OLEH :
AJENG PRIDYA KHARISMA PURRY 20142320106
FAJAR AGUSTINA 20142320104
FINKA ADINDA PRADIVA PONO 20142320059
MARIA NILAMINA 20142320088
RIYANA ULFA 20142320073
SYF NUR AINI 20142320070
TRISNA AMALIA HERTANTI 20142320051
WAHYU ISLAMI 20142310052
D-IV GIZI
POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
1
HALAMAN PERSETUJUAN
HASIL PERENCANAAN PROGRAM GIZI
Laporan Perencanaan Program Gizi ini telah diperiksa, disetujui dan siap
untuk dilanjutkan dalam langkah awal untuk mengetahui keadaan dan
permasalahan gizi yang ada di Kabupaten Bengkayang.
2
KATA PENGANTAR
Penulis
3
DAFTAR ISI
3
LAMPIRAN
4
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan
sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas yaitu SDM yang memiliki fisik yang
tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Bukti empiris
menunjukkan bahwa hal ini sangat ditentukan oleh status gizi yang baik, dan
status gizi yang baik ditentukan oleh jumlah asupan pangan yang dikonsumsi.
Secara perlahan kekurangan gizi akan berdampak pada tingginya angka
kematian ibu, bayi dan balita, serta rendahnya umur harapan hidup. Selain itu,
dampak kekurangan gizi di lihat juga pada rendahnya partisipasi sekolah,
rendahnya pendidikan, serta lambatnya pertumbuhan ekonomi.
Dari 12 kabupaten/kota yang ada di provinsi Kalimantan Barat, 10
Kabupaten/ Kota masih bermasalah dengan gizi kurang-buruk, kecuali
Kabupaten Pontianak (16,5%) dan Kota Pontianak (13,6%) yang sudah
mencapai target nasional maupun MDGs. Dari data Riskesdas tahun 2007
prevalensi balita menurut tiga indikator status gizi di Kabupaten Bengkayang
adalah BB/U 29,3 %, TB/U 47,6 %, BB/TB 14,8 %[ CITATION Dep07 \l 1057 ].
Prevalensi balita menurut kategori status gizi BB/U di Kabupaten
Bengkayang yaitu Gizi Buruk 11,4 %, Gizi Kurang 17,9 %, Gizi lebih 1,8 %.
Prevalensi balita dengan gizi kurang+buruk (underweight) berdasarkan indeks
BB/U di Bengkayang, masih di bawah target nasional perbaikan gizi tahun 2015
(20%) maupun MDGs (18,5%). Prevalensi balita menurut kategori status gizi
TB/U yaitu Sangat Pendek 24,7 %, Pendek 22,9 %. Angka ini masih dibawah
angka nasional dari 33 provinsi (36,8%). Prevalensi balita menurut kategori
status gizi BB/TB yaitu Sangat Kurus 7,1 %, Kurus 7,7 %, Gemuk 10,8 %. Masih
dibawah rata-rata nasional (13,6%). Prevalensi kurus anak umur 6-14 tahun
menurut jenis kelamin laki-laki 12,2 % dan perempuan 10,4 %. Prevalensi berat
badan lebih anak umur 6 14 tahun menurut jenis kelamin laki-laki 6,3 % dan
perempuan 6,0 %[ CITATION Dep07 \l 1057 ].
Persentase anak umur 12-59 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar
yaitu BCG 72,2 %, Polio 3 68,6 %, DPT 3 65,2 %, HB 3 63,8 %, Campak 71,8 %.
Persentase anak umur 12-59 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar Lengkap
54,2 %, Tidak 20,8 %, Tidak Sama Sekali 25 %. Persentase anak umur 6 59
1
bulan yang menerima kapsul Vitamin A di Kabupaten Bengkayang 67 %
[ CITATION Dep07 \l 1057 ].
Prevalensi kategori status gizi penduduk dewasa (15 tahun ke atas)
menurut IMTdi Kabupaten Bengkayang adalah Kurus 14,3 %, Lebih 5,7 %,
Obese 5 %. Prevalensi obesitas umum penduduk dewasa (15 tahun keatas)
menurut jenis kelamindi Kabupaten Bengkayang yaitu Laki-laki 6,3 %,
Perempuan 15,3 %, Laki-laki dan Perempuan 10,7 %. Masalah kegemukan
(berat badan lebih + obese) di Kabupaten Bengkayang lebih rendah dari angka
nasional yaitu sebesar 19,1 (8,8 BB lebih dan 10,3 obese). Prevalensi
kegemukan di Kabupaten Bengkayang pada perempuan lebih tinggi dibanding
laki-laki. Prevalensi kegemukan (berat badan lebih + obese) pada perempuan
lebih tinggi 15,3 %[ CITATION Dep07 \l 1057 ].
Data konsumsi energi dan protein per kapita per hari di Kabupaten
Bengkayang yaitu Energi 1635,6 kkal, Protein 52,8 gr. Rata-rata konsumsi per
kapita perhari penduduk di Kabupaten Bengkayang adalah sebesar 1635,6 kkal,
lebih rendah dari angka nasional sebesar 1735,5 kkal dan 52,8 gr protein lebih
rendah dari angka nasional sebesar 55,5 gram.Persentase rumah tangga yang
mempunyai garam cukup iodium yaitu 96,2 %. Kabupaten Bengkayang
mempunyai rumah tangga dengan garam cukupberiodium kategori baik ( 90% )
[ CITATION Dep07 \l 1057 ].
Prevalensi penduduk wanita umur 15 - 45 tahun menurut KEK di
Kabupaten Bengkayang yaitu 6,2 % (KEK < 23 cm), 4,5 % (KEK < 1 SD). Rata-
rata nasional angka LILA adalah 26,1 cm [ CITATION Dep13 \l 1057 ].
Masalah gizi ini merupakan kombinasi dari berbagai faktor, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dipengaruhi oleh penyakit
infeksi dan kurangnya asupan makan, baik secara kuantitas (jumlah konsumsi
makanan kurang dari yang dibutuhkan tubuh), maupun secara kualitas
(kurangnya asupan makanan bergizi, yaitu makanan yang mengandung
sekelompok zat yang esensial bagi kehidupan dan kesehatan). Secara tidak
langsung dipengaruhi oleh rendahnya ketahanan pangan di tingkat rumah
tangga, pola asuh yang kurang memadai. Sebagai pokok masalah di masyarakat
adalah rendahnya pendidikan, pengetahuan dan keterampilan, serta tingkat
pendapatan masyarakat[ CITATION Dep05 \l 1057 ].
2
Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat,
namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis
dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah
multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangnya harus melibatkan
berbagai sektor terkait[CITATION Sup02 \l 1057 ].
Selain gizi kurang, secara bersamaan Indonesia juga mulai menghadapi
masalah gizi lebih dengan kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu
ke waktu. Dengan kata lain saat ini Indonesia tengah menghadapi masalah gizi
ganda. Salah satu kelompok yang rentan dengan masalah gizi yaitu remaja.
Masalah gizi meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan
pangan, pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan
pengadaan pangan. Pada kasus tertentu, seperti keadaan krisis (bencana
kekeringan, perang, kekacauan sosial, krisis ekonomi), masalah gizi muncul
akibat ketahanan pangan ditingkat rumah tangga, yaitu kemampuan rumah
tangga untuk memperoleh makanan untuk semua anggotanya[ CITATION
Sup01 \l 1057 ].
Untuk bisa mengatasi masalah gizi tersebut, penting diketahui adalah
menemukan faktor penyebab. Masalah gizi terjadi pada golongan umur, dan
berbeda-beda penyebabnya. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui
determinan masalah gizi pada berbagai kelompok umur, agar perencanaan
penanggulangan masalah gizi lebih bisa terintegrasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka masalah yang ingin diteliti,
yaitu bagaimana masalah gizi pada bayi/balita, anak sekolah, remaja, wanita usia
subur, ibu hamil, dan lansia di Desa Lemukutan Kecamatan Sungai Raya
Kepulauan Kabupaten Bengkayang.
C. Tujuan
1. uTanjUm
Untuk mengetahui gambaran masalah gizi gizi pada bayi/balita, anak
sekolah, remaja, wanita usia subur, ibu hamil, dan lansia Desa Lemukutan
Kecamatan Sungai Raya Kepulauan Kabupaten Bengkayang.
Tujuan Khusus
3
a. Untuk mengetahui gambaran masalah gizi pada bayi/balita di Desa
Lemukutan Kabupaten Bengkayang.
b. Untuk mengetahui gambaran masalah gizi pada anak sekolah di Desa
Lemukutan Kabupaten Bengkayang .
c. Untuk mengetahui gambaran masalahgizi pada remaja di Desa
Lemukutan Kabupaten Bengkayang.
d. Untuk mengetahui gambaran masalah gizi pada ibu hamil di Desa
Lemukutan Kabupaten Bengkayang.
e. Untuk mengetahui gambaran masalah gizi pada lansia di Desa
Lemukutan Kabupaten Bengkayang.
D. Manfaat
1. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah,
khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkayang dalam upaya
penanggulangan masalah gizi pada bayi/balita, anak sekolah, remaja, wanita
usia subur, ibu hamil, dan lansia di Kabupaten Bengkayang.
2. Sebagai bahan informasi untuk mahasiswa gizi Poltekes Pontianak tentang
keadaan masalah gizi pada bayi/balita, anak sekolah, remaja, wanita usia
subur, ibu hamil, dan lansia di Desa Lemukutan Kabupaten Bengkayang.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Status Gizi
Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang
dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di
dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi
normal, dan gizi lebih.
Status gizi normal merupakan suatu ukuran status gizi di mana terdapat
keseimbangan antara jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dan energi
yang dikeluarkan dari luar tubuh sesuai dengan kebutuhan individu. Energi yang
masuk ke dalam tubuh dapat berasal dari karbohidrat, protein, lemak dan zat gizi
lainnya. Status gizi normal merupakan keadaan yang sangat diinginkan oleh
semua orang.
Status gizi kurang atau yang lebih sering disebut undernutrition merupakan
keadaan gizi seseorang di mana jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari
energi yang dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi karena jumlah energi yang masuk
lebih sedikit dari anjuran kebutuhan individu.
Status gizi lebih (overnutrition) merupakan keadaan gizi seseorang dimana
jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh lebih besar dari jumlah energi yang
dikeluarkan. Hal ini terjadi karena jumlah energi yang masuk melebihi kecukupan
energi yang dianjurkan untuk seseorang, akhirnya kelebihan zat gizi disimpan
dalam bentuk lemak yang dapat mengakibatkan seseorang menjadi gemuk.
