Anda di halaman 1dari 23

RESPONSI

SKABIES

Disusun Oleh:
Annisa Susilowati
G99142026

Pembimbing:
dr. Ammarilis M, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2016
STATUS RESPONSI
ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

Pembimbing : dr. Ammarilis M, Sp.KK


Nama mahasiswa : Annisa Nur Hafika
NIM : G99142026

SKABIES

A. DEFINISI
Skabies adalah penyakit pada kulit manusia yang disebabkan oleh
infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var. hominis dan
produknya. Infeksi dapat terjadi karena kontak langsung maupun kontak
tidak langsung, seperti melalui baju, selimut, dan handuk, meskipun jarang
terjadi. 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10
Skabies dapat menyerang bayi, anak-anak, maupun orang dewasa.
Skabies ditemukan pada daerah-daerah yang penduduknya miskin dan
memiliki jumlah populasi yang sangat padat. Papul eritem dan pruritus
adalah gejala khas pada individu yang terkena, dan umumnya muncul di
malam hari ketika suhu tubuh meningkat dan udara lembab. Tempat
predileksinya pada lipatan antara jari tangan dan kaki, lipatan aksila
anterior, areolae mammae dan peri-umbilikalis. Lesi patognomonik scabies
berbentuk koma atau terowongan yang tidak beraturan. Pada akhir setiap
terowongan terdapat parasit yang hanya dapat dilihat dengan mata telanjang
sebagai titik gelap.1,7,8,9,11

B. EPIDEMIOLOGI
Para dermatologis memperkirakan terdapat sekitar 300 juta kasus
terjadi setiap tahunnya di dunia.2,6,8 Skabies telah menjadi masalah di

1
berbagai negara terutama negara tropis dan subtropis. Bahkan epidemik
skabies dapat terjadi secara siklus setiap 15 tahun. Terlepas dari kebersihan
pribadi, skabies dapat mengenai siapa saja dari berbagai ras, usia, dan semua
golongan sosio-ekonomi. Penularan skabies sering melalui kontak antar
individu, bergantian peralatan mandi, dan pakaian. 1,2,3,5,6,7,12
Pada umumnya skabies ditandai dengan rasa gatal, adanya ruam, dan
mampu mengenai banyak orang dalam satu waktu, serta memungkinkan
untuk terjadinya superinfeksi. Angka kejadian skabies meningkat dalam dua
dekade terakhir. Risiko penyakit yang semakin memberat dan terjadinya
komplikasi umumnya tinggi pada institusi (termasuk rumah perawatan dan
rumah sakit), pada daerah sosial ekonomi rendah, dan pasien dengan
imunokompromais. Transmisi skabies biasanya melalui kontak personal,
skabies sendiri dapat hidup diluar kulit manusia selama kurang lebih 3 hari,
oleh karena itu penularan dapat terjadi tanpa kontak langsung. Skabies
merupakan penyakit kulit yang sering ditemukan di Indonesia. Hal ini
dikarenakan iklim tropis Indonesia sangat mendukung perkembangan agen
penyebab skabies. Selain itu, kepekaan individu juga berpengaruh terhadap
infestasi agen.1,6,9,12

C. ETIOLOGI
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo
Ackarima, super famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei
var. hominis, merupakan parasit obligat pada manusia yang hidup dan
beraktifitas pada kulit.1,7,12
Skabies merupakan tungau kecil yang mempunyai empat pasang kaki.
berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau
ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang
betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang
jantan lebih kecil, yaitu 200-240 mikron x 150-200 mikron.1,7
Tungau ini tidak bisa terbang atau melompat, dan hanya berjalan
merambat dengan kecepatan 2,5cm/menit. Siklus hidupnya sekitar 30 hari di

2
epidermis. Setelah terjadinya kopulasi, tungau jantan akan mati. Kemudian
tungau betina yang sudah dibuahi melubangi stratum korneum dengan
kecepatan 2-3mm sehari dan bertelur 2 - 3 butir per hari. Lalu telur tersebut
menetas 4 hari, kemudian larva bermigrasi menuju terowongan, setelah 2-3
hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk yaitu jantan dan
betina. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai dewasa memerlukan
waktu antara 8-12 hari 1,7,9,12
Jumlah tungau rata rata pada seorang penderita biasanya kurang dari
20, kecuali pada skabies berkrusta (Norwegian Scabies) yang mengandung
ratusan hingga jutaan tungau. Individu dengan HIV, orang tua, dan pasien
dengan pengobatan imunosupresi berisiko terjadi skabies krustosa.1,7,12

