Alhamdulilah segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
berkat rahmat-Nya saya sebagai penyusun dapat menyelesaikan tugas laporan kasus yang
membahas tentang Struma Nodosa Non Toksik ini dengan semaksimal mungkin dan dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Penyusun membuat laporan ini sebagai salah satu tugas individu dalam masa
Kepaniteraan Klinik stase Bedah di Rumah Sakit Umum Daerah Cianjur. Saya mengharapkan
kritik dan saran yang membangun atas kekurangan pada laporan ini.
Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, khususnya kepada dr.
H. Asep Tajul M , Sp. B, dan kepada teman-teman kelompok saya dalam stase Bedah. Saya
harap laporan kasus tentang Struma nodosa non toksik ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Penulis
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS
Nama : Ny. P
Umur : 40Tahun
Agama : Islam
No. CM : 5979**
B. ANAMNESIS
Telah dilakukan Autoanamnesa pada tanggal 22 September 2015
1. Keluhan utama : Benjolan di leher depan kiri sejak +2 tahun SMRS
2. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke RSUD Cianjur dengan keluhan
benjolan di leher depan bagian kiri , yang dialaminya sejak+2 tahun SMRS. Awalnya
benjolan kecil seperti kelereng kecil dengan diameter sekitar 1 cm. Lama kelamaan
membesar dan sampai sekarang benjolan kira-kira berdiameter +8 cm. Jika pasien
raba benjolan teraba lunak, bisa digerakan dan tidak terasa nyeri. Tidak ada
kemerahan pada benjolan, tidak disertai benjolan ditempat lain. Saat menelan, Pasien
tidak merasa nyeri. Tidak ada perubahan suara menjadi serak, tidak ada sesak nafas,
tidak dirasakan jantung berdebar-debar, tidak ada perasaan mudah lelah maupun
sering berkeringat. Pasien tidak pernah merasa tangannya sering gemetar. Nafsu
makan pasien normal dan tidak mengalami penurunan berat badan. Pasien juga tidak
demam.
3. Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien mengaku belum pernah sakit seperti ini
sebelumnya. Riwayat penyinaran radiasi disekitar leher tidak ada, tidak memiliki
riwayat darah tinggi, kencing manis, TB (-). Pasien juga belum pernah memiliki
riwayat benjolan/tumor sebelumnya, Riwayat trauma disangkal.
4. Riwayat Penyakit Keluarga : Keluarga pasien tidak memiliki riwayat keganasan
maupun penyakit seperti yang dialami pasien.
5. Riwayat Pengobatan : Pasien tidak sedang menjalani pengobatan jangka
panjang
6. Riwayat Alergi : Riwayat alergi disangkal
7. Riwayat Psikososial : Menurut Pasien, jika Pasien memasak, selalu
menggunakan garam tapi Pasien tidak tahu apakah itu garam beryodium atau tidak.
Riwayat gondok endemis didaerah tempat tinggal disangkal.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Kepala : Normocephale, rambut hitam dengan distribusi yang merata
dan tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, eksophtalmus -/-
Telinga : Normotia, serumen (-)
Hidung : Normonasi, sekret -/-, epistakasis -/-
Mulut : Mukosa bibir lembab, perdarahan gusi (-), lidah kotor (-)
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, T1-T1 tenang
Leher : Lihat status lokalis
Thoraks
Cor : Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba pada sela iga v lmk sinistra
Perkusi : Batas kanan jantung pada sela iga IV linea parasternalis
dekstra. Batas kiri jantung pada sela iga V linea
midklavikularis sinistra. Batas atas jantung pada sela iga
II linea parasternalis sinistra.
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler murni, gallop (-), murmur (-)
Pulmo : Inspeksi : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Palpasi : Fremitus kanan dan kiri sama, nyeri tekan (-), krepitasi (-),
massa (-)
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru depan dan belakang
Auskultasi :Suara napas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Inspeksi : Datar, benjolan (-)
Auskultasi :Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), defans muskuler (-),
massa (-), hepar dan lien tidak teraba
+|+ | |
Ekstremitas : Akral hangat +|+, edema |, tremor |
Status Lokalis
(I) Terdapat massa, berbentuk bulat, ukuran diameter 8cm benjolan ikut
bergerak saat pasien menelan ludah, tidak hiperemis.
(Pa) Teraba massa, konsistensi kenyal, batas tegas, mobile, nyeri tekan (-),
permukaan rata, trakea tepat ditengah, pembesaran KGB regional (-).