5
antropometri sangat berguna untuk melihat ketidakseimbangan energi
dan protein. Akan tetapi, antropometri tidak dapat digunakan untuk
mengidentifikasi zat-zat gizi yang spesifik.
b. Klinis
Pemeriksaan klinis merupakan cara penilaian status gizi
berdasarkan perubahan yang terjadi yang berhubungan erat dengan
kekurangan maupun kelebihan asupan zat gizi. Pemeriksaan klinis dapat
dilihat pada jaringan epitel yang terdapat di mata, kulit, rambut, mukosa
mulut, dan organ yang dekat dengan permukaan tubuh (kelenjar tiroid)
[ CITATION YHa07 \l 1033 ].
c. Biokimia
Pemeriksaan biokimia disebut juga cara laboratorium. Pemeriksaan
biokimia pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi adanya
defisiensi zat gizi pada kasus yang lebih parah lagi, dimana dilakukan
pemeriksaan dalam suatu bahan biopsi sehingga dapat diketahui kadar
zat gizi atau adanya simpanan di jaringan yang paling sensitif terhadap
deplesi, uji ini disebut uji biokimia statis. Cara lain adalah dengan
menggunakan uji gangguan fungsional yang berfungsi untuk mengukur
besarnya konsekuensi fungsional daru suatu zat gizi yang spesifik Untuk
pemeriksaan biokimia sebaiknya digunakan perpaduan antara uji biokimia
statis dan uji gangguan fungsional.
d. Biofisik
Pemeriksaan biofisik merupakan salah satu penilaian status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi jaringan dan melihat perubahan
struktur jaringan yang dapat digunakan dalam keadaan tertentu, seperti
kejadian buta senja [ CITATION IDN01 \l 1033 ].
2. PeanilTdkLgsu
a. Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan merupakan salah satu penilaian status
gizi dengan melihat jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh
individu maupun keluarga.Data yang didapat dapat berupa data kuantitatif
maupun kualitatif. Data kuantitatif dapat mengetahui jumlah dan jenis
pangan yang dikonsumsi, sedangkan data kualitatif dapat diketahui
6
frekuensi makan dan cara seseorang maupun keluarga dalam
memperoleh pangan sesuai dengan kebutuhan gizi.
e. Statistik Vital
Statistik vital merupakan salah satu metode penilaian status gizi
melalui data-data mengenai statistik kesehatan yang berhubungan
dengan gizi, seperti angka kematian menurut umur tertentu, angka
penyebab kesakitan dan kematian, statistik pelayanan kesehatan, dan
angka penyakit infeksi yang berkaitan dengan kekurangan gizi
[ CITATION YHa07 \l 1033 ].
f. Faktor Ekologi
Penilaian status gizi dengan menggunakan faktor ekologi karena
masalah gizi dapat terjadi karena interaksi beberapa faktor ekologi,
seperti faktor biologis, faktor fisik, dan lingkungan budaya. Penilaian
berdasarkan faktor ekologi digunakan untuk mengetahui penyebab
kejadian gizi salah (malnutrition) di suatu masyarakat yang nantinya akan
sangat berguna untuk melakukan intervensi gizi [ CITATION IDN01 \l
1033 ].
F. Indeks Antropometri
Indeks antropometri adalah pengukuran dari beberapa parameter. Indeks
antropometri bisa merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau
lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur dan tingkat gizi. Salah
satu contoh dari indeks antropometri adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) atau
yang disebut dengan Body Mass Index [ CITATION IDN01 \l 1033 ].
IMT merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa
khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka
mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat
mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang. IMT hanya dapat digunakan
untuk orang dewasa yang berumur di atas 18 tahun. Dua parameter yang
berkaitan dengan pengukuran Indeks Massa Tubuh, terdiri dari :
1. Beratdn
Berat badan merupakan salah satu parameter massa tubuh yang paling
sering digunakan yang dapat mencerminkan jumlah dari beberapa zat gizi
7
seperti protein, lemak, air dan mineral. Untuk mengukur Indeks Massa Tubuh,
berat badan dihubungkan dengan tinggi badan.
3. TingBad
Tinggi badan merupakan parameter ukuran panjang dan dapat
merefleksikan pertumbuhan skeletal (tulang).
8
seperti diabetes mellitus, penyakit jantung koroner, hipertensi, gangguan ginjal
dan masih banyak lagi [ CITATION WSo93 \l 1033 ].
Masalah gizi lebih ada dua jenis yaitu overweight dan obesitas. Batas IMT
2
untuk dikategorikan overweight adalah antara 25,1 27,0 kg/m , sedangkan
2
obesitas adalah 27,0 kg/m . Kegemukan (obesitas) dapat terjadi mulai dari
masa bayi, anak-anak, sampai pada usia dewasa. Kegemukan pada masa bayi
terjadi karena adanya penimbunan lemak selama dua tahun pertama kehidupan
bayi. Bayi yang menderita kegemukan maka ketika menjadi dewasa akan
mengalami kegemukan pula. Kegemukan pada masa anak-anak terjadi sejak
anak tersebut berumur dua tahun sampai menginjak usia remaja dan secara
bertahap akan terus mengalami kegemukan sampai usia dewasa. Kegemukan
pada usia dewasa terjadi karena seseorang telah mengalami kegemukan dari
masa anak-anak.
9
Recall tidak cocok bila dilakukan pada responden yang di bawah 7
tahun dandi atas 70 tahun. Recall dapat menimbulkan the flat slope
syndrome, yaitu kecenderungan responden untuk melaporkan konsumsinya.
Responden kurus akan melaporkan konsumsinya lebih banyak dan
responden gemuk akan melaporkan konsumsi lebih sedikit, sehingga kurang
menggambarkan asupan energi, protein, karbohidrat, dan lemak yang
sebenarnya [ CITATION IDN01 \l 1033 ].
4. FodRecr
Food record merupakan catatan responden mengenai jenis dan
jumlahmakanan dan minuman dalam satu periode waktu, biasanya 1 sampai
7 hari dan dapat dikuantifikasikan dengan estimasi menggunakan ukuran
rumah tangga (estimated food record) atau menimbang (weighed food
record).
5. FodrequncyQstia()
FFQ merupakan metode pengukuran konsumsi makanan dengan
menggunakan kuesioner untuk memperoleh data mengenai frekuensi
seseorang dalam mengonsumi makanan dan minuman.Frekuensi konsumsi
dapat dilakukan selama periode tertentu, misalnya harian, mingguan, bulanan
maupun tahunan. Kuesioner terdiri dari daftar jenis makanan dan
minuman[ CITATION IDN01 \l 1033 ].
6. Penimbagk(FodhW)
Metode penimbangan makanan dilakukan dengan cara menimbang
makanan disertai dengan mencatat seluruh makanan dan minuman yang
dikonsumsi responden selama satu hari. Persiapan pembuatan makanan,
penjelasan mengenai bahan-bahan yang digunakan dan merk makanan (jika
ada) sebaiknya harus diketahui.
7. MetodwRayikn
Metode riwayat makan dilakukan untuk menghitung asupan makanan
yang selalu dimakan dan pola makan seseorang dalam waktu yang relatif
lama, misalnya satu minggu, satu bulan, maupun satu tahun. Metode ini
terdiri dari 3 komponen, yaitu wawancara recall 24 jam, memeriksa
kebenaran recall 24 jam dengan menggunakan kuesioner berdasarkan
frekuensi konsumsi sejumlah makanan, dan konsumsi makanan selama tiga
hari, termasuk porsi makanan.
10
J. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi
1. Umur
Kebutuhan energi individu disesuaikan dengan umur, jenis kelamin, dan
tingkat aktivitas.Jika kebutuhan energi (zat tenaga) terpenuhi dengan baik
maka dapat meningkatkan produktivitas kerja, sehingga membuat seseorang
lebih semangat dalam melakukan pekerjaan. Apabila kekurangan energi
maka produktivitas kerja seseorang akan menurun, dimana seseorang akan
malas bekerja dan cenderung untuk bekerja lebih lamban. Semakin
bertambahnya umur akan semakin meningkat pula kebutuhan zat tenaga
bagi tubuh. Zat tenaga dibutuhkan untuk mendukung meningkatnya dan
semakin beragamnya kegiatan fisik.
8. eFkurnsiMa
Frekuensi konsumsi makanan dapat menggambarkan berapa banyak
makanan yang dikonsumsi seseorang. Sebagian besar remaja melewatkan
satu atau lebih waktu makan, yaitu sarapan. Sarapan adalah waktu makan
yang paling banyak dilewatkan, disusul oleh makan siang. Ada beberapa
alasan yang menyebabkan seseorang malas untuk sarapan, antara lain
mereka sedang dalam keadaan terburu-buru, menghemat waktu, tidak lapar,
menjaga berat badan dan tidak tersedianya makanan yang akan dimakan.
Melewatkan waktu makan dapat menyebabkan penurunan konsumsi energi,
protein dan zat gizi lain.
Pada bangsa-bangsa yang frekuensi makannya dua kali dalam sehari
lebih banyak orang yang gemuk dibandingkan bangsa dengan frekuensi
makan sebanyak tiga kali dalam sehari. Hal ini berarti bahwa frekuensi
makan sering dengan jumlah yang sedikit lebih baik daripada jarang makan
tetapi sekali makan dalam jumlah yang banyak.
9. AsupanEergi
Energi merupakan asupan utama yang sangant diperlukan oleh
tubuh.Kebutuhan energi yang tidak tercukupi dapat menyebabkan protein,
vitamin, dan mineral tidak dapat digunakan secara efektif.Untuk beberapa
fungsi metabolisme tubuh, kebutuhan energi dipengaruhi oleh BMR (Basal
Metabolic Rate), kecepatan pertumbuhan, komposisi tubuh dan aktivitas fisik.
11
Energi yang diperlukan oleh tubuh berasal dari energi kimia yang
terdapat dalam makanan yang dikonsumsi.Energi diukur dalam satuan kalori.
Energi yang berasal dari protein menghasilkan 4 kkal/gram, lemak 9
kkal/gram, dan karbohidrat 4 kkal/ gram.
10. AsupaneoPitr
Protein merupakan zat gizi yang paling banyak terdapat dalam
tubuh.Fungsi utama protein adalah membangun serta memelihara sel-sel dan
jaringan tubuh (Almatsier, 2001). Fungsi lain dari protein adalah menyediakan
asam amino yang diperlukan untuk membentuk enzim pencernaan dan
metabolisme, mengatur keseimbangan air, dan mempertahankan kenetralan
asam basa tubuh. Pertumbuhan, kehamilan, dan infeksi penyakit
meningkatkan kebutuhan protein seseorang.
Sumber makanan yang paling banyak mengandung protein berasal dari
bahan makanan hewani, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan dan kerang.
Sedangkan sumber protein nabati berasal dari tempe, tahu, dan kacang-
kacangan. Catatan Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 1999, menunjukkan
secara nasional konsumsi protein sehari rata-rata penduduk Indonesia adalah
48,7 gram sehari [ CITATION SAl01 \l 1033 ]. Anjuran asupan protein berkisar
antara 10 15% dari total energy.
