Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DOKTER INTERNSHIP
SEORANG LAKI-LAKI USIA 24 TAHUN DENGAN APENDISITIS AKUT
Disusun Oleh:
0
LAPORAN KASUS PORTOFOLIO
DOKTER INTERNSHIP
SEORANG LAKI-LAKI USIA 24 TAHUN DENGAN APENDISITIS AKUT
1
BAB I
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.MW
Umur : tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Karanganyar, Demak
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Kuli
Tanggal Masuk : 20 Juli 2015
Tanggal Pemeriksaan : 21 Juli 2015
No. CM : 117725
II. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
2
Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi dan diabetes melitus
c. Riwayat Pengobatan
e. Riwayat keluarga
f. Riwayat pekerjaan
3
a. Kesan Umum
Keadaan umum : lemah.
Kesadaran : Composmentis, GCS 15 ( E4 V5 M6 ).
Status gizi : status gizi normal, BB:60 kg , TB:168cm
b. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 98x/mnt,regular, isi dan tegangan kuat
RR : 22x/mnt
Suhu : 38.9 derajat celcius
SaO2 : 99%
c. Keadaan Tubuh
Kepala : Mesosefal
Kulit : turgor cukup, Sianosis (-), keringat dingin (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), pupil isokor, reflek pupil
epigastrium (-)
4
Batas kiri : SIC V 2 cm medial linea
medioclavicularis sinistra
Batas kanan : Linea parasternalis
dextra
Pinggang jantung dalam batas normal
Au : heart rate: 118x/menit,
reguler, bunyi jantung I-II murni,
bising(-), gallop(-)
Pulmo I :simetris saat statis dinamis
Pa :sterm fremitus paru kanan dan kiri
normal
Pe :sonor di hemitoraks dekstra dan
sinistra
Au :suara dasar vesikuler +/+, suara
tambahan
Ronki basah halus(-/-), wheezing(-/-)
Abdomen : I : datar, venektasi (-)
5
Capillary refill < 2"/< 2" < 2"/< 2"
Kekuatan 5/5 5/5
Tonus normotonus normotonus
Refleks fisiologis +N/+N +N/+N
Refleks patologis -/- -/-
Sensibilitas +N/+N +N/+N
Genital : Tidak dilakukan pemeriksaan
Anus : RT: Sphincter ani normal, mukosa rata, nyeri
6
Clotting time 245 2-6 menit
V. DIAGNOSIS KERJA
Apendisitis akut
VI. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang diberikan di UGD :
- IVFD RL 20 tpm.
- Injeksi ceftriakson 1 gr/ 12 jam
- Injeksi parasetamol 3 x 500 mg
- Injeksi ketorolac 3 x 1amp
- Pro appendictomi
Plan:
- Foto BNO 2 posisi
Edukasi
- Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit pasien yaitu
appendicits akut
- Menjelaskan kepada pasien untuk dirawat di bangsal bedah
- Mengedukasi kepada pasien kemungkinan dilakukan operasi
VII. PROGNOSIS
Ad vitam: dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam: dubia ad bona
VIII. FOLLOW UP
Subyektif lemah, nyeri perut kanan bawah lemah, nyeri pada luka post OP
7
Obyektif - KU: tampak lemah, compos mentis - KU: composmentis
- T : 120/70 - T : 110/80
- Rr : 20 x/menit - Rr : 20x/menit
- N : 88 x/menit - N : 94x/menit
- Suhu : 37,3C - Suhu : 37,5 C
- SaO2 : 100% - SaO2 : 100%
- Mata: CP (-/-), mata cowong (-/-) - Mata: CP (-/-), mata cowong -/-)
- Leher: KGB tidak membesar. - Leher: KGB tidak membesar.
