Anda di halaman 1dari 14

CONTOH RESENSI

BUKU
Resensi Buku Koala Kumal

Judul : Koala Kumal


Penulis : Raditya Dika
Tanggal Terbit : 17 Januari 2015
Penerbit : GagasMedia
Tebal Halaman : 250 hlm

Proses berubah menuju kedewasaan adalah hal yang lumrah bagi penulis.
Perubahan itu bakal terasa kepada pembaca setia yang memang dari awal
mengikuti karya sang penulis. Reaksinya pasti bermacam-macam, ada yang
makin nge-fans pada sang penulis, tapi kebanyakan yang terjadi adalah kecewa
berat dan malah mencaci maki pada penulis. Biasanya ini terjadi kepada penulis
yang karya perdananya langsung meledak. Persis seperti yang terjadi di ranah
musik. Mungkin anda sudah tahu bahwa yang saya maksud adalah Arctic
Monkeys. Perubahan drastis yang dibuat mereka pada album AM malah membuat
nama mereka semakin harum. Apakah Raditya Dika termasuk dalam kategori
sukses instan pada karya perdana? Jelas. Kambing Jantan menggebrak dengan
menawarkan sesuatu yang beda; komedi kasar yang merupakan adaptasi
langsung dari blognya Raditya Dika. Tapi, apakah Koala Kumal-nya Raditya Dika
bisa menjadi seperti AM-nya Arctic Monkeys?

Raditya Dika, yang akrab disapa Dika, akhirnya merilis buku ketujuhnya yang
berjudul Koala Kumal. Ini merupakan hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh
penggemarnya, karena sudah tiga tahun dia absen menulis buku. Di tiga tahun
terakhir, dia disibukkan oleh proyek serial populer Malam Minggu Miko dan film
dari adaptasi novel-novelnya, dimana dia berperan sebagai penulis skenario,
pemain, sekaligus sutradara.

Kenapa diberi judul Koala Kumal? Di bab terakhir, Dika menjelaskan tentang
patah hati. Tentang orang yang dulunya saling memberi rasa nyaman, namun saat
bertemu lagi perasaan itu sudah berubah total. Persis seperti seekor koala yang
bermigrasi dari hutan tempat tinggalnya, namun saat kembali koala itu
kebingungan karena hutan yang pernah jadi rumahnya habis dibabat manusia.
Karena itulah, buku ini diberi judul Koala Kumal. Mayoritas isinya bercerita
tentang patah hati, tentang rasa yang pernah ada, dan tentang kenyamanan
yang punah ditelan cinta yang baru.

Koala Kumal sedikit lebih tipis dibandingkan buku sebelumnya, Manusia Setengah
Salmon. Selain kembali menggunakan judul binatang, kali ini pun Dika
meneruskan konsep Komedi Pakai Hati miliknya. Kedewasaan dan kematangan
pun semakin terlihat disini. Struktur bahasa pun semakin rapi. Jelas saja, dengan
usia yang sudah menginjak 30 tahun, Raditya Dika berangsur-angsur
menghilangkan kata-kata kasar dan tidak baku seperti yang biasa ditemukan di
buku-buku sebelumnya. Sebenarnya tidak penting membicarakan struktur bahasa
dalam sebuah buku komedi. Namun, perbedaan itu semakin jelas. Sangat berbeda
jauh dengan Kambing Jantan, buku pertama Dika yang sangat slengean dan
hancur-hancuran, dalam segi bahasa.

Namun, apakah dengan patah hati sebagai tema utama dan kedewasaan
membuat Koala Kumal tidak lucu lagi? Justru disitulah, kepiawaian Dika bekerja.
Lucu tidak harus dengan komedi kasar. Komedi pakai hati pun bisa, begitulah
prinsip Dika. Dan memang terbukti benar. Anda tidak perlu khawatir dengan
sense of comedy-nya Raditya Dika bakal meluntur seiring dengan menuanya dia.
Namun jangan harap komedi Koala Kumal bakal serusak dan sekasar Kambing
Jantan dan Babi Ngesot. Ini serius.