11. AsupanbKdohrti
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi kehidupan manusia
yang dapat diperoleh dari alam, sehingga harganya pun relatif murah. Sumber
karbohidrat berasal dari padi-padian atau serealia, umbi-umbian, kacang-
kacangan dan gula.Sumber karbohidrat yang paling banyak dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia sebagai makanan pokok adalah beras, singkong, ubi,
jagung, talas, dan sagu[ CITATION SAl01 \l 1033 ].
Karbohidrat menghasilkan 4 kkal / gram. Angka kecukupan karbohidrat
sebesar 50-65% dari total energi. WHO (1990) menganjurkan agar 55 75%
konsumsi energi total berasal dari karbohidrat kompleks. Karbohidrat yang
tidak mencukupi di dalam tubuh akan digantikan dengan protein untuk
memenuhi kecukupan energi. Apabila karbohidrat tercukupi, maka protein
akan tetap berfungsi sebagai zat pembangun [ CITATION SAl01 \l 1033 ].
12
12. AsupanLemk
Lemak merupakan cadangan energi di dalam tubuh. Lemak terdiri dari
trigliserida, fosfolipid, dan sterol, dimana ketiga jenis ini memiliki fungsi
terhadap kesehataan tubuh manusia. Konsumsi lemak paling sedikit adalah
10% dari total energi. Lemak menghasilkan 9 kkal/ gram. Lemak relatif lebih
lama dalam sistem pencernaan tubuh manusia. Jika seseorang
mengonsumsi lemak secara berlebihan, maka akan mengurangi konsumsi
makanan lain. Berdasarkan PUGS, anjuran konsumsi lemak tidak melebihi
25% dari total energi dalam makanan sehari-hari. Sumber utama lemak
adalah minyak tumbuh-tumbuhan, seperti minyak kelapa, kelapa sawit,
kacang tanah, jagung, dan sebagainya. Sumber lemak utama lainnya berasal
dari mentega, margarin, dan lemak hewan[ CITATION SAl01 \l 1033 ].
13. TingkatPed
Pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan pengetahuan. Semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka sangat diharapkan semakin tinggi
pula pengetahuan orang tersebut mengenai gizi dan kesehatan. Pendidikan
yang tingggi dapat membuat seseorang lebih memperhatikan makanan untuk
memenuhi asupan zat-zat gizi yang seimbang. Adanya pola makan yang baik
dapat mengurangi bahkan mencegah dari timbulnya masalah yang tidak
diinginkan mengenai gizi dan kesehatan.
Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, akan mudah dalam
menyerap dan menerapkan informasi gizi, sehingga diharapkan dapat
menimbulkan perilaku dan gaya hidup yang sesuai dengan informasi yang
didapatkan mengenai gizi dan kesehatan. Tingkat pendidikan sangat
berpengaruh terhadap derajat kesehatan.
Pendidikan juga berperan penting dalam meningkatkan status gizi
seseorang.Pada umumnya tingkat pendidikan pembantu rumah tangga masih
rendah (tamat SD dan tamat SMP). Pendidikan yang rendah sejalan dengan
pengetahuan yang rendah, karena dengan pendidikan rendah akan membuat
seseorang sulit dalam menerima informasi mengenai hal-hal baru di
lingkungan sekitar, misalnya pengetahuan gizi. Pendidikan dan pengetahuan
mengenai gizi sangat diperlukan oleh pembantu rumah tangga.Selain untuk
diri sendiri, pendidikan dan pengetahuan gizi yang diperoleh dapat
dipraktekkan dalam pekerjaan yang mereka lakukan.
13
14. Pendapt
Pendapatan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi status gizi,
Pembantu rumah tangga mendapatkan gaji (pendapatan) yang masih di
bawah UMR. Besarnya gaji yang diperoleh terkadang tidak sesuai dengan
banyaknya jenis pekerjaan yang dilakukan. Pendapatan seseorang akan
menentukan kemampuan orang tersebut dalam memenuhi kebutuhan
makanan sesuai dengan jumlah yang diperlukan oleh tubuh. Apabila makanan
yang dikonsumsi tidak memenuhi jumlah zat-zat gizi dibutuhkan oleh tubuh,
maka dapat mengakibatkan perubahan pada status gizi seseorang.
Ada dua aspek kunci yang berhubungan antara pendapatan dengan
pola konsumsi makan, yaitu pengeluaran makanan dan tipe makanan yang
dikonsumsi. Apabila seseorang memiliki pendapatan yang tinggi maka dia
dapat memenuhi kebutuhan akan makanannya.
Meningkatnya pendapatan perorangan juga dapat menyebabkan
perubahan dalam susunan makanan. Kebiasaan makan seseorang berubah
sejalan dengan berubahnya pendapatan seseorang. Meningkatnya
pendapatan seseorang merupakan cerminan dari suatu kemakmuran. Orang
yang sudah meningkat pendapatannya, cenderung untuk berkehidupan serba
mewah.Kehidupan mewah dapat mempengaruhi seseorang dalam hal
memilih dan membeli jenis makanan. Orang akan mudah membeli makanan
yang tinggi kalori. Semakin banyak mengonsumsi makanan berkalori tinggi
dapat menimbulkan kelebihan energi yang disimpan tubuh dalam bentuk
lemak.Semakin banyak lemak yang disimpan di dalam tubuh dapat
mengakibatkan kegemukan.
15. Peanghut
Tingkat pendidikan seseorang sangat mempengaruhi tingkat
pengetahuannya akan gizi. Orang yang memiliki tingkat pendidikan hanya
sebatas tamat SD, tentu memiliki pengetahuan yang lebih rendah
dibandingkan orang dengan tingkat pendidikan tamat SMA atau Sarjana.
Tetapi, sebaliknya, seseorang dengan tingkat pendidikan yang tinggi sekalipun
belum tentu memiliki pengetahuan gizi yang cukup jika ia jarang mendapatkan
informasi mengenai gizi, baik melalui media iklan, penyuluhan, dan lain
sebagainya. Tetapi, perlu diingat bahwa rendah-tingginya pendidikan
seseorang juga turut menentukan mudah tidaknya orang tersebut dalam
14
menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh.
Berdasarkan hal ini, kita dapat menentukan metode penyuluhan gizi yang
tepat. Di samping itu, dilihat dari segi kepentingan gizi keluarga, pendidikan itu
sendiri amat diperlukan agar seseorang lebih tanggap terhadap adanya
masalah gizi di dalam keluarga dan dapat mengambil tindakan secepatnya.
Pengetahuan gizi sangat penting, dengan adanya pengetahuan tentang
zat gizi maka seseorang dengan mudah mengetahui status gizi mereka.Zat
gizi yang cukup dapat dipenuhi oleh seseorang sesuai dengan makanan yang
dikonsumsi yang diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan. Pengetahuan
gizi dapat memberikan perbaikan gizi pada individu maupun masyarakat.
15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Kerangka Teori
MASALAH GIZI
Dampak
Makan Penyakit
Penyebab
Tdk seimbang Infeksi
Langsung
16
L. Kerangka Konsep
Asupan Energi
Asupan Protein
Pola Makan
Infeksi
Pendidikan
Pengetahuan
Pola Asuh
Pelayanan
Kesehatan
Sosial Budaya
17
M. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran antara asupan zat gizi terhadap dan status gizi
2. Bagaimana gambaran antara pola makan dan status gizi
3. Bagaimana gambaran antara infeksi dan status gizi
4. Bagaimana gambaran antara pendapatan dan status gizi
5. Bagaimana gambaran antara pendapatan dan status gizi
6. Bagaimana gambaran antara pendidikan dan status gizi
7. Bagaimana gambaran antara pengetahuan dan status gizi
8. Bagaimana gambaran antara pola asuh dan status gizi
9. Bagaimana gambaran antara pelayanan kesehatan dan status gizi
10. Bagaimana gambaran antara sosial budaya dan status gizi
18
N. Definisi Operasional
1. aStusGizDewRm(jdnL)
Status gizi adalah ekspresi keadaan tubuh seseorang sebagai dampak
asupan gizi setiap harinya, diukur melalui pengukuran antropometri tubuh,
berdasarkan berat badan menurut tinggi badan (IMT). Alat ukur timbangan
dan mikrotoice dengan skala Ordinal.
Hasil ukur:
Kurang : IMT < 18,5
Normal : IMT 18,5
16. aStusGizDewb(Ihml)
Status gizi adalah ekspresi keadaan tubuh seseorang sebagai dampak
asupan gizi setiap harinya, diukur melalui pengukuran antropometri tubuh,
berdasarkan lingkar lengan atas (LILA). Alat ukur pita ukur dengan skala
Ordinal.
Hasil ukur:
Kurang : LILA < 23,5
Normal : LILA 23,5
17. aStusGizBy/l
Status gizi adalah ekspresi keadaan tubuh seseorang sebagai dampak
asupan gizi setiap harinya, diukur melalui pengukuran antropometri tubuh,
berdasarkan nilai Z-Score dengan indikator BB/U, PB/U, TB/U, BB/PB atau
BB/TB, IMT/U. Alat ukur timbangan dan mikrotoice / infatometer dengan skala
Ordinal.
Hasil ukur :
a. Berdasarkan indikator BB / U
Gizi Kurang : Jika nilai Z-Score <-2 SD
Gizi Baik : Jika nilai Z-Score -2 SD
19
i. Berdasarkan indikator LIKA/U
Kurang : Jika nilai Z-Score <-2 SD
Normal : Jika nilai Z-Score -2 SD
18. AsupanEergi
Asupan energi adalah rata-rata jumlah asupan energi yang dikonsumsi,
bersumber dari makanan dan minuman dalam sehari. Asupan energi diukur
menggunakan metode food recall 2x24 jam, dengan skala ordinal.
Hasil ukur:
Cukup : Jika asupan energi 80% AKG
Defisit : Jika asupan energi 80% AKG
19. AsupaneoPitr
Asupan protein adalah rata-rata jumlah protein yang dikonsumsi,
bersumber dari makanan dan minuman dalam sehari. Asupan protein diukur
menggunakan metode food recall 2x24 jam, dengan skala ordinal.
Hasil ukur:
Cukup : Jika asupan protein 80% AKG
Defisit : Jika asupan protein 80% AKG
20. AsupanFe
Asupan Fe adalah rata-rata jumlah Fe yang dikonsumsi, bersumber dari
makanan dan minuman dalam sehari. Asupan Fe diukur menggunakan
metode food recall 2x24 jam, dengan skala ordinal.
Hasil ukur:
Cukup : Jika asupan Fe 80% AKG
Defisit : Jika asupan Fe 80% AKG
21. aPoMlkn
Pola makan adalah suatu kebiasaan menetap dalam hubungan dengan
konsumsi makan yang diukur menggunakan metode wawancara, dan alat
ukur kuesioner, dengan skala ordinal.