- Cor: IC tdk tampak, IC tdk kuat - Cor: IC tdk tampak, IC tdk kuat
angkat, Batas jantung kesan tidak angkat, Batas jantung kesan tidak
melebar, BJ I-II murni, intensitas melebar, BJ I-II murni, intensitas
normal, reguler, bising (-) normal, reguler, bising (-)
- Pulmo: retraksi intercostal (-/-), - Pulmo: retraksi intercostal (-/-),
retraksi suprasternal (-/-), retraksi suprasternal (-/-),
Pengembangan dada kanan=kiri, Pengembangan dada kanan=kiri,
fremitus raba kanan=kiri, fremitus raba kanan=kiri,
sonor/sonor, SDV(+/+), ST(-/-) sonor/sonor, SDV(+/+), ST(-/-)
- Abdomen: DP//DD, bising usus (+) - Abdomen: DP//DD, bising usus (+)
menurun, tympani, supel, nyeri menurun, tympani, supel, nyeri tekan
tekan (+) kanan bawah, hepar lien (+) kanan bawah, hepar lien tidak
tidak teraba, area Troube timpani teraba, area Troube timpani
- Akral dingin: - Akral dingin:
- -
- -
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan
Apendiks yang juga disebut sebagai umbai cacing, istilah usus buntu
yang dikenal di masyarakat awam adalah kurang tepat karena usus buntu
sebenarnya adalah sekum dan bukan apendiks. Organ yang tidak diketahui
fungsinya ini sering menimbulkan masalah kesehatan. Peradangan akut apendiks
memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya
berbahaya.
Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang
dari satu tahun jarang dilaporkan. Insidensi tertinggi pada kelompok umur 20-30
tahun, setelah itu menurun. Insidens pada laki-laki dan perempuan umumnya
sebanding, kecuali pada umur 20-30 tahun, insidens pada lelaki lebih tinggi. 1
B. Anatomi
9
Gambar 1: Anatomi apendiks
Apendiks merupakan suatu organ yang berbentuk tabung dan panjangnya
kira-kira 10 cm( kisaran 3-15 cm), dan berpangkal di seku. Lumennya nsempit di
bagian proximal dan melebar di bagian distal. Pada bayi appendiks berbentuk
kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit dihujungnya. Pangkalnya terletak
pada posteromedial caecum. Apendiks terletak dikuadran kanan bawah abdomen.
Tepatnya di ileosecum dan merupakan pertemuanketiga taenia coli (taenia libera,
taenia colica, dan taenia omentum). Dari topografianatomi, letak pangkal
appendiks berada pada titik Mc Burney, yaitu titik pada garis antara umbilicus dan
SIAS kanan yang berjarak 1/3 dari SIAS kanan.
Apendiks vermiformis disangga oleh mesoapendiks (mesenteriolum)
yang bergabung dengan mesenterium usus halus pada daerah ileum
terminale. Mesenteriolum berisi a. Apendikularis (cabang a.ileocolica).
Orificiumnya terletak 2,5cm dari katup ileocecal. Mesoapendiknya merupakan
jaringan lemak yang mempunyai pembuluh appendiceal dan terkadang juga
memiliki limfonodi kecil. Pada 65 % kasus, apendiks terletak intraperitoneal.
Kedudukan itu memungkinkan apendiks bergerak dan ruang geraknya
bergantung pada panjang mesoapendiks penggantungnya.
10
Jenis posisi:
11
mempunyai basis stuktur yang sama seperti usus besar.Glandula mukosanya
terpisahkan dari vascular submucosa oleh mucosa maskularis.Bagian luar dari
submukosa adalah dinding otot yang utama. Appendiks terbungkus oleh tunika
serosa yang terdiri atas vaskularisasi pembuluh darah besar dan bergabungmenjadi
satu di mesoappendiks. Jika apendik terletak retroperitoneal, maka appendik tidak
terbungkus oleh tunika serosa. 1,2,4
Histologis:
Tunika mucosa : memiliki kriptus tapi tidak memiliki villus.
Tunika submucosa : banyak folikel lymphoid.
Tunika muscularis : stratum sirculare sebelah dalam dan stratum
longitudinale( gabungan tiga tinea coli) sebelah luar.
Tunika serosa : bila letaknya intraperitoneal asalnya dari
peritoneumviscerale.4
C. Definisi
Gambar 3 : Apendisitis
Apendisitis merupakan peradangan pada appendix vermiformis.