Kesimpulannya, Koala Kumal sangat layak untuk dibeli dan dibaca. Banyak
pelajaran dapat kita petik dari Koala Kumal, terutama bagi yang baru saja patah
hati. Patah hati adalah proses menuju kedewasaan. Sering patah hati tidak berarti
kita harus putus asa mengejar cinta. Cinta butuh perjuangan. Perjuangan itu
adalah mempertahankan kenyamanan. Sekian.
Resensi Buku Sepatu Dahlan

Judul :Sepatu Dahlan


Penulis :Khrisna Pabichara
Penerbit :Noura books ( PT Mizan Publika )
Ketebalan Buku :392 hlm
Panjang :21 cm
Tahun Terbit :Mei 2012

Dalam setiap buku , novel dan lainnya terdapat resensi yang berisi tentang
keunggulan dan kelemahan suatu buku. Adapun resensi novel Sepatu Dahlan
yaitu :

Karir Khrisna Pabichara sebagai penulis telah banyak melahirkan kumpulan cerita
pendek, mengawini ibu: Senarai kisah yang menggetarkan (Kayla pustaka, 2010).
Dan novel sepatu dahlan adalah buku ke-14 yang dianggitnya. Selain menulis
Khrisna Pabichara juga bekerja sebagai penyunting lepas dan aktif dalam
berbagai kegiatan literasi. Dia bisa disapa dan diajak berbincang berbagai hal,
terutama pernak-pernik #bahasaindonesia, lewat akun twitter-nya: @1bichara.

Novel sepatu dahlan ini merupakan novel new release yang mendapat sambutan
yang sangat baik dari masyarakat. Ddengan begitu novel sepatu dahlan ini
menjadi novel best seller di gramedia seluruh Indonesia.

Alur cerita Sepatu Dahlan cukup sederhana. Dahlan Iskan< remaja kebon dalem .
Sebuah kampong kecil dengan enam buah rumah atau sebut saja gubuk, yang
letaknya saling berjauhan. Jika berjalan seratus atau dua ratus langkah ke arah
timur, sungai kanal segera terlihat. Di sepanjang sungai itu banyak pepohonan
yang besar-besar, seperti trembesi, angsana, jawi dan jati. Di sebelah barat dan
selatan hanya ada tebu. Ya, lading-ladang tebu terhampar sejauh mata
memandang. Ada juga beberapa petak sawah yang ditanami padi atau jagung,
tetapi tak seberapa dibanding tebu-tebu yang tingginya kini sudah nyaris dua

setengah meter. Disanalah, di lading-ladang tebu itu, aku mengais rezeki. Dan dari
sanalah kehidupan Dahlan Iskan berlangsung.

Cerita ini diawali dengan keadaan yang kritis karena ia terkena penyakit liver
akut. Pada saat di bius beliau bermimpi akan masa lalunya. Dahlan Iskan
merupakan anak kecil yang bersekolah di sekolah rakyat takeran bersama
teman[teman dekatnya Arif, Imran, Komaryah, Maryati, kadir. Ketika duduk di
sekolah rakyat Dahlan tidak pernah merasakn bagaimana rasanya menggunkan
sepatu. Ia berangkat ke sekolah dengan tidak menggunakan alas apapun,
padahal Dahlan harus berjalan berkilo-kilo meter untuk sampai ke sekolahnya.
Tapi Dahlan tidak pernah mengeluh akan keadaan yang dialaminya.

Ketika ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinngi dahlan


memohon kepada bapaknya untuk berekolah di sekolah yang di inginkannya,
yaitu SMP 1 Magetan. Tapi karena tidak ada uang akhirnya dahlan melanjutkan
ke tsanawiyah Takeran.

Dalam novel ini terdapat beberapa masalah yang ckup rumit untyuk di jalani
seorang anak remaja. Dari mulai di tinggal pergi oleh ibunya, tidak dapat
membeli makanan untuk makanan sehari-hari dan terpaksa mencuri tebu.
Masalah-masalah it uterus datang menghampirinya.

Dahlan mempunyai mimpi untukmemiliki sepatu dan sepeda agar


mempermudahnya untuk pergi kemana-mana. Impiannya itu dia dapatkan
ketika satu per satu prestasi yang dapat ia dapatkan. Dia mendapat kesempatan
untuk mengajar voli kepada anak-anak juragan kaya. Dan penghasilan darisana
a gunakan untuk membeli sepatu dan sepeda. Sampai akhirnya ia tumbuh dewasa
dan jatuh cinta kepada Aisha anak sorang mandor di kampungnya.

Pada segi lain, novel ini berhasil melontarkan sesuatu yang patut direnugnkan oleh
pembacanya. Di samping itu, ceritanya cukup enak untuk dinikmati. Tanpa
banyak tutur, Dahlan iskan berhasil melukiskan adegan demi adegan dengan
gaya ceritanya yang lembut.

Setting ceitanya sendiri memang kehidupan di kampong maka tidak


mengherankan apabila sering muncul gurauan-gurauan dan humor versi anak-
anak kampung kebon dalem.

Novel Sepatu Dahlan ini telah dikerjakan dengan keterampilan teknik bercerita,
dengan gaya bahasanya yang lembut, serta dengan perasaan halus seorang lelaki.