Tungau skabies gravid10 Tungau skabies betina gravid


setelah menggali terowongan dan
meletakkan telur-telurnya yang
oval dan berwarna abu-abu.
Gambar 1. Tungau skabies1,9

D. PATOGENESIS
Siklus hidup tungau berlangsung selama 30 hari yang seluruhnya akan
dihabiskan dalam epidermis manusia. Setelah sanggama, tungau jantan mati
dan tungau betina membuat terowongan ke lapisan superfisial kulit dan
meletakkan total 60-90 telur. Telur memerlukan waktu 10 hari untuk
manjadi larva, nimfa, dan kemudian menjadi tungau dewasa. Kurang dari
10% telur tersebut yang dapat tumbuh menjadi dewasa. Tungau bergerak
menuju lapisan superfisial kulit dengan mengeluarkan protease yang akan

3
menghancurkan stratum korneum. Tungau tersebut akan memakan jaringan
yang telah hancur dan bukan memakan darah. Saat perjalanan menuju
lapisan superfisial kulit, akan tercipta lesi liniear akibat tinja tungau yang
tertinggal di belakang sehingga terlihat seperti terowongan.1,2,3,9

Gambar 2. Daur hidup skabies 2

Penularan scabies terjadi lewat kontak fisik, misalnya hubungan


seksual, kamp-kamp dan pada anak-anak masyarakat golongan menengah
kebawah. Transmisi skabies yang paling efisien biasanya terjadi secara
langsung melalui kontak kulit dan lama dengan penderita skabies.
Penularanlewatkontak fisik seksual biasanya terjadi pada kalangan orang-
orang muda yang aktif secara seksual. Tungau skabies sangat sensitif
terhadap lingkungan sekitar, namun dapat bertahan selama 24-36 jam diluar
kulit manusia. Penularan dengan menggantung mantel di sebelah mantel
penderita, atau menggunakan seprai bekas penderita skabies sangat jarang
terjadi. 1,7,12

4
Gambar 3. Daur hidup skabies dan penularannya dari manusia ke
manusia 2

Reaksi hipersensitivitas tipe IV terhadap tungau dan produknya


memperlihatkan peran yang penting dalam perkembangan lesi dan
timbulnya gatal. Pada beberapa pasien juga didapatkan adanya peningkatan
IgE dan eosinophilia. Kelainan kulit tidak hanya disebabkan oleh tungau
skabies, tetapi juga akibat garukan oleh penderita sendiri. Gatal yang terjadi
disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekreta dan eksreta tungau yang
memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi.5 Pada saat itu
kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel,
dan urtika. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan
infeksi sekunder1,4

5
E. GEJALA KLINIS
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal
dari manifestasi klinis scabies.1,3
1. Pruritus nokturnal.1,3,7,8,9,,12
Gatal pada malam hari akibat aktivitas tungau meningkat pada
suhu yang lembab dan panas saat malam hari.
2. Menyerang manusia secara berkelompok.1,3
a. Misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota
keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah
perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar
tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut.
b. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota
keluarganya terkena, walaupun mengalami investasi tungau, tapi
tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai carrier.
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi.8,9
a. Terowongan (kunikulus) berwarna putih keabu-abuan,
berbentuk garis lurus atau berkelok-kelok S shaped1,6, panjang
+ 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau
vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi
polimorf (pustul dan ekskoriasi).6
b. Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan
stratum korneum yang tipis, yaitu :1,2,3,4,7,8
1) Sela-sela jari tangan
2) Pergelangan tangan bagian volar
3) Siku bagian luar
4) Lipat ketiak bagian depan
5) Areola mammae
6) Umbilikus
7) Bokong
8) Genitalia eksterna, dan perut bagian bawah

6
9) Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak
kaki.

Gambar 4. Area predileksi skabies

Skabies pada celah jari Skabies pada genitalia pria Payudara wanita dengan lesi
dengan papul dan skabies berupa papul pada
ekskoriasi areola dan puting susu
Gambar 5. Area yang terinfeksi scabies

4. Menemukan adanya tungau.9


a. Merupakan hal yang diagnostik.
b. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium tungau ini.