Hasil ukur:
Kurang : Jika nilai pola makan < x
Baik : Jika nilai pola makan x
20
22. eInksfi
Infeksi adalah suatu kondisi penyakit akibat masukannya kuman
patogen kedalam tubuh menimbulkan gejala. Diukur menggunakan metode
wawancara, dan alat ukur kuesioner, dengan skala nominal.
Hasil ukur:
Sakit : Jika 3 hari atau jika > 2 kali
Tidak sakit : Jika < 3 hari atau jika < 2 kali
23. Pendaptkri
Pendapatan perkapita adalah pendapatan keluarga yang diukur dengan
pengeluaran dalam satu bulan, kemudian dibagi dengan jumlah anggota
keluarga. Diukur menggunakan metode wawancara, dan alat ukur kuesioner,
dengan skala ordinal.
Hasil ukur:
Kurang : Jika pendapatan perkapita < x
Cukup : Jika pendapatan perkapita > x
24. Pekndia
Pendidikan adalah jenis pendidikan formal terakhir yang diselesaikan
oleh seseorang. Diukur menggunakan metode wawancara, dan alat ukur
kuesioner, dengan skala ordinal.
Hasil ukur:
Tidak tamat SD : Jika tidak sekolah atau tidak tamat SD
SD : Jika tamat SD
SMP : Jika tamat SMP
SMA : Jika tamat SMA
Perguruan tinggi : Jika tamat Perguruan tinggi
25. aPoAsluh
Pola asuh adalah cara orang tua mengasuh anak dalam bidang gizi dan
kesehatan. Diukur menggunakan metode wawancara, dan alat ukur
kuesioner, dengan skala nominal.
Hasil ukur :
Kurang : Jika nilai pola asuh < x
Baik : Jika nilai pola asuh > x
21
26. SosialBudy
Sosial budaya adalah ada atau tidaknya makanan pantangan
seseorang. Diukur menggunakan metode wawancara, dan alat ukur
kuesioner, dengan skala nominal.
Hasil ukur:
Ada : Jika ada anggota keluarga yang memiliki pantangan makan
Tidak : Jika tidak ada anggota keluarga yang memiliki pantangan
makan
27. Peanghut
Pengetahuan adalah pengetahuan gizi responden tentang gizi dan
kesehatan yang diukur menggunakan metode wawancara, dan alat ukur
kuesioner, dengan skala nominal.
Hasil ukur:
Kurang : Jika skor pengetahuan responden < x
Baik : Jika skor pengetahuan responden > x
O. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang kami gunakan adalah desain observasional dengan
desain penelitian cross sectional.
22
f. Lansia didefinisikan secara umum adalah seseorang dikatakan lanjut
usia(lansia) apabila usianya > 55 tahun.
28. Sampel
a. Besar Sampel
Bayi Balita (stunting) :
P.Q
N = Z2
d
0,29(10,29)
= 1,96
0,1
0,29(0,71)
= 3,84
0,01
= 3,84 x 20,59
= 79
Anak sekolah (stunting) :
P.Q
N = Z2
d
0,33(10,33)
= 1,96
0,1
0,33(0,67)
= 3,84
0,01
= 3,84 x 22,11
= 84,9
= 85
Remaja (anemia) :
P.Q
N = Z2
d
0,57(10,57)
= 1,96
0,1
0,57(0,43)
= 3,84
0,01
= 3,84x 24,5
= 94,11
= 94
Lansia (IMT) :
P.Q
N = Z
d
0,52(10,52)
= 1,96
0,1
23
0,52(10,48)
= 3,84
0,01
= 3,84 x 24,96
= 95,8
= 96
Sampel pada ibu hamil adalah total populasi artinya seluruh ibu hamil
dijadikan sampel.
ANAK SEKOLAH
Dusun Jumlah KK Perhitungan
Batu Barat 68 68 x 85 = 18
321
Karang Timur 96 96 x 85 = 25
321
Karang Utara 157 157 x 85 = 42
321
Jumlah 321 85 sampel
REMAJA
Dusun Jumlah KK Perhitungan
Batu Barat 68 68 x 94 = 20
321
Karang Timur 96 96 x 94 = 28
321
Karang Utara 157 157 x 94 = 46
321
Jumlah 321 94 sampel
IBU HAMIL
Dusun Jumlah KK Perhitungan
Batu Barat 68 68 x 25 = 5
321
Karang Timur 96 96 x 25 = 8
24
321
Karang Utara 157 157 x 25 = 12
321
Jumlah 321 25 sampel
LANSIA
Dusun Jumlah KK Perhitungan
Batu Barat 68 68 x 96 = 20
321
Karang Timur 96 96 x 96 = 29
321
Karang Utara 157 157 x 96 = 47
321
Jumlah 321 96 sampel
25
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan penghitungan
komputasi program SPSS ( Statistical Product and Service Solution ) karena
program ini memiliki kemampuan analisis statistik cukup tinggi serta sistem
manajemen data pada lingkungan grafis menggunakan menu-menu dekriptif dan
kotak-kotak dialog sederhana, sehingga mudah dipahami cara
pengoperasiannya.
Pengolahan data meliputi kegiatan:
1. nEdgit
Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang
telahterkumpul, tujuannya untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang
terdapat pada pencatatan dilapangan dan bersifat koreksi.
37. Coding
Codingadalah pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang
termasukdalam katagori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam
bentuk angka atau huruf yang memberikan petunjuk atau identitas pada suatu
informasi atau data yang akan dianalisis.
38. Peambnriskotul
Dalam pemberian skor digunakan skala Likert yang merupakan salah
satu cara untuk menentukan skor. Kriteria penilaian ini digolongkan dalam
empat tingkatan dengan penilaian sebagai berikut:
a. Jawaban a, diberi skor 4
b. Jawaban b, diberi skor 3
c. Jawaban c, diberi skor 2
d. Jawaban d, diberi skor 1
39. Tabulsi
Tabulasi adalah pembuatan tabel-tabel yang berisi data yang telah diberi
kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan. Dalam melakukan tabulasi
diperlukan ketelitian agar tidak terjadi kesalahan.
U. Analisa Data
Data yang telah diperoleh dianalisis secara univariat dan bivariat dengan
menggunakan perangkat lunak (software) statistik.
1. Univariat : adalah tabel yang menggambarkan penyajian data dalam
26
2. Bivariat : adalah tabel yang menyajikan data dari dua variabel secara
silang.
27
BAB IV HASIL
A. Gambaran Umum Wilayah
Pulau Lemukutan memiliki luas wilayah sebesar 12.520 Ha.Desa Pulau
Lemukutan memiliki seorang Kepala Desa yaitu Bapak A.Nizam.Untuk menuju
Pulau Lemukutan hanya dapat menggunakan kendaraan air yang harus
ditempuh selama 2 jam dari pelabuhan rakyat yang ada di daerah Teluk
Suak.Desa Pulau Lemukutan ini terdiri dari tiga Dusun yaitu Dusun Batu Barat,
Karang Timur dan Karang Utara.Setiap dusun memiliki Kepala Dusun yang
bertanggung jawab terhadap dusun tersebut. Adapun nama setiap Kepala Dusun
yaitu Bapak Agus Maryono yang bertanggung jawab di Dusun Batu Barat, Bapak
Asri di Karang Timur, dan Bapak Jumaidi di Karang Utara. Jumlah penduduk di
Desa Pulau Lemukutan yaitu 1.173 jiwa dengan 304 KK, yang terdiri dari Dusun
Batu Barat 68 KK, Dusun Karang Timur 96 KK, dan Dusun Karang Utara 157 KK.
28
mereka memiliki tambahan pendapatan yang lain seperti bisnis penginapan
dengan full service dan kapal penyebrangan.
Tingkat pendidikan di Desa Pulau Lemukutan mayoritas rendah hanya
lulusan SD dan SMP akan tetapi ada juga yang lulus SMA. Tempat pendidikan
yang ada di Desa Pulau Lemukutan hanya terdiri dari 1 bangunan yang
mencakup SD dan SMP.Sedangkan jika untuk melanjutkan ke sekolah
menengah atas mereka perlu menyebrang keluar pulau dan menetap
disana.Mayoritas penduduk di Pulau Lemukutan bukan hanya berasal dari pulau
itu sendiri tetapi juga terdapat beberapa pendatang dan mulai menetap di
Pulau.Bagi penduduk pulau mereka tidak hanya mempunyai rumah di Pulau
Lemukutan tetapi juga ada di luar pulau (Singkawang), sehingga dalam sebulan
sekali atau beberapa minggu mereka pergi keluar pulau.
Untuk Dusun Karang Utara dan Karang Timur aliran listrik tidak hidup 24
jam sedangkan untuk Dusun Batu Barat daerah Maruhum baru masuk aliran
listrik selama 3 bulan dan Daerah Batu Barat lainnya belum masuk aliran listrik
sehingga penduduk masih menggunakan genset dengan bahan bakar solar dan
juga pelita.
29
V. Struktur DesaPulauLemukutan
30
W. Hasil Data Perancanaan Program Gizi Desa Lemukutan
1. DatUnivr
a. Bayi dan Balita
Tabel 1. Distribusi Jenis PenyakitPada Bayi/Balita Di Desa Pulau Lemukutan
Jenis Penyakit N %
Tidak Sakit 23 35,9
Batuk 2 3,1
Demam 13 20,3
ISPA 25 39,1
Pilek 1 1,6
Total 64 100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa bayi balita yang mengalami sakit
lebih banyak terdapat pada jenis penyakit ISPA yaitu sekitar 25 orang (39,1%)
Dari tabel diatas dapat di ketahui bahwa kesimpulan penyakit infeksi yang
diderita lebih banyak pada bayi balita yang tidak sakit yaitu sekitar 38 orang
(59,4%).
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar bayi balita
melakukan imunisasi lengkap, yaitu sekitar 55 orang (85,9%).
31
Tabel 4. Distribusi Pola Asuh Pada Bayi/Balita Di Desa Pulau Lemukutan
Pola Asuh n %
Kurang 31 48,4
Baik 33 51,6
Total 64 100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa bayi balita dengan pola asuh yang
baik lebih banyak dibandingkan bayi balita yang tidak dengan pola asuh yang
kurang yaitu sekitar 33 orang (51,6%).
Dari tabel diatas dapat di katakan bahwa ibu bayi balita yang memiliki
pengetahuandengan kategori baik jauh lebih banyak dibandingkan ibu bayi
balita yang memiliki pengetahuan yang kategori kurang sekitar 45 orang (70,3%).
Dari tabel diatas dapat di ketahui bahwa orang tua bayi balita yang
berpendapatan kurang lebih banyak dibandingkan dengan orang tua bayi balita
yang berpendapatan baik yaitu sekitar 41 orang (64,1%).