Pada akhirnya disebutkan bahwa apabila kita menjalani kemiskinan dengan


benar, kita akan mendapatkan pelajaran yang sangat berharga.
Resensi Buku Perahu Kertas

Judul : Perahu Kertas


Pengarang : Dewi Lestari
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun : 2012
Cetakan : 18
Kategori : Remaja, Romantis
Jumlah halaman : 444 halaman
Harga : Rp35.000

Dewi Lestari atau yang bernama Dee, lahir di Bandung, 20 Januari 1976. Kiprah
Dee dalam dunia kepenulisan telah membawanya ke berbagai ajang sastra
bergengsi di dalam maupun luar negeri. Beberapa prestasi dan penghargaan yang
baru-baru ini diperolehnya antara lain: Top 88 Most Influential Women in Indonesia
(Globe Indonesia), The Most Outstanding Woman 2009(Kementrian Pemberdayaan
Perempuan & Kantor Berita Antara). Nama Dee juga muncul sebagai peringkat
pertama dalam polling nasional Penulis Perempuan Paling Dikenal di Indonesia
tahun 2009. Perahu Kertas adalah karya Dee yang keenam sesudah Supernova:
Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh, Supernova: Akar, Supernova: Petir, Filosofi Kopi,
dan Rectoverso. Kini, Dee dan keluarga mungilnya menetap di Jakarta.

Penulis terinspirasi dari beberapa hal yang pernah ia alami seperti komik
Popcornkarya Yoko Shoji, lagu Swamp Ophelia karya Emily Saliers, dan film Reality
Bites. Komik Popcorn karya Yoko Shoji menginspirasi penulis untuk membuat cerita
yang memiliki spirit dan menyaksikan tokoh-tokohnya bertransformasi dari
remaja ingusan sampai menjadi manusia dewasa. Lagu Swamp Ophelia
menginspirasi penulis untuk membuat cerita dimana kedua tokoh utamanya
berdiri di dua kutub yang berlawanan dan pada akhirnya harus bertemu di segala
kemustahilan. Sedangkan dilm Reality Bites menginspirasi penulis untuk
memberikan ilmu kepada pembaca untuk percaya pada impian mereka.

Cerita di mulai dari seorang anak laki-laki bernama Keenan yang baru lulus SMA
di Amsterdam. Keenan memiliki cita-cita menjadi pelukis seperti mamanya dulu
tapi ayahnya tidak memperbolehkan Keenan untuk menjadi pelukis. Ayah Keenan
menginginkan Keenan untuk kuliah di Fakultas Ekonomi untuk menggantikan
posisinya di perusahaan miliknya. Dengan sangat berat hati, Keenan mengikuti
keinginan ayahnya.

Tokoh utama lainnya dalam novel ini adalah Kugy. Kugy adalah seorang gadis
yang juga baru lulus SMA. Kugy memiliki mimpi untuk menjadi seorang
pendogeng. Kugy dan Keenan dipertemukan oleh pasangan Eko dan Noni saat
Kugy, Eko, dan Noni menjemput Keenan di stasiun yang akan berkuliah di
Perguruan Tinggi yang sama dengan mereka. Sebelum Keenan dan Eko pergi ke
kosan mereka, mereka berteduh sebentar di kosan Noni dan Kugy setelah
kehujanan. Disanalah Kugy dan Keenan saling bercerita tentang kisah mereka
masing-masing. Pada saat itu Kugy meminjamkan buku dongeng buatannya
kepada Keenan. Setelah tiba di kosannya, Keenan membuat ilustrasi dari buku
dongeng yang Kugy buat.

Semenjak itulah mereka berempat bersahabat. Hingga akhirnya datang seorang


Wanda (sepupu Noni). Noni dan Eko berniat untuk menjodohkan Keenan dengan
Wanda yang seorang kurator muda. Eko, Noni, Kugy, dan Wanda menemui
Keenan saat Keenan berulang tahun. Saat itulah Wanda dan Keenan betemu.
Wanda tertarik dengan lukisan-lukisan Keenan dan berniat untuk
memamerkannya di Galeri Warsita, galeri lukisan milik ayah Wanda.Kugy
merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya saat mendengar rencana Eko dan Noni
dan pada saat itulah Kugy menyadari bahwa dirinya menyukai Keenan namun
Kugy juga menyadari bahwa dirinya telah mempunyai seorang kekasih benama
Joshua sehingga dirinya memutuskan untuk menyibukkan dirinya dengan menjadi
pengajar di Sakola Alit. Disanalah Kugy menemukan murid-murid yang cerdas dan
bersemangat. Kugy-pun membuatkan sebuah dongeng mengenai murid-muridnya
sendiri dengan judul Jendral Pilik dan Pasukan Alit.

