Anda di halaman 1dari 69

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

ANALISA PENGGUNAAN CDI RACING PROGRAMMABLE DAN KOIL


RACING PADA MESIN SEPEDA MOTOR STANDAR

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknik

Oleh :

MARLON MARLINDO

I 1404022

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

commit to user
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, karena manusia


diciptakan bersifat lemah.

(An-Nisa (4): 28).

Dan sungguh, Tuhanmu benar-benar memiliki karunia yang


diberikan kepada manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak
mensyukurinya.

(An-Naml (27): 73).

Setiap perbuatan baik yang tidak dimulai dengan memuji kepada


Allah maka tidak sempurnalah perbuatan itu.

(HR Abu Daud)

Ada dua mata yang tidak akan tersentuh oleh api neraka, yaitu mata
yang menangis karena takut kepada Allah, dan mata yang berjaga
pada jalan Allah.

(HR At Turmudzi)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ANALISA PENGGUNAAN CDI RACING PROGRAMMABLE


DAN KOIL RACING PADA MESIN SEPEDA MOTOR
STANDAR

MARLON MARLINDO
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret

Surakarta, Indonesia
Email : marlonmarlindo@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan CDI


racing dan koil racing tehadap unjuk kerja pada mesin sepada motor standar.
Penggunaan CDI racing dan koil racing pada sepeda motor standar merupakan
salah satu cara agar mendapatkan pengapian yang lebih baik sehingga diharapkan
terjadi pembakaran yang sempurna di ruang bakar. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui perbandingan daya, torsi dan konsumsi bahan bakar spesifik pada
motor standart dengan motor yang menggunakan CDI racing dan koil racing.

Proses pengujian ini menggunakan dynometer merek sportdyno V3.3.


Hasil pengujian menunjukkan bahwa untuk motor standar yang menggunakan
CDI racing maupun koil racing menghasilkan torsi dan daya maksimal yang lebih
rendah dibanding dengan CDI dan koil standar yaitu sebesar 9,22 hp dan 9,77
N.m. Namun untuk efisiensi rata-rata tertinggi dihasilkan oleh koil racing sebesar
64%. Karena dalam penelitian ini spesifikasi mesin tidak ada modifikasi pada
setingan maupun komponen mesin, semua dibiarkan dalam kondisi standar, bila
dilakukan penyetingan pada karburator untuk menaikkan konsumsi bahan bakar
pada penggunaan koil racing maka akan menghasilkan daya dan torsi yang lebih
besar dari pengapian standar.

Kata Kunci : CDI racing, koil racing, daya, torsi, konsumsi bahan bakar spesifik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PROGRAMMABLE RACING CDI AND RACING COIL


ANALYSIS OF STANDARD MOTORCYCLE ENGINE

MARLON MARLINDO
Department Of Mechanical Engineering

Engineering Faculty Of Sebelas Maret University


Surakarta, Indonesia

E-Mail : marlonmarlindo@yahoo.co.id

ABSTRACT

This research is used to find out the use effect from racing CDI and racing
coil toward the performance of standart motorcycle vehicle. The use of racing
CDI and racing coil is one of way to get a better combustion so it expected to
consist a perfect combustion in the inside of combustion chamber. That is mean to
find out power, torque and spesific fuel consumption ratio of standart motorcycle
with motorcycle which using racing CDI and racing coil.

This process using dynometer sportdyno V3.3 brand. The result shows that
standart motorcycle which using racing CDI or racing coil produce maximum
power and torque lower than standart CDI and standart coil that is 9,22 HP and
9,77 N.m. It is because in this research there is no modification of engines set and
components, everything is standart condition, if there is modification of carburetor
to increase its spesific fuel consumption of racing coil utilizing, so it will produce
power and torque higher than standart ignition.

Keywords : Racing CDI, racing coil, power, torque, spesific fuel comsumption.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Sebagai rasa terima kasih dan ucapan syukur kepada mereka yang telah
memberikan jasa-jasanya kepada penulis, sehingga penulis mampu
menyelesaikan studi S-1 Teknik Mesin. Penulispersembahkan sebuah skripsi
yang dengan ini penulismemperoleh gelar Sarjana Teknik lulusan Universitas
Sebelas Maret. Mereka diantaranya:

Bapak Budiyanto dan Ibu Wahyuningsih, karena kalian berdualah penulis


terlahir ke dunia. Terima kasih atas segala asuhan, didikan, bimbingan,
serta kasih sayang kalian.
Kakakku Ronny S Yunanto dan adik Geovany.
Annisa Awalia R. S.Psi, seorang pendamping hidup penulis dan buah hati
Marsya Azzahra Alya Nabilah
Bapak Prof. Muhammad Nizam ST., MT., Ph.D., dan Eko Prasetya B.,
ST, MT., semoga Tuhan senantiasa memberikan ilmu yang bermafaat
untuk diajarkan kepada para mahasiswa.
Keluarga besar MRT ( Marlon Racing Tuner).
Rekan-rekan Teknik Mesin UNS.
Almameter.

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, hidayah dan
bimbingan-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun tujuan
penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai
gelar sarjana teknik di Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta.

Penulis menghaturkan terima kasih yang sangat mendalam kepada semua


pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian dan penulisan skripsi
ini,khususnya kepada:

1. Bapak Prof. Muhammad Nizam ST., MT., Ph.D., selaku pembimbing


skripsi I yang yang telah banyak memberikan masukan-masukan yang
berharga dalam penelitian dan penulisan skripsi ini.
2. Bapak Eko Prasetya B., ST, MT., selaku pembimbing skripsi II yang
dengan sabar dan penuh pengertian telah memberikan banyak bantuan
dalam penelitian dan penulisan skripsi ini.
3. Bapak Didik Djoko Susilo, ST, MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik UNS.
4. Bapak Heru Sukanto, ST, MT., selaku pembimbing akademik.
5. Bapak Wahyu Purwo Raharjo, ST, MT., selaku koordinator skripsi
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik UNS.
6. Bapak dan ibu tercinta, serta kakak dan adik penulis atas doa, motivasi,
dan dukungan material maupun spiritual selama penulis melaksanakan
studi S1 di Teknik Mesin UNS.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

7. Annisa Awalia R. S.Psi, seorang pendamping hidup penulis dan buah hati
Marsya Azzahra Alya Nabilah yang telah memberikan dukungan dan
doanya untuk penulis
8. Bapak Rudy Tanumihardjo, ST., selaku Direktur PT. CHEETAH POWER
di Jakarta atas segala bantuannya.
9. Ibu Eliza yang telah membantu penulis dalam mengurus seminar dan
pendadaran.
10. Seluruh dosen serta staf administrasi di Jurusan Teknik Mesin UNS, yang
telah turut membantu penulis hingga menyelesaikan studi S1.
11. Bapak Adie Candra Widodo. S.Ikom., selaku trainer CDI . CHEETAH
POWER yang telah membantu penulis dalam pengambilan data dan
analisa.
12. Sdr. Daniel Sahisnu Raharjo. ST yang telah membantu penulis dalam
analisa data dan penyusunan naskah.
13. Teman-teman Teknik Mesin FT UNS dan teman-teman kost Widuri 3.
14. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah
membantu pelaksanaan dan penyusunan laporan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun senantiasa penulis
harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Dengan segala keterbatasan yang ada,
penulis berharap skripsi ini dapat digunakan sebagaimana mestinya. Amin.

Surakarta, November 2011

Marlon Marlindo

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman judul ............................................................................................................. i

Halaman Surat Penugasan ........................................................................................... ii

Halaman Pengesahan ................................................................................................... iii

Halaman Motto ........................................................................................................... iv

Halaman Abstrak ......................................................................................................... v

Halaman Persembahan ................................................................................................ vii

Kata Pengantar ............................................................................................................ viii

Daftar isi ..................................................................................................................... x

Daftar Tabel ................................................................................................................ xii

Daftar Gambar ............................................................................................................ xiii

Daftar Lampiran .......................................................................................................... xv

Daftar Notasi ............................................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1


1.2. Perumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3. Batasan Masalah ...................................................................................... 2
1.4. Tujuan dan Manfaat ................................................................................. 3
1.5. Sistematika Penulisan .............................................................................. 3
BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 4


2.2. Dasar Teori ............................................................................................. 5
2.2.1 Pengertian Umum Motor Bakar............................................. 5
2.2.2 Jenis Motor Bakar ................................................................. 5
2.2.3 Prinsip Kerja Motor Bensin ................................................... 6
2.2.4 Siklus Otto ............................................................................. 7

2.3. CDI (Capasitive Discharge Igniton) .................................................... 9


2.2.4 CDI Standar .......................................................................... 12
2.2.5 CDI Racing ........................................................................... 13
2.4. Koil .................................................................................................... 16
2.2.6 Koil Standar.......................................................................... 17
2.2.7 Koil Racing........................................................................... 18
2.5. Busi .................................................................................................... 19
2.6. Prestasi Mesin .................................................................................... 20
2.6.1 Pengertian Prestasi Mesin ..................................................... 20
commit to user
2.6.2 Torsi dan Daya...................................................................... 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.6.3 Dimanometer Inersia............................................................. 20


2.6.4 Konsunsi Bahan Bakar Spesifik ............................................ 23
2.6.5 Efisiensi ............................................................................... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Penelitian ...................................................................... 25


3.2 Bahan Penelitian ................................................................................ 26
3.2.1 CDI Racing .......................................................................... 26
3.2.2 Koil GF50LK ....................................................................... 29
3.3 Alat Penelitan..................................................................................... 29
3.3.1 Sepeda Motor ....................................................................... 30
3.4 Langkah-langkah Penelitian ............................................................... 31
3.4.1 Tahap Persiapan.................................................................... 31
3.4.2 Pengambilan Data ................................................................. 33
3.4.3 Tahap Pengujian ................................................................... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data-data Hasil Pengujian Daya dan Torsi.......................................... 34


4.1.1 Data Pengujian Sepeda Motor Standar .................................. 34
4.1.2 Data Penguian Sepeda Motor Menggunakan CDI
Racing dan Koil Standar ....................................................... 36
4.1.3 Data Pengujian Sepeda Motor Menggunakan CDI
Standar dan Koil Racing ....................................................... 37
4.1.4 Data Pengujian Sepeda Motor Menggunakan CDI
Racing dan Koil Racing ........................................................ 37
4.2 Analisis Data Daya dan Torsi ............................................................. 40
4.3 Analisa Data Hasil Pengujian Konsumsi Bahan Bakar ........................ 42
4.3.1 Data Pengujian Konsumsi Bahan Bakar Untuk Motor
Standar ................................................................................. 42
4.3.2 Data Pengujian Konsumsi Bahan Bakar Untuk Motor
dengan CDI Racing dan Koil Standar.................................... 42
4.3.3 Data Pengujian Konsumsi Bahan Bakar Untuk Motor
dengan CDI Standar dan Koil Racing.................................... 45
4.3.4 Data Pengujian Konsumsi Bahan Bakar Untuk Motor
dengan CDI Racing dan Koil Racing..................................... 47
4.3.5 Analisa Data Konsumsi Bahan Bakar Spesifik Semua
Jenis Pengapian .................................................................... 49
4.3.6 Analisa data efisiensi mesin semua jenis pengapian. ........ 50

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 54


5.2 Saran.................................................................................................. 55
..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 56

LAMPIRAN ........................................................................................................... 57
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Derajat Pengapian................................................................................ 28

Tabel 4.1. Hasil perhitungan konsumsi bahan bakar spesifik untuk motor

Standar ................................................................................................ 41

Tabel 4.2. Hasil perhitungan konsumsi bahan bakar spesifik untuk motor

dengan CDI racing dan koil standar ..................................................... 43

Tabel 4.3. Hasil perhitungan konsumsi bahan bakar spesifik untuk motor

dengan CDI standar dan koil racing ..................................................... 44