32
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa status gizi bayi balita yang baik
menurut BB/TB lebih banyak dibandingkan bayi balita yang memiliki status gizi
kurang berdasarkan BB/TB yaitu sekitar 50 orang (78,1%)
Tabel 8. Distribusi Status Gizi (TB/U) Pada Bayi/Balita Di Desa Pulau Lemukutan
Status Gizi (TB/U) n %
Kurang 25 39,1
Baik 39 60,9
Total 64 100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa status gizi bayi balita baik
berdasarkan TB/U lebih banyak dibandingkan status gizi bayi balita yang kurang
menurut TB/U yaitu sekitar 39 orang (60,9%).
Tabel 9. Distribusi Status Gizi (BB/U) Pada Bayi/Balita Di Desa Pulau Lemukutan
Status Gizi (BB/U) n %
Kurang 23 35,9
Baik 41 64,1
Total 64 100
Dari tabel diatas dapat di katakan bahwa status gizi bayi balita yang baik
berdasarkan BB/U lebih banyak diabndingkan status gizi bayi balita yang kurang
yaitu sekitar 41 orang (64,1%).
Tabel 10. Distribusi Status Gizi (IMT/U) Pada Bayi/Balita Di Desa Pulau
Lemukutan
Status Gizi (IMT/U) n %
Kurang 12 18,8
Baik 52 81,2
Total 64 100
Dari tabel diatas dapat dikatakan bahwa status gizi bayi balita yang baik
berdasarkan IMT/U lebih banyak dibandingkan status gizi bayi balita yang kurang
yaitu sekitar 52 orang (81,2%).
33
Tabel 11. Distribusi Status Gizi (LIKA/U) Pada Bayi/Balita Di Desa Pulau
Lemukutan
Status Gizi (LIKA/U) n %
Kurang 35 54,7
Baik 29 45,3
Total 64 100
Dari tabel diatas dapat dikatakan bahwa status gizi bayi balita yang kurang
berdasarkan LIKA/U lebih banyak dibandingkan status gizi bayin balita yang baik
yaitu sekitar 35 orang (54,7%).
Tabel 12. Distribusi Asupan Energi Pada Bayi/Balita Di Desa Pulau Lemukutan
Asupan Energi n %
Cukup 29 45,3
Defisit 35 54,7
Total 64 100
Dari tabel diatas dapat dikatakan bahwa bayi balita yang memiliki asupan
energi yang cukup lebih sedikit dari pada bayi balita yang memiliki asupan energi
yang defisit yaitu sekitar 29 orang (45,3%).
Tabel 13. Distribusi Asupan Protein Pada Bayi/Balita Di Desa Pulau Lemukutan
Asupan Protein n %
Cukup 49 76,6
Defisit 15 23,4
Total 64 100
Dari tabel diatas dapat di katakan bahwa bayi balita yang memiliki
asupanprotein yang cukup lebih banyak diabndingkan bayi balita yang memiliki
asupan protein yang defisit yaitu sekitar 49 orang (76,6%).
34
l. Anak Sekolah
Tabel 14. Distribusi Pekerjaan Ayah Pada Anak Sekolah Di Desa Pulau
Lemukutan
Pekerjaan Ayah n %
PNS/TNI 3 4,1
Petani 3 4,1
Nelayan 54 74,0
Jasa 4 5,5
Pegawai Swasta 9 12,3
Total 73 100,0
Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa anak sekolah yang ayahnya bekerja
sebagai nelayan lebih banyak dibandingkan dengan anak sekolahyang ayahnya
bekerja sebagai PNS/TNI, Petani, Jasa, dan Pegawai Swastayaitu sebanyak 54
orang dengan persentase 74,0 %
Tabel 15. Distribusi Pekerjaan Ibu Pada Anak Sekolah Di Desa Pulau Lemukutan.
Pekerjaan Ibu n %
PNS/TNI 2 2,7
Dagang/Wiraswasta 2 2,7
IRT 69 94,5
Total 73 100,0
Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa anak sekolah yang ibunya bekerja
sebagai IRT lebih banyak dibandingkan dengan anak sekolah yang ibunya
bekerja sebagai PNS/TNI, dan Dagang/Wiraswasta yaitu sebanyak 69 orang
dengan persentase 94,5 %
Tabel 16. Distribusi Infeksi Pada Anak Sekolah Di Desa Pulau Lemukutan
Infeksi n %
Sakit 29 39,7
Tidak Sakit 44 60,3
Total 73 100,0
Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa anak sekolah yang tidak sakit lebih
banyak yaitu sebanyak 44 orang dengan persentase 60,3 %.
35
Tabel 17. Distribusi Status Gizi (BAZ) Pada Anak Sekolah Di Desa Pulau
Lemukutan
BAZ n %
Kurus 12 16,4
Normal 61 83,6
Total 73 100,0
Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa anak sekolah dengan katagori BAZ
kurus lebih banyak yaitu sebanyak 61 orang dengan persentase 83,6 %
Tabel 18. Distribusi Pengetahuan Pada Anak Sekolah Di Desa Pulau Lemukutan
Pengetahuan n %
Kurang 36 49,3
Baik 37 50,7
Total 73 100,0
Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa anak sekolah dengan katagori
pengetahuan baik lebih banyak yaitu sebanyak 37 orang dengan persentase
50,7 %
Tabel 19. Distribusi Pola Konsumsi Pada Anak Sekolah Di Desa Pulau Lemukutan
Pola konsumsi n %
Kurang 45 61,6
Baik 28 38,4
Total 73 100,0
Dari tabel diatas dapat di lihat bahwa anak sekolah dengan katagori Pola
konsumsi kurang lebih banyak yaitu sebanyak 45 orang dengan persentase 61,6
%.
36
m. Remaja
Tabel 20. Distribusi Status Gizi IMT Pada Remaja Di Pulau Lemukutan
IMT n %
Kurang 17 56.7
Normal 12 40
Overweight 1 3.3
Total 30 100
Tabel 21. Distribusi Status Gizi LILA Pada Remaja Di Pulau Lemukutan
LILA n %
Kurang 24 80
Normal 6 20
Total 30 100
37
Tabel 24. Distribusi Infeksi Pada Remaja Di Pulau Lemukutan
Infeksi n %
Sakit 2 6.7
Tidak Sakit 28 93.3
Total 30 100
Tabel 25. Distribusi Sakit yang Dialami Pada Remaja Di Pulau Lemukutan
Sakit yang Dialami n %
Tidak sakit 25 83.3
Demam 2 6.7
Mata 1 3.3
Pilek 2 6.7
Total 30 100.0
n. Ibu Hamil
Tabel 27. Distribusi Asupan Protein Pada Ibu Hamil Di Desa Pulau Lemukutan
Asupan Protein n %
Cukup 1 7,7
Defisit 12 92,3
Total 13 100,0
38
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahawa kategori protein pada ibu
hamil yang memiliki asupan energy yang deficit lebih banyak dari pada asupan
energy yang cukup yaitu sebesar 92,3 %
Tabel 28. Distribusi Asupan Fe Pada Ibu Hamil Di Desa Pulau Lemukutan
Asupan Fe n %
Defisit 13 100,0
Total 13 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kategori fe (zat besi) pada ibu
hamil di Desa Lemukutan semuanya defisit yaitu 100 %
Tabel 29. Distribusi LILA Pada Ibu Hamil Di Desa Pulau Lemukutan
LILA N %
Kurang 8 61.5
Normal 5 38.5
Total 13 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahawa kategori LLA pada ibu hamil
yang memiliki Kategori LLA yang Kurang lebih banyak dari pada ibu hamil yang
memiliki kategori LLA yang Normal yang yaitu sebesar 61,5 %
Tabel 30. Distribusi Pola Makan Pada Ibu Hamil Di Desa Pulau Lemukutan
Pola Makan n %
Kurang 7 53.8
Baik 6 46.2
Total 13 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa distribusi pola makan pada
ibu hamil yang memiliki kategori pola makan yang kurang lebih banyak dari pada
ibu hamil yang memiliki kategori pola makan yang baik yang yaitu sebesar 53.8%
Tabel 31. Distribusi Infeksi Pada Ibu Hamil Di Desa Pulau Lemukutan
Infeksi n %
Sakit 2 15.4
Tidak Sakit 11 84.6
Total 13 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa distribusi infeksi pada ibu
hamil di Desa Lemukutan yang memiliki kategori infeksi yang tidak sakit lebih
39
banyak dari pada ibu hamil yang memiliki kategori infeksi yang sakit yaitu
sebesar 84.6 %
Tabel 32. Distribusi Pendidikan Suami Pada Ibu Hamil Di Desa Pulau Lemukutan
Pendidikan Suami n %
Tamat SD 9 69,2
Tamat SMP 2 15,4
Tamat SMA 2 15.4
Total 13 100
Tabel 33. Distribusi Pantangan Makan Pada Ibu Hamil Di Desa Pulau Lemukutan
Pantangan n %
Tidak 13 100,0
Total 13 100,0
Tabel 34. Distribusi Skor pengetahuanPada Ibu Hamil Di Desa Pulau Lemukutan
Kategori Pengetahuan n %
Kurang 8 61.5
Baik 5 38.5
Total 13 100,0
40
Total 13 100,0
o. Lansia
Tabel 36. Distribusi Pendidikan Pada Lansia Di Desa Pulau Lemukutan
Pendidikan n %
Tidak sekolah/tidak tamat SD 13 56,5
Tamat SD 9 39,1
Tamat SMP 1 4,3
Total 23 100,0
Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa lansia di Desa Pulau Lemukutan
lebih banyak yang Tidak Sekolah ( 56,5 % ) dibandingkan dengan Tamat SD
( 39,1 % ) maupun Tamat SMP ( 4,3 % ) .
Tabel 37. Distribusi Status Gizi IMT Pada Lansia Di Desa Pulau Lemukutan
Kategori IMT n %
Kurang 4 17,4 %
Normal 19 82,6 %
Total 23 100,0
Dari tabel Kategori IMT di atas dapat di lihat bahwa lansia yang memiliki
IMT normal lebih banyak dibandingkan dengan Lansia yang memiliki IMT kurang
yaitu sebanyak 19 orang dengan persentase 82,6 % .
41
Tabel 38. Distribusi Pekerjaan Pada Lansia Di Desa Pulau Lemukutan
Pekerjaan n %
Nelayan 1 4,3
Petani 5 21,7
Pegawai Swasta 2 8,7
Buruh 1 4,3
Wiraswasta 2 8,7
Tidak Bekerja 12 52,2
Total 23 100,0
Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa lansia yang tidak bekerja lebih
banyak dibandingkan dengan Lansia yang bekerja sebagai nelayan, petani,
pegawai swasta, buruh, dan wiraswasta yaitu sebanyak 15 orang dengan
persentase 52,2 % .
Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa lansia yang tidak pernah sakit lebih
banyak dibandingkan dengan lansia yang sakit yaitu sebanyak 18 orang dengan
persentase 78,3 %
Tabel 40. Distribusi Penurunan Nafsu Makan Pada Lansia Di Desa Pulau
Lemukutan
Penurunan Nafsu Makan n %
Ya 9 39,1
Tidak 14 60,9
Total 23 100,0
Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa lansia yang tidak mengalami
penurunan nafsu makan lebih banyak dibandingkan dengan Lansia yang
mengalami penurunan nafsu maka yaitu sebanyak 14 orang denga persentase
60,9 % .
42
Tabel 41. DistribusiPenurunan Berat Badan Pada Lansia Di Desa Pulau
Lemukutan
Penurunan Berat Badan n %
Ya 6 26,1
Tidak 17 73,9
Total 23 100,0
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lansia yang tidak mengalami
penurunan berat badan lebih banyak dibandingkan dengan lansia yang
mengalami penurunan berat badan yaitu sebanyak 17 orang dengan persentase
73,9 % .
Berdasarkan tabel di atas dapat di lihat bahwa lansia yang tidak mengalami
Kesulitan mengunyah/menelan lebih banyak dibandingkan dengan Lansia yang
mengalami Kesulitan mengunyah/menelan yaitu sebanyak 18 orang dengan
persentase 78,3 % .
Tabel 43. Distribusi Merasa Lebih Sehat Pada Lansia Di Desa Pulau Lemukutan
Merasa Lebih Sehat n %
Ya 15 65,2
Tidak 8 34,8
Total 23 100,0
43
Tabel 44. DistribusiPola Makan Pada Lansia Di Desa Pulau Lemukutan
Pola Makan n %
Kurang 13 56,5
Baik 10 43,5
Total 23 100,0
Berdasarkan tabel di atas dapat di lihat bahwa Lansia yang memiliki Pola
Makan yang Kurang lebih banyak dibandingkan dengan Lansia yang memiliki
Pola Makan yang Baik yaitu sebanyak 13 orang dengan persentase 56,5 % .
40. DavtBir
Tabel 46. Distribusi Kategori Pola Asuh Menurut Status Gizi BB/TB Pada
Bayi/Balita Di Desa Pulau Lemukutan
Dari Tabel diatas dapat di lihat bahwa Status gizi yang baik berdasarkan
BB/TB terdapat pada pola asuh yang baik, yaitu sebanyak 84,8% sedangkan
status gizi yang kurang berdasarkan BB/TB banyak terdapat pada pola asuh
yang kurang yaitu sebanyak 29%.
44
45
Tabel 47. Distribusi Kategori Pola Asuh Menurut Status Gizi TB/U Pada
Bayi/Balita Di Desa Pulau Lemukutan
Dari tabel diatas dapat di lihat bahwa status gizi yang baik berdasarkan
TB/U terdapat pada pola asuh yang baik, yaitu sebanyak 66,7% sedangkan
status gizi yang kurang berdasarkan TB/U banyak terdapat pada pola asuh yang
kurang yaitu sebanyak 45,2%.
Tabel 48. Distribusi Kategori Pola Asuh Menurut Status Gizi BB/U Pada
Bayi/Balita Di Desa Pulau Lemukutan
Dari tabel diatas dapat di lihat bahwa status gizi yang baik berdasarkan
bb/u lebih banyak terdapat pada pola asuh yang baik, yaitu sebanyak 69,7%
sedangkan status gizi yang kurang lebih banyak terdapat pada pola asuh yang
kurang, yaitu sebanyak 41,9%.
Tabel 49. Distribusi Kategori Pola Asuh Menurut Status Gizi IMT/U Pada
Bayi/Balita Di Desa Pulau Lemukutan
Dari tabel diatas dapat di lihat bahwa status gizi yang baik berdasarkan
IMT/U lebih bayak terdapat pada pola asuh yang baik, yaitu sebanyak 84,8%
46
sedangkan status gizi yang kurang berdasarkan IMT/U lebih banyak terdapat
pada pola asuh yang kurang yaitu sebanyak 22,6%.
Tabel 50. Distribusi Kategori Pola Asuh Menurut Status Gizi LIKA/U Pada
Bayi/Balita Di Desa Pulau Lemukutan
Status Gizi (LIKA/U)
Pola Asuh Kurang Baik Total
n % n % n %
Kurang 17 54,8 14 45,2 31 100
Baik 18 54,5 15 45,5 33 100
Total 35 54,7 29 45,3 64 100
Dari tabel diatas dapat di lihat bahwa status gizi yang baik berdasarkan
LIKA/U lebih banyak terdapat pada pola asuh yang baik, yaitu sebanyak 45,5%
sedangkan status gizi yang kurang berdasarkan LIKA/U lebih banyak terdapat
pada pola asuh yang kurang, yaitu sebanyak 54,8%.
Tabel 51. Distribusi Kategori Asupan Energi Menurut Status Gizi TB/U Pada
Bayi/Balita Di Desa Pulau Lemukutan
Dari tabel diatas dapat di lihat bahwa status gizi yang baik berdasarkan
TB/U lebih banyak terdapat pada asupan energi yang cukup yaitu sebanyak
72,4% sedangkan status gizi yang kurang berdasarkan TB/U lebih banyak
terdapat pada asupan energi yang defisit yaitu sebanyak 48,6%.
Tabel 52. Distribusi Kategori Asupan Protein Menurut Status Gizi BB/TB Pada
Bayi/Balita Di Desa Pulau Lemukutan
47
Dari tabel diatas dapat di katakan bahwa status gizi yang baik berdasarkan
BB/TB lebih banyak teradapat pada asupan protein yang cukup yaitu sebanyak
81,6% sedangkan status gizi kurang berdasarkan BB/TB lebih banyak terdapat
pada asupan protein defisit yaitu sebanyak 33,3%.
Tabel 53. Distribusi Kategori Asupan Protein Menurut Status Gizi TB/U Pada
Bayi/Balita Di Desa Pulau Lemukutan
Dari tabel diatas dapat di lihat bahwa status gizi yang baik berdasarkan
TB/U lebih banyak terdapat pada asupan protein yang cukup yaitu sebanyak
67,3% sedangkan status gizi yang kurang berdasarkan TB/U lebih banyak
terdapat pada asupan protein yang defisit yaitu sebanyak 60%.
Tabel 54. Distribusi Kategori Asupan Protein Menurut Status Gizi BB/U Pada
Bayi/Balita Di Desa Pulau Lemukutan
Dari tabel diatas dapat di lihat bahwa status gizi yang baik berdasarkan
BB/U lebih banyak terdapat pada asupan protein yang cukup yaitu sebanyak
69,4% sedangkan status gizi yang kurang berdasarkan BB/U banyak terdapat
pada asupan protein yang defisit yaitu sebanyak 53,3%.
48
Tabel 55. Distribusi Kategori Asupan Protein Menurut Status Gizi IMT/U Pada
Bayi/Balita Di Desa Pulau Lemukutan
Dari tabel diatas dapat di lihat bahwa status gizi yang baik berdasarkan
IMT/U lebih banyak terdapat pada asupan protein yang cukup yaitu sebanyak
83,7% sedangkan status gizi yang kurang berdasarkan IMT/U banyak terdapat
pada asupan protein yang defisit yaitu sebanyak 26,7%.
Tabel 56. Distribusi Kategori Pengetahuan Menurut Status Gizi TB/U Pada
Bayi/Balita Di Desa Pulau Lemukutan
Dari tabel diatas dapat di katakan bahwa status gizi bayi balita yang baik
berdasarkan TB/U lebih banyak terdapat pada pengetahuan ibu yang baik yaitu
sebanyak 62,2% sedangkan status gizi bayi balita yang kurang lebih banyak
teradapt pada ibu yang berpengatahuan kurang yaitu sebanyak 42,1%.
Tabel 57. Distribusi Kategori Pengetahuan Menurut Status Gizi BB/U Pada
Bayi/Balita Di Desa Pulau Lemukutan
Dari tabel diatas dapat di lihat bahwa status gizi bayi balita yang baik
berdasarkan BB/U lebih banyak teradapat pada ibu yang berpengetahuan baik
yaitu sebanyak 64,4% sedangkan status gizi bayi balita yang kurang teradapat
pada ibu bayi balita yang berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 36,8%.
49
Tabel 58. Distribusi Kategori Pengetahuan Menurut Status Gizi IMT/U Pada
Bayi/Balita Di Desa Pulau Lemukutan
Dari tabel diatas dapat di lihat bahwa status gizi bayi balita yang baik
beradasarkan IMT/U lebih banyak terdapat pada ibu bayi balita yang
berpengetahuan baik yaitu sebanyak 82,2% sedangkan status gizi bayi balita
yang kurang lebih banyak terdapat pada ibu bayi balita yang berpengetahuan
kurang yaitu sebanyak 21,1%.
Tabel 59. Distribusi Kategori Pendapatan Menurut Status Gizi BB/TB Pada
Bayi/Balita Di Desa Pulau Lemukutan
Dari tabel diatas dapat di lihat bahwa bayi balita yang status gizinya baik
berdasrkan BB/TB lebih banyak terdapat pada orang tua yang berpendapatan
baik yaitu sebanyak 82,6% sedangkan bayi balita yang memilki status gizi kurang
lebih banyak terdapat pada orang tua yang berpendapatan kurang yaitu
sebanyak 24,4%.
Tabel 60. Distribusi Kategori Pendapatan Menurut Status Gizi TB/U Pada
Bayi/Balita Di Desa Pulau Lemukutan
50
Dari tabel diatas dapat di lihat bahwa bayi balita yang memiliki status gizi
yang baik berdasarkan TB/U lebih banyak terdapat pada orang tua yang
berpendapatan baik yaitu sebanyak 60,9% sedangkan bayi balita yang memiliki
status gizi kurang lebih banyak terdapat pada orang tua yang berpendapatan
baik yaitu sebanyak 39,1%.
Tabel 61. Distribusi Kategori Status Gizi BB/U Berdasarkan Pendapatan Ayah
Pada Bayi/Balita Di Desa Pulau Lemukutan
Tabel 62. Distribusi Kategori Status Gizi Menurut IMT Berdasarkan Pendapatan
Pada Bayi/Balita Di Desa Pulau Lemukutan
Kategori BAZ
Kategori Total
Kurang Baik
Pendapatan
n % n % N %
Kurang 9 22,0 32 78,0 41 100,0
Baik 3 13,0 20 87,0 23 100,0
Jumlah 12 18,8 52 81,2 64 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa bayi balita yang memiliki
kategori status gizi menurut IMT yang kurang pada keluarga yang berpendapatan
kurang lebih banyak (22,0 %) dibandingkan dengan yang berpendapatan baik.
Sedangkan bayi balita yang memiliki status gizi menurut IMT yang baik pada
keluarga yang berpendapataan baik lebih banyak (87,0 %) dibandingkan dengan
yang berpendapatan kurang.