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 10 September 2015
Eutiroid : 5.1-14.1
Hipertiroid : >14.1
Eutiroid : 0.27-4,2
Hipertiroid : >4.2
Pemeriksaan Laboratorium
Kimia
SGPT (ALT) 14 <40 U/l
SGOT (AST) 23 <35 U/l
Ureum 19 20 - 50 mg/dl
Kreatinin 1,0 0,5 - 1,5 mg/d
E. RESUME
Wanita 40th datang ke RSUD Cianjur dengan keluhan benjolan di leher depan bagian
kiri, yang dialaminya sejak +2 tahun yang lalu. Benjolan kira-kira berdiameter 8 cm.tidak
terasa nyeri. Ikut bergerak saat menelan, nyeri (-), disfagia (-), dispnue(-), suara serak (-),
jantung berdebar-debar (-), lelah (-), sering berkeringat (-), tremor (-), febris (-), anoreksia
(-). Riw Tb (-), riw sinar radiasi (-).
Pemeriksaan Fisik :
TD : 120/80 mmHg, Nadi : 80x/mnt, teratur, kuat angkat, isi cukup, Suhu: 36,5C, RR :
20x/mnt. Eksoftalmus -/-
Status Lokalis
REGIO COLLI SINISTRA ANTERIOR
(I) Terdapat massa, berbentuk bulat, ukuran diameter 8cm benjolan ikut bergerak saat
pasien menelan ludah, tidak hiperemis.
(Pa) Teraba massa, konsistensi kenyal, batas tegas, mobile, nyeri tekan (-),
permukaan rata, trakea tepat ditengah, pembesaran KGB regional (-).
Pemeriksaan Penunjang
T4 Total, T3 Total, TSHs : Dalam Batas Normal
Pemeriksaan darah dalam batas normal
F. DIAGNOSIS KERJA
Struma Nodusa Non Toksik
G. RENCANA TATALAKSANA
Pro Tindakan Operatif : Isthmolobectomy sinistra
BAB II
PEMBAHASAN
A. ANATOMI
Kelenjar tiroid dewasa berwarna coklat terang dan konsistensi keras, terletak posterior ke
muskulus yang mengikatnya. Kelenjar tiroid yang normal memiliki berat sekitar 20 gram,
namun berat kelenjar bervariasi tergantung berat badan dan asupan yodium. Lobus tiroid
terletak berdekatan dengan kartilago tiroid danterhubung di garis tengah oleh isthmus yang
terletak di inferiorkartilago krikoid. Lobus tiroid meluas hingga ke tulang rawan midthyroid
superior dan berdekatan dengan selubung karotis dan muskulus sternokleidomastoid lateral.
Perdarahan
Arteri tiroid superiorberasal dari arteri karotid ipsilateral eksternal dan membagi menjadi
cabang-cabang anterior dan posterior di sebelah apeks dari lobus tiroid. Arteri tiroid inferior
muncul dari trunkus thyrocervical tidak jauh dari arteri subklavia. Arteri tiroid inferior
berjalan ke atas pada leher posterior ke selubung karotis lalu memasuki lobus tiroiddi titik
tengah. Arteri thyroidea ima berasal langsung dari lalu masuk ke isthmus. Arteri tiroid
inferior menyilang terhadap RecurrentLaryngeus nerve (RLN). Drainase vena dari kelenjar
tiroid terjadi melalui beberapa vena permukaan yang kecil dan multiper, yang bergabung
membentuk tiga set vena-vena tiroid : superior, tengah, dan inferior. Vena tiroid superior
berjalan dengan arteri tiroid superior bilateral.Vena superior dan vena medialis mengalir
langsung ke dalam vena jugularis internal.Vena inferior sering membentuk pleksus, yang
mengalir ke venabrakiosefalika.
Persarafan
Nervus laringeusrekuren berjalan naik di kedua sisi trakea, dan masing-masing terletak
tepat di sebelah lateral ligamentum Berry saat memasuki laring.Adajumlah variasi penting.
Pada sekitar 25% dari pasien, n. laringeus rekuren terdapat dalam ligamen karena memasuki
laring. Padasisi kanan, n. laringeus rekuren memisahkan dari n. vagus saat melintasi arteri
subklavia, melewati posterior dan berjalan naik di sebelah lateralis dari trakea sepanjang alur
trakeoesofageal. N. laringeus rekuren biasanya dapat ditemukan tidak lebih dari 1 cm dari
lateral alur trakeo pada tingkat batas bawah tiroid.