Tabel 4.4. Hasil perhitungan konsumsi bahan bakar spesifik untuk motor

dengan CDI racing dan koil racing....................................................... 45

Tabel 4.5. Hasil analisa pengapian standar ........................................................... 50

Tabel 4.6. Hasil analisa pengapian CDI racing dan koil standar ............................ 50

Tabel 4.7. Hasil anailsa pengapian CDI standar dan koil racing ............................ 50

Tabel 4.8. Hasil anailsa pengapian CDI racing dan koil racing.............................. 51

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Skema gerak torak dan katup .......................................................... 6

Gambar 2.2. Diagram P-V motor bensin 4 langkah ............................................. 8

Gambar 2.3. Diagram blok sistem pengapian CDI .............................................. 10

Gambar 2.4. Rangkaian dasar CDI standar.......................................................... 12

Gambar 2.6. Diagram blok sistem pengapian CDI Racing................................... 13

Gambar 2.7. Sudut pulser dan sudut pickup koil ................................................. 15

Gambar 2.8. Koil standar.................................................................................... 17

Gambar 2.9. Penampang dalam pada koil standar ............................................... 17

Gambar 2.10. Koil racing merek Daytona ............................................................. 18

Gambar 2.11. Busi ............................................................................................... 19

Gambar 2.12. Dynamometer................................................................................. 20

Gambar 2.13. Roller inersia Dynamometer ........................................................... 21

Gambar 3.1. Diagram alir Penelitian ................................................................... 25

Gambar 3.2. Programmable CDI EX Pro500 ...................................................... 26

Gambar 3.3. Tampilan software CDI EX Pro500 ................................................ 27

Gambar 3.4. Koil seri GF50LK .......................................................................... 29

Gambar 3.5. Sepeda Motor ................................................................................. 30

Gambar 3.6. Dynometer ..................................................................................... 31

Gambar 3.7. Sepeda motor diatas Dynometer ..................................................... 31

Gambar 3.8. Pengatur wheelbase dynometer....................................................... 32

Gambar 3.9. Posisikan roda belakang tepat di atas roller dan mengikat

sepeda motor dengan tali rod .......................................................... 32

Gambar 3.10. Tampilan monitor pada saat pengujian............................................ 33

Gambar 4.1. Grafik hubungan antara daya dan torsi dengan putaran

mesin pada motor standar ............................................................... 35

Gambar 4.2. Grafik hubungan antara daya dan torsi dengan putaran
commit to user
mesin dengan CDI racing dan koil standar ...................................... 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 4.3. Grafik hubungan antara daya dan torsi dengan

putaran mesin dengan CDI Standar dan Koil Racing ....................... 37

Gambar 4.4. Grafik hubungan antara daya dan torsi dengan putaran

pada motor dengan CDI racing dan Koil racing............................... 38

Gambar 4.5. Grafik daya pada tiap jenis pengapian ............................................. 39

Gambar 4.6. Grafik torsi pada tiap jenis pengapian ............................................. 40

Gambar 4.7. Grafik hasil analisa konsumsi bahan bakar spesifik

untuk motor standar ........................................................................ 42

Gambar 4.8. Grafik hasil analisa konsumsi bahan bakar spesifik

untuk motor dengan CDI racing dan koil standar............................. 43

Gambar 4.9. Grafik hasil analisa konsumsi bahan bakar spesifik

untuk motor dengan CDI standar dan koil racing............................. 45

Gambar 4.10. Grafik hasil analisa konsumsi bahan bakar spesifik

untuk motor dengan CDI racing dan koil racing .............................. 46

Gambar 4.11. Grafik hasil analisa konsumsi bahan bakar

spesifik untuk keseluruhan jenis pengapian ..................................... 48

Gambar 4.12 Grafik efisiensi termal mesin.. .............. 49

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil dyno CDI Standart dan Koil standart ........................................ 61

Lampiran 2. Hasil dyno CDI Racing dan Koil Racing............................................ 62

Lampiran 3. Hasil dyno CDI Racing dan Koil Standart.......................................... 63

Lampiran 4. Hasil dyno Koil Racing dan CDI Standart.......................................... 64

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR NOTASI

AFR = Air Fuel Ratio


HC = Hidrokarbon
mf = massa bahan bakar (kg)
f = Laju aliran bahan bakar (kg/h)
N = Putaran mesin (RPM)
ng = Jumlah putaran crankshaft untuk tiap 1 langkah kerja
P = Daya (W)
QHV = Nilai kalor bahan bakar (Kal/ml)
sfc = spesific fuel consumption (kg/kW.h)
T = Torsi (N-m)

Greek symbol

a,i = Massa jenis udara (kg/m3)


v = Efisiensi volumetris (%)
f = Efisiensi termal (%)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Perkembangan teknologi mesin sepeda motor secara mekanikal telah
mengalami kemajuan sangat pesat tetapi tidak sebanding dengan perkembangan
elektronik yang mengendalikan mesin. Peningkatan performa sepeda motor
didapat dari berbagai macam cara. Dengan meningkatnya penggunaan motor,
maka banyak juga orang yang menginginkan performa mesinnya meningkat tanpa
megurangi efisiensinya, banyak hal yang sudah dilakukan untuk itu, alasan inilah
yang juga dilakukan oleh para mekanik dalam proses menghasilkan daya yang
maksimal pada mesin. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu dengan cara
pencampuran atau penggunaan bahan bakar yang tepat serta dengan cara
menyempurnakan pembakaran dalam mesin tersebut.
Pengubahan sistem pengapian salah cara menyempurnakan pembakaran
dalam mesin tersebut, dengan pembakaran yang sempurna diharapkan unjuk kerja
dari mesin tersebut dapat meningkat tanpa mengurangi efisiensi dari mesin
tersebut. Adapun beberapa contoh penelitian yang telah dilakukan tentang
pengapian sepeda motor.
Penelitian ini berkaitan pengembangkan sistem pengapian CDI
(Capacitance Discharge Ignition) berbasis teknologi Digital. Digital CDI adalah
sistem pengapian CDI yang dikendalikan oleh mikrokomputer agar Ignition
Timing (waktu pengapian) yang dihasilkan sangat presisi dan stabil sampai RPM
tinggi. Akibatnya pembakaran lebih sempurna dan hemat bahan bakar, serta
tenaga yang dihasilkan akan sangat stabil dan besar mulai dari putaran rendah
sampai putaran tinggi.
Penggantian CDI dan koil standar dengan tipe racing merupakan salah
satu cara agar mendapatkan pengapian yang lebih baik sehingga diharapkan
terjadi pembakaran yang sempurna di ruang bakar. Terdorong keingintahuan
terhadap pengaruh penggantian CDI dan koil pada mesin sepeda motor, maka
diambil judul penelitian Analisa Penggunaan CDI Racing Programable Dan Koil
Racing Pada Mesin Sepeda Motorcommit to user
Standar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1.2. Perumusan Masalah


Dari uraian penjelasan diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimana karakteristik torsi motor standar dengan torsi motor yang
menggunakan CDI racing dan koil racing.
2. Bagaimana karakteristik daya motor standar dengan daya motor yang
menggunakan CDI racing dan koil racing.
3. Bagaimana konsumsi bahan bakar motor standar dengan motor yang
menggunakan CDI racing dan koil racing.

1.3. Batasan Masalah


Pembatasan masalah dimaksudkan agar permasalahan yang dibahas tidak
melebar, maka dalam hal ini dibatasi pada :
1. Mesin yang digunakan adalah tipe C30 CW110 kondisi standar.
2. Pengujian menggunakan CDI racing (programmable) seri EX Pro500
dan koil racing seri GF50LK dengan CDI dan koil standar.
3. Pengujian kinerja menggunakan dynamometer inersia. dilakukan dengan
chasis kendaraan motor yang dalam keadaan diam dan beban tetap.
4. Pengambilan data torsi dan daya dilakukan pada rasio gear 3 dengan
posisi pada putaran mesin 4000 rpm.
5. Data yang diambil merupakan daya dan torsi pada roda belakang serta
konsumsi bahan bakar.

1.4. Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini yaitu ingin mengetahui:
1. Untuk menganalisa karakteristik torsi motor standar dengan torsi motor
yang menggunakan CDI racing dan koil racing.
2. Untuk menganalisa karakteristik daya motor standar dengan daya motor
yang menggunakan CDI racing dan koil racing.
3. Untuk menganalisa konsumsi bahan bakar motor standar dengan motor yang
menggunakan CDI racing dancommit to user
koil racing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1.5. Sistimatika Penulisan


Sistematika laporan Tugas Akhir ini memuat tentang isi bab-bab yang
dapat diuraikan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan penelitian, batasan masalah,
manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang hasil penelitian terdahulu yang dapat diambil dari
jurnal, disertasi, tesis dan skripsi yang aktual. Selain itu juga berisi landasan teori
yang meliputi konsep-konsep yang relevan dengan permasalahan yang akan
diteliti.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang diagram alur penelitian, alat dan bahan yang
digunakan dalam penelitian. Menjelaskan juga kendala-kendala yang dihadapi
selama penelitian.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang data hasil penelitian, analisa serta pembahasan.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran yang bisa
berguna bagi pembaca maupun peneliti selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka


Pranowo (2008) menerangkan tentang penentuan derajat pengapian Honda
C100 menggunakan programmable cdi dengan analisa tenaga mesin. Menyatakan
derajat pengapian 1-10 BTDC menghasilkan tenaga dan putran mesin rendah,
tenaga mesin naik 0,3 hp pada putaran 7500 rpm menggunakan programmable
CDI.
Irwanto (2011) meneliti pengaruh remaping derajat pengapian pada
penggunaan bahan bakar campuran bensin dan methanol terhadap unjuk kerja
mesin motor bensin 100cc. Menyatakan bahwa bahan bakar campuran 15%
methanol (M-15) menghasilkan daya sebesar 6,819 hp pada putaran 7750 rpm,
mengalami peningkatan 12,7% dibandingkan dengan pemakaian premium murni
yang diuji dengan CDI standar.
Nugraha dan Sriyanto (2006) meneliti perbandingan kinerja sistem
pengapian elektronik tipe magneto (ac-cdi) dan tipe battery (dc-cdi) ditinjau dari
konsumsi bahan bakar dan emisi gas buang pada sepeda motor. Menyatakan
bahwa kinerja sistem pengapian DC-CDI pada putaran rendah hingga menengah
lebih baik dibandingkan kinerja sistem pengapian AC-CDI, ditinjau dari
penurunan konsumsi bahan bakar. Kinerja sistem pengapian DC-CDI pada
putaran rendah hingga menengah lebih baik dibandingkan kinerja sistem
pengapian AC-CDI, ditinjau dari penurunan emisi gas buang CO dan kinerja
sistem pengapian DC-CDI pada putaran rendah hingga menengah lebih baik
dibandingkan kinerja sistem pengapian ac-cdi, ditinjau dari penurunan emisi gas
buang HC.
Bradawada (2008) meneliti tentang Pengaruh Perubahan Sudut Pengapian
Terhadap Prestasi Mesin Motor 4 Langkah. Menyimpulkan untuk sudut pengapian
10 akan menghasilkan torsi dan daya mesin paling besar dibandingkan sudut
pengapian 15 dan 20. Dikarenakan laju konsumsi bahan bakar yang diterima
juga paling besar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Boentarto (2002), dalam bukunya Perawatan dan Pemeliharaan Motor


Bensin menjelaskan, Koil merupakan komponen pengapian yang menentukan
baik tidaknya pembakaran sedangkan pembakaran menentukan jumlah konsumsi
bahan bakar. Koil racing digunakan untuk menghasilkan percikan api yang tinggi.
Tegangan yang dihasilkan koil ini jauh lebih besar yaitu mencapai 10.000-
25.000 volt sehingga percikan yang terjadi pada busi jauh lebih besar dan kuat.

