PENDAHULUAN
1
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan pembuatan laporan ini adalah sebagai tugas besar yang menjadi salah satu syarat
kelulusan mata kuliah teknik irigasi.
Namun selain itu juga terdapat beberapa tujuan lain, yaitu:
1) Pembuatan saluran induk, saluran sekunder, dan bangunan bangunannya.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
konstruksinya permanent dan juga dilengkapi dengan Pintu-pintu air dan alat ukur debit, dimana
pembagian airnya bisa diatur dan bisa diukur disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga
pembagian/pemberian air ke sawah-sawah dilakukan dengan tertib dan merata.
Di samping itu untuk menjamin tidak kebanjiran, dibuat jaringan pembuang tersier, sekunder dan
induk, yang nantinya air tersebut dialirkan langsung ke sungai. Saluran ini juga berfungsi untuk
membuang air sisa pemakaian dari sawah.
Pekerjaan irigasi teknis pada umumnya terdiri dari :
a) Pembuatan Bangunan penyadap yang berupa Bendung atau penyadap bebas
f) Pembuatan Saluran pembuang Sekunder dan tersier termasuk bangunan gorong pembuang.
Semua Saluran dan Bangunan tertuang dalam Skema Jaringan Irigasi dan Skema Bangunan.
4
b. Petak Sekunder
Petak tersier terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuannya dilayani oleh satu saluran
sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari nbangunan bagi yang terletak di saluran
primer atau sekunder.
c. Petak Primer
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder, yang mengambil air langsung dari saluran
primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil air langsung dari sumber
air, biasanya sungai. Proyek-proyek irigasi tertentu mempunyai dua saluran primer.
5
tetap atau celah kontrol trapesium.
e. Bangunan Pembawa
Bangunan pembawa membawa air dari ruas hulu ke ruas hilir saluran. Aliran yang melalui
bangunan superkritis atau subkritis.
1) Bangunan pembawa dengan aliran superkritis
Bangunan ini diperloukan di tempat-tempat di mana lereng medannya lebih curam dari pada
kemiringan maksimum saluran. Bangunan ini terdiri dari bangunan terjun dan Got miring.
2) Bangunan pembawa dengan aliran subkritis
Bangunan ini terdiri dari: Gorong-gorong, Talang,Sipon, Jembatan sipon, Flum (flume),
Saluran tertentu dan Terowongan.
f. Bangunan Lindung
Bangunan ini diperlukan untuk melindungi saluran baik dari luar maupun dari dalam. Dari
luar bangunan itu memberikan perlindungan terhadap limpasan air buangan yang berlebihan dan
dari dalam terhadap aliran saluran yang berlebihan akibat kesalahan eksploitasi atau akibat akibat
masuknya air dari ruas saluran.
1. Bangunan pembuang silang
2. Pelimpah (spillway)
3. Bangunan penguras (wasteway)
4. Saluran pembuang samping
g. Jalan dan Jembatan
Jalan-jalan inspeksi diperlukan untuk inspeksi, eksploitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dan
pembuang. Sedangkan jembatan digunakan untuk menghubungkan jalan-jalan inspeksi diseberang
saluran irigasi.
h. Bangunan Pelengkap
Bangunan pelengkap yang dipasang disepanjang saluran meliputi :
1. Pagar , rel pengaman dan sebagainya
2. Kisi-kisi penyaring untuk mencegah tersumabt bangunan oleh benda-benda yang hanyut
6
a. Daerah Irigasi
Daerah irigasi dapat diberi nama sesuai dengan nama daerah setempat atau daerah penting di
daerah itu, yang biasanya terletak dekat dengan jaringan bangunan utama. Untuk bangunan utama
berlaku peraturan yang sama seperti untuk daerah irigasi.
b. Jaringan Irigasi Primer dan Sekunder
Saluran irigasi primer sebaiknya diberinama sesuai dengan daerah irigasi yang dilayani.
Saluran sekunder diberinama sesuai dengan nama desa yang terletak dipetak sekunder. Petak
sekundet akan diberi nama sesuai dengan nama saluran sekundernya. Saluran di bagi menjadi ruas-
ruas yang berkapasitas sama, bangunan pengelak atau bagi adalah bangunan terakhir disuatu ruas
bangunan itu diberi nama sesuai dengan ruas hulu, tetapi huruf R (ruas) di ubah menjadi B
(bangunan).
Bangunan-bangunan yang ada diantara bangunan-bangunan bagi sadap di beri nama sesuai
dengan nama ruas dimanabnagunan tersebut terletak, juga mulai dengan huruf B lalu diikuti dengan
huruf kecil sedemikian sehingga bengunan yang berada lebih jauh di hilir memakai huruf b, c dan
seterusnya.
c. Jaringan Irigasi Tersier dan Kuarter
Petak tersier diberi nama seperti bangunan sadap tersier dari jaringan utama.