Peradangan akut apendiks memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah
komplikasi yang umumnya berbahaya.
12
D. Etiologi
Apendisitis akut merupakan infeksi bakteri. Berbagai hal berperan
mencetuskanterjadi nya apendisitis akut. Antaranya adalah sumbatan lumen
apendiks yang diajukan sebagai pencetus. Di samping hyperplasia jaringan limfe,
fekalit, tumor apendiksdan cacing askariasis dapat menyebabkan sumbatan.
Penyebab lain diduga dapat menimbul appendicitis akut adalah erosi mukosa
apendiks akibat parasit seperti E.histolitica.
Pada penelitian apidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan
makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis.
Konstipasi akan menaikan tekanan intrasekal yang mengakibatkan sumbatan
fungsional apendiks dan meningkatkan pertumbuhan kuman flora normalkolon
biasa, keadaan ini mempermudahkan timbulnya apendisitis akut.2
E. Patofisiologi
Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml perhari. Lendir itu normalnya
dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran
lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada patogenesis appendisitis.
Apendisitis akut terjadi karena berlaku obstruksi atau sumbatan lumen
apendiks oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena
fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi lumen yang
tertutup disebab kan oleh hambatan pada bagian proksimalnya dan berlanjut pada
peningkatan sekresi normal dari mukosa apendiks yang dapat menyebabkan
terjadinya distensi pada kantung apendiks .Obstruksi tersebut menyebabkan
mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus
tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen.Kapasitas
lumen apendiks normal hanya sekitar 0,1 ml. Jika sekresi sekitar 0,5 dapat
meningkatkan tekanan intalumen sekitar 60 cmH20.
Tekanan yang meningkat tersebut akan menyebabkan apendiks
mengalami hipoksia dan menghambat aliran limfe, terjadi ulserasi mukosa dan
invasi bakteri. Infeksi menyebabkan pembengkakan apendiks bertambah
13
(edema) dan semakin iskemik karena terjadi trombosis pembuluh darah intramural
(dinding apendiks). Kemudian terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh
nyeri epigastrium. Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus
meningkat akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan
menembus dinding. Peradangan timbul meluas dan mengenai peritoneum
setempat sehingga menimbulkan nyeri didaerah kanan bawah. Keadaan ini disebut
dengan apendisitis supuratif akut Bila kemudian arteri terganggu akan terjadi
infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangrene. Stadium ini disebut dengan
apendisitis gangrenosa. Gangren dan perforasi khas dapat terjadi dalam 24-36
jam, tapi waktu tersebut dapat berbeda-beda setiap pasien karena ditentukan
banyak faktor Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis
perforasi Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak kearah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang
disebut infiltrate apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses
atau menghilang.1,2,3
Infiltrat apendikularis
Merupakan tahap patologi apendisitis yang dimulai dimukosa dan melibatkan
seluruh lapisan dinding apendiks dalam waktu 24-48 jam pertama, ini merupakan
usaha pertahanan tubuh dengan membatasi proses radang dengan menutup
apendiks dengan omentum, usus halus, atau adneksa sehingga terbentuk
massaperiapendikular. Didalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses
yang dapatmengalami perforasi. Jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan
sembuh dan massaperiapendikular akan menjadi tenang untuk selanjutnya akan
mengurai diri secaralambat.Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan
apendiks lebih panjang, dindingapendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah
dengan daya tahan tubuh yang masihkurang memudahkan terjadinya perforasi.