Di sisi kiri, n. laringeus rekuren memisahkan dari n. vagus, melintasi secara transversaldari
arkus aorta. N. laringeus sinistra kemudian melewati bagian inferior dan medial ke aorta dan
mulai naik menuju laring, berjalan dalam alur trakeoesofagealdan naik ke lobus bawah
tiroid.Juga melewati inferior atau posterior cabang a. thyroideainferior dan akhirnya
memasuki laring pada tingkat artikulasi krikotiroid di perbatasan caudal dari otot krikotiroid.
B. HISTOLOGI
Secara mikroskopis, kelenjar tiroid dibagi menjadi lobulus yang mengandung 20 sampai
40 folikel . Ada sekitar 3 x 106 folikel dalamdewasa kelenjar tiroid laki-laki. Folikel
berbentuk sferis dan dengan diameter rata-rata 30 um. Setiap folikel dilapisi oleh sel epitel
kuboiddan berisi pusat penyimpanan koloid yang disekresikan dari sel-sel epitel di bawah
pengaruh hormon TSH hipofisis. Kelompok kedua sel sekretori sel tiroid adalah sel C atau sel
parafolikular, yang mengandung dan mensekresikan hormon kalsitonin.Ditemukan sebagai
sel individual atau berkelompok dalam kelompok-kelompok kecil di stroma interfolikular dan
terletak di kutub atas lobus tiroid.
Tahap kedua dalam sintesis hormon tiroid melibatkan oksidasi iodida menjadi iodin dan
iodinasi dari residu tirosin pada Thyroglobulin (Tg), untuk membentuk Monoiodotyrosin
(MIT) dan Diiodotyrosin (DIT). Kedua proses dikatalisis oleh Peroksidase Tiroid (TPO).
Hormon tiroid bebas memasuki membran sel dengan cara difusi atau dibawa oleh agen
pembawa spesifik dan dibawa ke membran nukleus untuk mengikat protein tertentu. T4
terdeiodinasi menjadi T3 dan memasuki nukleus melalui transpor aktif, di mana ia mengikat
reseptor hormon tiroid. Reseptor T3 mirip dengan mineralokortikoid, estrogen, vitamin D,dan
asam retinoid.
Hormon tiroid bertanggung jawab untuk menjaga hipoksia normal danhiperkapnia yang
terjadi di pusat pernapasan otak. Hormon Tiroid juga meningkatkan motilitas GI, yang
mengakibatkan diare pada hipertiroidisme dansembelit pada hipotiroidisme. Hormon tiroid
juga meningkatkan turnover tulang dan protein dan kecepatan kontraksi otot danrelaksasi.
Hormon tiroid juga meningkatkan glikogenolisis, glukoneogenesis hepatik, penyerapan
glukosa usus, dan sintesis kolesterol dandegradasi.
STRUMA NODOSA NON TOKSIK
A. DEFINISI
Pengertian struma adalah pembesaran kelenjar tiroid yang terjadi karena folikel-
folikel tiroid terisi koloid secara berlebihan. Struma nodosa non toksik adalah pembesaran
kelenjar tiroid yang bukan karena proses inflamasi ataupun karena neoplasma dan tidak
disertai fungsi abnormal dari Tiroid yaitu hipertioidisme ataupun hipotiroidisme. Terjadinya
pembesaran kelenjar Tiroid itu sendiri dapat disebabkan oleh kurangnya diet iodium yang
dibutuhkan untuk mensekresikan hormon Tiroid, hal ini akan berpengaruh pada jumlah dari
hormon Tiroid yang dihasilkan. Terjadinya pembesaran kelenjar Tiroid dikarenakan sebagai
usaha agar hormon Tiroid tetap cukup dihasilkan.
B. EPIDEMIOLOGI
Lebih dari 2,2 miliar orang di seluruh dunia memiliki beberapa bentuk gangguan
kekurangan yodium. Dua puluh sembilan persen dari populasi dunia tinggal di wilayah yang
kekurangan yodium, terutama di Asia, Amerika Latin, Afrika Tengah, dan wilayah Eropa.
