Anda di halaman 1dari 7

STUDI KARAKTERISTIK DAN PERILAKU PONDASI BAMBU RAFT & PILE

SEBAGAI PERKUATAN TANAH PADA EMBANKMENT JALAN


1 2 3 4 5
Tri Harianto , Rahman Djamaluddin , A. Bakri Muhiddin , Iskandar Maricar dan Farid Sitepu
1
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin Makassar, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10
Makassar 90245
Email:triharianto@unhas.ac.id
2
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin Makassar, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10
Makassar 90245
Email: l.samang@unhas.ac.id
3
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin Makassar, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10
Makassar 90245
Email: rahman.djamaluddin@yahoo.com
4
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin Makassar, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10
Makassar 90245
Email: iskandarmaricar@yahoo.com
5
Mahasiswa Program Studi S2 Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin Makassar, Jl. Perintis Kemerdekaan
Km.10 Makassar 90245 Email: farid.sitepu@yahoo.com

ABSTRAK

Desain pondasi dengan menggunakan bahan yang ramah lingkungan telah banyak digunakan
sebagai inovasi dalam upaya mereduksi deformasi tanah dan penurunan sebagai uniform
settlement. Tipe raft bambu digunakan untuk menghasilkan penurunan yang merata pada
seluruh bidang lateral embankment jalan. Pile bambu dimanfaaatkan untuk dapat mendukung
pondasi raft bambu yang pada aplikasinya sebagai tiang tekan yang mampu menahan tekanan
vertical yang ditumpu oleh raft bambu. Untuk menginvestigasi efektifitas dari pondasi raft
dan pile bambu mereduksi penurunan tanah digunakan Metode Elemen Hingga. Hasil dari
pengujian pada model skala kecil menunjukkan bahwa pondasi raft sangat efektif dalam
mendukung embankment yang berada diatas tanah dasar. Selama pengujian pembebanan,
tanah dasar hanya mengalami deformasi yang sangat kecil. Sementara pile-pile bambu
memberikan dukungan yang cukup signifikan dalam mendukung raft bambu menhan beban
vertical akibat beban yang diberikan selama pengujian.

Kata kunci : Pondasi Raft dan Pile, bambu, uniform settlement

1. PENDAHULUAN
Pembangunan embankment jalan di atas tanah lunak mengakibatkan terjadinya penurunan yang besar dan
pergerakan lateral. Berbagai metode telah dikembangkan untuk mengatasai masalah-masalah yang terjadi
akibat pembangunan jalan di atas tanah lunak. Berbagai penelitian telah dilakukan sebelumnya antara lain
dengan menggunakan PVD untuk mempercepat proses konsolidai (Chai et al., 2008). Penelitian oleh
Poungchompu (2009) melaporkan pengaruh penggunaan kayu lokal yang diapplikasikan sebagai material
tiang pondasi pada konstruksi jalan raya di atas tanah lunak. Disamping itu, Padmavathi et al. (2008) juga
melaporkan bahwa pengaruh kedalaman berpengaruh terhadap perilaku tiang pancang. Pergerakan lateral
dapar direduksi dengan meningkatkan kekakuan dati tiang. Selanjutnya, kombinasi antara PVD dan tanah
yang telah diberi perkuatan dapat menurunkan penurunan dari embankment (Hayashi dan Nishimoto,
2008). Material bambu lokal di gunakan dalam penelitian ini dengan mengkombinasikan antara pondasi
rakit (raft) dan tiang (pile) yang diperkenalkan dengan nama pondasi Raft & Pile. Jenis pondasi ini
diharapkan dapat mereduksi baik penurunan maupun pergerakan lateral tanah akibat pembebanan
embankment jalan. Dalam upaya menguji efektifitas dari pondasi Raft & Pile digunakan analisa numerik
berupa metode elemen hingga. Model skala kecil dalam bucket pengujian diuji dalam penelitian ini untuk
membuktikan efektifitas dari pondasi raft dan pile bambu yang digunakan.

KoNTekS 6 G-59
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Geoteknik

2. METODOLOGI

Penelitian ini dimulai dengan pengumpulan data karakteristik tanah dan bambu sebagai material perkuatan.
Pemeriksaan fisis tanah meliputi pemeriksaan fisik dan mekanis tanah. Bambu yang digunakan adalah
bambu Atter atau Parring dalam bahasa lokal. Jenis bambu ini banyak didapati di kawasan timur Indonesia
khususnya Sulawesi. Jenis ini merupakan tipe yang sangat banyak digunakan dalam mendukung konstruksi
bangunan selain bambu petung. Pengujian sifat fisis dan mekanis bambu menggunakan ISO 22157-2
Bambu Determination of Physical and Mechanical Properties.
Batang bambu dibagi menjadi 3 bagian dalam menguji karakteristiknya yaitu bagian pangkal, tengah dan
ujung, seperti terlihat pada Gambar 1 dibawah ini :

Keterangan :
A, B, C = sampel bambu
Kode 1 = Bagian pangkal bambu Pangkal Tengah Ujung
Kode 3 = Bagian tengah bambu
Kode 5 = Bagian ujung bambu
Kode a = bagian tanpa nodia
Kode b = bagian dengan nodia ditengah Nodia
Kode c = nodia dikedua ujungnya

Gambar 1. Pembagian potongan batang bambu dalam pengujian karakteristik

(a). (b). (c).