1) Ruas-ruas saluran tersier diberi nama sesuai dengan nama boks yang terletak diantara yang
terletak diantara kedua boks
2) Boks tersier diberi kode T, diikuti nomor urut menurut arah jarum jam
3) Peta kuarter diberi nama sesuai denan petak rotasi, diikuti dengan nomor urut searah jarum
jam. Petak rotasi diberi kode A, B, C dan seterusnya searah jarum jam
5) Saluran irigasi kuarter diberi nama sesuai dengan petak kuarter yang dilayani tetapi dengan
huruf kecil, misalnya a1, a2 dan seterusnya
6) Saluran pembuang kuarter diberi nama sesuaI deangan petak kuarter yang dibuang airnya,
menggunakan huruf kecil diawali dengan dk, misalnya dka1, dka2 dan seterusnya
7) Saluran pembuangan tersier diberi kode dt1, dt2 juga menurut arah jarum jam
7
d. Jaringan Pembuang
Pada umunya pembuang primer berupa sungai-sungai alamiah yang kesenuanya akan diberi nama.
Apabila ada saluran-saluran pembuang primer baru yang akan dibuat maka saluran-saluran itu
harus diberi nama tersendiri.
Pembuang sekunder pada umunya berup[a sungai atau anak sungai yang lebih kecil. Beberapa
diantaranya sudah mempunyai nama yang tetap bisa dipakai, jika tidak sungai atau anak sungai
tersebut akan ditunjukan dengan sebuah huruf bersama-sama dengan nomor seri. Nama-nama ini
akan diawali dengan huruf d (drainase).
Skema jaringan irigasi adalah merupakan gambaran yang menampilkan jaringan saluran dimulai
dari bendung, saluran primier, sekunder, bangunan bagi, bangunan sadap dan petak- petak tersier
dengan setandar sistim tata nama
Skema bangunan adalah yang menampilkan khusus jumlah dan macam bangunan- bangunan
yang ada pada tiap-tiap ruas saluran dan berada dalam satu daerah jaringan irigasi dengan setandar
sistim tata nama .
8
BAB III
9
9. Saluran Sekunder Ruas 1, adalah saluran yang menghubungi bangunan bagi di saluran
induk/sekunder dengan bangunan pertama saluran sekunder. (contoh BA1 B.Am 1)
10. Tentukan luas petak tersier maksimun 60 ha, namakan petak tersier sesuai dengan nama
saluran sekunder. Contoh Ambayang (Am) 1 kiri untuk sebelah kiri dan untuk sebelah kanan
atau Am 1 kn, pada bangunan sadap Ambayang 1, atau Bam.1
11. Beri warnawarna muda pada petak-petak yang sudah direncanakan, misal warna hijau
muda untuk kelompok petak tersier yang diambil dari saluran induk. Warna merah muda
untuk kelompok petak tersier yang mengambil air dari saluran sekunder B. Warna jingga
muda untuk kelompok petak tersier yang mengambil air dari saluran sekunder C, dan
seterusny.
12. Hindari memakai warna kuning, sebab warna kuning diberikan untuk daerah yang tidak
terairi yang berada di daerah irigasi yang direncanakan (misalnya bukit, semak belukar yang
tidak dapat diairi)
13. Hijau tua khusus untuk perkampungan/perdesaan
14. Warna hitam jangan digunakan
15. Merah untuk sungai/saluran pembuang
16. Garis coklat untuk jalan raya
17. Garis hitam untuk rel kereta api
18. Kalau kita melihat aliran air menjauhi kita, maka sisi kanan saluran sesuai dengan sisi kanan
kita, dan sisi kiri saluran sesuai pula dengan sisi kiri kita.
kiri
kanan Sungai/saluran
19. Begitu juga dengan penamaan petak tersier. Contoh pada bangunan Amandit 6
(B.A.6) di saluran induk ada tiga saluran tersier, bila letaknya disebelah kiri saluran
induk, maka dinamakan A6 kr1; A6 Kr2, dan A6 kr3. dan banguan bagi sadap 7
(BA7) ada saluran bagi, dan 2 tersier sebelah kanan (lihat contoh).