2. 2 Dasar Teori
2.2.1 Pengertian Umum Motor Bakar
Motor bakar termasuk mesin pembakaran dalam, yaitu proses
pembakarannya berlangsung dalam motor bakar itu sendiri, sehingga gas hasil
pembakaran yang terjadi sekaligus berfungsi sebagai fluida kerja.
Motor bakar torak mempergunakan silinder yang di dalamnya terdapat
torak yang bergerak translasi. Di dalam silinder itulah terjadi pembakaran bahan
bakar dengan oksigen dari udara. Gas pembakaran yang dihasilkan oleh proses
tersebut menggerakkan torak oleh batang penghubung (batang penggerak),
dihubungkan dengan poros engkol. Gerak translasi torak tersebut menyebabkan
gerak rotasi pada poros engkol dan sebaliknya.

2.2.2 Jenis Motor Bakar


Motor bakar torak terbagi menjadi dua jenis utama, yaitu motor bensin
(Otto) dan motor diesel. Perbedaan yang utama terletak pada sistem
penyalaannya. Pada motor bakar bensin, penyalaan campuran bahan bakar dan
udara dengan loncatan bunga api listrik dari busi. Karena itu motor bakar bensin
disebut juga Spark Ignition Engines.
Pada motor diesel disebut juga Compression Ignition Engines, terjadi
proses penyalaan sendiri. Yaitu karena bahan bakar disemprotkan ke dalam
silinder yang berisi udara bertemperatur dan bertekanan tinggi. Bahan bakar itu
terbakar sendiri setelah temperatur campuran itu melampaui temperatur nyala
bakar.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.2.3 Prinsip Kerja Motor Bensin


Proses pembakaran di dalam motor bakar berlangsung secara periodik.

Hisap Kompresi Usaha Buang

Gambar 2.1 Skema gerak torak dan katup

1. Langkah Hisap
Pada langkah ini katup masuk terbuka kemudian Piston bergerak ke Titik
Mati Bawah (TMB). Gerakan tersebut mengakibatkan tekanan yang rendah atau
terjadi kevakuman di dalam silinder. Karena itu campuran udara-bahan bakar
terisap dan masuk melalui katup masuk. Ketika piston hampir mencapai TMB,
silinder sudah berisi sejumlah campuran bahan bakar dan udara.

2. Langkah Kompresi
Setelah piston menyelesaikan langkah hisap, katup masuk menutup.
piston kembali ke TMA. Dengan kedua katup hisap dan buang tertutup,
campuran bahan bakar-udara yang berada dalam silinder dikompresikan. Akibat
proses kompresi tersebut, terjadi kenaikan suhu di dalam silinder.
3. Langkah Usaha atau Ekspansi
Beberapa derajat sebelum TMA, busi memercikkan bunga api. Api dari
busi tersebut membakar campuran bahan bakar dan udara. Sehingga campuran
bahan bakar dan udara terbakar kemudian mendoromg piston bergerak menuju
TMB.
4. Langkah Buang
Beberapa derjat sebelum piston mencapai TMB, katup buang mulai

commit
membuka. Piston mulai bergerak to user
ke atas. Memompa sisa hasil pembakaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

melalui lubang katup buang. Ketika piston hampir mencapai TMA, katup hisap
mlai membuka dan bersiap untuk memulai siklus berikutnya.

2.2.4 Silkus Otto


Langkah hisap dari siklus Otto dimulai dengan piston pada TMA dan
dalam proses tekanan konstan pada tekanan masuk satu atmosfer (proses 6-1)
pada gambar (2.6). Tekanan yang sebenarnya sedikit lebih kecil dari tekanan satu
atmosfer karena ada rugi tekanan pada saat udara masuk. Temperatur udara
selama langkah hisap meningkat karena udara melewati hot intake manifold.
Langkah kompresi tejadi secara isentropik dari TMB ke TMA (proses 1-
2). Dalam mesin yang sebenarnya langkah awal disebabkan oleh katup hisap tidak
tertutup penuh sampai sedikit setelah TMB. Akhir kompresi disebabkan oleh
pengapian busi sebelum TMA. Tidak hanya tekanan saja yang naik pada langkah
kompresi, temperatur juga naik akibat pemanasan kompresi.
Langkah kompresi diikuti oleh proses 2-3 penambahan panas volume
kostan pada TMA. Proses ini menggantikan proses pembakaran pada siklus mesin
yang sebenarnya, yang terjadi pada sistem tertutup dan kondisi volume konstan.
Dalam mesin yang sebenarnya pembakaran dimulai sedikit sebelum TMA.
Selama pembakaran atau panas masuk, sejumlah energi ditambahkan ke udara
dalam silinder. Energi menaikan temperatur udara menjadi sangat tinggi,
menyebabkan terjadi temperatur puncak siklus pada titik 3. Tekanan puncak juga
terjadi pada titik 3.
Tekanan dan entalpi yang sangat tinggi dalam sistem silinder
menghasilkan langkah tenaga/ ekspansi yang mengikuti pembakaran (proses 3-4).
Tekanan yang tinggi pada muka piston mendorong piston kembali ke TMB dan
menghasilkan kerja dan daya keluaran dari mesin. Langkah tenaga pada mesin
yang sebenarnya diganti dengan proses isentropik dalam siklus Otto. Pada mesin
yang sebenarnya awal langkah tenaga dipengaruhi oleh bagian akhir proses
pembakaran. Akhir langkah tenaga dipengaruhi oleh bukaan katup buang sebelum
TMB. Selama langkah tenaga temperatur dan tekanan menurun seiring
pertambahan volume dari TMA ke TMB.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Menjelang akhir dari langkah tenaga dari siklus mesin yang sebenarnya,
katup buang terbuka dan silinder medorong gas buang keluar. Sejumlah entalphi
terbawa keluar gas buang. Siklus otto mengganti pembuangan gas buang pada
proses sistem terbuka dengan pengurangan tekanan pada volume konstan proses
sistem tertutup (4-5). Entalphi yang hilang selama proses ini diganti dengan
pembuangan panas untuk analisis mesin. Tekanan di dalam silinder pada akhir
pembuangan berkurang sampai sekitar 1 atm, dan temperatur berkurang dengan
pendinginan expansi.
Langkah terakhir dari siklus empat langkah terjadi saat piston bergerak
dari TMB ke TMA. Proses 5-6 adalah langkah buang yang terjadi pada tekanan
konstan 1 atm karena katup buang terbuka.
Pada akhir langkah pembuangan mesin mengalami dua kali putaran, piston
kembali pada TMA. Katup buang tertutup dan katup hisap terbuka, mulailah
siklus baru lagi.

Gambar 2.2. Diagram P-V siklus otto aktual

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2.3. Diagram P-V siklus otto ideal

2.3 CDI (Capasitive Discharge Ignition)


CDI adalah sistem pengapian pada mesin pembakaran dalam dengan
memanfaatkan energi yang disimpan didalam kapasitor yang digunakan untuk
menghasilkan tengangan tinggi ke koil pengapian sehingga dengan output
tegangan tinggi koil akan menghasilkan spark di busi. Besarnya energi yang
tersimpan didalam kapasitor inilah yang sangat menentukan seberapa kuat spark
dari busi untuk memantik campuran gas di dalam ruang bakar.
Semakin besar energi yang tersimpan didalam kapasitor maka semakin
kuat spark yang dihasilkan di busi untuk memantik campuran gas bakar dengan
catatan diukur pada penggunaan koil yang sama. Energi yang besar juga akan
memudahkan spark menembus kompresi yang tinggi ataupun campuran gas bakar
yang banyak akibat dari pembukaan throttle yang lebih besar.
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa CDI yang digunakan
sangat berpengaruh pada performa kendaraan. Hal ini disebabkan karena dengan
penggunaan pengapian yang baik maka pembakaran di dalam ruang bakar akan
tuntas dan sempurna sehingga panas yang dihasilkan dari pembakaran akan
optimal. Panas sangat berpengaruh ,karena disain dari mesin bakar itu sendiri
commit toenergi
yaitu mengubah energi kimia menjadi user panas untuk kemudian diubah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menjadi energi gerak. Semakin panas hasil pembakaran di ruang bakar artinya
semakin besar ledakan yang dihasilkan dari campuran gas di ruang bakar sehingga
menghasilkan energi gerak yang besar pula di mesin. Panas disini adalah panas
yang dihasilkan murni dari ledakan campuran gas bakar, bukan karena gesekan
antar komponen didalam ruang bakar. Dengan kata lain panas yang dimaksudkan
adalah panas ideal yang dapat dihasilkan dari pembakaran campuran gas bakar
dengan energi dari sistem pengapian yang digunakan.
Timing pengapian dan setingan lain tentu juga berpengaruh pada hasil
akhir performa mesin, namun jika dilihat dari sisi CDI itu sendiri, energi output
yang menentukan kualitas CDI. Dengan timing dan setingan lain yang sama, CDI
dengan energi yang lebih besar akan menghasilkan performa mesin yang lebih
baik.
Kerja CDI adalah mengatur waktu meletiknya api di busi yang akan
membakar bahan bakar yang telah dipadatkan oleh piston. Kerja CDI didukung
oleh pulser sebagai sensor posisi piston, di mana sinyal dari pulser akan
memberikan arus pada SCR yang akan membuka, sehingga arus yg ada dalam
kapasitor yg ada di dalam CDI dilepaskan. Selain pulser ada aki (pada CDI DC)
atau spul (CDI AC) dimana sebagai sumber arus yang kemudian diolah oleh CDI
dan tentunya CDI didukung oleh koil sebagai pelipat tegangan yang dikirim ke
busi. Konsep kerja sistem pengapian CDI berbeda dengan sistem pengapian
penyimpan induktif (inductive storage system).
Pada sistem CDI, koil masih digunakan tetapi fungsinya hanya sebagai
transformator tegangan tinggi, tidak untuk menyimpan energi. Sebagai pengganti,
sebuah kapasitor digunakan sebagai penyimpan energi. Dalam sistem ini kapasitor
diisi (charged) dengan tegangan tinggi sekitar 300 V sampai 500 V, dan pada saat
sistem bekerja (triggered), kapasitor tersebut membuang (discharge) energinya ke
kumparan primer koil pengapian. Koil tersebut menaikan tegangan (dari
pembuangan muatan kapasitor) menjadi tegangan yang lebih tinggi pada
kumparan sekunder untuk menghasilkan percikan api pada busi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2.4 Diagram blok sistem pengapian CDI

Secara sederhana sistem pengapian CDI digambarkan dengan skema


seperti pada gambar di atas, dan rangakaian tersebut jika dikelompokkan menjadi
elemen-elemen yang lebih kecil sesuai dengan kerjanya masing-masing maka
dapat dikelompokkan menjadi enam blok seperti pada gambar.
Keenam bagian utama dari sistem pengapian CDI tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut.
a) DC to DC converter, secara sederhana dapat dijelaskan bahwa bagian ini
berfungsi untuk mengubah arus DC menjadi AC kemudian dinaikan
tegangannya dan kemudian disearahkan kembali menjadi DC.
b) Kapasitor, bagian ini berfungsi untuk menyimpan energi listrik yang
disuplai oleh DC to DC converter.
c) Contact point atau pick up coil (pulser). Bagian ini berfungsi sebagai
pemicu (trigger) atau penghasil sinyal untuk mengaktifkan Thyristor.
d) Amplifier, bagian ini berfungsi sebagai penguat sinyal yang dihasilkan oleh
bagian pembangkit sinyal sehingga sinyal tersebut cukup kuat untuk
mengaktifkan Thyristor.
e) Thyristor switch, bagian ini berfungsi untuk mengalirkan energi dari
kapasitor ke koil pengapian. Thyristor ini merupakan komponen
semikonduktor yang akan bekerja (ON) oleh adanya pulsa tegangan pada
kaki gate-nya. Pada saat distributor berputar, pulsa tegangan dihasilkan
oleh pick up coil. Pulsa ini dikuatkan oleh amplifier untuk kemudian meng-
commit to user
ON-kan Thyristor. Pada saat ON inilah kapasitor mengeluarkan energinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ke kumparan primer koil. Kemudian Thyristor kembali OFF dan kapasitor


terisi kembali.
Metode pembuangan muatan kapasitor untuk menghasilkan tegangan
tinggi sehingga terjadi percikan api pada busi dapat dicapai dengan menyimpan
energi listrik dalam sebuah kapasitor. Apabila saat pengapian sudah tepat dan api
siap untuk dipercikan, Thyristor Power akan aktif dan membentuk suatu
rangkaian tertutup antara kapasitor dan kumparan primer koil. Kapasitor dengan
cepat akan melepaskan energinya melalui kumparan primer koil. Aliran arus yang
sangat cepat dalam kumparan primer ini akan menyebabkan terjadinya tegangan
yang sangat tinggi pada kumparan sekunder dan tegangan tinggi ini akan
disalurkan ke busi untuk menghasilkan loncatan bunga api di antara elektroda
busi. CDI dibagi menjadi 2, yaitu CDI standar dan CDI Racing.