51
Tabel 63. Distribusi Kategori Status Gizi BB/TB Berdasarkan Pendidikan Ayah
Pada Bayi/Balita Di Desa Pulau Lemukutan
Tabel 64. Distribusi Kategori Status Gizi Menurut BB/U Berdasarkan Pendidikan
Ayah Pada Bayi/Balita Di Desa Pulau Lemukutan
Kategori WAZ
Total
Pendidikan Ayah Kurang Baik
n % n % N %
Tidak Tamat SD 3 75,0 1 25,0 4 100,0
SD 10 30,3 23 69,7 33 100,0
SMP 6 37,5 10 62,5 16 100,0
SMA 4 36,4 7 63,6 11 100,0
Jumlah 23 35,9 41 64,1 64 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa bayi balita yang memiliki
kategori status gizi menurut BB yang kurang padaanak yang memliki ayah yang
tidak tamat SD lebih banyak (75,5 %) dibandingkan dengan yang lain.
Sedangkan bayi balita yang memiliki status gizi menurut BB yang baik padaanak
yang memiliki ayah yang tamat SD lebih banyak (69,7 %) dibandingkan dengan
yang lain.
52
Tabel 65. Distribusi Kategori Status Gizi IMT/U Berdasarkan Pendidikan Ayah
Pada Bayi/Balita Di Desa Pulau Lemukutan
Status Gizi IMT/U
Total
Pendidikan Ayah Kurang Baik
n % N % n %
Tidak Tamat SD 2 50,0 2 50,0 4 100,0
SD 6 18,2 27 81,8 33 100,0
SMP 1 6,3 15 93,2 16 100,0
SMA 3 27,3 8 72,7 11 100,0
Jumlah 12 18,8 52 81,3 64 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa bayi balita yang memiliki
kategori status gizi menurut IMT yang kurang padaanak yang memliki ayah
yang tidak tamat SD lebih banyak (50,0 %) dibandingkan dengan yang lain.
Sedangkan bayi balita yang memiliki status gizi menurut IMT yang baik padaanak
yang memiliki ayah yang tamat SMP lebih banyak (93,2 %) dibandingkan dengan
yang lain.
53
Tabel 67. Distribusi Kategori Status Gizi BB/U Berdasarkan Pendidikan Ibu Pada
Bayi/Balita Di Desa Pulau Lemukutan
Status Gizi BB/U
Total
Pendidikan Ibu Kurang Baik
n % n % n %
Tidak Tamat SD 3 75,0 1 25,0 4 100,0
SD 10 41,7 14 58,3 24 100,0
SMP 5 22,7 17 77,3 22 100,0
SMA 5 35,7 9 64,3 14 100,0
Jumlah 23 35,9 41 64,1 64 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa bayi balita yang memiliki
kategori status gizi menurut BB yang kurang padaanak yang memliki ibu yang
tidak tamat SD lebih banyak (75,0 %) dibandingkan dengan yang lain.
Sedangkan bayi balita yang memiliki status gizi menurut BB yang baik padaanak
yang memiliki ibu yang tamat SMP lebih banyak (77,3 %) dibandingkan dengan
yang lain.
Tabel 68. Distribusi Kategori Status Gizi IMT/U Berdasarkan Pendidikan Ibu
Status Gizi IMT/U
Total
Pendidikan Ibu Kurang Baik
n % N % N %
Tidak Tamat SD 2 50,0 2 50,0 4 100,0
SD 3 12,5 21 87,5 24 100,0
SMP 5 22,7 17 77,3 22 100,0
SMA 2 35,7 12 85,7 14 100,0
Jumlah 12 35,9 52 81,3 64 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa bayi balita yang memiliki
kategori status gizi menurut IMT yang kurang padaanak yang memliki ibu yang
tidak tamat SD lebih banyak (50,0 %) dibandingkan dengan yang lain.
Sedangkan bayi balita yang memiliki status gizi menurut IMT yang baik padaanak
yang memiliki ibu yang tamat SD lebih banyak (87,5 %) dibandingkan dengan
yang lain.
54
b. Anak Sekolah
Tabel 69. Distribusi Status Gizi IMT/U Menurut pola konsumsi Pada Anak
Sekolah Di Pulau Lemukutan
Dari Tabel di atas dapat di lihat bahwa anak sekolah dengan kategori BAZ
kurus lebih banyak memiliki pola konsumsi yang kurang yaitu 18%, sedangkan
anak sekolah dengan kategori BAZ normal memiliki pola konsumsi yang kurang
yaitu 82%.
Tabel 70. Distribusi Status Gizi IMT/U Menurut Pantangan Pada Anak Sekolah
Di Pulau Lemukutan
Dari Tabel di atas dapat di lihat bahwa anak sekolah dengan kategori BAZ
normal lebih banyak yang tidak memiliki pantangan yaitu sebesar 84%.
p. Remaja
Tabel 71. Distribusi Status Gizi IMT Menurut LILA Pada Remaja Di Pulau
Lemukutan
IMT
Total
LILA Kurang Normal
n % n % n %
Kurang 17 70,8 7 29,2 24 100,0
Normal 0 0 6 100 6 100,0
Total 17 56,7 13 43,4 30 100,0
55
Dari Tabel di atas dapat di lihat bahwa remaja dengan kategori IMT kurang
lebih banyak memiliki kategori LILA kurang yaitu 70,8%, sedangkan remaja
dengan kategori IMT normal memiliki kategori LILA normal yaitu 100%.
Tabel 72. Distribusi Status Gizi IMT Menurut Pengetahuan Pada Remaja Di
Pulau Lemukutan
IMT
Total
Pengetahuan Kurang Normal
n % N % n %
Kurang 12 60% 8 40% 20 100%
Baik 5 50% 5 50% 10 100%
Total 17 56,7% 13 43,4% 30 100%
Dari Tabel di atas dapat di lihat bahwa remaja dengan kategori IMT kurang
lebih banyak memiliki kategori pengetahuan kurang 60%, sedangkan remaja
dengan kategori IMT normal memilki kategori pengetahuan baik yaitu 50%.
Tabel 73. Distribusi Status Gizi IMT dan Asupan Protein Pada Remaja Di Pulau
Lemukutan
Kategori IMT
Total
Asupan Protein Kurang Normal
n % n % n %
Defisit 14 58,3% 10 41,7% 24 100%
Cukup 3 50% 3 50% 6 100%
Total 17 56,7% 13 43,3% 30 100%
Dari Tabel di atas dapat di lihat bahwa remaja dengan kategori IMT kurang
lebih banyak memiliki asupan protein defisit yaitu 58,3%, sedangkan remaja
dengan kategori IMT normal memiliki asupan protein cukup yaitu 50%.
Tabel 74. Distribusi Status Gizi IMT dan Infeksi Pada Remaja Di Pulau
Lemukutan
Kategori IMT
Total
Infeksi Kurang Normal
N % N % N %
Sakit 3 100% 0 0% 5 100%
Tidak Sakit 14 51,9% 13 48,1% 27 100%
Total 17 56,7% 13 43,3% 30 100%
56
Dari Tabel di atas dapat di lihat bahwa remaja dengan kategori IMT kurang
lebih banyak memiliki kesimpulan infeksi sakit yaitu 100%, sedangkan remaja
dengan kategori IMT normal memiliki kesimpulan infeksi tidak sakit yaitu 48,1%
q. Ibu Hamil
Tabel 75. Distribusi Status Gizi (LILA) Berdasarkan Infeksi Pada Ibu Hamil Di
Desa Pulau Lemukutan
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa ibu hamil yang memiliki status
gizi berdasarkan LILA yang normal lebih banyak yang tidak sakit yaitu sebanyak
45,5% sedangkan ibu hamil yang memiliki status gizi berdasarkan LILA yang
kurang lebih banyak sakit yaitu sebesar 100,0 %.
Tabel 76. Distribusi Status Gizi (LILA) Berdasarkan Pendidikan SuamiPada Ibu
Hamil Di Desa Pulau Lemukutan
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa ibu hamil yang memiliki status
gizi berdasarkan lila yang normal lebih banyak yang pendidikan terakhir
suaminya adalah tamat SMA yaitu sebanyak 50,0 % sedangkan ibu hamil yang
memiliki status gizi berdasarkan lila yang kurang lebih lebih banyak yang
pendidikan terakhir suaminya adalah tamat SMP yaitu 100,0 %.
57
Tabel 77. Distribusi Status Gizi (LILA) Berdasarkan Pekerjaan SuamiPada Ibu
Hamil Di Desa Pulau Lemukutan
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa ibu hamil yang memiliki status
gizi berdasarkan LILA yang normal lebih banyak yang pekerjaan suaminya
adalah sebagai pegawai swasta yaitu sebanyak 100,0% sedangkan ibu hamil
yang memiliki status gizi berdasarkan LILA yang kurang lebih lebih banyak yang
pekerjaan suaminya adalah petani dan pedagang yaitu 100,0 %.
Tabel 78. Distribusi Status Gizi (LILA) Berdasarkan Asupan EnergiPada Ibu Hamil
Di Desa Pulau Lemukutan
Status Gizi (LILA)
Total
Asupan Energi Kurang Normal
N % N % n %
Defisit 8 61,5 5 38,5 13 100,0
Total 8 61,5 5 38,5 13 100,0
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa ibu hamil yang memiliki status
gizi berdasarkan LILA kurang lebih banyak yang asupan energinya defisit yaitu
sebesar 61,5%
58
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa ibu hamil yang memiliki status
gizi berdasarkan LILA normal lebih banyak yang asupan proteinnya normal yaitu
sebanyak 100,0 % sedangkan ibu hamil yang memiliki status gizi berdasarkan
LILA yang kurang lebih lebih banyak yang asupan proteinnya deficit yaitu 66,7 %.
Tabel 80. Distribusi Status Gizi (LILA) Berdasarkan Asupan FePada Ibu Hamil Di
Desa Pulau Lemukutan
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa ibu hamil yang memiliki status
gizi berdasarkan lila kurang lebih banyak yang asupan fe nya deficit yaitu
sebesar 61,5%.
r. Lansia
Tabel 81. Distribusi Status Gizi IMT dan Pengetahuan Pada Lansia Di Desa
Pulau Lemukutan
IMT
Total
Pengetahuan Kurang Normal
n % n % n %
Kurang 2 22,2 7 77,8 9 100,0
Baik 2 14,3 12 85,7 14 100,0
Total 4 17,4 19 82,6 23 100,0
Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa lansia dengan kategori IMT yang
normal lebih banyak memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebesar 85 %
sedangkan lansia dengan kategori imt yang kurang lebih banyak memiliki
pengetahuan yang kurang yaitu sebesar 22,2 % .