Suatu hari, Keenan betemu dengan Kugy dan memberitahu Kugy bahwa
lukisannya akan dipamerkan di Galeri Warsita. Kugy merasa senang mendengar
kabar itu namun ia juga sedih karena itu berarti hubungan Keenan dengan Wanda
semakin dekat. Tapi, ternyata dugaan Kugy salah, hubungan Keenan dan Wanda
akhirnya berakhir. Setelah itulah kehidupan Keenan mulai tak teratur. Keenan
memutuskan pergi ke Bali untuk tinggal bersama pak Wayan, teman dari ibu
Keenan. Keenan sangat yakin dengan keputusannya karena setelah memutuskan
untuk berhenti kuliah dan terbelinya lukisan pertamanya. Dugaaan Keenan benar,
di Bali ia sangat sukses. Lukisannya semakin dikenal dan disana ia bertemu
dengan Luhde Laksmi yang dengan sabar menjadi temannya selama ia tinggal
disana. Sementara Kugy melanjutkan kehidupannya dengan bekerja disebuah biro
iklan sebagai copy writer dan pimpinannya adalah teman dari kakak Kugy
bernama Remi. Remi merupakan pimpinan yang baik dan bijaksana. Ia
memberikan kesempatan kepada siapapun untuk mendapatkan proyek dengan
ide yang kreatif. Hingga akhirnya Kugy mendapatkan sebuah proyek besar dan
hal itu membuat teman-teman kantornya iri kepadan Kugy.

Dengan cara tak terduga hubungan Kugy dengan Remi semakin dekat dan
akhirnya mereka menjadi sepasang kekasih. Demikian pula dengan Keenan dan
Luhde, mereka akhirnya bersama. Suatu hari, ibu Keenan menjemputnya ke Bali
karena ayah Keenan sedang sakit keras dan membutuhkan kehadiran Keenan.
Semenjak itulah kehidupan Keenan berubah. Ia harus menggantikan posisi
ayahnya di perusahaan. Keenan harus meninggalkan Luhde dan hobbinya. Hingga
akhirnya Kugy dan Keenan dipertemukan kembali dalam acara pertunangan Noni
dan Eko. Setelah iu, mereka berempat kembali berkumpul seperti dahulu. Tanpa
saling mengetahui, sebenarnya Keenan mengenal Remi yang merupakan pembeli
lukisan pertamanya. Bagaimanakah akhir dari cerita ini? Sebaiknya anda
langsung membeli novelnya.

Kelebihan pada novel ini adalah penulis menggunakan bahsa yang mudah
dimengerti dan banyak pelajaran hidup yang dapat diambil dari kisah hidup
tokoh terutama tentang mimpi. Kekurangan pada novel ini adalah penulis terlalu
banyak memunculkan konflik sehingga pembaca seolah menemukan titik jenuh
dan dapat menebak akhir cerita. Pada akhir ceritanya-pun juga tidak dijelaskan
apa yang terjadi pada kedua tokoh utamanya.
Kelemahan pada novel ini adalah penulis memberikan banyak konflik yang sedikit
membingungkan. Keunggulan Bahasa yang digunakan oleh penulis mudah di
pahami. Penggambaran tokoh dapat secara rinci di gambarkan. Ukuran tulisan
yang digunakan juga cocok untuk pembaca.

Keunikan pada novel ini adalah pada kepribadian dari kedua tokoh utama sangat
unik dan menarik. Simpulan : Penulis dapat memberikan pelajaran hidup bagi
pembaca. Penulis juga dapat menceritakan dengan rinci kepribadian setiap tokoh.

Resensi Buku Rindu

Data Buku

Judul novel : Rindu

Pengarang : Darwis Tere Liye


Penerbit : Republika

Tahun terbit : 2014

Tebal buku : 544 halaman

Sinopsis

Apalah arti memiliki, ketika diri kami sendiri bukanlah milik kami?

Apalah arti kehilangan, ketika kami menangis terluka atas perasaan yang
seharusnya indah? Bagaimana mungkin, kami terduduk patah hati atas sesuatu
yang seharusnya suci dan tidak menuntut apapun?

Wahai, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak melupakan? Dan tak
terbilang keinginan melupakan saat kami dalam rindu? Hingga rindu dan
melupakan jaraknya setipis benang saja.

Novel ini bercerita tentang perjalanan panjang sebuah kerinduan. Perjalanan


kerinduan yang membawa banyak hal yang terbeban di hati. Mulai dari
bagaimana ia menghadapi perjalanan dengan penuh dosa di masa lalu. Lalu
seseorang yang melakukan perjalanannya dengan penuh kebencian. Ada punya
dia yang kehilangan cintanya menjadi sebab mengapa ia melakukan perjalanan
ini.