7
Gambar 6. Tungau skabies

Beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit


dikenal dapat ditemukan, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis.
Beberapa bentuk tersebut antara lain3,7:
1. Skabies pada kulit kepala.3,7
Dapat muncul bersamaan dengan dermatitis seboroik pada kulit
kepala; bayi baru lahir, anak-anak, orang tua, pasien dengan AIDS dan
juga pasien dengan skabies krustosa pun mungkin terinfeksi.
2. Skabies nodular.3,7
a. Lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal.
b. Nodus biasanya terdapat di daerah tertutup, terutama pada
genitalia laki-laki, inguinal, dan aksila. Sebagai bentuk dari
reaksi hipersensitivitas pada antigen dari tungau dan bias
menetap selama seminggu atau bahkan sebulan setelah
pengobatan.
c. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap
tungau skabies.

8
d. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang
ditemukan.Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa
bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti
skabies dan kortikosteroid.
3. Skabies Norwegia atau skabies krustosa1,3,4,6,7
a. Ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama generalisata
dan hiperkeratosis yang tebal dari tangan dan kaki dengan
terlibatnya kuku
b. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga
bokong, siku, lutut, telapak tangan, dan kaki yang dapat disertai
distrofi kuku.
c. Berbeda dengan skabiesbiasa, rasa gatal pada penderita skabies
Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular
karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak
(ribuan).
d. Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga
sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat
berkembangbiak dengan mudah.
4. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden).3,7
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus
tinggal ditempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.
5. Skabies yang ditularkan melalui hewan.3,7
a. Kelainan ini berbeda dengan skabies manusia yaitu tidak
terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia
eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang
sering kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha,
perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan
transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4-8
minggu), dan dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var.
binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
b. Di Amerika, sumber utamanya adalah anjing.

9
F. DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang, ditambah dengan riwayat pada keluarga dan
hubungan erat dengan pasien.manifestasi dari scabies meliputi rasa gatal
yang generalisata dan terus menerus.dan rasa gatal itu memburuk saat
malam hari.1,2,5,12
1. Anamnesis5,7
a. Lokasi keluhan
b. Onset penyakit
c. Waktu sering timbulnya keluhan
d. Riwayat penyakit dalam keluarga
e. Kebiasaan
f. Tempat tinggal
2. Pemeriksaan fisik
a. Ditemukan adanya terowongan atau kunikulus1
1) Tes tinta pada terowongan1,11
a) Ujung pena digosokkan pada tempat yang dicurigai
sebagai terowongan. Tinta yang menembus
terowongan akan membedakannya dari jaringan
sekitarnya. Kelebihan tinta dibersihkan dengan
alkohol.
b) Teknik ini terutama berguna pada anak-anak dan
individu dengan terowongan yang sedikit.
2) Tes tinta pada terowongan lain6,11
a) Tetrasiklin topikal dapat digunakan sebagai
alternatif untuk tes tinta. Setelah diaplikasikan,
hapus kelebihan larutan tetrasiklin dengan alkohol,
terowongan kemudian diperiksa di bawah lampu
wood. Tetrasiklin yang teserap dalam terowongan
menyababkan fluorensi kehijauan.

10
b) Metode ini lebih disukai karena tetrasiklin
merupakan cairan yang tidak berwarna dan dapat
memeriksa area kulit yang lebar.
b. Ditemukan tungau skabies1,3,4,6,7,12
1) Kerokan kuli3,7
Teteskan 1 tetes minyak mineral pada slide,
tempelkan pisau nomor 15 atau kuret 7mm pada minyak,
dan kerok kulit yang terinfeksi, sebaiknya pada lesi primer
seperti vesikula, papula, dan terowongan.5,11
a) Kerokan kulit diletakkan pada slide kaca, ditutupi
dengan coverslip, dan diperiksa di bawah mikroskop
cahaya pada perbesaran 40x.
b) Kerokan berulang diperlukan untuk
mengidentifikasi tungau atau produknya. Daignosis
akurat apabila tetap ditemukan tungau pada kerokan
selanjutnya.
2) Skabies berkrusta7
Teteskan 10% kaliumhidroksida (KOH)
padakerokankulit. Cairan ini melarutkan keratin dan
sehingga dapat diperiksa secara adekuat dengan
mikroskop.
3) Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung diatas
selembar kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar.
4) Dengan membuat biopsi irisan.
5) Caranya dengan menjepit lesi dengan dua jari kemudian
dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan
mikroskop cahaya.
6) Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewanaan
H.E (Hematoksisilin Eosin).