2.3.1 CDI Standar


Menurut Nuval timing pengapian CDI standar sudah disesuaikan dengan
kondisi mesin standard dan biasanya dilengkapi dengan limiter untuk membatasi
putaran mesinnya tidak terlalu tinggi sehingga memperpanjang umur komponen
mesin (mesin tidak dipaksa bekerja terlalu ekstrem).
Sementara itu, Huang (2004) menyatakan bahwa CDI standar didesain
bukan untuk performa optimal namun dirancang untuk uji emisi yang harus euro
2. Jadi pada dasarnya dengan campuran bahan bakar 14,7 : 1 hal ini timing
pengapian harus di sesuaikan maka dari itu diciptakanlah CDI standard.

Gambar 2.5 Rangkaian dasar CDI standar

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2.5 memperlihatkan jenis CDI DC (direct current) yang


menggunakan sumber arus listrik dari battery. Arus listrik tersebut dinaikan
tegangannya sebelum mengisi kapasitor. Pengapian akan terjadi jika trigger atau
sering disebut dengan pulser mendapat sinyal dari pickup pulser, sinyal
tersebutditeruskan menuju microcontroller dan selanjutnya kapasitor akan
melepas muatan listrik. Muatan listrik tersebut akan menuju ignition coil dan
berakhir pada spark plug atau busi.

2.3.2 CDI Racing


Setiap mesin memiliki karakter yang berbeda meskipun untuk tipe motor
yang sama. Jadi ada faktor lain selain dari limiter yang membedakan dari CDI
standar dengan CDI racing yaitu timing pengapian dan kemampuannya. Yang
dimaksud kemampuan disini adalah fitur yang terdapat di dalam CDI yang
mendukung performa suatu mesin, misalnya adalah timing pengapian yang dapat
disesuaikan (programmable) dengan setiap perubahan yang terjadi dari suatu
mesin.Sebagai gambaran suatu mesin dikatakan racing apabila terjadi
perubahan camshaft, karburator, knalpot, bahan bakar, bore up dan sistem
pengapiannya. Sehingga performanya lebih tinggi dari kondisi standarnya.
Pada dasarnya CDI racing memiliki cara kerja yang hampir sama dengan
CDI standar, hanya pada CDI racing terdapat penambahan beberapa komponen
seperti low voltage IC regulator, pulse signal digilizer, CDI central processor
unit, thyristor driver, data storage unit dan data communication untuk
meningkatkan kinerja dari CDI tersebut. Dibawah ini gambar dan diagram blok
CDI racing.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2.6 Diagram blok sistem pengapian CDI Racing

Keterangan gambar di atas :


1. Rectifier and High Voltage Regulator Area (rangkaian penyearah dan pengatur
tegangan tinggi) berisi rangkaian pembatas tegangan untuk diteruskan menuju
firing area.
2. Firing Area (rangakaian pengapian), digunakan untuk memberikan muatan
listrik pada ignition coil. Komponen utama capacitor, system pengendaliannya
dilakukan oleh blok nomer 3.
3. Thyristor Driver (rangkaian pengendali thyristor)
4. Central Processor Unit (CPU) yaitu sistem komputer utama pengendali
5. CDI yang mengatur segala fungsi CDI mulai dari pengendalian sistem
pengapian hingga komunikasi dengan personal computer untuk keperluan
tuning data.
6. Pulse Signal Digitzer yaitu rangkaian untuk mengubah level sinyal analog ke
level sinyal digital agar dapat dibaca oleh CPU.
7. Data Communication Interface adalah rangkaian komunikasi dengan personal
computer.
8. Data Storage Unit merupakan rangkaian berisi IC memori atau EEPROM
untuk menyimpan data setting.
commit listrik
9. Power supply yaitu pemasok sumber to userkhusus untuk CPU.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Derajat pengapian yang dimasukan dalam CDI programmable akan


dibaca sebagai fungsi waktu oleh IC. Besar atau kecilnya nilai derajat pengapian
akan menentukan waktu pengapian. Makin besar nilai derajat yang dimasukan,
semakin cepat pengapian yang akan terjadi, bila nilai derajat yang dimasukan
kecil maka waktu pengapian akan lebih lambat yaitu ketika posisi piston dekat
dengan TMA.
Perhitungan waktu pengapian tersebut dimulai saat pulser mendapat
sinyal dari pick-up magnet. Data yang dibutuhkan oleh CDI programmable untuk
memulai perhitungan waktu pengapian tersebut adalah besar sudut pulser angle
dan pick-up angle. Selisih antara pulser angle dan pick-up angle disebut dengan
delta pengapian.

Gambar 2.7 Sudut pulser dan sudut pickup koil

Panjang delta untuk tiap pengapian pada sepeda motor adalah berbeda-
beda. Seperti contohnya pada motor tipe 30C CW 110 sebesar 67,5. Delta
dihitung dengan langkah membuka tutup magnet sebelah kiri terlebih dulu,
kemudian mengukur besar sudut antara pulser dengan garis tanda TOP
Delta pengapian misal 20 tersebut digunakan sebagai acuan derajat
paling awal saat pengapian dari CDI programmable. Ketika pulser mendapat
sinyal dari pick-up magnet, CDI akan membacanya sebagai 20 sebelum TMA
saat itu. Informasi lain yang akan masuk menuju CDI yaitu putaran mesin, dari
putaran mesin tersebut CDI akan menghitung berapa lama penundaan waktu yang
commit
diperlukan untuk sampai pada derajat to user yang kita inginkan. Misal pulser
pengapian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

membaca putaran mesin sebesar 2000 rpm, maka pada CDI akan menghitung
kecepatan untuk menempuh tiap derajat sebagai berikut :

2000 rpm = rps = 33,3 rps

1 putaran = 1dt / 33,3 = 0,03 dt
,
Waktu untuk menempuh 1 derajat = 8,33 10 /per

Setelah diketahui kecepatan tiap derajat pada putaran 2000 rpm, CDI
akan menghitung kembali berapa waktu yang diperlukan untuk sampai pada
derajat pengapian yang kita masukan dalam tabel.
Misal pada 2000 rpm kita kehendaki pengapian terjadi 3 sebelum TMA.
Maka CDI akan mengitung waktu yang diperlukan untuk mencapai 3 sebelum
TMA tersebut sebagai berikut :
20( delta pengapian) - 3 ( sudut pengapian) = 17
Hasil pengurangan delta dengan sudut pengapian adalah 17 jarak yang
ditempuh dari awal pulser mendapat sinyal hingga saat pengapian yaitu 3
sebelum TMA. CDI akan memulai pengapian setelah beberapa saat sesudah
mendapat sinyal dalam waktu :
8,33 x 105 ( detik / derajat ) x 17 = 1,41 x 103 detik.

2.4 Koil
Koil merupakan bagian terpenting dalam pengapian pada Spark Ignition
Engines karena koil merupakan komponen pengapian yang menentukan baik
tidaknya proses pembakaran dalam ruang bakar. Koil difungsikan sebagai
pengubah arus tegangan rendah menjadi tegangan tinggi untuk menghasilkan
bunga api pada busi dan dilihat dari sudut fungsinya koil merupakan sumber nyata
dari tegangan yang dibutuhkan dalam proses pembakaran. Koil menghasilkan
tegangan tinggi dengan prinsip induksi dimana tegangan listrik pada baterai
merupakan tegangan rendah (6 - 12Volt) dan dinaikan sampai 5000 25.000
Volt.
Secara fisik koil dikonstruksi mirip dengan trafo. Pada bagian tengahnya
koil berisi batangan logam yang dilapisi dengan inti besi, sekitar inti dan yang
commit to user
terisolasi dililit penyekat kumparan sekunder (tegangan tinggi) dengan jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

lilitan kawat tembaga yang sangat tipis dan lebih banyak dari pada kumparan
primer. Dibagian luar dari penyekat dan bagian yang terisolasi dililit penyekat
kumparan primer dengan lilitan kawat tembaga yang lebih besar, perbandingan
lilitan antara penyekat sekunder dan kumparan primer adalah 60 sampai dengan
150.

2.4.1 Koil standar


Koil pengapian ini digunakan untuk pengapian tegangan tinggi dan pada
sepeda motor, koil ini sering disebut dengan koil pengapian AC, dimana dalam
sistimnya terjadi arus bolak balik, guna mengurangi gangguan dari luar konstruksi
koil tersebut dibungkus dengan plastik yang dicairkan dan dilekatkan dengan
konstruksi bentuk standar, seperti yang terlihat pada gambar :

Gambar 2.8 Koil standar

Gambar 2.9 Penampang dalam pada koil standar


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.4.2 Koil Racing


Koil ini digunakan untuk menghasilkan percikan bunga api yang tinggi,
koil ini memiliki bahan serta bentuk yang sedikit berbeda dengan koil standar
dimana koil ini sengaja diciptakan untuk menghasilkan tegangan yang tinggi.
Tegangan yang dihasilkan koil ini jauh lebih besar yaitu mencapai 10.000-
25.000 volt sehingga percikan yang terjadi pada busi jauh lebih besar dan kuat
guna menyempurnakan proses pembakaran yang terjadi pada ruang bakar. berikut
merupakan gambar dari koil racing yang akan digunakan dalam penelitian :

Gambar 2.10 Koil racing merek Daytona

Pada dasarnya koil racing tipe GF50LK gambar (2.11) dikonstruksikan hampir
sama dengan koil standar akan tetapi memiliki bahan yang berbeda hal ini dapat
dilihat pada inti besi dan plastik pembungkus
rangkaian yang jelas berbeda, namun dalam penelitian ini tidak
membahas mengenai perbedaan dan bahan yang digunakan.

2.5 Busi
Busi adalah komponen utama untuk menyalakan campuran bahan bakar
udara dengan loncatan api diantara kedua elektrodanya. Loncatan arus listrik ini
dibangkitkan oleh koil yang berfungsi menaikkan tegangan dari pembangkit arus
listrik awal menjadi arus listrik bertegangan tinggi. Sehingga karena perbedaan
potensial diantara kedua elektrodanya mengalahkan tahanan udara pada celah,
terjadilah loncatan bunga api diantara kedua elektrodanya.
Kedua elektroda dipisahkan oleh isolator listrik agar loncatan listrik
commit
hanya terjadi diantara ujung elektroda to user
saja. Bahan isolator ini haruslah memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tahanan listrik yang tinggi, tidak rapuh terhadap kejutan mekanik dan thermal,
merupakan konduktor panas yang baik serta tidak bereaksi kimia dengan gas
pembakaran. Beberapa bagian dari busi ditunjukkan pada gambar:

Gambar 2.11. Busi

2.6 Prestasi Mesin


2.6.1 Pengertian Prestasi Mesin
Prestasi mesin adalah kemampuan mesin motor bakar untuk merubah
energi yang masuk yaitu bahanbakar sehingga menghasilkan daya berguna, yang
ditinjau dari besarnya torsi, daya dan konsumsi bahan bakar serta putarannya.
2.6.2 Torsi dan daya
Torque atau torsi adalah indikator yang baik untuk mengetahui
kemampuan kerja mesin. Torsi didefinisikan sebagai gaya kerja sepanjang momen
dan mempunyai satuan N-m atau lbf-ft. Sedangkan power atau daya didefinisikan
sebagai kecepatan kerja suatu mesin dan mempunyai satuan Watt. Hubungan torsi
dengan daya adalah :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2.12. Daya dan torsi sebagai fungsi kecepatan putar mesin.