Sedangkan pada orang tua perforasi mudahterjadi karena telah ada gangguan
pembuluh darah.Kecepatan rentetan peristiwa tersebut tergantung pada virulensi
mikroorganisme, dayatahan tubuh, fibrosis pada dinding apendiks, omentum, usus
yang lain, peritoneumparietale dan juga organ lain seperti vesika urinaria, uterus
tuba, mencoba membatasidan melokalisir proses peradangan ini. Bila proses
14
melokalisir ini belum selesai dansudah terjadi perforasi maka akan timbul
peritonitis. Walaupun proses melokalisir sudah selesai tetapi masih belum cukup
kuat menahan tahanan atau tegangan dalamcavum abdominalis, oleh karena itu
pendeita harus benar-benar istirahat (bedrest).Apendiks yang pernah meradang
tidak akan sembuh sempurna, tetapi akan membentuk jaringan parut yang
menyebabkan perlengketan dengan jaringansekitarnya. Perlengketan ini dapat
menimbulkan keluhan berulang diperut kananbawah. Pada suatu ketika organ ini
dapat meradang akut lagi dan dinyatakanmengalami eksaserbasi akut. 1,2,3
F. Gambaran klinis
Gambaran klinis yang sering dikeluhkan oleh penderita, antara lain
1. Nyeri abdominal
Nyeri ini merupakan gejala klasik appendisitis. Mula-mula nyeri
dirasakan samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral didaerah
epigastrium atau sekitar umbilikus. Setelah beberapa jam nyeri berpindah
dan menetap di abdomen kanan bawah (titik Mc Burney).Nyeri akan
bersifat tajam dan lebih jelas letaknya sehingga berupanyeri somatik
setempat. Bila terjadi perangsangan peritonium biasanya penderita akan
mengeluh nyeri di perut pada saat berjalan atau batuk.
2. Mual-muntah biasanya pada fase awal.
3. Nafsu makan menurun
4. Obstipasi dan diare pada anak-anak.
5. Demam, terjadi bila sudah ada komplikasi, bila belum ada komplikasi
biasanya tubuh belum panas. Suhu biasanya berkisar 37,5-38,5 C. Gejala
appendisitis akut pada anak-anak tidak spesifik. Gejala awalnya sering
hanya rewel dan tidak mau makan. Anak sering tidak bisa menunjukkan
rasa nyerinya. Karena gejala yang tidak spesifik ini sering diagnosis
apendisitis diketahui setelah terjadi perforasi. Pada orang berusia lanjut
gejalanya juga sering samar-samar saja, tidak jarangterlambat diagnosis.
Akibatnya lebih dari separuh penderita baru dapat didiagnosissetelah
perforasi.
6. Pada kehamilan, keluhan utama apendisitis adalah nyeri perut, mual,
danmuntah. Yang perlu diperhatikan ialah, pada kehamilan trimester
15
pertama sering jugaterjadi mual dan muntah. Pada kehamilan lanjut sekum
dengan apendiks terdorong kekraniolateral sehingga keluhan tidak
dirasakan di perut kanan bawah tetapi lebih keregio lumbal kanan.2,3
Gejala klinis berdasarkan letak anatomis apendiks
Timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendiks ketika meradang. Berikut
gejala yang timbul tersebut:
1. Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu di belakang sekum
(terlindung oleh sekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan
tidak ada tanda rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau
nyeri timbul pada saat melakukan gerakan seperti berjalan, bernapas dalam, batuk,
dan mengedan. Nyeri ini timbul karena adanya kontraksi m.psoas mayor yang
menegang dari dorsal.
2. Bila apendiks terletak di rongga pelvis
- Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rektum, akan timbul gejala
dan rangsangan sigmoid atau rektum, sehingga peristalsis meningkat,
pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang (diare).
- Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih, dapat
terjadi peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangannya dindingnya. .2,3
G. Pemeriksaan Fisik
1. Demam ringan :37,5 38 oC, bila berlaku perforasi akan menjadi demam
lebih tinggi
2. Pada inspeksi perut tidak ada gambaran spesifik, kembung selalu terliat
pada perforasi apendisitis, penonjolan perut kanan bawah bias dilihat pada
massa atau abses periapendikular
3. Palpasi dan tanda tanda appendicitis yang dapat dilakukan adalah :
- Nyeri tekan Mc Burney - nyeri tekan di titik Mc Burney.