11
3. Pemeriksaan penunjang1,11
a. Laboratorium
Peningkatan titer IgE dan eosinofil dapat terjadi pada
beberapa pasien dengan kudis.
Infeksi skabies yang sulit dikenali dapat dideteksi dengan
polymerase chain reaction melalui amplifikasi DNA Sarcoptes
pada epidermis.
b. Temuan histologis3,7
Gambaran histologis skabies yang khas cukup untuk
menegakkan diagnosis, meskipun terdapat banyak variasi
histologis terhadap reaksi artropoda. Jika terowongan dieksisi,
tungau, larva, telur, dan feses dapat ditemukan pada stratum
korneum.
Gambaran khas terdapat infiltrate terdiri dari limfosit,
histiosit, sel mast, dan eosinofil pada dermis superficial maupun
profunda. Bentuk spongious dan pembentukan vesikel dengan
eksositosis dari eosinofil dan neutrofil dapat ditemukan. Skabies
berkrusta menunjukkan hyperkeratosis berat dari stratum
korneum dengan tungau yang tak terhitung banyaknya dalam
semua tahap perkembangan, seperti yang ditunjukkan pada
gambar di bawah ini.

Beberapa tungau dalam stratum Tampak seekor tungau. Spongiosis


korneum yang hiperkeratosis. Epidermis eosinofilik mungkin ada (dengan
tampak spongiosa (dengan pengecatan pengecatan H.E; perbesaran 400x).
H.E; perbesaran 100x)
Gambar 7. Gambaran histologis epidermis dan dermis pada pasien skabies

12
Hiperplasia menyerupai psoriasis pada epidermis yang
terkena dengan focus spongiosa serta dapat dijumpai
mikroabses. Terdapat inflamasi kronis pada dermis superficial
dan profunda dengan eosinofil interstisial. Skabies nodular
berupa massa padat, bercampur, infiltrasi sel radang superficial
dan profunda. Folikel limfoid dapat ditemukan, dan kadang-
kadang infiltrate dapat meluas kedalam lemak subkutan. Bagian
tungau mungkin dapat terlihat pada pemotongan serial di pada
20% kasus.1
Biopsi pada lesi lama tidak dapat digunakan untuk
diagnostik karena hanya menunjukkan ekskoroasi dankrusta.7

G. DIAGNOSIS BANDING
Skabies merupakan greatimitator dari berbagai penyakit kulit dengan
keluhan gatal, sehingga diagnosis banding dari scabies adalah:1,12
1. Gigitan serangga
2. Pedikulosis korporis
3. Papular utrikaria
4. Dermatitis herpetiformis
5. Dermatitis atopik
6. Dermatitis kontak
7. Pioderma

H. TERAPI
Terapi yang dapat dilakukan berupa:1,2,5,7,8,9,10,12
1. Non medikamentosa
Semua anggota rumah dan kontak erat lebih dari 2 bulan dengan
penderita dan tidak hamil harus diperlakukan sebagai penderita
skabies, walaupun tidak ada gejala. Semua pakaian, handuk, bantal,
kasur harus dijemur dibawah sinar matahari. Tujuannya agar tungau
mati karena sinar matahari. Pakaian dicuci hingga besih dan

13
dipisahkan dengan pakaian lain kemudian direndam dengan air panas.
Dan bila semua telah dilakukan, terpenting adalah mengubah cara
hidup sehari-hari dengan tidak saling meminjamkan pakaian dan
barang pribadi lainnya ke orang lain.selain itu menjalani pengobatan
dengan baik.2,5,7,9,10,12
2. Medikamentosa
a. Topikal
1) Permetrin 5%
Merupakan obat pilihan untuk saat ini, tingkat
keamanannya cukup tinggi, mudah pemakaiannya, dan
tidak mengiritasi kulit. Dapat digunakan di kepala dan
leher, anak usia kurang dari 2 bulan. Penggunaannya
dengan cara dioleskan ditempat lesi lebih kurang 8-12 jam
kemudian dicuci bersih.2
2) Emulsi benzil-benzoas 20-25%.
Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap
malam selama tiga hari. Sering terjadi iritasi dan kadang-
kadang makin gatal setelah dipakai.5
3) Sulfur.
Dalam bentuk parafin lunak, sulfur 10% secara
umum aman dan efektif digunakan. Dalam konsentrasi
2,5% dapat digunakan pada bayi. Obat ini digunakan pada
malam hari selama 3 malam.5
4) Gama benzena heksa klorida (Gameksan).
Kadarnya 1% dalam krim atau losio, termasuk obat
pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah
digunakan dan jarang terjadi iritasi. Tidak dianjurkan pada
anak di bawah 6 tahun dan wanita hamil karena toksik
terhadap susunan saraf pusat. Pemberian cukup sekali,
kecualijika masih ada gejala ulangi seminggu kemudian.5