Gambar 2. Sampel uji kuat tarik (a), kuat tekan (b), dan kuat geser (c).

Gambar 3. Metode pengujian kuat lentur

G-60 KoNTekS 6
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Geoteknik

Gambar 4. Sketsa pengujian tanah dengan perkuatan raft dan pile bambu

Pengujian perilaku pondasi raft dan pile bambu diuji dengan menggunakan bucket pengujian dengan
membentuk model skala kecil. Dengan menggunakan bucket ukuran 200x100x100 cm dengan rencana
tanah dasar 60cm (lempung) dan pemodelan embankment 30 cm dengan lebar bidang uji embankment 60
cm. Uji pembebanan menggunakan loading cell kapasitas 20 ton dengan menggunakan plate loading
sebagai asumsi beban merata pada permukaan embankment. Dial indicator diletakkan pada 4 posisi
berbedauntuk mengetahui deformasi-deformasi pada tanah dasar dan embankment.

3. HASIL DAN DISKUSI

Hasil Pengujian sifat Fisis dan Mekanis Tanah


Hasil pengujian tanah lempung yang diambil dari daerah Tamalanrea, Makassar yang digunakan dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil pengujian sifat fisis dan mekanis tanah
Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan

Kadar Air (%) 38,69


Berat Jenis Spesifik (%) 2,74
Batas-batas Atterberg
Batas Cair (LL) (%) 63,80
Batas Plastis (PL) (%) 50,41
Indeks Plastisitas (PI) (%) 13,38
Batas Susut (SL) (%) 42,26
Gradasi Butiran
Tanah berbutir kasar (%) 42,96
Tanah berbutir halus (%) 57,04
Kuat tekan bebas (qu) (Kg/cm2) 2,51
Kompaksi wopt (%) 39,61
dry (gr/c m3) 1,23
Geser Langsung
c = (kN/m) 7
= 20,34

Hasil Pengujian Sifat Fisis dan Mekanis Bambu


Pengujian sifat fisis dan mekanis bambu menggunakan ISO 22157-2 Bambu Determination of Physical
and Mechanical Properties.

KoNTekS 6 G-61
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Geoteknik

Kuat Tarik Bambu


Kuat tarik bambu tanpa nodia pada pengujian ini rata-rata adalah 326,041 MPa, regangan rata-rata sebesar
0.068, Modulus Elastisitas Tarik rata-rata adalah sebesar 4790,61 MPa seperti ditunjukkan pada Gambar 5
6. Terlihat bahwa sampel bambu pada bagian ujung tanpa nodia (C1a) memiliki tegangan dan regangan
yang besar karena jumlah serabut dan kerapatan yang lebih tinggi pada bagian ini.

450
400
A1a
350
B1a
300
Tegangan (Mpa)

C1a
250
A3a
200 B3a
150 C3a
100 A5a
50 B5a
0 C5a
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00
Regangan (mm)

Gambar 5. Grafik kuat tarik bambu tanpa nodia

160

140 A1b
120 B1b
C1b
Tegangan (Mpa)

100
A3b
80 B3b
60 C3b
A5b
40
B5b
20
C5b
0
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00
Regangan (mm)

Gambar 6. Grafik kuat tarik bambu dengan nodia ditengah

Kuat Tekan Bambu


Gambar 7 memperlihatkan grafik hasil pengujian kuat tekan bambu tanpa nodia. Pengujian berdasarkan
standar ISO dengan mengambil sampel pada bagian pangkal, tengah dan ujung batang bambu. Tegangan
tekan sebesar 58,22 124,68 MPa pada bambu tanpa nodia untuk bagian pangkal, tengah dan atas, 47,88
147,86 MPa pada bambu dengan nodia di tengah, dan 175,01 572,73 MPa untuk bambu dengan nodia di
kedua ujungnya seperti terlihat pada Gambar 7.

G-62 KoNTekS 6
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Geoteknik

80,0

70,0
60,0
Tegangan (MPa)

50,0

40,0

30,0
A1a
20,0
A3a
10,0 A5a
0,0
0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8
Regangan (mm)

Gambar 7. Grafik kuat tekan bambu tanpa nodia


Kuat Lentur
Hasil pengujian bagian pangkal-tengah batang bambu memiliki kuat lentur yang lebih rendah dibanding
dengan bagian tengah ujung yaitu sebesar 45,012 47,640. Pada bagian tengah-ujung sendiri memiliki kuat
lentur sebesar 52,03 - 68,478 dengan dlendutan hingga 131.30 mm. grafik hasil pengujian kuat lentur dapat
dilihat di gambar 8 dan Gambar 9.

