Referat Serangan Sianotik
Referat Serangan Sianotik
BAB I. PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Serangan sianotik atau cyanotic spell adalah suatu sindrom yang ditandai
dengan sianosis (kebiruan), gelisah, menangis berkepanjangan, hiperventilasi
dan lemas, bahkan pada kasus yang berat dapat terjadi penurunan kesadaran,
kejang dan hemiparesis. Serangan sianotik merupakan karateristik dari penyakit
jantung bawaan Tetralogy of Fallot yang sering terjadi pada bayi berumur 3-6
bulan (Bailliard & Anderson, 2009).
2.2. Epidemiologi
2.3. Etiologi
2.4. Patofisiologi
ventrikel kanan dan ventrikel kiri berfungsi sebagai pompa tunggal karena
adanya VSD yang besar. Ketika ventrikel kiri berkontraksi akan
menyebabkan darah melalui shunt VSD karena adanya stenosis pada
pulmonal. Akibatnya, darah yang miskin oksigen akan bercampur dengan
darah yang kaya oksigen dan dibawa aorta menuju jaringan sistemik.
Secara klinis hal tersebut menyebabkan serangan sianosis pada anak
(Nelson, 2000).
Tingkat penyumbatan aliran keluar ventrikel kanan sangat
mempengaruhi keparahan serangan sianotik, mulainya gejala dan
hipertrofi ventrikel kanan pada anak. Penyumbatan yang bersifat total
atau sempurna (atresia pulmonal) akan menyebabkan serangan sianotik
timbul lebih awal dalam masa kehidupan. Sebaliknya, jika penyumbatan
bersifat ringan atau sedang maka gambaran sianotik mungkin tidak
tampak (Nelson, 2000).
Serangan sianotik sering terjadi pada pagi hari saat bangun pertama
sesudah episode menangis keras, aktifitas berat. Hal tersebut berkaitan dengan
peningkatan kebutuhan oksigen. Serangan dapat terjadi beberapa menit hingga
beberapa jam, pada keadaan serangan yang berat anak dapat mengalami
kejang dan hemiparasis (Nelson, 2000).
Jika terdapat penurunan aliran darah yang menuju paru-paru akibat adanya
stenosis pulmonal terjadi lama maka akan menyebabkan hipoksia sistemik berat
dan asidosis metabolik. Asidosis metabolik ditandai dengan PO2 arterial di bawah
40 mmHg (Nelson et al, 2000).
2.6.1. Anamnesis
a. Pemeriksaan Hematologi
Pada pemeriksaan ini didapatkan bahwa terjadi peningkatan
hemoglobin dan hematokrit pada pasien Tetralogy of Fallot. Selain itu
sianosis yang memanjang mengakibatkan polisitemia sehingga
terjadi peningkatan kapasitas pengangkutan O2. Saturasi oksigen
pasien Tetralogy of Fallot berkisar antara 65-70%. Pada seluruh
pasien Tetralogy of Fallot yang mengalami serangan sianotik
cenderung mengalami perdarahan karena mengalami penurunan
faktor koagulasi dan angka trombosit (Bhimji, 2014).
8
c. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan ekokardiografi memberikan gambaran adanya VSD,
over-riding aorta, dan variasi dari obstruksi saluran aliran keluar
ventrikel kanan (RVOTO) (Bhimji, 2014). Sedangkan pada
pemeriksaan rontgen didapatkan gambaran jantung berbentuk sepatu
bot (boot-shaped heart/coeur en sabot) seperti pada Gambar 3.
d. Elektrokardiografi
Gambaran EKG pasien Tetralogy of Fallot didapatkan deviasi axis
kanan (+120 sampai +150) dengan pembesaran ventrikel kanan.
Gabungan dari hipertrofi ventrikel kanan dan hipertrofi atrium dapat
terlihat pada EKG. Jika pada gambaran EKG tidak ditemukan adanya
hipertrofi ventrikel kanan, maka diagnosis Tetralogy of Fallot diragukan
(Bhimji, 2014).
9
2.7.2. Hidrasi
Pemberian cairan adekuat dengan memberikan cairan infus
kristaloid/koloid 10 mL/kgBB dan peningkatan cairan rumatan sesuai dengan
tingkat dehidrasi. Diketahui bahwa dehidrasi juga merupakan pemicu
terjadinya serangan sianotik pada kasus Tetralogy of Falllot (Marwali dan
Zaimi, 2013).
2.8. Komplikasi
Apabila tidak tertangani serangan sianotiknya maka akan mengakibatkan
berbagai komplikasi apabila terlambat ditangani. Komplikasi yang muncul pada
kasus serangan sianotik adalah pasien dapat mengalami penurunan kesadaran
mulai dari koma sampai dengan meninggal dunia. Hal ini disebabkan karena
kurangnya pasokan oksigen ke sirkulasi sistemik terutama ke otak. Selain itu,
pada kasus hipoksia pusat pernapasan akan melakukan respon berupa
hiperventilasi, takipnea, dan asidosis metabolik akibat darah tidak mendapatkan
asupan oksigen yang cukup dari paru-paru akibat aliran darah dihambat oleh
stenosis pulmonal. Adapun komplikasi dari Tetralogy of Fallot secara umum
meliputi:
a. Trombosis otak;
b. Abses otak;
c. Endokarditis bakterial; dan
d. Gagal jantung kongestif.
2.9. Prognosis
BAB III
KESIMPULAN
Untuk mengatasi serangan sianotik, terapi yang diberikan adalah knee chest
position, hidrasi dan mengatasi asidosis, pemberian analgesia, dan penghambat
beta. Terapi bedah bertujuan untuk mengalirkan darah dari percabangan aorta
menuju arteri pulmonal agar resistensi vaskular sistemik meningkat.
13
DAFTAR PUSTAKA
Nelson, W.E., Kliegman, R., Arvin, A. (2000) Ilmu Kesehatan Anak (15th ed).
Jakarta: EGC
Sherwood, L. (2011) Human Physiology: From Cell to System (6th ed.). Pendit,
B.U. (Alih Bahasa). Jakarta: EGC
Tortora, G.J., Derrickson, B.H. (2009) Principles of Anatomy and Physiology (12nd
ed.). John Wiley, New York
Wahidiyat, I., Sastroasmoro, S. (2014) Pemeriksaan Klinis pada Bayi dan Anak
(ed 3). Jakarta: Sagung Seto