antibiotik terganggu sehingga menyebabkan kulit sulit sembuh.
pada pasien ini gimana? kriteria mana yang masuk sehingga dia dibilang dm
Pengobatan DM terdiri dari Edukasi, Terapi gizi medis, Latihan jasmani, dan Intervensi
farmakologis. Edukasi menuju perubahan perilaku sehat. Untuk mencapai keberhasilan
perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi.
EDUKASI nya pada pasien ini bagaimana?
Terapi gizi medis yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori
dan zat gizi masing-masing individu. Pada penyandang diabetes perlu ditekankan pentingnya
keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan, terutama pada
mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin. Latihan jasmani
dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30
menit,sifatnya sesuai CRIPE (Continuous, Rhithmical, Interval, Progressive training). Pasien
nya ulkus, aktivitas apa yang disarankan ? Gimana edukasi perawatan luka pada kaki
diabetes? Pakai sandal yang ukuran nya pas, dll
Intervensi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan. Pemicu Sekresi
Insulin berupa Sulfonilurea dan Glinid, Peningkat sensitivitas terhadap insulin yaitu
Tiazolidindion. Penghambat glukoneogenesis dalam hal ini yaitu Metformin dan Penghambat
Glukosidase Alfa (Acarbose) DPP-IV inhibitor. Suntikan berupa Insulin dan Agonis GLP-
1/incretin mimetic
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian
dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah. Bersamaan dengan
pengaturan diet dan kegiatan jasmani, bila diperlukan dapat dilakukan pemberian OHO
tunggal atau kombinasi OHO sejak dini. Terapi dengan OHO kombinasi (secara terpisah
ataupun fixed-combination dalam bentuk tablet tunggal), harus dipilih dua macam obat dari
kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda. Kasih alasan kenapa pakai insulin,
gak pakai OHO ( Misalnya karen apasien sudah masuk ke kriteria DM dengan infeksi
sekunder pada ulkus sehingga terapi langsung diberikan insulin)
Pada pasien ini diberikan novorapid mengingat pada pasien ini mengalami peningkatan
gula darah sewaktu, sehingga tujuan pengobatan mengurangi kadar gula darah sewaktu secara
singkat dan pasien masuk dalam indikasi untuk pemberian terapi injeksi insulin akibat adanya
infeksi yang terjadi yaitu berupa diabetic foot. 3,5
Gimana pengaturan dietnya? Yang ada di pembahasan itu, terapin di pasien nya