- Rovsing sign - nyeri tekan pada kiri perut bawah
- Blumberg sign nyeri tekan lepas
- Psoas sign nyeri pada saat paha pasien diekstensikan
- Obturator sign - . Nyeri pada rotasi kedalam secara
pasif saat paha pasien difleksikan
16
4. Pada auskultasi sering normal peristaltiknya kecuali sudah berlaku
perforasi dan berlaku peritonitis dan menyebabkan berlakunya ileus
paralitik.2,3
H. Uji Laboratorium
1. Hitung darah lengkap (complete bloodcount,CBC)leukositosis,
neutrofilia, tanpa eosinofil
2. Radiologi : terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan. Pada
pemeriksaan ultrasonografi ditemukan bagian memanjang pada tempat
yang terjadi inflamasi pada apendiks. Sedangkan pada pemeriksaan CT-
scan ditemukan bagian yang menyilang dengan apendiks al serta perluasan
dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum.
3. Urinalisisuntuk menyingkirkan infeksi saluran kemih dan di saluran
kemih,ginjal dan ureter.2,3
I. Skor Alvarado
17
Leukositosis (leukosit > 10.000/ml) 2
Shift to the left (neutrofil > 75%) 1
TOTAL 10
Interpretasi:
Skor 7-10 = Apendisitis akut
Skor 5-6 = Curiga apendisitis akut
Skor 1-4 = Bukan apendisitis akut 5
J. Diagnosa Banding
1. Kehamilan ektopik terganggu
- Gejala klinis mirip dengan apendisitis akut. Hamper selalu ada
riwayat terlambat haid dengan keluhanyang tidak menentu. Jika
ada ruptur tuba atau abortus kehamilan di luar rahim dengan
pendarahan, akan timbul nyeri yang mendadak dius di daerah
pelvis dan mungkin terjadi syok hipovolemik. Pada
pemeriksaan vagina, di dapatkan neri penonjolan dan
penonjolan rongga Douglas dan pada kuldosentesis di dapatkan
darah
2. Gastroenteritis
- Pada gastroenteritis, mual, muntah, dan diare mendahalui rasa
nyeri. Nyeri perut bersifat lebih ringan dan tidak berbatas tegas.
Sering dijumpai adanya hiperperistalsis. Panas dan leukositosis
kurang menonjol dibandingkan dengan apendisitis akut
3. Infeksi panggul
- Salpingitis akut kanan sering di kacaukan dengan apendisitis
akut. Suhu biasanya lebih tinggi dan nyeri perut bagian bawah
lebih difus. Infeksi panggul pada wanita biasanya disertai
keputihan dan infeksi urin. Pada colok vagina, akan timbul
18
nyeri hebat di panggul jika uterus diayunkan. Pada gadis dapat
dilakukan colok dubur jika perlu untuk diagnose banding.
4. Ureterolithiasis kanan
-
Ada riwayat kolik dari pinggang kanan ke perut yang menjalar
dari inguinal kanan merupakan gambaran khas. Eritrosituria
sering ditemukan. Foto polos perut atau BNO IVPdapat
memastikan penyakit ini. 2
K. Penatalaksanaan
Bila sudah terdiagnosis dengan tepat, tindakan paling tepat adalah
apendektomi. Pada apendisitis tanpa komplikasi biasanya tidak diperlukan
antibiotik kecuali pada apendisitis gangrenosa dan perforate.penundaan tindakan
bedah sambil memberikan antibiotic dapat mengakibatkan abses atau perforasi. 2,3,4
L. Tindakan Operasi
Apendiktomi, merupakan tindakan pemotongan apendiks. Dapat
dilakukan secara terbuka atau laparoskopi
Pada apendektomi terbuka, insisi McBurney paling banyak dipilih . operasi ini
dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum. Jika apendiks mengalami perforasi
maka abses disedot dan diguyur dengan NaCl dan disedot hingga bersih.
19
Gambar 5: Apendektomi menggunakan teknik lapaskopi
M. Prognosis
Baik, jika diagnosis yang akurat dan awal serta pembedahan akan
menurunkan tingkat mortalitas dan morbiditas.3
20
DAFTAR PUSTAKA
3. Anand N, Kent T S, First Aid For the Surgery. McGraw-Hill, 2003; pg 251-
57
21