2.6.3 Inertia Dynamometer


Peralatan yang digunakan untuk mengukur daya dan torsi mesin dapat
ditunjukkan pada gambar 2.13. berikut ini:

Gambar 2.13 Dynamometer

Dari gambar diatas terdapat beberapa bagian-bagian utama pada


Dynamometer, yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Keterangan gambar:
1. Monitor 1
2. Sensor pick up coil 35
3. Roller dengan pick up coil
4. Konsul dyno GUI ( graphic user interface )
5. Monitor 2
6. CPU
7. Printer
Dinamometer digunakan sebagai alat untuk mengukur performa mesin.
Kinerja mesin yang diukur berupa torsi dan daya motor. Pengukuran kinerja
mesin pada dinamometer akan mendapatkan besar nilai torsi, selanjutnya
barudidapatkan daya motor melalui perhitungan dengan melibatkan nilai torsi
yang didapat sebelumnya. Model dinamometer yang digunakan dalam penelitian
ini adalah jenis inersia. Jenis ini memungkinkan untuk pengetesan mesin pada
rangka motor dan langsung pada roda belakang. Sehingga hasil yang didapat
merupakan data unjuk kerja bersih setelah dikurangi rugi-rugi dari gesekan,
transmisi dan sebagainya. Pada inersia dyno terdapat beban tetap untuk pengujian
berupa massa silinder pejal, yaitu media yang digerakkan oleh roda belakang dari
kendaraan. Silinder pejal dengan massa tertentu tersebut jika berputar akan
memiliki besaran yang disebut dengan momen inersia (I) dan percepatan sudut
(). Percepatan sudut didapat dari sensor kecepatan yang terdapat disamping
silinder. Dari kedua data yang didapat tersebut dan dengan modul yang
digunakan, dilakukan perhitungan untuk mengetahui besar torsi yang dibaca.
Karena pembacaan inersia melibatkan percepatan, maka tidak mungkin akan
didapatkan torsi pada keadaan putaran mesin tetap ( = 0).
Perhitungan untuk mendapatkan torsi dimulai dengan berputarnya roller
inersia dinamometer seperti Gambar 2.13, berputarnya roller akan menghasilkan
momen inersia sebagai berikut .

commit to user
Gambar 2.13 Roller inersia dynamometer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

I kg. m .(1)

Dimana :
M = massa silinder
R = jari jari silinder
Dari putaran silinder diperoleh perubahan kecepatan sudut berbanding
waktu. Perbandingan keduanya untuk menghitung percepatan sudut () dengan
rumus :
) /
(2)

Dimana :
= perubahan kecepatan sudut
= perubahan waktu
Dari hasil dapat dihitung torsi () yang dihasilkan mesin dengan
persamaan :

= I . .(3)
Torsi untuk silinder pejal

= 0,5.m.R2. (N.m) (4)


perhitungan daya mesin :

P kW (5)

2.6.4 Konsumsi bahan bakar spesifik (Spesific fuel consumption)


Konsumsi bahan bakar spesifik menyatakan banyaknya bahan bakar yang
dikonsumsi mesin per jam untuk setiap daya yang dihasilkan. Konsumsi bahan
bakar spesifik biasanya diukur dengan satuan gr /kW-hr atau lbm/hp-hr dan dapat
didefinisikan dengan :
(g/h)
sfc(g/kW. h) = .(7)
P(kW)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dimana :
- sfc = Spesific Fuel Consumption (g/kW. h)
- f = Laju aliran bahan bakar (g/h)

Konsumsi bahan bakar:


. .
f = .......(6)
.
Dimana :
v = Volume buret yang dipakai dalam pengujian (10 cc)
t = Waktu yang diperlukan untuk pengosongan buret (detik)
= Massa jenis bahan bakar ( bensin=0,74 kg/l )
B = Konsumsi bahan bakar (kg/jam)

Gambar 2.14 Hubungan kecepatan putar mesin (N) dengan sfc

2.6.5 Efisiensi
Waktu yang tersedia untuk melakukan proses pembakaran satu siklus dalam
mesin sangat singkat dan tidak semua molekul bahan bakar tidak mendapat
molekul oksigen untuk bereaksi, atau temperatur lokal tidak sesuai untuk bereaksi.
Akibatnya fraksi kecil dari bahan bakar tidak bereaksi dan terbawa gas buang
keluar. Efisiensi termal adalah ukuran besarnya pemanfaatan energi panas dari
bahan bakar untuk diubah menjadi daya oleh motor.
commit to user
Efisiensi termal dapat didefinisikan dengan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3600
f =( g MJ )(7)
sfc . QHV( )
kW . h kg

Dimana :
- f = Efisiensi termal
- QHV = Nilai kalor bahan bakar (MJ/kg)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Penelitian

Mulai

Persiapan, pencarian studi pustaka , pencarian alat dan


bahan

Uji Prestasi Mesin

Sepeda motor standar

1. CDI dan coil konsumsi bahan bakar


standar pada rpm 5000, 6000,
2. CDI Racing 7000, 8000, dan 9000
dan coil standar Analisa dan Pembahasan
3. CDI standar torsi, daya dan konsumsi
dan coil racing bahan bakar
4. CDI racing dan
coil racing

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram alir Penelitian

3.2 Bahan Penelitian commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3.2.1 CDI Racing Programmable


Programmable CDI EX Pro500 merupakan Sistem pengapian (CDI)
dapat diprogram sesuai dengan kapasitas mesin, timing dan angle pun bisa
dirubah tanpa harus membuka blok magnet dan merubahnya secara manual.

Gambar 3.2. Programmable CDI EX Pro500

Beberapa Fitur yang dimiliki Programmable CDI Programmable tipe EX


Pro500, yaitu:
1) Kurva pengapian dapat diprogram dengan menggunakan komputer atau
laptop.
2) Memiliki setting tipe pulser dan angle pulsel yang dapat di sesuikan
dengan spesifikasi mesin.
3) Pilihan untuk menggunakan satu kurva pengapian (Single Map) atau
beberapa kurva pengapian (Multi Map).
4) Dapat menyimpan 10 map (kurva pengapian).
5) Menyimpan (save) atau mengambil (load) kurva pengapian dari
komputer.
6) Penyettingan derajat pengapian setiap kenaikan 50 rpm sampai dengan
25.000 rpm.
7) Limite system, limiter bisa diatur sesuai dengan kebutuhan mesin disetiap
kurva pengapian.
8) Output volt sebesar 350V, 400V, 500V.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 3.3 Tampilan software CDI EX Pro500

Proses pengujian dilaksanakan di Mototech Yogyakarta Indonesia,


dengan bantuan dan diawasi operator dinamometer. Rangkaian pelaksanaan
pengujian diawali dengan menguji menggunakan pengapian CDI standar.
Pengujian selanjutnya dilakukan dengan menggunakan pengapian CDI
programmable. Sebelum digunakan untuk pengujian, nilai derajat pengapian
harus dimasukkan dulu ke dalam memori CDI programmable dengan
menggunakan komputer atau laptop. Nilai derajat pengapian yang dimasukkan ke
dalam CDI programmable ditampilkan dalam table 3.1.

Tabel 3.1 Derajat Pengapian

RPM
Degree
BTCD RPM
commit
Degree
BTCD
toRPM
user Degree
BTCD RPM
Degree
BTCD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

600 11 3650 31.25 6700 37.75 9750 37


650 11.25 3700 31.5 6750 37.75 9800 37
700 11.5 3750 31.75 6800 38 9850 37
750 11.75 3800 32 6850 38 9900 37
800 12 3850 32.25 6900 38 9950 37
850 12.25 3900 32.5 6950 38 10000 36.75
900 12.5 3950 32.75 7000 38 10050 36.75
950 12.75 4000 33 7050 38 10100 36.75
1000 13 4050 33 7100 38 10150 36.75
1050 13.25 4100 33.25 7150 38 10200 36.75
1100 13.5 4150 33.25 7200 38 10250 36.5
1150 13.75 4200 33.5 7250 38 10300 36.5
1200 14 4250 33.5 7300 38 10350 36.5
1250 14.25 4300 33.75 7350 38 10400 36.5
1300 14.5 4350 33.75 7400 38 10450 36.5
1350 14.75 4400 34 7450 38 10500 36.25
1400 15 4450 34 7500 38 10550 36.25
1450 15.25 4500 34.25 7550 38 10600 36.25
1500 15.5 4550 34.25 7600 38 10650 36.25
1550 15.75 4600 34.5 7650 38 10700 36.25
1600 16 4650 34.5 7700 38 10750 36
1650 16.5 4700 34.75 7750 38 10800 36
1700 17 4750 34.75 7800 38 10850 36
1750 17.5 4800 35 7850 38 10900 36
1800 18 4850 35 7900 38 10950 36
1850 18.5 4900 35.25 7950 38 11000 35.75
1900 19 4950 35.25 8000 38 11050 35.75
1950 19.5 5000 35.5 8050 38 11100 35.75
2000 20 5050 35.5 8100 38 11150 35.75
2050 20.5 5100 35.75 8150 38 11200 35.75
2100 21 5150 35.75 8200 38 11250 35.5
2150 21.5 5200 36 8250 38 11300 35.5
2200 22 5250 36 8300 38 11350 35.5
2250 22.5 5300 36 8350 38 11400 35.5
2300 23 5350 36 8400 38 11450 35.5
2350 23.5 5400 36.25 8450 38 11500 35.25
2400 24 5450 36.25 8500 38 11550 35.25
2450 24.5 5500 36.25 8550 38 11600 35.25
2500 25 5550 36.25 8600 38 11650 35.25
2550 25.5 5600 36.5 8650 38 11700 35.25
2600 26 5650 36.5 8700 38 11750 35
2650 26.25 5700 36.5 8750 38 11800 35
2700 26.5 5750 36.5 8800 38 11850 35
2750 26.75 5800 36.75 8850 38 11900 35
2800 27 5850 36.75 8900 38 11950 35
2850 27.25 5900 36.75 8950 38 12000 34.75
2900 27.5 5950 36.75 9000 37.75 12050 34.75
2950 27.75 6000 37 9050 37.75 12100 34.75
3000 28 6050 37 9100 37.75 12150 34.75
3050 28.25 6100 37 9150 37.75 12200 34.75
3100 28.5 6150 37 9200 37.75 12250 34.5
3150 28.75 6200 37.25 9250 37.5 12300 34.5
3200 29 6250 37.25 9300 37.5 12350 34.5
3250 29.25 6300 37.25 9350 37.5 12400 34.5
3300 29.5 6350 37.25 9400 37.5 12450 34.5
3350 29.75 6400 37.5 9450 37.5 12500 34.25
3400 30 6450 37.5 9500 37.25 12550 34.25
3450 30.25 6500 37.5 9550 37.25 12600 34.25
3500 30.5 6550 37.5 9600 37.25 12650 34.25
3550 30.75 6600 37.75 9650 37.25 12700 34.25
3600 31 6650 37.75 9700 37.25 12750 34
3.2.2 Koil GF50LK