450
400
350
300
Beban P (Kg)

250
200
A1
150
B1
100 C1
50
0
0,0 50,0 100,0 150,0
Lendutan (mm)

Gambar 8. Grafik kuat lentur bambu bagian bawah-tengah

KoNTekS 6 G-63
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Geoteknik

300

250

200
Beban P (Kg)

150
A3
100 B3
C3
50

0
0,0 50,0 100,0 150,0 200,0
Lendutan (mm)

Gambar 9. Grafik kuat lentur bambu bagian tengah-ujung

Hasil Pengujian Model Skala Kecil Tanah Dengan Menggunakan Perkuatan Raft dan Pile bambu
Gambar 10 dibawah memperlihatkan deformasi secara vertikal pada lapisan atas tanah lempung.
Embankment setinggi 30 cm pada grafik tanpa perkuatan dan perkuatan bambu dalam rentang pembebanan
sebesar 4 ton. Deformasi vertical yang siknifikan terjadi hingga 5,0 cm pada pembebanan dibawah 1 ton
dan penurunan tetap terjadi. Hingga mencapai 7 cm pada pembebanan maksimum (4 ton).

Beban (kg)

0 1000 2000 3000 4000 5000


0
Tanpa Perkuatan
10
Deformasi vertikal (mm)

20 Raft & Pile Jarak 30


cm
30
Raft & Pile jarak 40
40 cm

50

60

70

80

Gambar 10. Grafik hasil pengujian

G-64 KoNTekS 6
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Geoteknik

4. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian karakteristik bambu sebagai pondasi raft & pile, menunjukkan bambu memiliki kuat
tarik yang sangat baik. Kuat lentur dari bambu dapat memberikan dukungan yang lebih baik bila digunakan
sebagai perkuatan lateral. Pondasi raft & pile efektif dalam mengurangi deformasi vertikal sebesar 20%.
Jarak antar tiang juga mempengaruhi potensi deformasi dari embakment, dimana semakin rapat tiang maka
reduksi dformasi semakin besar.

DAFTAR PUSTAKA
Chai, J. C., Miura, N, Kirekawa., T and Hino, T. (2008). Design methods of PVD instalation depth for
two-way drainage deposit. Proceedings of the International Symposium on Lowland Technology, 13-
20.
Darjanto, H., Soepriyono, D., dan Widodo, A. B. (2005), Studi Penggunaan Fabrikasi Fondasi Tiang Dari
Bambu Sebagai Soil Reinforcement Pada Konstruksi Timbunan Di atas Tanah Lunak. Seminar Pile,
Universitas
Hayashi, H. And Nishimoto, S. (2008). Improvement effect of combined method PVD and reinforced fill
on peaty ground. Proceedings of the International Symposium on Lowland Technology, 209-214.
Irsyam, M et al. (2008), Pengujian Skala Penuh dan Analisis Perkuatan Cerucuk Matras Bambu Untuk
Timbunan Badan Jalan di Atas Tanah Lunak di Lokasi Tambak Oso Surabaya. Jurnal Forum Teknik
Sipil No.XVIII/1-Januari.
ISO, (2004), ISO 22157-1 & ISO 22157-2 International Standard. Bambu-Determination of physical and
mechanical properties & Technical Report.
Marto, A. dan Othman, B. A., (2011), The Potential use of Bambu as Green Material for Soft Clay
Reinforcement System. International Conference on Environment Science and Engineering IPCBEE
vol.8. IACSIT Press, Singapore.
Morisco (2006), Teknologi Bambu, Bahan Kuliah Program Magister Teknologi Bahan Bangunan,
Universitas Gajah Mada.
Padmavathi, V., Madhav, M. R., Rao, P. N. and Reddy, E. S. (2008). Lateral displacement response of a
rigid pile in soft soil overlain by sand. Proceedings of the International Symposium on Lowland
Technology, 169-174.
Pongsagorn, P. (2009). Development Of A Timber Raft and Pile Foundation For Embankment On Soft
Ground. Disertation of Phillosophy in Civil Engineering Saga University. Japan.
Teodoru, I. B dan Toma, I. O. (2009), Numerical Analysis of Plate Loading Test. Publicat de Universitatea
Tehnica, Gheorghe Asachi din Iasi, Tomul LV (LIX), Fasc. 1, 2009, Sectia CONSTRUCTII
ARHITECTURA.
Samang, L., Harianto, T., dan Zubair, A. (2010), Efektifitas Pondasi Raft dan Pile Dalam Mereduksi
Penurunan Tanah Dengan Metode Numerik. Konfrensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTeks), Sanur-
Bali, 2-3 Juni.
Nugroho, S. A. (2011), Studi Daya Dukung Pondasi dangkal pada Tanah Gambut dengan Kombinasi
Geotekstil dan Grid Bambu. ISSN 0853-2982, Jurnal teknik Sipil, vol. 18 No.1 April.

KoNTekS 6 G-65
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012

Anda mungkin juga menyukai