Cerita berlatar waktu pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Yakni pada masa
ketika Belanda masih menduduki Indonesia. Pada masa itu, pemerintah Hindia
Belanda memberikan layanan perjalanan haji untuk rakyat pribumi yang
memiliki cukup uang. Perjalanan dilakukan lewat laut yakni menggunakan kapal
uap besar yang merupakan perkembangan teknologi transportasi tercanggih pada
masa itu. Salah satu kapal yang beroperasi untuk melakukan perjalanan haji ini
adalah Blitar Holland. Di kapal besar inilah segala kisahnya dimulai.

Tere Leye meracik cerita dengan begitu menarik. Belum lagi dengan nuansa latar
yang berbeda seperti kehidupan di atas kapal uap besar. Di atas kapal juga terjadi
interaksi sosial antar penumpang kapal. Juga terdapat fasilitas-fasilitas umum
seperti kantin, masjid, dan tukang jahit kapal.

Diceritakan mengenai keluarga Daeng Andipati yang terdiri orang tua, seorang
pembantu rumah tangga, serta dua anak yang mengikut perjalanan haji ini, yakni
Anna dan Elisa. Mereka menjalani lamanya waktu perjalanan haji dengan riang
gembira. Seakan tidak pernah mengerti tentang apa yang terpendam di hati
Daeng, ayah mereka.

Ada pula tokoh yang bernama Ambo Uleng. Dia adalah seorang pelaut. Hampir
seluruh hidupnya dihabiskan di atas lautan. Ambo Uleng rupanya menuruni sifat
ayahnya yang seorang pelaut juga. Ia menaiki kapal Blitar Holland tidak dengan
tujuan apapun. Tidak untuk bekerja, mengumpulkan uang, atau apapun. Ia
hanya ingin pergi sejauh-jauhnya meninggalkan tanah Makassar yang ia jalani
melalui kisah pilunya.
Di sisi lain, ada seorang keturunan Cina. Ia sering mengajari ngaji anak-anak di
mushola kapal sepanjang perjalanan haji. Anak-anak biasa memanggilnya Bonda
Upe. Bonda Upe ini rupanya sedang memendam masa lalunya sebelum memeluk
Islam. Hingga tiap malam ia selalu menangisi dosa-dosanya yang dulu.

Dari sini pula diceritakan Gurutta Ahmad Karaeng, ulama tersohor asal Makassar
yang mengikuti perjalanan haji. Beliau rutin melaksanakan solat berjamaah
bersama penumpang lain. Secepat itu pula Gurutta meminta izin kepada kapten
untuk mengadakan pengajian di atas kapal. Beliau adalah sosok yang selalu
memberikan jawaban terbaik atas pertanyaan orang-orang. Namun ternyata ia
sendiri telah memendam lama sebuah pertanyaan yang tak mampu seorang pun
menjawab

Kelebihan dan kekurangan buku

Adapun kelebihan buku ini adalah alur ceritanya yang begitu menarik dan
mengalir untuk dibaca. Juga menyajikan nuansa latar yang berbeda. Yakni
peristiwa kehidupan yang terjadi di atas kapal ibarat kapal uap besar itu adalah
sebuah kampung. Sedang kekurangan buku ini terletak pada sampul buku yang
kurang begitu menarik. Tidak sebanding dengan isinya yang begitu menarik untuk
dibaca.

Contoh Resensi Buku Ayah

Judul: Ayah

Penulis: Andrea Hirata

Penerbit: Bentang Pustaka

Terbit: Mei 2015


Tebal: 412 halaman + xx

Setelah lama tak kedengaran, Andrea Hirata muncul lagi dengan novel
barunya,Ayah. Dua minggu sebelum buku ini resmi terbit tanggal 29 Mei, saya
sudah mendapatkannya duluan (jangan tanya dapat dari mana). Saya langsung
membacanya dan tamat dalam 5 hari. Kalau saja saya lagi nggak banyak kerjaan,
mungkin satu-dua hari juga beres.

Awalnya saya agak takjub melihat buku ini: kover depan dan beberapa halaman
awal dipenuhiendorsement dari berbagai media dan penulis berbagai negara.
Padahal novel ini bahkan belum terbit di Indonesia (waktu saya baca)! Tapi
kemudian saya kecele. Semua puja-puji itu bukan untuk Ayah, melainkan untuk
Laskar Pelangi hehehe! Kesannya kok Ayah seperti kurang percaya diri, sampai-
sampai harus menggunakan endorsementLaskar Pelangi yang jumlahnya berjibun
itu.
Di kover belakang pun tidak ada sinopsis Ayah. Yang ada adalah biografi singkat
penulisnyaini pun juga ada di kover dalam bagian depan. Padahal, tanpa semua
itu pun Andrea sudah punya pembacanya sendiri. Tapi ya sudahlah

Ayah masih menggunakan Belitong sebagai latar cerita utama. Ceritanya tentang
empat sahabat bernama Sabari, Ukun, Tamat, dan Toharun. Keempatnya
bersekolah di sekolah yang sama. Andrea membangun kisah dengan menceritakan
keseharian keempat sahabat itu dan latar belakang keluarganya masing-masing.