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 3.4. Koil seri GF50LK

3.3 Alat penelitian


3.3.1 Sepeda Motor
Spesifikasi mesin sepeda motor tipe 30C CW 110 yang akan digunakan
sebagai bahan pengujian adalah sebagai berikut :
1) Mesin 4 langkah, SOHC, 2 klep (berpendingin udara)
2) Volume Silinder 110,3cc.
3) Diameter X Langkah 51,0 x 54,0 mm
4) Perbandingan Kompresi 9,3 : 1
5) Tenaga Maksimum 8,8 HP pada putaran 8.000 rpm
6) Torsi Maksimum 9,0221 N.m pada putaran 5.000 rpm
7) Sistem Pelumasan basah / Wet sump
8) Kapasitas oli mesin penggantian berkala 800cc.
9) Penggantian Total oli mesin1.000cc
10) Karburator VM 17 x, setelan Pilot Screw 1 - 3,8 putaran keluar.
11) Putaran langsam mesin 1.500 rpm
12) Saringan udara mesin tipe kering
13) Sistem Starter Starter listrik dan starter engkol
14) Tipe Transmisi Tipe ROTARY, 4 kecepatan (N-1-2-3-4-N)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 3.5. Sepeda motor

a. Burret dengan volume 25 cc


Digunakan untuk mengukur konsumsi bahan bakar
b. Stop watch
Digunakan untuk pencatat waktu konsumsi bahan bakar.
c. Laptop
Digunakan untuk memrogram CDI racing.
d. Dynometer
Spesifikasi Dynometer yang akan digunakan sebagai alat pengujian
adalah sebagai berikut:
1) Merk : Sportdyno V3.2
2) Seri model : SD325
3) Dimensi (p x l x t) : 2110 x 1000 x 800 mm
4) Berat : 400 kg
5) Wheelbase : 850 1850 mm 47
6) Daya maksimum : 200 Hp (147 kW)
7) Kecepatan maksimum : 300 Km/h
8) Beban maksimum : 450 Kg
- Diameter roller : 300 mm
- Panjang roller : 200 mm
- Berat roller : 190 Kg
- Roller Inertia : 1,446 Kg m2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 3.6. Dynometer

3.4 Langkah - Langkah Pengujian


3.4.1. Tahap Persiapan
1. Pemeriksaan semua kesiapan dan kelengkapan alat.
2. Pemeriksaan mesin dynometer dan kipas pendingin.
3. Pemeriksaan alat ukur yang dipakai sebagai penunjang pengujian.

Gambar 3.7 Sepeda motor diatas Dynometer

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4. Sepeda motor dinaikkan diatas Dynometer.


5. Mengatur Wheelbase Dynometer sesuai dengan wheelbase sepeda motor
dengan mengatur tuas a yang ada di depan Dynometer, dimana dapat
dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3.8. Pengatur Wheelbase Dynometer

6. Memposisikan roda belakng tepat di atas roller dan Mengikat sepeda


motor dengan tali rod.

ggg

Gambar 3.9. Posisikan roda belakang tepat di atas roller dan mengikat sepeda
motor dengan tali rod

7. Memposisikan panel-panel dynometer dalam posisi on, lalu


menghidupkan komputer sebagai output data.
8. Menghidupkan mesin sepeda motor.
9. Mengatur putaran awal mesin berada dikisaran 4000 rpm dengan mengatur
handle gas.

3.4.2. Pengambilan Data commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Pengujian Daya dan Torsi


1. CDI dan koil standar
2. CDI standar dan koil racing
3. CDI racing dan koil standar
4. CDI dan koil racing
b. Konsumsi Bahan Bakar
1. CDI dan koil standar
2. CDI standar dan koil racing
3. CDI racing dan koil standar
4. CDI dan koil racing

3.4.3. Tahap pengujian :


a) Dilakukan dengan mengendarai sepeda motor di atas mesin dynometer.
Dengan memasukkan gigi perseneling ke gigi tiga, dikarenakan pada gigi
tiga power band lebih luas/besar dan tenaga puncak lebih cepat terasa.
Lalu memutar handle gas pada rpm 4000, selanjutnya digas secara
spontan hingga rpm maksimal .
b) Hasil akan terlihat di layar monitor komputer yang terhubung dengan
mesin dynometer.
c) Mengulangi langkah-langkah tersebut sampai menghasilkan data yang
akurat.

Gambar 3.10. Tampilan monitor pada saat pengujian

d) Pengujian Konsumsi Bahan Bakar


Pasang burret dan isi dengan bensin 10cc.
commit to user
Pasang CDI dan Koil yang akan digunakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kemudian nyalakan mesin sampai dengan 5000 rpm dan hitung


waktu untuk menghabiskan bensin sebanyak 10 cc.
Untuk rpm 6000, 7000, 8000, 9000 langkah pengujiannya sama
dengan pengujian 5000 rpm, sehingga didapatkan data konsumsi
bahan bakar.
Ganti CDI dan Koil dengan tipe lain. Lakukan dengan langkah yang
sama.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Data Hasil Pengujian Daya Dan Torsi


Berikut ini adalah data-data yang diperoleh dari pengujian yang telah
dilakukan menggunakan Dynamometer.
4.1.1 Data Pengujian Sepeda Motor Standar
Berdasarkan pengujian yang telah dilaksanakan, dapat dibuat grafik
hubungan antara daya dan torsi terhadap putaran mesin pada pengujian sepeda
motor standar sebagai berikut:

Grafik Hubungan Torsi dan Daya Pada CDI Standar dan Koil Standar
10

7
Daya (HP) dan Torsi

6 Daya

5 Torsi
(N.m)

4
Daya = -3E-07x2 + 0.004x - 8.753
3 R = 0.948
Torsi = -2E-07x2 + 0.001x + 5.482
2 R = 0.993
1

0
5000 6000 7000 8000 9000 10000 11000

Putaran mesin (RPM)

Gambar 4.1 Grafik hubungan daya dan torsi CDI Standar dan Koil Standar

Berdasarkan grafik pada gambar 4.1 dapat diketahui daya maksimum yang
dicapai sebesar 9,2 hp pada putaran 7853 rpm dan torsi puncak yang dihasilkan
adalah 9,77 N.m pada putaran 5842 rpm. Sedangkan untuk spesifikasi motor
standar pada manual book tipe 30C CW110 mempunyai daya 8,8 hp pada putaran
commit to user
8000 rpm dan untuk torsi 9,02 N.m pada putaran 5000 rpm.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dengan selisih hasil pengujian dan hasil spesifikasi motor standar yang
tidak terlalu besar, maka hasil pengujian tersebut dapat sebagai acuan atau
pembanding dengan pengujian menggunakan pengapian CDI racing dan koil
racing.

4.1.2 Data Pengujian Sepeda Motor Menggunakan CDI Racing dan Koil Standar
Berdasarkan pengujian yang telah dilaksanakan, dapat dibuat grafik
hubungan antara daya dan torsi terhadap putaran mesin pada pengujian sepeda
motor menggunakan CDI racing dan koil standar sebagai berikut:

Grafik Hubungan Torsi dan Daya Pada CDI Racing dan Koil Standar
10
9
8
Daya (HP) dan Torsi (N.m)

7
6 Daya

5
Torsi
4 Daya = -3E-07x2 + 0.005x - 11.04
R = 0.984
3
Torsi = -2E-07x2 + 0.002x + 1.797
2 R = 0.986
1
0
5000 6000 7000 8000 9000 10000 11000
Putaran mesin (RPM)

Gambar 4.2 Grafik hubungan antara daya dan torsi CDI racing dan koil standar

Berdasarkan grafik pada gambar 4.2 dapat diketahui bahwa daya


maksimum yang dicapai sebesar 9,1 hp pada putaran 8014 rpm, terdapat selisih
0,1 hp dengan motor pengapian standar dan putaran mencapai daya maksimal
lebih cepat motor pengapian standar. Sedangkan torsi puncak yang dihasilkan
adalah 9,0 N.m pada putaran 5443 rpm, selisih 0,77N.m dengan pengapian
standar.
Dengan hasil tersebut bahwa penggunaan CDI racing pada motor standar
tidak menambah daya maupun torsicommit
mesintopada
userputaran bawah maupun di putaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

atas. Hal tersebut senada dengan penelitian Herwanto (2010) yang menyatatan
pemakaian CDI racing tidak meningkatkan torsi maupun daya pada motor.

4.1.3 Data Pengujian Sepeda Motor Menggunakan CDI Standar dan Koil Racing
Berdasarkan pengujian yang telah dilaksanakan, dapat dibuat grafik
hubungan antara daya dan torsi terhadap putaran mesin pada pengujian sepeda
motor menggunakan CDI standar dan koil racing sebagai berikut:

Grafik Hubungan Torsi dan Daya Pada CDI Standar dan Koil Racing
10
9
8
7
Daya (HP) dan Torsi

6 Daya
(N.m)

5
Torsi
4 Daya = -3E-07x2 + 0.004x - 7.215
3 R = 0.967

2 Torsi = -2E-07x2 + 0.001x + 5.312


R = 0.989
1
0
5000 6000 7000 8000 9000 10000 11000
Putaran mesin (RPM)

Gambar 4.3 Grafik hubungan daya dan torsi CDI standar dan koil racing

Berdasarkan grafik pada gambar 4.3 dapat diketahui daya maksimum yang
dicapai sebesar 9,3 hp pada putaran 7614 rpm. Pada penggunaan koil racing
terjadi peningkatan torsi sebesar 0,1hp dan putaran untuk mencapai daya
maksimal lebih cepat 139 rpm. Sedangkan torsi mengalami penurunan sebesar
0,6 N.m yaitu torsi maksimal yang dihasilkan adalah 9,71 N.m pada putaran 5890
rpm.
Hasil tersebut tidak sesuai dengan pernyataan Herwanto (2010) dan
Subroto (2009) yang menyatakan bahwa pemakaian koil Racing dapat

commitPerbedaan
meningkatkan torsi dan daya mesin. to user hasil penelitin tersebut dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja dari motor tesebut
misal perbedaan jenis / tipe koil yang digunakan, setting karburator atau tingkat
konsumsi bahan bakar dan sebagainya.

4.1.4 Data Pengujian Sepeda Motor Menggunakan CDI Racing dan Koil Racing
Berdasarkan pengujian yang telah dilaksanakan, dapat dibuat grafik
hubungan antara daya dan torsi terhadap putaran mesin pada pengujian sepeda
motor menggunakan cdi racing dan koil racing sebagai berikut:

Grafik Hubungan Torsi dan Daya Pada CDI Racing dan Koil Racing
10
9
8
Daya (HP) dan Torsi (N.m)

7
Daya
6
5
Torsi
4 Daya = -3E-07x2 + 0.005x - 11.52
R = 0.989
3
Torsi = -3E-07x2 + 0.003x - 2.314
2 R = 0.940
1
0
5000 6000 7000 8000 9000 10000 11000
Putaran mesin (RPM)

Gambar 4.4 Grafik hubungan dan torsi CDI racing dan koil racing

Berdasarkan grafik pada gambar 4.4 dapat diketahui daya maksimum yang
dicapai sebesar 9,3 hp pada putaran 7953 rpm, mengalami penurunan 0,1 hp dan
selisih 100 rpm untuk memperoleh daya maksimal. Sedangkan torsi maksimal
juga mengalami penurunan 0,45 N.m dan selisih putaran 129 rpm untuk
memperoleh torsi maksimal, torsi maksimal yang dihasilkan adalah 9,32 N.m
pada putaran 6071 rpm. Hasil tersebut tidak sesuai dengan pernyataan Herwanto
(2010) dan Subroto (2009) yang menyatakan bahwa pemakaian koil Racing dapat
meningkatkan torsi dan daya mesin.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tetapi untuk penurunan daya dan torsi setelah mencapai daya puncak
lebih stabil tidak sesegnifikan pengapian standar. Dimana data pada putaran
10000 rpm daya sebesar 7,9 hp dibandingkan dengan pengapian standar yang
sudah turun 7,7 hp dan untuk torsi pada putaran 10000 rpm torsi sebesar 5,60
N.m, dibanding pengapian standar yang sudah turun 5,43 N.m