14
5) Krotamiton 10%
Dalam krim atau losio, merupakan obat pilihan.
Mempunyai 2 efek sebagai antiskabies dan antigatal.5
b. Sistemik
Obat ektoparasit yang biasa digunakan adalah ivermectin
secara oral. Dosis yang dianjurkan adalah 200g/kg, single dose,
diulang 1-2 minggu kemudian.2,5,7,8,10
c. Adjuvant
Anti bakterial, anti histamine, dan atau kortikosteroid.2,5,7
Pasien harus dievaluasi dalam waktu 2-4 minggu setelah perawatan
untuk mengetahui kepatuhan dan respon terapi. Pasien mungkin mengalami
pruritus hingga 2 minggu setelah pengobatan berhasil. Jika gatal menetap,
pasien harus dievaluasi ulang untuk memastikan diagnosis yang benar dan
pengobatan yang tepat. Individu dengan riwayat atopi mungkin memerlukan
prednison untuk pengobatan pruritus berat, namun hal ini jarang terjadi.
Suntikan kortikosteroid intranodular yang telah diencerkan mungkin
diperlukan dalam kasus-kasus skabies nodular.2,5
Kasus scabies krustosa mungkin memerlukan aplikasi berulang
skabisid topical atau pengobatan simultan dengan agen topical seperti
permetrin dan ivermectin oral dikarenakan jumlah tungau yang sangat
banyak.1,2,6,9

I. PROGNOSIS
Jika tidak diterapi dengan baik, skabies akan menetap selama
beberapa tahun. Pada pasien imunokompeten jumlah tungau akan berkurang
dengan sendirinya dalam beberapa waktu. Selama diterapi dengan obat yang
tepat dan dengan perawatan yang baik maka skabies umumnya memberikan
prognosis yang baik. Pada pasien imunokompromais atau yang sedang
dalam perawatan meningkatkan risiko untuk terjadinya skabies krustosa
(Scabies Norwegian) sehingga memberikan prognosis yang kurang
baik.5,7,9,12

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Walton SF, Currie BJ. Problems in Diagnosting Scabies, a Global Disease in


Human and Animal Populations. Clinical Microbiology Reviews 2007;
20(2):268-279.
2. Currie BJ, McCarthy JS. Permethrin and Ivermectin for Scabies. The New
England Journal of Medicine 2010; 362:717-25.
3. Burkhart CN, Burkhart CG, Morrell DS. Dermatology : Infestations. Edisi ke
3. Elseviers Saunders; 2012. P : 1423 1426.
4. Scott GR, Chosidow O, Janier M. European Guideline for the Management of
Scabies. Int J STD AIDS 2011; 22(6):301-10.
5. Thomas J, et al. Scabies : An Ancient Global Disease with A Need for New
Therapies. BMC Infectious Disease 2015; 15:1-6.
6. Leone PA. Scabies and Pediculosis Pubis: An Update of Treatment Regimens
and General Review. Clinical Infectious Diseases 2007; 44:S153-9.
7. Habif TP. Clinical Dermatology : Infestations and Bites. Mosby Elsevier;
2010. P : 582-590.
8. Raharnie AD, Amiruddin MD, Adam AM. Study of Retrospective in Scabies
Patient in Jaury Akademis Hospital Makassar Januari 2011-Desember 2011.
IJDV 2012; 1:1-5.
9. Burkhart CN, Burkhart CG. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine :
Scabies, Other Mites, and Pediculosis. Edisi ke 8. New York : McGraw-Hill.
P: 3652-3657.
10. Vincente SL, et al. Community Management of Endemic Scabies in Remote
Aborginal Communities of Northern Australia : Low Treatment Update and
High Ongoing Acquisition. Plos Neglected Tropical Disease. 2009; 3:1-8.
11. Engelman D, Steer A. The Complications of Scabies : Importance Diagnosis
and Treatment. Community Dermatology Journal. 2013; 9:1-12.
12. Rathore P, Saxena P. Prevalence and Risk Factors for Scabies among OPD
Population of Tertiary Care Hospital. Global Research Analysis. 2013; 2:189-
190.