Mirip dengan tokoh-tokoh di Laskar Pelangi, masing-masing dari keempat


sahabat tadi punya karakter yang unik. Tak jarang mereka juga begitu polos dan
naif, namun kadang bisa cerdas juga. Bagian ketika Andrea menceritakan masa
sekolah anak-anak ini hingga lulus mendapat porsi terbanyak dalam buku.
Menurut saya bagian ini cukup asyik. Humornya sangat khas Andrea.

Sabari diceritakan jatuh cinta sejak SMP pada seorang gadis bernama Lena. Walau
gadis itu tak pernah memedulikannya, Sabari tak pernah menyerah. Ia kerap
memajang kertas berisi puisinya untuk Lena di majalah dinding sekolahnya.
Sesekali, gadis itu membalas, juga lewat mading.

Singkat cerita, ketika sudah dewasa pun, Sabari tetap tak bisa melupakan Lena.
Suatu hari, ia mendengar kabar bahwa Lena hamil di luar nikah. Saat itu Sabari
bekerja di pabrik batako milik Markoni, ayah Lena. Sabari pun mau saja ketika
diminta menikahi Lena, demi menyelamatkan nama baik Markoni yang kurang
akur dengan Lena itu.

Anak lelaki yang kemudian lahir dari rahim Lena itu kemudian diberi nama Zorro
oleh Sabari. Pasalnya, bocah itu ketika diberi boneka Zorro tak mau
melepasnya. Sabari sangat menyayangi Zorro. Dia ingin memeluknya sepanjang
waktu, terpesona melihat makhluk kecil yang sangat indah itu dan seluruh
kebaikan yang terpancar darinya. Tiap malam, Sabari susah susah tidur lantaran
membayangkan bermacam rencana yang akan dia lakukan bersama anaknya
jika besar nanti. Dia ingin mengajaknya melihat pawai 17 Agustus, mengunjungi
pasar malam, membelikannya mainan, menggandengnya ke masjid,
mengajarinya berpuasa dan mengaji, dan memboncengnya naik sepeda saban sore
ke taman kota.
Dia juga Ikhlas ketika Lena bahkan tak mau tinggal bersama mereka. Beberapa
tahun kemudian Lena malah minta cerai dan menikah lagi hingga tiga kali,
bahkan akhirnya mengambil Zorro dari Sabari. Pelan-pelan, Sabari mulai tampak
seperti orang gila dalam penampilan dan tingkah laku. Dua sahabatnya, Ukun
dan Tamat, lama-lama tak tahan melihat Sabari seperti itu, sehingga akhirnya
mereka memutuskan menjelajahi Sumatra demi menemukan Lena dan Zorro dan
membawa mereka kembali.

Berhubung biasanya orang tidak suka dikasih spoiler saat baca resensi buku, saya
juga nggak akan memberitahu akhir kisahnya, dong. Bagi saya, ending-nya agak
mudah ditebak, soalnya tokoh yang sering diceritakan di awal tidak muncul lagi di
tengah cerita, hingga akhirnya nongol di akhir cerita, dengan nama yang berbeda.

Novel Ayah ini terbagi dalam bab-bab pendek, sehingga pembaca bisa dengan
enak mencicil baca. Di beberapa halaman akhir juga disertakan informasi soal
buku-buku Andrea yang sudah dan akan terbit, baik di Indonesia maupun
terjemahan Laskar Pelangidi negara-negara lain. Gila juga, ya

Anyway, saya suka gaya tulisan Andrea yang khas dan lugas. Novel kali ini juga
tidak menggelar glorifikasi soal kesuksesan studi di luar negeri. Para tokohnya
bahkan tetap kere dan tidak berpendidikan tinggi hingga akhir cerita. Tapi kisah
Sabari yang sangat tulus mencintai anaknya (yang bukan kandung),
kesetiakawanan para sahabatnya, dan humor rasa Melayunya menjadi magnet
kuat dalam Ayah. Walau ada beberapa bagian cerita yang menurut saya nggak
penting banget dan melebar ke mana-mana, misalnya bagian tentang Australia
itu

Resensi Buku London

Judul : London: Angel

Penulis : Windry Ramadhina

Penerbit : Gagas Media


Cetakan : Cetakan pertama, 2013

Tebal : x+ 330 halaman

ISBN : 979-780-653-7

Well, aku baru selesai baca novel London karya Windry Ramadhina. Sebenernya
ini adalah buku kedua Windry yang aku baca. Sebelumnya, aku cukup terpukau
dengan novel Montase. Ceritanya bener-bener mengalun, bikin tenggelam dalam
lautan kegalauan. Bhak! :) Makanya aku penasaran dengan karya-karya Windry
yang lainnya.