10
Contoh :
A6 kr1 A6 kr2
A6 kr3
A7 kn2
A7 kn1 S.Sek
"Z"
Q=( NFR x A x 0,001)/(0,8 x 0,9 x 0.9) m3 /det ----->> untuk saluran induk
penyelesaian :
Untuk saluran tersier Am1kn
Q=(NFR x A x 0,001)/(0,8)m3 /det
Q=(1,60 x 32 x 0,001)/(0,8)=0,064 m3 /det
untuk saluran sekunder BK2
3
Q=( NFR x A x 0,001)/(0,8 x0 ,9)m /det
Q=(1,60 x 104x 0,001)/(0,8 x0 ,9)=0,31 m3 /det
11
untuk saluran induk
Q=( NFR x A x 0,001)/(0,8 x0 ,9 x 0,9)=m3 /det
Q=(1,60 x 1.875 x 0,001)/(0,8 x0 ,9 x 0,9)=4,630 m 3 / det
Langkah selanjutnya:
1. Diandaikan/dicoba kedalaman air: h = ho
2. Kecepatan yang sesuai dihitung;
2 /3
Vo=k
{ ( b+mh)h
2
(b+ 2h (1+ m )) } x 1/ 2
12
Untuk Perhitungan Saluran Induk, diperlukan GRAFIK Sebagai berikut (Gambar 1); dan Tabel di
bawah ini.
Gambar : Grafik Kemiringan Rencana (Ia)
13
Tabel 2. Untuk saluran sekunder dan tersier gunakan criteria sebagai berikut :
Q m n=b/h v k
0,00-0,15 1 1 0,25-0,30 35
0,15-0,30 1 1 0,30-0,35 35
0,30-0,40 1 1,5 0,35-0,40 35
0,40-0,50 1 1,5 0,40-0,45 35
0,50-0,75 1 2 0,45-0,50 35
0,75-1,50 1 2 0,50-0,55 35
1,50-3,00 1 2,5 0,55-0,60 40
3,00-4,50 1,5 3 0,60-0,65 40
4,50-6,00 1,5 3,5 0,65-0,70 40
6,00-7,50 1,5 4 0,7 42,5
7,50-9,00 1,5 4,5 0,7 42,5
9,00-11,00 1,5 5 0,7 42,5
11,00-15,00 1,5 6 0,7 45
15,00-25,00 2 8 0,7 45
25,00-40,00 2 10 0,75 45
40,00-80,00 2 12 0,8 45
2 2 2
A=h ( n+ m)=h(b+ mh)=1,30 ( 2,5+ 1,5)=6,76 m
2 /3
Vo=40
{ (2,5 x 1,3+ 1,5 x 1,3) 1,30
( 2,5 x1 ,30+2x1 ,30 x (1+1,5 2)) } x 0,0002651/ 2=0,585 m/det
14
Luas lapangan penampang basah diperlukan:
Ao=Q/Vo=4,630/0,585=7,91 m 2
Dari Ao hitung kedalaman air yang baru;
h1 = Ao/(n +m) = (7,91/(2,5 + 1,5) = 1,47 m
ho h1 = 1,30 1,47= 0,17 > 0,005 harus cari kembali.
Coba : ho = 1,38 m
2/ 3
Vo=40
{ (2,5 x 1,38+1,5 x 1,38) 1,38
( 2,5 x1 ,38+ 2x1 ,38 x (1+1,52)) } x 0,0002651 /2=0,609 m/det
Ao=Q/Vo=4,630/0,609=7,605 m2
h1 = Ao/(n +m) = (7,605/(2,5 + 1,5) = 1,379 m
ho h1 = 1,38 1,379 = 0,0011 < 0,005 OK.
15
Jadi : Dimensi Saluran Sekunder Ambawang Ruas 1 adalah :
A=434 Ha ; Q=0,868 m3 /det ; m=1 ; n=1,5 ; k =35
V = 0,543 m/det ; I = 0,000673
Setelah dibuat hitungan, masukkan ke tabel Dimensi saluran pada lampiran
16
BAB IV
PENUTUPAN
4.1 Kesimpulan
berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, maka didapat
NFR = 1,60 lt/Ha/det
Luas Area Irigasi = 1.875 Ha
Debit Air = 4,630 m3 / det
Elevasi m.a di hilir intake = 65,981+0,08+0,4 =+66,461
4.2. Saran
Untuk mengurangi tingkat kesalahan dan memperbesar ketelitian, sebaiknya dalam perhitungan
desain jaringan irigasi digunakan berbagai software yang mendukung. Seperti Autocad untuk
analisis panjang, luas dan penggambaran, serta Microsoft Excel untuk membantu perhitungan data.
17
DAFTAR PUSTAKA
Radjulani. Panduan Perencanaan Sistem Jaringan Irigasi. Prodi PTS/PTB/D3 TS. Jurusan
Pendidikan Teknik Sipil. Fakultas Pendidikan Teknik dan Kejuruan. Universitas Pendidikan
Indonesia. Bandung 2011.
Direktorat Jendral Sumber Daya Air. (2010). Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi.
Departemen Pekerjaan Umum.
Direktorat Jendral Sumber Daya Air. (2010). Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama
(Headworks). Departemen Pekerjaan Umum.
Direktorat Jendral Sumber Daya Air. (2010). Kriteria Perencanaan Bagian Saluran. Departemen
Pekerjaan Umum.
www. Google.com
18