16
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS
Nama : Tn. HS
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Penawangan, Grobogan, Jawa Tengah
Status : Belum menikah
Pekerjaan : Mahasiswa
Tgl pemeriksaan : 2 Februari 2016
No. RM : 0132XXXX

II. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Gatal pada sela-sela jari tangan dan kaki

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan gatal pada sela-sela jari tangan dan sela-
sela jari kaki yang sudah dirasakan sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu,
Keluhan dirasakan terutama saat malam hari hingga membuat pasien
kadang sulit untuk tidur. Pasien merupakan seorang mahasiswa yang tinggal
bersama teman-temannya di sebuah kos, dimana teman satu kosnya tersebut
ada yang mempunyai keluhan serupa. Pasien sudah pernah membeli obat
sendiri berupa salep di apotik tetapi pasien lupa nama obatnya. Meskipun
obat sudah habis namun keluhan tidak ada perbaikan dan dirasakan sangat
mengganggu karena gatal yang semakin meluas. Oleh karena itu pasien
kemudian memeriksakan diri ke Poli Kulit RSUD Dr. Moewardi.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat sakit serupa : disangkal
- Riwayat Alergi obat : disangkal

17
- Riwayat Alergi makanan : disangkal
- Riwayat Atopi : disangkal

d. Riwayat Penyakit Keluarga


- Riwayat sakit serupa : disangkal
- Riwayat Alergi obat : disangkal
- Riwayat Alergi makanan : disangkal
- Riwayat Atopi : disangkal

e. Riwayat Kebiasaan
- Makan minum : tidak ada pantangan dalam memilih makanan
- Mandi : Pasien biasanya mandi 2x sehari dengan
menggunakan air sumur, sabun batang dan handuk milik pribadi.
- Pakaian : Pasien selalu menggunakan pakaian milik pribadi,
pakaian dalam ganti setiap hari dan pakaian luar dicuci setiap 2 hari.
- Sprei : Pasien mengaku jarang mengganti dan mencuci
sprei secara rutin, biasanya 1 bulan sekali atau lebih

III. PEMERIKSAAN FISIK


1. Status Generalis
a. Keadaan Umum : baik, compos mentis
b. Vital Sign :
Tensi : 120/80 mmHg
Respiration rate : 20 x/menit
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,50 C
c. BB : 65 kg
d. TB : 164 cm
e. Kepala : dalam batas normal
f. Wajah : dalam batas normal

18
g. Leher : : dalam batas normal
h. Telinga : dalam batas normal
i. Thoraks : dalam batas normal
j. Abdomen : dalam batas normal
k. Ekst. superior : lihat status dermatologis
l. Ekst. inferior : lihat status dermatologis
m. Anogenital : dalam batas normal

2. Status Dermatovenereologis

19
Regio Ekstremitas Superior : interdigitalis manus dextra et sinistra
Tampak papul yang multiple, diskret sebagian konfluen dengan disertai
ekskoriasi

Regio Ekstremitas Inferior : interdigitalis pedis dextra et sinistra


Tampak papul yang multiple, diskret sebagian konfluen dengan disertai
ekskoriasi

20
IV. DIAGNOSIS BANDING
1. Skabies
2. Dermatitis

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan kerokan KOH : (-)
2. Pemeriksaan kerokan NaCl : (-) tidak ditemukan sarcoptes scabei atau
telur

VI. DIAGNOSIS
Skabies

VII. TERAPI
A. Non Medikamentosa
1. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang skabies serta
memberikan pemahaman yang baik tentang cara pengobatan
2. Menyarankan pasien agar semua baju, sprei, sarung bantal guling
direndam dengan menggunakan air panas kemudian dicuci dengan
detergent, serta lebih menjaga kebersihan
3. Edukasi pasien apabila terdapat anggota keluarga yang mempunyai gejala
serupa agar diperiksakan ke dokter juga untuk mengurangi risiko
penularan

B. Medikamentosa
1. Permetrin 5 % (Scabimite) cream 1x1 minggu. Cara pemakaiannya
dengan dioleskan pada seluruh area tubuh kecuali muka, mulai dari leher
belakang telinga dan menyeluruh, sebaiknya digunakan sebelum tidur
setelah mandi, kemudian dibiarkan selama 8-14 jam, keesokan paginya
mandi dengan bersih. Pengobatan diulangi seminggu kemudian dengan
cara yang sama
2. Ceirizin 1 x 10 mg/hari diminum malam hari sebelum tidur

21
VIII. PROGNOSIS
a. Ad vitam : bonam
b. Ad sanam : bonam
c. Ad fungsionam : bonam
d. Ad kosmetikum : bonam

22

Anda mungkin juga menyukai