4.2 Analisa Data Daya dan Torsi


Dari beberapa grafik hubungan antara daya dan putaran mesin yang
terdapat pada gambar 4.1 sampai gambar 4.4, dapat dibandingkan daya yang
dihasilkan antara motor standar dengan motor yang memakai CDI racing maupun
yang memakai koil racing yang tampak pada gambar 4.5 berikut:

GRAFIK DAYA MESIN


10

standar
8
Std = -3E-07x2+ 0.004x - 8.753
racing
R = 0.948
Daya (HP)

Racing = -3E-07x2 + 0.005x - 12.91 CDI racing


7
R = 0.983
CDI R = -3E-07x2 + 0.004x - 10.64 koil racing
R = 0.981
6 Koil R = -3E-07x2 + 0.004x - 7.205
R = 0.967

4
5000 6000 7000 8000 9000 10000 11000
Putaran mesin (RPM)
Gambar 4.5 Grafik daya pada tiap jenis pengapian

Dari hasil percobaan diperoleh berbagai hubungan yang menunjukan


perbedaan daya sepeda motor dengan penggunaan CDI racing maupun dengan
koil racing. Dari grafik 4.5 dapat dilihat daya tertinggi menggunakan pengapian
commit
CDI standar dan koil racing pada to user
putaran 5000 sampai 7614 rpm dibanding
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pengapian jenis lain dan daya maksimal sebesar 9,3 hp pada 7614 rpm. Akan
tetapi untuk putaran diatas 7614 rpm daya tertinggi dihasilkan oleh pengapian
CDI dan koil racing.
Selain daya, grafik hubungan antara torsi dan putaran yang terdapat juga
pada gambar 4.1 sampai gambar 4.4, dapat dibandingkan torsi dihasilkan antara
motor standar dengan motor yang memakai CDI racing maupun dengan yang
memakai koil racing yang tampak pada gambar 4.6.

GRAFIK TORSI MESIN


10

8 standar
Std = -2E-07x2 + 0.001x + 5.482
R = 0.993
Torsi (N.m)

racing
7
Racing = -3E-07x2+ 0.003x - 2.909
R = 0.936 CDI racing
6 CDI R = -2E-07x2 + 0.002x + 1.042
koil racing
R = 0.984
5
Koil R = -2E-07x2 + 0.001x + 5.162
R = 0.988
4

3
5000 6000 7000 8000 9000 10000 11000

Putaran mesin (RPM)

Gambar 4.6 Grafik torsi pada tiap jenis pengapian

Dari hasil pengujian diperoleh berbagai hubungan yang menunjukan


perbedaan torsi sepeda motor dengan penggunaan CDI racing maupun dengan
koil racing. Dari grafik 4.6 dapat dilihat bahwa torsi tertinggi menggunakan
pengapian standar pada rpm 4500 sampai 6000 dengan torsi maksimal sebesar
9,77 pada rpm 5842. Tetapi untuk putaran diatas 6000 rpm torsi terbesar
dihasilkan oleh pengapian menggunakan CDI racing dan koil racing.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4.3 Analisa Data Hasil Pengujian Konsumsi Bahan Bakar


Dalam pengujian konsumsi bahan bakar diukur sebagai aliran massa bahan
bakar per unit waktu. Konsumsi bahan bakar spesifik adalah laju aliran bahan
bakar per satuan daya.
4.3.1 Data Pengujian Konsumsi Bahan Bakar Untuk Motor Standar
Data yang diperoleh dari waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan
bensin 10 cc pada putaran 5000, 6000, 7000, 8000 dan 9000 rpm untuk jenis
pengapian standar.
Tabel 4.1 Hasil perhitungan konsumsi bahan bakar spesifik untuk motor standar

Volume Waktu f sfc


RPM burret (cc) (detik) (kg/h) (kg/hp.h)
5000 10 39.84 0.668675 0.101314
6000 10 32.88 0.810219 0.098807
7000 10 29.44 0.904891 0.102829
8000 10 27.46 0.970138 0.106609
9000 10 27.38 0.972973 0.11583

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

GRAFIK SFC CDI STANDAR DAN KOIL STANDAR


0.14

0.13
SFC = 2E-09x2 - 2E-05x + 0.157
0.12
R = 0.986
0.11
sfc (kg/HP.h)

0.1 sfc Standar

0.09

0.08

0.07

0.06
5000 6000 7000 8000 9000
Putaran mesin (RPM)

Gambar 4.7 Grafik SFC CDI standar dan koil standar

Hasil perhitungan konsumsi bahan bakar spesifik untuk motor standar


terlihat pada gambar 4.7 dapat di amati bahwa untuk pengapian standar konsumsi
bahan bakar spesifik cenderung menurun pada putaran 5000 sampai 6000 rpm
yaitu sebesar dari 0,101 sampai 0,098 kg/hp.h. Selanjutnya untuk putaran 6000
sampai 9000 rpm mengalami peningkatan sebanding dengan bertambahnya
putaran mesin yaitu sebesar 0,098 sampai dengan 0,115 kg/hp.h. Untuk konsumsi
bahan bakar spesifik rata-rata adalah 0,1050 kg/hp.h. Dari hasil tersebut
kemudian akan dipakai sebagai acuan untuk membandingkan antara konsumsi
bahan bakar yang menggunakan CDI dan koil standar dengan konsumsi bahan
bakar yang menggunakan CDI racing dan koil racing.

4.3.2 Data Pengujian Konsumsi Bahan Bakar Untuk Motor Dengan CDI Racing
dan Koil Standar.
Data yang diperoleh dari waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan
bensin 10 cc pada putaran 5000, 6000, 7000, 8000 dan 9000 rpm untuk jenis
commit to user
pengapian CDI racing dan koil standar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.2 Hasil perhitungan konsumsi bahan bakar spesifik untuk motor dengan
CDI racing dan koil standar
Volume Waktu f Sfc
RPM Burret (cc) (detik) (kg/h) (kg/hp.h)
5000 10 40 0.666 0.105714
6000 10 33.2 0.80241 0.101571
7000 10 31.3 0.851118 0.098967
8000 10 29.68 0.897574 0.096513
9000 10 27.02 0.985936 0.114644

GRAFIK SFC CDI RACING DAN KOIL STANDAR


0.14
0.13

0.12 SFC = 3E-09x2 - 4E-05x + 0.244


R = 0.786
0.11
sfc (kg/HP.h)

sfc CDI racing


0.1

0.09

0.08

0.07
0.06
5000 6000 7000 8000 9000
Putaran mesin (RPM)

Gambar 4.8 Grafik Grafik SFC CDI standar dan koil standar
untuk motor dengan pengapian CDI racing dan koil standar. Pada putaran
5000 sampai 8000 mengalami penurunan dari 0,105 sampai 0,096. Sedangkan
untuk putaran 8000 -9000 rpm konsumsi bahan bakar naik mencapai 0,1146
kg/hp.h. Dengan rata rata konsumsi bahan bakar spesifik 0,1034 kg/hp.h.
Dari data tabel 4.2 hasil perhitungan konsumsi bahan bakar spesifik untuk
motor dengan CDI racing dan koil standar bila di bandingkan dengan motor yang
menggunakan CDI dan koil standar pada putaran 5000 sampai 9000 rpm
commit0,0016
mengalami penurunan rata-rata adalah to userkg/hp.h. Dengan ini menunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

konsumsi bahan CDI racing dan koil standar lebih irit dibandingkan pengapian
CDI dan koil standar.
Penurunan konsumsi bahan bakar ini berakibat pada penurunan daya dan
torsi yang dihasilkan pada pemakaian CDI racing dan koil standar. Jadi untuk
meningkatkan daya dan torsi pada pengapian CDI racing dan koil standart perlu
dilakukan setting karburator untuk menambah konsumsi bahar bakar.

4.3.3 Data Pengujian Konsumsi Bahan Bakar Untuk Motor Dengan CDI
Standar Dan Koil Racing
Data yang diperoleh dari waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan
bensin 10 cc pada rpm 5000, 6000, 7000, 8000, 9000 untuk jenis pengapian CDI
standar dan koil racing.
Tabel 4.3 Hasil perhitungan konsumsi bahan bakar spesifik untuk motor dengan
CDI standar dan koil racing
Volume Waktu f sfc
RPM burret (cc) (detik) (kg/h) (kg/hp.h)
5000 10 48.66 0.547472 0.081712
6000 10 46.22 0.576374 0.070289
7000 10 32.4 0.822222 0.093434
8000 10 26.1 1.02069 0.11341
9000 10 25.08 1.062201 0.124965

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

GRAFIK SFC CDI STANDAR DAN KOIL RACING

0.14
0.13
SFC = 3E-09x2 - 3E-05x + 0.149
0.12
R = 0.900
sfc (kg/HP.h)

0.11
sfc Koil racing
0.1
0.09
0.08
0.07
0.06
5000 6000 7000 8000 9000

Putaran mesin (RPM)

Gambar 4.9 Grafik hasil analisa konsumsi bahan bakar spesifik untuk motor
dengan CDI standar dan koil racing
Dari hasil perhitungan konsumsi bahan bakar spesifik untuk motor dengan
CDI standar dan koil racing dapat diamati pada gambar 4.9. Untuk konsumsi
bahan bakar untuk CDI standar dan koil racing pada putaran 5000 6000 rpm
mengalami penurunan dari 0,0817 kg/hp.h sampai 0,0702 kg/hp.h . Tetapi untuk
putaran 6000 9000 rpm mengalami kenaikan seiring kenaikan rpm mesin
sebesar 0,054 kg/hp.h. yaitu dari 0,0702 kg/hp.h sampai 0,1249 kg/hp.h. Dengan
rata rata konsumsi bahan bakar spesifik 0,096 kg/hp.h.
Dari data tabel 4.3 hasil perhitungan konsumsi bahan bakar spesifik untuk
motor dengan CDI standar dan koil racing bila di bandingkan dengan motor yang
menggunakan CDI dan koil standar pada putaran 5000 sampai 9000 rpm
mengalami penurunan rata-rata adalah 0,0083 kg/hp.h. Dengan ini menunjukkan
konsumsi bahan CDI standar dan koil racing lebih irit dibandingkan untuk motor
dengan CDI racing dan koil standar dan pengapian CDI dan koil standar.
Dari penurunan konsumsi bahan bakar yang mencapai 0,0083 kg/hp.h, ini
juga berpengaruh pada daya yang hanya selisih 0,1 hp dan torsi yang mengalami
penurunan 0,6 N.m. Jadi untuk meningkatkan daya dan torsi pada pengapian CDI
racing dan koil standart perlu dilakukan setting karburator untuk menambah
konsumsi bahar bakar seperti padacommit to userCDI racing dan koil standar.
penggunaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4.3.4 Data Pengujian Konsumsi Bahan Bakar Untuk Motor dengan CDI Racing
dan Koil Racing.
Data yang diperoleh dari waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan
bensin 10 cc pada rpm 5000, 6000, 7000, 8000, 9000 untuk jenis pengapian CDI
racing dan koil racing.
Tabel 4.4 Hasil perhitungan konsumsi bahan bakar spesifik untuk motor
dengan CDI racing dan koil racing
Volume Waktu f Sfc
RPM burret (cc) (detik) (kg/h) (kg/hp.h)
5000 10 42.14 0.632178 0.100346
6000 10 32.66 0.815677 0.10325
7000 10 30.12 0.884462 0.102844
8000 10 28.26 0.942675 0.101363
9000 10 26 1.024615 0.119141

GRAFIK SFC CDI RACING DAN KOIL RACING


0.14
0.13
0.12 SFC = 2E-09x2 - 3E-05x + 0.176
R = 0.77
sfc (kg/HP.h)

0.11
sfc racing
0.1
0.09
0.08
0.07
0.06
5000 6000 7000 8000 9000
Putaran mesin (RPM)

Gambar 4.10 Grafik hasil analisa konsumsi bahan bakar spesifik untuk motor
dengan CDI racing dan koil racing
Dari hasil perhitungan konsumsi bahan bakar spesifik untuk motor dengan
CDI racing dan koil racing dapat dilihat pada gambar 4.10, untuk konsumsi bahan
commit to user
bakar menggunakan CDI racing dan koil racing pada rpm 5000 8000 tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mengalami perubahan yang segnifikan, yaitu sebesar 0,100 0,101 kg/hp.h.