Dari mereka yang berisiko, 655 juta diketahui memiliki gondok. Berdasarkan laporan dari
World Health Organization (WHO), United Nations Children's Fund (UNICEF), dan
International Council for the Control of Iodine Deficiency Disorders (ICCIDD), adanya
kekurangan yodium (yaitu, rata-rata yodium urin> 100 mg / dL) dikaitkan dengan prevalensi
gondok kurang dari 5%; defisiensi yodium ringan (yaitu, yodium urin median 50-99 mg /
dL), dengan prevalensi gondok dari 5-20%; defisiensi yodium sedang (yakni, urin yodium
rata-rata 20-49 mg / dL), dengan prevalensi gondok dari 20-30%, dan kekurangan yodium
berat (yaitu, urin yodium rata-rata 20-49 mg / dL), dengan prevalensi gondok lebih besar dari
30%.
C. ETIOLOGI
1. Kekurangan yodium, yaitu kekurangan asupan yodium yang cukup kurang dari 50
mcg /dl. Defisiensi yodium berat yang berhubungan dengan asupan kurang dari 25
mcg / dl dikaitkan dengan hipotiroidisme dan kretinisme.
2. Goitrogens, diantaranya :
- Obat misalnya Propylthiouracil, lithium, fenilbutazon, aminoglutethimide,
yodium yang mengandung ekspektoran
- Makanan - Sayuran dari genus Brassica misalnya, kubis, lobak, rumput laut,
singkong.
Terjadinya pembesaran kelenjar Tiroid (struma) dapat berupa ukuran sel-selnya yang
bertambah besar atau oleh karena volume yang bertambah pada jaringan kelenjar dan
sekitarnya dengan pembentukan struktur baru. Adapun yang menyebabkan terjadinya
proses tersebut ada empat, diantaranya :
1. Gangguan pertumbuhan
Terbentuknya kista
Jaringan Tiroid yang tumbuh pada lidah, misalnya pada Kista tiroglosus atau
Tiroid lingual
2. Proses inflamasi atau gangguan autoimun
Tiroiditis
Graves Disease
3. Gangguan Metabolik
D. PATOGENESIS
F. PENEGAKKAN DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Sejak kapan benjolan pada leher timbul dan saat pertama kali timbul benjolan sebesar
apa, apakah terasa nyeri atau tidak, terasa panas atau tidak pada benjolannya
Apakah benjolan terus membesar sejak pertama kali timbul sampai pasien datang,
jika membesar, apakah membesar lama (tahunan) atau membesar cepat (mingguan
atau bulanan)
Apakah pasien mengeluh adanya gangguan menelan, sesak napas atau tidak
Apakah pasien tidak tahan suasana panas atau tidak, apakah pasien tidak tahan
suasana dingin atau tidak
Apakah pasien sebelumnya memiliki riwayat benjolan pada lehernya atau tidak
Apakah pada anggota keluarga OS ada yang pernah mengalami keluhan yang sama
seperti OS atau pernah ada yang menderita tumor atau kanker
2. Pemeriksaan fisik
Ukuran
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pasien biasanya dengan Eutiroid, dengan TSH normal atau rendah-normal atau dengan
normal kadar T4-bebas yang normal. Jika beberapa nodul meluas, kadar TSH dapat menurun,
atau dapat terjadi hipertiroid. FNAB direkomendasikan pada pasien yang memiliki nodul
yang dominan atau salah satu dengannyeri atau membesar, kasus karsinoma telah dilaporkan
dalam 5 sampai 10% dari struma multinodular. CT scan sangat membantu untuk
mengevaluasi sampai sejauh mana perpanjangan retrosternal dan apakah terjadi kompresi
saluran napas atau tidak.
H. TATALAKSANA
Goiter non-toksik biasanya tumbuh sangat lambat selama beberapa dekade tanpa
menyebabkan gejala.Tanpa bukti pertumbuhan yang cepat, gejala obstruktif misalnya,
disfagia, stridor, batuk, sesak napas, ataupun tirotoksikosis, pengobatan tidak
diperlukan.Terapi diperlukan jika pertumbuhan gondok seluruhnya atau terdapat nodul
tertentu, terutama jika terjadi ekstensi intrathorasik dari gondok, gejala penekanan, atau
gejala tirotoksikosis.Ekstensi intrathoracic dari gondok tidak dapat dinilai dengan palpasi
atau biopsi.Jika signifikan dalam ukuran, harus diangkat melalui pembedahan. Terapi yang
tersedia saat ini misalnya terapi yodium radioaktif, dan terapi Levothyroxine (L-tiroksin, atau
T4)