Distribusi Status Gizi IMT dan Infeksi Pada Lansia Di Desa Pulau Lemukutan
IMT
Total
Infeksi Kurang Normal
n % N % n %
Sakit 1 20 4 80 5 100,0
Tidak Sakit 3 16,7 15 83,3 18 100,0
Total 4 17,4 19 82,6 23 100,0
59
Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa lansia dengan kategori IMT yang
normal lebih banyak yang tidak sakit yaitu sebesar 83,3 % sedangkan lansia
dengan kategori imt yang kurang lebih banyak yang sakit yaitu sebesar 20% .
60
X. Pembahasan
1. vUnaitr
Berdasarkan datadapat dilihat bahwa masalah gizi terdapat pada semua
kelompok umur yaitu bayi/balita, anak sekolah, remaja, ibu hamil dan lansia.
masalah yang sering timbul yaitu:
Bayi/balita :
a. Jenis penyakit : pada bayi/balita di desa lemukutan lebih banyak
yang menderita ISPA yaitu sebanyak 25 orang sebesar 39,1%
b. Infeksi : pada bayi/balita di desa lemukutan yang sakit
yaitu sebanyak 26 orang sebesar 40,6%
c. Imunisasi : pada bayi/balita di desa lemukutan yang imunisasi
tidak lengkap yaitu sebanyak 9 orang sebesar 14,1%
d. Pola Asuh : pada bayi/balita di desa lemukutan yang pola asuh
kurang yaitu sebanyak 31 orang sebesar 48,4%
e. Pengetahuan : pada bayi/balita di desa lemukutan yang
pengetahuan kurang yaitu sebanyak 19 orang sebesar 29,7%
f. Pendapatan perkapital : pada orang tua bayi/balita di desa lemukutan yang
pendapatan kurang yaitu sebanyak 41 orang sebesar 64,1%
g. Status gizi (BB/TB) : pada bayi/balita di desa lemukutan yang status
gizi(BB/TB) kurang yaitu sebanyak 14 orang sebesar 21,9%
h. Status gizi (TB/U) : pada bayi/balita di desa lemukutan yang status
gizi(TB/U) kurang yaitu sebanyak 25 orang sebesar 39,1%
i. Status gizi (BB/U) : pada bayi/balita di desa lemukutan yang status
gizi(BB/U) kurang yaitu sebanyak 23 orang sebesar 35,9%
j. Status gizi (IMT/U) : pada bayi/balita di desa lemukutan yang status
gizi(IMT/U) kurang yaitu sebanyak 12 orang sebesar 18,8%
k. Status gizi (LIKA/U) : pada bayi/balita di desa lemukutan yang status
gizi(LIKA/U) kurang yaitu sebanyak 35 orang sebesar 54,7%
l. Asupan Energi : pada bayi/balita di desa lemukutan yang asupan
energi defisit yaitu sebanyak 35 orang sebesar 54,7%
m. Asupan Protein : pada bayi/balita di desa lemukutan yang asupan
proteindefisit yaitu sebanyak 15 orang sebesar 23,4%
61
Anak Sekolah :
a. Infeksi : pada bayi/balita di desa lemukutan yang sakit
yaitu sebanyak 29 orang sebesar 39,7%.
b. Status gizi (IMT/U) : pada bayi/balita di desa lemukutan yang status
gizi(IMT/U) kurang yaitu sebanyak 12 orang sebesar 16,4%
c. Pengetahuan : pada bayi/balita di desa lemukutan yang
pengetahuan kurang yaitu sebanyak 36 orang sebesar 49,3%
d. Pola Konsumsi : pada bayi/balita di desa lemukutan yang pola
konsumsi kurang yaitu sebanyak 45 orang sebesar 61,6%
Remaja :
a. Status Gizi (IMT) : pada remaja di desa lemukutan yang status gizi
(IMT) kurang yaitu sebanyak 17 orang sebesar 56,7%
b. Status Gizi (LILA) : pada remaja di desa lemukutan yang status gizi
(LILA) kurang yaitu sebanyak 24 orang sebesar 80%
c. Asupan Energi : pada remaja di desa lemukutan yang asupan
energi defisit yaitu sebanyak 27 orang sebesar 90%
d. Asupan Protein : pada remaja di desa lemukutan yang asupan
energi defisit yaitu sebanyak 24 orang sebesar 80%
e. Asupan Fe : pada remaja di desa lemukutan yang asupan
energi defisit semua yaitu 30 orang sebesar 100%
f. Infeksi : pada remaja di desa lemukutan yang sakit yaitu
sebanyak 2 orang sebesar 6,7%
g. Pengetahuan : pada remaja di desa lemukutan yang
pengetahuan kurang yaitu sebanyak 20 orang sebesar 66,7%
Ibu Hamil :
a. Asupan Energi : pada ibu hamil di desa lemukutan yang asupan
energi defisit yaitu sebanyak 13 orang sebesar 100%
b. Asupan Protein : pada ibu hamil di desa lemukutan yang asupan
protein defisit yaitu sebanyak 12 orang sebesar 92,3%
c. Asupan Fe : pada ibu hamil di desa lemukutan yang asupan Fe
defisit yaitu sebanyak 13 orang sebesar 100%
d. Status Gizi (LILA) : pada ibu hamil di desa lemukutan yang status gizi
(LILA) kurang yaitu sebanyak 8 orang sebesar 61,5%
e. Pola makan : pada ibu hamil di desa lemukutan yang pola
makan kurang yaitu sebanyak 7 orang sebesar 53,8%
f. Infeksi : pada ibu hamil di desa lemukutan yang infeksi
sakit yaitu sebanyak 2 orang sebesar 15,4%
62
g. Pendidikan suami : pada ibu hamil di desa lemukutan yang
pendidikan suami yang SD yaitu sebanyak 9 orang sebesar 69,2%
h. Pengetahuan : pada ibu hamil di desa lemukutan yang
pengetahuan kurang yaitu sebanyak 8 orang sebesar 61,5%
i. Pendapatan perkapital : pada ibu hamil di desa lemukutan yang pendapatn
perkapital kurang yaitu sebanyak 10 orang sebesar 76,9%
Lanjut Usia :
a. Pendidikan : pada lanjut usia di desa lemukutan yang
pendidikan yang tidak tamat SD yaitu sebanyak 13 orang sebesar 56,5%
b. Status Gizi (IMT) : pada lanjut usia di desa lemukutan yang Status
Gizi (IMT) kurang yaitu sebanyak 4 orang sebesar 17,4%
c. Pekerjaan : pada lanjut usia di desa lemukutan yang tidak
bekerja yaitu sebanyak 12 orang sebesar 52,2%
d. Infeksi : pada lanjut usia di desa lemukutan yang Infeksi
sakit yaitu sebanyak 5 orang sebesar 21,7%
e. Penurunan Nafsu Makan: pada lanjut usia di desa lemukutan yang
penurunan nafsu makan yaitu sebanyak 9 orang sebesar 39,1%
f. Penurunan Berat Badan : pada lanjut usia di desa lemukutan yang
penurunan berat badan yaitu sebanyak 6 orang sebesar 26,1%
g. Kesulitan menelan : pada lanjut usia di desa lemukutan yang kesulitan
menelan yaitu sebanyak 5 orang sebesar 21,7%
h. Merasa Sehat : pada lanjut usia di desa lemukutan yangt idak
merasa sehat yaitu sebanyak 8 orang sebesar 34,8%
i. Pola Makan : pada lanjut usia di desa lemukutan yang pola
makan yang kurang yaitu sebanyak 13 orang sebesar 56,5%
j. Pengetahuan : pada lanjut usia di desa lemukutan pengetahuan
yang kurang yaitu sebanyak 9 orang sebesar 39,1%
41. vBarit
Berdasarkan hasil pegamatan dan turun langsung ke desa Pulau
Lemukutan, Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, kami banyak menemukan
beberapa masalah yang terdapat di desa tersebut.
Masalah yang terjadi bukan hanya pada orang dewasa saja, tetapi juga
terjadi pada bayi/balita, anak sekolah, ibu hamil serta remaja dan lansia. Masalah
yang terjadi berdasarkan hasil turun langsung kelapangan bukan hanya terjadi
karena infeksi tetapi juga terjadi karena pola asuh, asupan, pendapatan, serta
pendidikan dan pengetahuan masyarakat di desa pulau Lemukutan yang masih
63
kurang. Beberapa masalah yang terjadi memilki dampak bagi status gizi
masyarakat di desa Pulau Lemukutan.
Dari hasil pengolahan data bivariat yang kami lakukan menggunakan
aplikasi SPSS dapat dilihat beberapa masalah gizi yang terjadi pada bayi/balita,
anak sekolah, remaja, ibu hamil serta lansia. Pada bayi/balita masalah yang
terjadi yaitu mengenai pola asuh, asupan energi, asupan protein, pendapatan,
serta pendidikan ayah dan ibu yang mempengaruhi status gizi bayi/ balita. Pada
anak sekolah masalah yang terjadi yaitu infeksi, serta pantangan yang
mempengaruhi status gizi anak sekolah. Pada remaja masalah yang terjadi yaitu
LILA, pengetahuan, asupan protein, dan asupan Fe yang mempengaruhi status
gizi (IMT) pada remaja. Pada ibu hamil masalah yang terjadi yaitu infeksi,
pendidikan suami, pekerjaan suami, asupan energi, asupan protein dan asupan
Fe yang mempengaruhi LILA ibu hamil. Sedangkan pada lansia masalah yang
terjadi meliputi pengetahuan, serta infeksi yang mempengaruhi status gizi pada
lansia (IMT).
Berdasarkan penyebab dari masalah yang terjadi pada bayi/balita lebih
banyak terjadi pada pola asuh yang disebabkan karena cara orang tua
mengasuh anak dalam bidang gizi dan kesehatan yang kurang. Pada anak
sekolah penyebab masalah lebih banyak terjadi karena infeksi suatu kondisi
penyakit akibat masuknya kuman patogen kedalam tubuh menimbulkan gejala.
Pada remaja penyebab masalah juga lebih banyak terjadi karena infeksi. Pada
ibu hamil penyebab masalah lebih banyak terjadi karena infeksi dan pendidikan
suami. Pendidikan yang menjadi penyebab masalah belum tentu terjadi pada
mereka yang berpendidikan rendah. Serta pada lansia yang menjadi penyebab
masalah lebih banyak terjadi karena lansia yang berpengetahuan kurang.
Pengetahuan pada lansia ini mengarah pada pengetahuan gizi responden
tentang gizi itu sendiri dan kesehatan.
64
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Y. Saran
65
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier. (2001). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Riskesdas. (2007).
UNICEF. (1998). The State on the World Children. Oxford Univ. Press .
66
LAMPIRAN 1
67
68
LAMPIRAN 2
69
70
LAMPIRAN 3
71
72
LAMPIRAN 4
73
74
LAMPIRAN 5
75
76