Kembali ke novel London. Novel itu bercerita tentang persahabatan antara Gilang
dan Ning. Awal cerita memang terkesan klise. Banyak banget cerita tentang
sahabat jadi cinta. Ning, adalah sahabat Gilang sejak kecil. Mereka tinggal
bersebelahan, jendela kamar mereka saling berhadapan, semacam video klip You
Belong With Menya Taylor Swift gitu deh. Seiring berjalannya waktu, mereka
tumbuh dewasa. Gilang yang belajar teknik mati-matian, akhirnya memiliki
takdir di bidang sastra. Dia bekerja sebagai editor sekaligus penulis. Dia memiliki
empat sahabat, yaitu Hyde, Dee, Dum, dan Brutus. Brutus adalah teman sekamar
indekosnya.

Awal cerita, mereka sedang berada di pub. Layaknya orang dewasa, perbincangan
tentang pernikahan selalu jadi topik pembicaraan yang nggak ada habisnya.
Mereka saling menanyakan pasangan. Hyde akan menikah dalam waktu dekat.
Gilang teringat Ning yang sekarang berada di London. Ia meneruskan kuliah seni
dan memutuskan untuk bekerja di sana. Keempat sahabat Gilang menantangnya
untuk menyusul Ning ke London. Semua persiapan keberangkatan Gilang ke
London disiapkan oleh mereka, termasuk penginapan.

Pada saat penerbangan, ia duduk berdampingan dengan seseorang yang sedang


memperjuangkan cintanya juga. Gilang menjulukinya V, karena dia mirip dengan
V pada film V for Vendetta. V pergi ke London untuk menyelamatkan
pernikahannya yang nyaris hancur.

Gilang tiba di London saat musim hujan. Semangatnya yang menggebu harus
ditahan karena ternyata Ning tidak ada di indekosnya ketika Gilang tiba.
Menurut tetangganya, Ning suka pergi beberapa hari, tapi dia pasti kembali.
Gilang tak hilang arah, akhirnya ia memutuskan untuk berkeliling London. Ed,
pegawai restoran Medge merekomendasikan untuk pergi naik London Eye, salah
satu ikon kota London yang terkenal. Tiba di sana, gerimis turun. Gilang baru
menyadari bahwa ia phobia ketinggian, tetapi seorang gadis misterius
memberikannya sebuah payung merah. Gadis itu menarik Gilang untuk naik
London Eye. Gilang tak bisa menolak. Ketika mereka turun, hujan mulai reda.
Gilang berniat membeli kopi untuk mereka berdua. Namun ketika kembali, gadis
itu menghilang, hanya tertinggal payungnya saja. Gilang menjulukinya Goldilocks.

Selebihnya cerita berlangsung monoton, mungkin karena ingin mengekspos kota


London, fokus cerita jadi agak kabur. Ditengah-tengah cerita terlalu banyak
memaparkan kota London tanpa menceritakan kemana perginya Ning. Pembaca
hanya diajak berputar-putar membahas kota London, bahkan karya-karya
sastranya juga. Tapi menurutku, sebagai anak sastra, itu adalah hal yang bagus,
kan jadi nambah pengetahuan. Selain itu, penulis juga bisa meramu kata dengan
baik, jadi meski pun seolah-olah kita baca yellow pages, tapi kita semakin
penasaran sebenarnya kemana Ning dan siapa gadis misterius itu.

Restoran Medge membuat Gilang betah, selain sudah mengenal pemilik dan
pelayannya dengan baik, di restoran tersebut terdapat banyak buku. Salah satu
pengunjung lainnya adalah Ayu, gadis asal Indonesia. Ayu pemburu buku-buku
sastra klasik.

Suatu hari Ning kembali, dia datang ke restoran Medge dan bertemu dengan
Gilang. Keduanya merasa senang. Ning mengajaknya pergi ke galeri. Disana ia
bertemu dengan Finn, seniman patung yang sangat dikagumi oleh Ning. Gilang
menangkap tatapan Ning bukan lagi tatapan kekaguman, tapi tatapan cinta.
Gilang meninggalkan Ning untuk melihat-lihat souvenir. Hujan turun lagi. Ia
melihat Goldilocks berada di kerumunan orang, tetapi ketika ia mengejar, gadis
itu menghilang. Gilang dikagetkan oleh kehadiran V. Ia berniat meminjam payung
merah yang dipakai oleh Gilang. V berjanji akan mengembalikan payung itu
dalam waktu beberapa menit, tapi setelah ditunggu berjam-jam dia tak kembali.

Gilang berniat mengganti payung itu, dia pergi ke sebuah toko payung. Pemilik
toko bercerita tentang malaikat yang turun ke bersama hujan. Gilang teringat
pada Goldilocks. Setelah membeli payung dengan harga selangit, V
mengembalikan payung pada Gilang, ternyata payung tersebut menjadi
perantara sehingga V dan istrinya rujuk kembali. Gilang yang awalnya pesimis
takut ditolak Ning, jadi kembali bersemangat. Masalahnya, dulu Gilang dan Ning
bersahabat dengan seorang laki-laki, dia menyukai Ning. Tapi ketika laki-laki itu
menyatakan cinta, Ning malah menjauh. Gilang takut hal itu terjadi padanya.

Ketakutan itu bikin Gilang kalaf, dia mabuk. Di bar dia bertemu Mister Lowesley,
rupanya Mister Lowesley juga lagi galau, soalnya dia udah nunggu Madam Ellis
bertahun-tahun, sampe umurnya setengah abad. Haffff menunggu emang
menyebalkan ya? Meski pun udah tua, Mister Lowesley punya nyali lebih besar
dari Gilang. Dia ke restoran Medge keesokan harinya dan bikin keributan. Setelah
Mister Lowesley bikin kacau, dia minta maaf pada Madam Ellis, tapi Madam Ellis
tetap keras, hatinya tetap untuk George (suaminya yang meninggal lima tahun
lalu). Ceritanya Madam Eliis tidak bisa move on.

Hujan turun lagi, Mister Lowesley pergi entah kemana. Madam Ellis mulai
khawatir, akhirnya Gilang mengantar Madam Ellis menemui Mister Lowesley ke
tempat bermainnya waktu kecil. Berkat payung merah itu, Madam Ellis menerima
cinta Mister Lowesley. Keyakinan Gilang akan cintanya semakin kuat. Ia bertekad
untuk menyatakan cintanya pada Ning. Awalnya Ning ragu-ragu, tapi akhirnya
dia menerima. Gilang merasa bersalah, ia tahu Ning nggak cinta dia. Akhirnya
Gilang nggak memaksakan lagi perasaannya. Cerita nggak selesai sampe sana.
Ada bagian terakhir sebelum epilog yang aku suka, yaitu pas bagian Goldilocks.
Goldilocks itu bernama Angel. Ada quotes favorit yang akhirnya menyadarkan
kalau semua orang berhak untuk bahagia dengan caranya masing-masing.

Tidak ada yang terenggut. Setiap orang punya keajaiban cintanya sendiri. Kau
hanya belum menemukannya.
Cerita berakhir dengan bertemunya Gilang dengan Ayu. Saat itu hujan turun,
mereka harus pergi ke Heatrow, akhirnya Gilang menawarkan memakai payung
merah berdua. Sejak saat itu, Gilang merasa nyaman berada di dekat Ayu.
Sebenernya banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari novel ini. Pertama,
tentang pentingnya persahabatan. Bukan persahabatan Ning dan Gilang, tapi
persahabatan Gilang dan keempat temannya. Mereka benar-benar teman yang
peduli. Kedua, tentang kesabaran. Penantian Mister Lowesley yang panjang pasti
dibarengi dengan kesabaran. Sekeras apapun hati orang lain, jika kita tulus
mencintainya seiring berjalannya waktu, hatinya akan luluh juga. Lagi-lagi
masalah waktu haha. Ya tinggal pilih aja, mau nunggu bertahun-tahun dengan
rindu yang menyiksa, atau pergi dan menemukan pengganti. Selain kesabaran,
yang ketiga adalah kesetiaan. Kesetiaan juga banyak diajarkan oleh Mister
Lowesley, dia memang penunggu yang tangguh.

Bacaan ini cocok buat yang baru ditinggal orang yang disayang. Ungkapan
perpisahan adalah awal dari pertemuan dibuktikan oleh novel ini. Sebenarnya kita
tak perlu khawatir, cara terbaik bukan memaksakan, tapi merelakan dia
bahagia. Bukankah kebahagiaan dia adalah kebahagiaanmu juga? Tapi cuma
keikhlasan cara kita mengobati rasa kecewa.

Anda mungkin juga menyukai