Tetapi, pada rpm 8000 9000 mengalami peningkatan sebesar 0,018 kg/hp.h.
Dengan rata rata konsumsi bahan bakar spesifik 0,1053 kg/hp.h.
Dari data tabel 4.4 hasil perhitungan konsumsi bahan bakar spesifik untuk
motor dengan CDI racing dan koil racing bila di bandingkan dengan motor yang
menggunakan CDI dan koil standar pada putaran 5000 sampai 9000 rpm
mengalami peningkatan rata-rata adalah 0,0003 kg/hp.h. Jadi penggunaan CDI
racing dan koil racing konsumsi bahan bakarnya hampir sama dengan konsumsi
bahan bakar yang menggunakan CDI dan koil standar. Tetapi untuk torsi yang
dihasilkan cenderung lebih kecil dibanding pengapian CDI dan koil standar maka
untuk memaksimalkan kinerja dari CDI dan koil racing, konsumsi bahan bakar
perlu ditingkatkan dengan melakukan setting karburator
4.3.5 Analisa Data Konsumsi Bahan Bakar Spesifik Semua Jenis Pengapian

GRAFIK SFC
0.14

0.13

0.12

0.11 sfc Standar


sfc (kg/HP.h)

sfc racing
0.1
sfc CDI
0.09 racing
Std = 2E-09x2 -
2E-05x + 0.157 sfc Koil
R = 0.986 racing
0.08 Racing = 2E-09x2 - 3E-05x + 0.176
R = 0.77
CDI R = 3E-09x2 - 4E-05x + 0.244
0.07 R = 0.786
Koil R = 3E-09x2 - 3E-05x + 0.149
R = 0.900
0.06
5000 6000 7000 8000 9000

Putaran mesin (RPM)

Gambar 4.11 Grafik hasil analisa konsumsi bahan bakar spesifik untuk
commitjenis
keseluruhan to user
pengapian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 4.11 terlihat hasil konsumsi bahan bakar pada tiap jenis
pengapian mengalami perbedaan. Dari gambar 4.11 dapat pula dilihat bahwa
jumlah laju bahan bakar yang diterima oleh jenis pengapian CDI standar dan koil
racing mempunyai nilai relatif lebih kecil, dengan rata-rata konsumsi bahan bakar
spesifik sebesar 0,806kg/hp.h., sedangkan untuk pengapian standar relatif lebih
besar dari pada jenis pengapian yang lain yaitu sebesar 0,866 kg/hp.jam. Hal ini
sependapat dengan pernyataan Herwanto (2010) bahwa penggunaan koil racing
mampu mengurangi konsumsi bahan bakar, sehingga lebih irit dibandingkan
dengan pemakaian koil standar.
Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa untuk motor standar menggunakan
CDI racing maupun Koil racing menghasilkann torsi dan daya yang lebih rendah
dibanding dengan CDI dan koil standar, hal ini disebabkan spesifikasi dan
setingan mesin semua dibiarkan dalam kondisi standar. Bila diamati dari hasil
pengujian konsumsi bahan bakar, penggunaan CDI racing dan koil racing
memerlukan lebih sedikit bahan bakar dibandingkan CDI dan koil standar. Jadi
dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk pemakaian CDI racing dan koil racing
perlu melakukan penyetingan ulang pada karburator untuk menaikkan konsumsi
bahan bakar, supaya torsi dan daya yang dihasilkan lebih besar.

4.3.6 Analisa Data efisiensi mesin Semua Jenis Pengapian


Effisiensi mesin diukur berdasarkan perbandingan antara daya output yang
dihasilkan dalam satu siklus dengan jumlah energi bahan bakar yang dilepaskan
ketika mengalami proses pembakaran dalam satu siklus.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Grafik Efisiensi Termal


0.9 CDI standar koil racing
CDI racing koil racing
0.8 CDI racing koil standar
CDI standar koil standar
0.7
t

0.6

0.5

0.4
4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000
Putaran mesin (RPM)

Gambar 4.12 menunjukkan efisiensi dari masing-masing campuran bahan


bakar. Secara teori, nilai kalor yang terkandung dalam bahan bakar menentukan
besar-kecilnya efisiensi termal yang dihasilkan. Semakin besar nilai kalor yang
dihasilkan oleh bahan bakar maka akan semakin besar efisiensi termal yang
dihasilkannya. Hasil perhitungan membuktikan teori yang ada bahwa dengan nilai
kalor yang lebih tinggi pengapian menggunakan CDI standar dan koil racing
menghasilkan efisiensi termal yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengapian
jenis lain.
Berdasarkan hasil analisa diatas, secara ringkas dapat dirangkum
sebagaimana pada table dibawah ini
Tabel 4.5 Hasil analisa pengapian standar
Daya HP - Daya Mf ET
RPM (HP) kW (kW) (kg/h) sfc(kg/kW.h) QHV(MJ/kg) (%)
5000 6.6 0.7457 4.92162 0.67 0.136134 45 58.76
6000 8.2 0.7457 6.11474 0.81 0.1324668 45 60.92
7000 8.8 0.7457 6.56216 0.91 0.1386739 45 57.68
8000 9.1 0.7457 6.78587 0.97 0.1429441 45 55.96
9000 8.4 0.7457 6.26388 0.97 0.1548561 45 51.66

Tabel 4.6 Hasil analisa pengapian CDI racing dan koil standar
RPM Daya HP - Daya commit
Mf to user Sfc QHV ET
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(HP) kW (kW) (kg/h) (kg/kW.h) (MJ/kg) (%)


5000 6 0.7457 4.4742 0.67 0.1497474 45 53.42
6000 7.5 0.7457 5.59275 0.8 0.1430423 45 55.92
7000 8.4 0.7457 6.26388 0.85 0.1356986 45 58.95
8000 9.1 0.7457 6.78587 0.9 0.1326285 45 60.31
9000 8.4 0.7457 6.26388 0.99 0.158049 45 50.61

Tabel 4.7 Hasil analisa pengapian CDI standar dan koil racing
Daya HP - Daya Mf Sfc QHV ET
RPM (HP) kW (kW) (kg/h) (kg/kW.h) (MJ/kg) (%)
5000 6.7 0.7457 4.99619 0.55 0.110083884 45 72.67
6000 8.2 0.7457 6.11474 0.58 0.094852766 45 84.34
7000 8.8 0.7457 6.56216 0.82 0.124958855 45 64.02
8000 9 0.7457 6.7113 1.02 0.151982477 45 52.63
9000 8.5 0.7457 6.33845 1.06 0.167233314 45 47.83

Tabel 4.8 Hasil analisa pengapian CDI racing dan koil racing
Daya HP - Daya Mf Sfc QHV ET
RPM (HP) kW (kW) (kg/h) (kg/kW.h) (MJ/kg) (%)
5000 6.3 0.7457 4.69791 0.63 0.134102186 45 59.65
6000 7.9 0.7457 5.89103 0.81 0.137497178 45 58.18
7000 8.6 0.7457 6.41302 0.88 0.137220841 45 58.30
8000 9.3 0.7457 6.93501 0.94 0.135544145 45 59.02
9000 8.6 0.7457 6.41302 1.02 0.15905143 45 50.29

Pada keempat tabel jenis pengapian diatas dapat diamati bahwa pengapian
CDI standar dan koil racing menghasilkan efisiensi yang lebih tinggi dari
pengapian jenis lain. Karena bila ditinjau dari persamaan efisiensi termal yang
menyatakan, bahwa perbandingan besarnya pemanfaatan energi panas dari bahan
bakar untuk diubah menjadi daya oleh motor. Dimana laju aliran bahan bakar dan
daya yangdihasilkan sangat berpengaruh disini. Jika daya maksimal pada
pengapian standar dan koil racing dianggap sama sedangkan laju aliran bahan
bakarnya lebih besar pengapian commit
standar.toMaka
user untuk menghasilkan daya yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sama cukup dengan laju aliran bahan bakar koil racing, jadi laju aliran bahan
bakar standar memiliki sisa bahan bakar yang tidak terbaka rmengakibatkan
kandungan HC pada emisi gas buang lebih besar dari koil racing. HC yang lebih
besar menandakan bahwa pembakaran kurang sempurna. Selanjutnya bila laju
aliran bahan bakarnya diasumsikan sama maka daya yang dihasilkan pada
penggunaan koil racing akan lebih besar dari pengapian standar, dengan naiknya
daya maka torsi juga ikut naik.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti didapatkan hasil yang berbeda
dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan ini oleh beberapa faktor. Misalnya pada
penelitian Subroto (2009) dimana perbedaan pada merk koil racing, merk sepeda
motor yang diujikan dan penggunaan jenis dynamometer yang dipakai. Di mana
pada penelitian sebelumnya menggunakan dynamometer jenis engine dynometer,
yang mana penggunaan dynometer jenis ini mendapatkan nilai keakuratan data
(daya dan torsi) yang lebih baik daripada penggunaan dynometer jenis chasis
dynometer. Keakuratan data lebih disebabkan karena pada pengambilan data daya
dan torsi pada engine dynometer dilakukan dengan metode mengkople langsung
dengan propeller shaft yang dihubungkan dengan bagian belakang dari poros
engkol mesin, dengan demikian didapatkan hasil daya yang benar-benar bersih
dari mesin. Berbeda dengan chasis dynometer, di mana ada beberapa faktor yang
mengurangi nilai daya dan torsi yang dihasilkan dari mesin, antara lain : pengaruh
grip dari roller, kopling, flywhell, dan roda. Reduksi daya terjadi hingga
didapatkan daya yang dibaca oleh software chasis dynometer. Keterbatasan yang
dimiliki oleh chasis dynometer inilah yang mungkin bisa menyebabkan perbedaan
nilai effisiensi yang dihasilkan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari analisa hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut :
1. Torsi tertinggi menggunakan pengapian standar pada rpm 4500 sampai
6000 dengan torsi maksimal sebesar 9,77 pada rpm 5842. Tetapi untuk
putaran diatas 6000 rpm torsi terbesar dihasilkan oleh pengapian
menggunakan CDI racing dan koil racing.
2. Daya tertinggi menggunakan pengapian CDI standar dan koil racing pada
putaran 5000 sampai 7614 rpm dibanding pengapian jenis lain dan daya
maksimal sebesar 9,3 Hp pada 7614 rpm. Akan tetapi untuk putaran diatas
7614 rpm daya tertinggi dihasilkan oleh pengapian CDI racing dan koil
racing. Karena output volt untuk koil racing lebih besar dibandingkan
dengan koil standar,sehingga proses pembakarn lebih sempurna.
3. CDI racing dan koil racing menghasilkan torsi dan daya lebih besar dari
CDI dan koil standar pada putaran mesin tinggi. Oleh sebab itu CDI racing
dan koil racing sangat sesuai untuk motor kecepatan tinggi.
4. Konsumsi bahan bakar CDI racing dan koil racing memerlukan lebih
sedikit bahan bakar dibandingkan CDI dan koil standar. Jadi untuk
pemakaian CDI racing dan koil racing perlu melakukan penyetingan ulang
pada karburator untuk menaikkan konsumsi bahan bakar, supaya torsi dan
daya yang dihasilkan lebih besar. Hal tersebut dikarenakan efisiensi termal
dari koil racing lebih besar dari koil standar.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis menyarankan


beberapa hal sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan penelitian yang sejenis dengan melakukan variasi
beberapa jenis CDI.
2. Perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh emisi gas buang dengan
menggunakan CDI racing dan koil racing.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai