Sikap apresiatif terhadap keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan nusantara adalah
pembahasan utama materi pelajaran seni budaya yang akan dijelaskan dengan lengkap dan detail pada materi
belajar berikut ini. Adapun sub pembahasan mengenai Karya Seni Rupa Terapan didalam belajar seni, budaya dan
1. Pengertian apresiasi.
Pengertian Apresiasi
Apa yang dimaksud dengan apresiasi ?
Apresiasi adalah sikap kepekaan yang dalam (mendalam) tentang menghargai, mengagumi dan menilai sebuah
karya seni. Apresiasi pasif tumbuh seiring dengan pembiasaan yang sifatnya pasif sampai pada tahap menilai,
mulai dari mengamati gambar atau reproduksi karya seni rupa di buku hingga menghadiri pameran karya seni
rupa. Apresiasi aktif adalah apresiasi pasif yang disertai pembuatan karya.
1. Sumatra
Budaya yang sudah mengakar di Sumatra adalah budaya Melayu berupa kesusasteraan.
Akulturasi antara budaya tersebut menimbulkan kesusasteraan Islam. Sehingga para ulama
disamping sebagai pendidik juga dikenal sebagai sastrawan, misalnya Hamzah Fansuri,
Syamsudin (Pasai), Abdurrauf (Singkil) dan Nurrudin ar Raniri. Ketiga ulama tersebut menulis
banyak sastra Melayu yang bercorak tassawuf.
Beberapa karya besar dari masa ini adalah Syarab al Asyiqin dan Asrar al Arifin (Hamzah
Fansuri), Nur al daqai (Syamsudin), Bustan al Salatin (Nurrudin ar Raniri).Karya-karya lainnya
adalah Taj al Salatin, Hikayat Iskandar Dzulqrnain, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Aceh.
Karya-karya tersebut sebagian besar berbentuk prosa. Bentuk Sastra Melayu lainnya adalah syair
dan pantun.
2. Jawa
Sebelum Islam datang, di Jawa terdapat budaya Jawa Kuno sebagai hasil akulturasi dengan
budaya India yang masuk bersama agama Hindu dan Budha. Bila disbanding dengan budaya
Melayu, pengaruh budaya Islam terhadap budaya Jawa lebih kecil. Hal ini terlihat misalnya pada
penggunaan huruf arab lebih kecil dibanding huruf Jawa, kedua bentuk puisi lebih sering
digunakan disbanding prosa.
Wayang adalah salah satu budaya Jawa hasil akulturasi dengan budaya India. Cerita-cerita
pewayangan diambil dari kitab Ramayana dan Barathayuda. Setelah terjadi akulturasi dengan
Islam tokoh-tokoh dan cerita pewayangan diganti dengan cerita bernuansa Islam.
Demikian juga dengan wayang golek di daerah Sunda, ceritanya merupakan gubahan dari cerita-
cerita Islam seperti tentang Amir Hamzah (Hamzah adalah paman Rosulullah SAW).
3. Sulawesi
Meskipun masyarakat Silawesi baru memeluk Islam pada abad ke-17, namun mereka
mempunyai keteguhan terhadap ajaran Islam. Karya budaya mereka bersifat Islami banyak
berupa karya sastra terjemahan dan karya berbahasa Arab dan Melayu, seperti karya Nurrudin al
Raniri. Karya lain yang bersifat asli adalah La Galigo (syair kepahlawanan raja Makasar).
Selain kesenian si atas terdapat pula bentuk kesenian visual (seni rupa) seperti seni kerajinan,
seni murni, seni terapan dan ornament (hiasan). Ornamen terdapat pada wadah, senjata, pakaian
dan buku. Bentuk hiasan pada ornament diambil dari bentuk flora, fauna dan grafis meniru gaya
hiasan Arab. Bentuk ornament pada pakaian diwujudkan melalui teknik batik, sulam dan bordir.
Apresiasi Terhadap Tradisi dan Upacara Adat Kesukuan Nusantara
Setiap daerah dimana Islam masuk sudah terdapat tradisi masing-masing. Ada yang merupakan
pengaruh Hindu dan Budha adapula tradisi asli yang sudah turun menurun. Seperti halnya di
Sumatera, di daerah lainpun para mubaligh memilih mempertahankannya namun memberikan
warna Islam.
Berikut ini beberapa contoh tradisi kesekuan di Indonesia yang bernuansa Islam :
Tahlilan
Tahlilan adalah upacara kenduri atau selamatan untuk berdoa kepada Alloh dengan membaca
surat Yasin dan beberapa surat dan ayat pilihan lainnya, diikuti kalimat-kalimat tahlil (laailaaha
illallah), tahmid (Alhamdulillah) dan tasbih (subhanallah). Biasanya diselenggarakan sebagai
ucapan syukur kepada Alloh SWT (tasyakuran) dan mendoakan seseorang yang telah meninggal
dunia pada hari ke 3, 7, 40, 100, 1.000 dan khaul (tahunan). Tradisi ini berasal dari kebiasaan
orang-orang Hindu dan Budha yaitu Kenduri, selamatan dan sesaji. Dalam agam Islam tradisi ini
tidak dapat dibenarkan karena mengandung unsure kemusyrikan. Dalam tahlilan sesaji
digantikan dengan berkat atau lauk-pauk yang bisa dibawa pulang oleh peserta. Ulama yang
mengubah tradisi ini adalah Sunan Kalijaga dengan maksud agar orang yang baru masuk Islam
tidak terkejut karena harus meninggalkan tradisi mereka, sehingga mereka kembali ke agamanya.
Sekaten
Sekaten adalah upacara untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di lingkungan
Keraton Yogyakarta atau Maulud. Selain untuk Maulud, Sekaten diselenggarakan pada bulan
Besar (Dzulhijjah). Pada perayaan ini gamelan Sekati diarak dari Keraton ke halaman mesjid
Agung Yogya dan dibunyikan siang-malam sejak seminggu sebelum 12 Rabiul Awal. Tradisi ini
dipelopori oleh Sunan Bonang. Syair lagu berisi pesan tauhid dan setiap bait lagu diselingi
pengucapan dua kalimat syahadat atau syahadatain, kemudian menjadi Sekaten.
Gerebeg Maulud
Acara ini merupakan puncak peringatan maulud. Pada malam tanggal 11 Rabiul Awal ini,
dengan Sri Sultan beserta pembesar Keraton Yogya hadir di mesjid Agung. Dilanjutkandengan
pembacaan-pembacaan riwayat Nabi dengan ceramah agama.
Takbiran
Takbiran dilakukan dengan malam 1 Syawal (Idul Fitri) dengan mengucapkan takbir bersama-
sama di masjid/mushalla ataupun berkeliling kampong (takbir keliling).
Muludan
Peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW dilakukan dengan mengadakan Muludan.
Peringatan ini dipelopori oleh Sultan Muhammad Al Fatihuntuk membangkitkan semangat
pasukan Muslim pada perang salib. Peringatan Maulid Nabi sebenarnya tidak diperintahkan oleh
Nabi melainkan budaya agama semata. Di Indonesia peringatan ini dilaksanakan oleh seluruh
lapisan masyarakat, dari Presiden sampai rakyat biasa. Kegiatan ini diisi dengan pembacaan
riwayat nabi (Barzanji) maupun kegiatan lainnya seperti perlombaa-perlombaan yang bersifat
Islami.
Tabut/Tabuit
Dilaksanakan pada hari asyura (10 Muharram) untuk memperingati pembantaian Hasan dan
Husain bin Ali bin Abi Thalib (cucu Rosulullah) oleh pasukan Yazid bin Muawiyah di Karbela.
Dilakukan dengan mengarak usungan berwarna-warni (tabut) di pinggir pantai kemudian
dibuang ke laut lepas. Pengarakan biasanya dilaksanakan setelah terlaksananya acara lainnya
dengan menghidangkan beraneka macam hidangan makanan. Upacara ini dilaksanakan secara
turun temurun di daerah Pariaman (Sumatera Barat) dan Bengkulu.
Adat Basandi Syara, Sara Basandi Kitabulloh
Masyarakat Minangkabau dikenal kuat dalam menjalankan agama Islam, sehingga adat mereka
dipautkan dengan sendi Islam yaitu Al-Quran (Kitabullah). Adat Minagkabau kental dengan
nuansa Islam sehingga melahirkan semboyan adat basabdi syara, syara basandi kitabullah (Adat
bersendikan syara dan syara bersendikan Kitab Alloh).
Seni Tradisi Genjring
Seni tradisi ini banyak ditemukan di daerah Purwokerto, dan Banyumas pada umumnya. Di
kalangan masyarakat Banyumas, kesenian tradisi ini lebih banyak yang berbasis di masjid. Pada
masa lalu, kesenian ini cukup efektif untuk melakukan pembinaan generasi muda, karena hampir
setiap malam anak-anak muda bertemu di masjid. Untuk mengisi waktu senggang, mereka
memainkan genjring bersama-sama di masjid. Namun saat ini kesenian ini sedikit demi sedikit
mulai ditinggalkan kaum muda, sehingga jumlahnya didominasi kaum tua (50 tahunan).
Dalam seni tradisi islam ini, syiiran shalawat dilantunkan secara rampak dengan diiringi tabuhan
rebana, tanpa tarian. Oleh masyarakat lokal, tabuhan rebana ini disebut genjring. Hal ini
mungkin dimaksudkan untuk mendekati bunyi rebana yang mirip bunyi jring, orang bilang
genringan. Seperti halnya kesenian Islam lain, kesenian ini menggunakan dasar dari kitab Al-
Berjanji. Dimana sebuah kitab yang berisi tentang puji-pujian kepada Nabi Muhammad.
Kesenian ini di masyarakat Banyumas seringkali digunakan untuk mengarak sunatan. Dalam
prosesi ini, gengring dilakukan sambil jalan beberapa ratus meter menyambut datangnya
pengantin sunatan yang datang dari tempat disunat tersebut. Si anak dinaikkan becak yang telah
dihias, yang kemudian dibelakangnya diikuti para pemain genjring. Menurut keterangan
masyarakat Purwokerto dan Banyumas hal ini dimaksudkan selain untuk menambah kemeriahan
pesta, mengurangi rasa sakit pada si anak (karena perhatian tertuju pada keramaian), juga
dimaksudkan adanya hikmah dari pembacaan sholawat tersebut.
Kesenian ini biasanya dimainkan oleh antara 12 sampai 30 orang. Penabuh terbang bisa
bergantian dan nyanyian dilakukan secara serempak dengan menggunakan bahasa arab.
Kesenian Singkiran
Kesenian ini sangat jarang ditemui karena semakin punah, seiring kemajuan jaman,
meninggalnya para pelakunya, dan sengaja di counter kelompok tertentu (islam modern) karena
dianggap ada penyimpangan dari Islam. Kesenian Singiran merupakan salah satu bagian integral
dari ekspresi seni tradisi ummat Islam. Kesenian ini berkembang seiring dengan tradisi
memperingati seribu hari kematian (3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari dan 1000 hari) salah satu
warga. Jika
dilihat dari isinya, seni tradisi ini berisikan nasehat-nasehat bagi si mayat dan nasehat kebajikan
bagi anak cucu yang masih hidup untuk selalu mendoakan orang tua mereka.
Kelompok kesenian ini salah satunya ditemukan di daerah Tamantirto, Kasihan, Bantul, DIY.
Kelompok ini menamakan keseniannya sebagai Singir Ndjaratan yang artinya tembang
kematian. Selain menarasikan nasehat-nasehat kebajikan, kesenian ini juga dimaksudkan
sebagai upaya untuk mendoakan para leluhur melalui pembacaan kalimat tahlil yang mengiringi
pembacaan narasi syiiran. Kesenian ini semakin hari digerus oleh perspektif Islam
modernis dan banyak tergantikan dengan tahlil dan yasinan. Kesenian ini tidak menggunakan
alat musik, namun diiringi tahlil bersama sepanjang pembacaan singir-singirnya. Sedangkan
irama atau langgam singir digunakan langgam-langgam macapat. Secara garis besar kesenian ini
diawali dengan pembacaan tahlil, kemudian bacaan singir secara bergantian, dan kemudian
pembacaan sholawat (srokal) serta diakhiri dengan doa.
Kasidah
Kasidah (qasidah, qasida; bahasa Arab: , bahasa Persia: atau dibaca:
chakameh) adalah bentuk syair epik kesusastraan Arab yang dinyanyikan. Penyanyi
menyanyikan lirik berisi puji-pujian (dakwah keagamaan dan satire) untuk kaum muslim.
Lagu kasidah modern liriknya juga dibuat dalam bahasa Indonesia selain Arab. Grup kasidah
modern membawa seorang penyanyi bintang yang dibantu paduan suara wanita. Alat musik yang
dimainkan adalah rebana dan mandolin, disertai alat-alat modern, misalnya: biola, gitar
listrik, keyboardflute. Perintis kasidah modern adalah grup Nasida Ria dari Semarang yang
semuanya perempuan. Lagu yang top yakni Perdamaian dari Nasida Ria. Di tahun 1970-
an, Bimbo, Koes Plus dan AKA mengedarkan album kasidah modern. dan
Sholawat Jawi
Kesenian Shalawat Jawi di temukan di daerah Pleret, Bantul, dan beberapa juga sudah menyebar
di sekitar kecamatan Pleret, atau bahkan di sekitar Kabupaten Bantul. Kesenian ini merupakan
salah satu bentuk penegasan jawanisasi kesenian Islam. Kesenian yang berkembang seiring
dengan tradisi peringtaan Maulid Nabi ini mengartikulasikan syair atau syiiran shalawat kepada
Nabi Muhammad dengan medium bahasa Jawa, bahkan juga dengan melodi-melodi Jawa
(langgam sinom, dandang-gula, pangkur dan lain-lain).
Adalah Kyai Soleh yang menciptakan tembang-tembang shalawat berbahasa Jawa yang sampai
saat ini tulisannya menjadi pedoman para pelaku seni sholawat jawi, meskipun beliau sudah lama
meninggal. Kyai Soleh merupakan seorang tokoh lokal Islam yang sekaligus seniman yang
memegang teguh prinsip-prinsip ber-Islam. Kesenian ini merupakan ekspresi keberagamaan
sekaligus ekspresi kesenian bagi pelakunya. Mereka mendapatkan manfaat keberagamaan yang
mententramkan hati (sebagai kubutuhan spiritualitas) sekaligus kebutuhan akan keindahan (seni)
juga terpenuhi. Kesenian tradisi islam ini di dominasi oleh para oang tua ( rata-rata di atas 50
tahun) dan regenerasi sepertinya tidak. Kalangan mudah lebih senang kesenian yang lebih
modern (model dan alatnya). Jadi tidak heran kesenian ini mulai jarang ditemui, karena
kelompok-kelompok kesenian ini semakin sedikit.
A. Perilaku Asertif
Asertivitas adalah suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan,
dan dipikirkan kepada orang lain namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta
perasaan pihak lain.
Dalam bersikap asertif, seseorang dituntut untuk jujur terhadap dirinya dan jujur pula dalam
mengekspresikan perasaan, pendapat dan kebutuhan secara proporsional, tanpa ada maksud
untuk memanipulasi, memanfaatkan ataupun merugikan pihak lainnya (Pratanti, 2007).
2. Menurut Lazarus (Fensterheim, l980) dalam Iriani (2009) perilaku asertifmengandung suatu
tingkah laku yang penuh ketegasan yang timbul karena adanya kebebasan emosi dan keadaan
efektif yang mendukung yang antara lain meliputi :
a. menyatakan hak-hak pribadi.
b. berbuat sesuatu untuk mendapatkan hak tersebut
c. melakukan hal tersebut sebagai usaha untuk mencapai kebebasan emosi.
Seseorang dikatakan bersikap tidak asertif, jika ia gagal mengekspresikan perasaan, pikiran dan
pandangan/keyakinannya; atau jika orang tersebut mengekspresikannya sedemikian rupa hingga
orang lain malah memberikan respon yang tidak dikehendaki atau negatif (Pratanti, 2009).
Perilaku asertif merupakan terjemahan dari istilah assertiveness atau assertion,yang artinya titik
tengah antara perilaku non asertif dan perilaku agresif. Orang yang memiliki tingkah laku atau
perilaku asertif orang yang berpendapat dari orientasi dari dalam, yaitu :
a. Memiliki kepercayan diri yang baik.
b. Dapat mengungkapkan pendapat dan ekspresi yang sebenarnya tanpa rasa takut.
c. Berkomunikasi dengan orang lain secara lancar.
Sebaliknya orang yang kurang asertif adalah mereka yang memiliki ciri - ciri a).terlalu mudah
mengalah/ lemah, b). mudah tersinggung, cemas, c). kurang yakin pada diri sendiri, d). sukar
mengadakan komunikasi dengan orang lain
Menurut Sukaji (1983) dalam Fitri (2009) perilaku asertif adalah perilaku seseorang dalam
hubungan antar pribadi yang menyangkut ekspresi emosi yang tepat, jujur, relatif terus terang,
dan tanpa perasaan cemas terhadap orang lain. Perilaku asertif merupakan perilaku sesorang
dalam mempertahankan hak pribadi serta mampu mengekspresikan pikiran, perasaan, dan
keyakinan secara langsung dan jujur dengan cara yang tepat. Perilaku asertif sebagai perilaku
antar pribadi yang bersifat jujur dan terus terang dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan
dengan mempertimbangkan pikiran dan kesejahteraan orang lain.
Orang yang memiliki tingkah laku asertif adalah mereka yang menilai bahwa oraang boleh
berpendapat dengan orientasi dari dalam, dengan tetap memperhatikan sungguh-sungguh hak-
hak orang lain.Mereka umumnya memiliki kepercayaan diri yang kuat.
Menurut Rathus (l986) orang yang asertif adalah orang yang mengekspresikan perasaan dengan
sungguh-sungguh, menyatakan tentang kebenaran. Mereka tidak menghina, mengancam ataupun
meremehkan orang lain. Orang asertifmampu menyatakan perasaan dan pikirannya dengan tepat
dan jujur tanpa memaksakannya kepada orang lain (Iriani, 2009).
Tips untuk berperilaku asertif yang dapat digunakan adalah (Pratanti, 2007)
Tentukan sikap yang pasti, apakah anda ingin menyetujui atau tidak. Jika kamu belum
yakin dengan pilihan anda, maka anda bisa minta kesempatan berpikir sampai mendapatkan
kepastian.
Berikan penjelasan atas penolakan anda secara singkat, jelas, dan logis. Penjelasan yang panjang
lebar hanya akan mengundang argumentasi pihak lain.
Gunakan kata-kata yang tegas, seperti secara langsung mengatakan tidak untuk penolakan, dari
pada sepertinya saya kurang setuju..sepertinya saya kurang sependapatsaya kurang bisa..
Pastikan pula, bahwa sikap tubuh anda juga mengekspresikan atau mencerminkan bahasa yang
sama dengan pikiran dan verbalisasi anda Seringkali orang tanpa sadar menolak permintaan
orang lain namun dengan sikap yang bertolak belakang, seperti tertawa-tawa dan tersenyum.
Gunakan kata-kata Saya tidak akan. atau Saya sudah memutuskan untuk.. dari pada
Saya sulit.. Karena kata-kata saya sudah memutuskan untuk. lebih menunjukkan sikap
tegas atas sikap yang anda tunjukkan.
Jika anda berhadapan dengan seseorang yang terus menerus mendesak anda padahal anda juga
sudah berulang kali menolak, maka alternatif sikap atau tindakan yang dapat anda lakukan :
mendiamkan, mengalihkan pembicaraan, atau bahkan menghentikan percakapan.
Anda tidak perlu meminta maaf atas penolakan yang anda sampaikan (karena anda berpikir hal
itu akan menyakiti atau tidak mengenakkan buat orang lain)Sebenarnya, akan lebih baik anda
katakan dengan penuh empati seperti : saya mengerti bahwa berita ini tidak menyenangkan
bagimu..tapi secara terus terang saya sudah memutuskan untuk
Janganlah mudah merasa bersalah ! anda tidak bertanggung jawab atas kehidupan orang
lainatau atas kebahagiaan orang lain.
Anda bisa bernegosiasi dengan pihak lain agar kedua belah pihak mendapatkan jalan tengahnya,
tanpa harus mengorbankan perasaan, keinginan dan kepentingan masing-masing.
C. Kategori perilaku asertif
Prinsip dan bentuk asertif antara lain:
1. pada prinsipnya asertif adalah kecakapan orang untuk berkata tidak, untuk meminta bantuan
atau minta tolong orang lain
2. kecakapan untuk mengekspresikan perasaan-perasaan positif maupun negative
3. kecakapan untuk melakukan inisiatif dan memulai pembicaraan.
Keuntungan berperilaku asertif, dengan menyatakan apa adanya perasaan atau emosinya
seseorang tidak akan dikendalikan orang lain, efektif dalam berinteraksi, lebih dihargai orang
lain, menjadi lebih percaya diri dan memiliki rasa puas.
Uraian Materi
Perilaku asertif adalah suatu tindakan yang sesuai dengan keinginan serta tetap menjaga dan
menghargai perasaan dan hak orang lain, mengekspresikan pendapat, saran, dan perasaan secara
jujur dan nyaman, serta dalam bertindak dapat memelihara hubungan interpersonal yang
harmonis dan efektif.
1. Ciri-ciri perilaku Asertif
Menurut Fensterheim dan Baer (dalam Sikone, 2006), ciri-ciri individu yang berperilaku asertif
adalah sebagai berikut:
a. Bebas mengemukakan pikiran dan pendapat, baik melalui kata-kata maupun tindakan.
b. Dapat berkomunikasi secara langsung dan terbuka.
c. Mampu memulai, melanjutkan dan mengakhiri suatu pembicaraan dengan baik.
d. Mampu menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap penapat orang lain, atau segala
sesuatu yang tidak beralasan dan cenderung bersifat negative.
e. Mampu mengajukan permintaan dan bantuan kepada orang lain ketika membutuhkan
f. Mampu menyatakan perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan
dengan cara yang tepat.
g. Memiliki sikap dan pandangan yang aktif terhadap kehidupan.
h. Menerima keterbatasan yang ada di dalam dirinya dengan tetap berusaha untuk mencapai apa
yang diinginkan sebaik mungkin, sehingga baik berhasil maupun gagal ia akan tetap memiliki
harga diri (self esteem) dan kepercayaan diri (self confidence).
Jadi kesimpulannya, sikap Asertif adalah orang yang memiliki keberanian untuk
mengekspresikan pikiran, perasaan, dan hak-hak pribadinya, serta tidak menolak permintaan-
permintaan yang tidak beralasan. Asertif bukan hanya berarti seseorang dapat bebas berbuat
sesuatu seperti yang diinginkan, di dalam asertivitas juga terkandung berbagai pertimbangan
positif mengenai baik dan buruknya suatu sikap dan perilaku yang akan dimunculkan.
b. Agresif : Cenderung berusaha mendominasi dalam interaksi dengan orang lain dan bertindak
menyerang orang lain, baik secara fisik maupun verbal. Orang yang memperlakukan orang lain
dengan agresif akan mengalami rasa bersalah dan kesal sesudahnya.
c. Pasif : mereka yang sulit atau enggan menyatakan pikiran dan perasaannya, berarti melakukan
represi terhadap pikiran dan perasaannya. Pada gilirannya dapat terjadi distorsi persepsi (merasa
jadi martir) atau balas dendam, dan akan memicu konflik internal (dalam diri individu) maupun
konflik dalam hubungan dengan orang lain.
d. Pada style pasif, individu merasa lemah, tidak berdaya. Pada style agresif, individu merasa
malu karena tidak mampu berteman dan mengatasi konflik dalam hubungan interpersonal secara
memuaskan. Bila pada style agresif individu tampi mau menang sendiri, pada style pasif individu
menempatkan diiri sebagai orang kalah. Alternative yang terbaik adalah posisi menang-menang
(win-win) untuk kedua belah pihak. Style menang-menang ini dikenal denan istilah perilaku
asertif.
e. Tujuan perilaku asertif adalah :
a. Membuat proses komunikasi berjalan efektif
b. Membangun hubungan yang kesetaraan, kesejajaran dan saling menghormati.
f. Tahapan yang perlu dilakukan untuk berperilaku asertif :
a. Monitor diri sendiri
Kesadaran bahwa terdapat hambatan untuk berperilaku asertif merupakan langkah pertama untuk
melakukan penyesuaian diri menjadi lebih asertif. Diperlukan waktu setidaknya satu minggu
untuk mengenali diri. Kita harus mencatat dengan jelas kapan saja dan dengan siapa saja kita
paling sering berperilaku nonasertif (pasif atau agresif). Peerlu kejelasan juga menganai apa yang
kita lakukan dan bagaimana perasaan kita dalam situasi tersebut?
b. Meniru modell
Setelah mengetahui bahwa kita tidak dapat berperilaku asertif dalam situasi-situasi tertentu, kita
perlu belajar dengan mengamati orang lain yang berperilaku asertif dalam situasi sama. Dengan
mengamati perlilaku model, kita bukan hanya belajar menguasai keterampilan tersebut, tetapi
juga belajar menyadari bahwa hal tersebut benar-benar keterampilan yang dapat dipelajari.
c. Gunakan imajinasi
Dalam kesempatan yang tenagn, kita perlu duduk, menutup mata dan membayangkan diri sendiri
berperilaku asertif dalam situasi kita biasa mengalami kesulitan berperilaku asertif. Dalam
imanjinasi ini kita tidak meniru model. Perlu juga untuk membayangkan hasil yang posifit bahwa
dengan menghargai diri sendiri maupun orang lain, komunikasi menjadi lebih menyengkan dan
masalah dapat diatasi dengan baik.
d. Desensitisasi
Tahap ini perlu dilakukan bila dalam membayangkan diri berperilaku asertif ternyata timibul
kecemasan. Melakukan desensitiasi berarti kita merancang perubahan secara bertahap.
Desensitasi terdiri dari dua langkah rileksasi dan secara bertahap mengalami situasi yang
membuat cemas (hingga tidak lagi cemas). Rileksasi dilakukan dengan cara melemaskan seluruh
otot tubuh, mulai dari kepala hingga ujung kaki. Latihan ini untuk setiap bagian tubuh disertai
mengatur pernapasan perut (nafas panjang). Pernafasan ini dilakukan sebelum melemaskan otot-
otot.
e. Jaga keseimbangan
Setiap kali kita berhasil dalam suatu tahap perilaku yang dirancang, kita perlu memberikan
penghargaan terhadiri sendiri dengan pujian, dan sebagainya. Selanjutnya kita perlu tahap
memonitor perilaku hingga kita benar-benar merasa nyaman untuk berperilaku asertif dalam
berbagai kesempatan.
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
KREATIVITAS DALAM PERSPEKTIF (PSIKOLOGI) ISLAM Oleh Nur Haris Ali Latar
Belakang: Awal Sebuah Kisah Tahun 2009 lalu, ada siaran di TransTv tentang seorang tokoh
maestro dunia. Ia dikenal sebagai penemu lampu pijar. Dialah Thomas Alfa Edison, yang sejak
kecil tokoh ini sangat kreatif. Meski guru-guru sekolahnya menganggap ia bodoh, namun hal itu
tidak berlaku untuk ibunya. Tidak henti-hentinya Ibu Edison mengajarinya membaca dan
berhitung. Suatu saat, Edison hampir diamuk penduduk sekampung karena membakar hutan dan
apinya hampir menghanguskan rumah-rumah penduduk kampung. Api kebakaran itu sebenarnya
bukan kesengajaan Edison. Waktu itu, ia sangat tertarik dengan kerja mantik api. Ia mengadakan
eksperimen di hutan. Karena masih kecil, mungkin dia mudah melakukan keteledoran sehingga
api menjalar ke hutan. Kesalahan Edison ini tidak membuat ibunya marah. Ia tetap didorong oleh
ibunya untuk belajar. Ibunya yakin, bahwa kreativitas anak tersebut suatu saat akan bermanfaat
bagi masa depannya. Tangan, kaki, mata, pikiran dan ucapan Edison menarik bagi ibunya,
karena lain daripada anak-anak seusianya. Memang sangat pantas diakui bahwa Edison adalah
anak yang kreatif dari mudanya (Hariwijaya, 2009:51), dan penemuannya itu, merupakan
secercah cahaya bagi kemajuan teknologi di seluruh dunia. Kini dunia bermandikan cahaya
listrik siang dan malam karena hasil pemikiran kreatifnya. Tetapi, yang menjadi pertanyaan
selanjutnya adalah apakah orang kreatif itu hanya diperuntukkan untuk orang-orang seperti
Thomas Alfa Edison seperti dalam cerita di atas saja? Bagaimanakah sebenarnya konsep
kreativitas dalam perspektif Islam? Berangkat dari dua pertanyaan di atas, dalam makalah ini,
penulis akan mencoba untuk memaparkan lebih jauh tentang konsep kretivitas dalam perspektif
Islam. Sehingga, rumusan masalah yang akan penulis jawab dalam makalah ini adalah apakah
kreativitas hanya diperuntukkan untuk orang-orang seperti dalam cerita di atas saja, dan
bagaimanakah sebenarnya Islam memandang konsep kreativitas ini. Analisis dan Tinjauan
Teoritik Kreativitas menurut Cronbach (1984; Richard dkk., 1999: 247) adalah the ability to see
something in a new way. Sementara Sternberg dan Lubart (1996; Richard dkk., 1999: 247)
memperluas pengertian ini (dengan) somewhat by adding an evaluative component to the mix.
Sternberg juga berpendapat bahwa creativity is the ability to produce work that is both novel
(i.e., original, unexpected) and appropriate (i.e., useful, adaptive concerning task constraints)
(Lubart, 1994; Ochse, 1990; Sternberg, 1988; Sternberg & Lubart, 1991, 1995, 1996; Sternberg
1999: 3) Kreativitas menurut Csikszentmihalyi (1996: 23) adalah some sort of mental activity, an
insight that occurs inside the heads of some special people. Creativity does not happen inside
peoples heads, but in the interaction between a persons thought and a sociocultural context.
Creativity (Richard dkk 1999: 249) has also been found to relate to leadership effectiveness,
although the strength of this relationship may vary depending on level of authority. Sementara
Munandar (1997: 37) mendefinisikan kreativitas merupakan proses yang aktif, yang menuntut
pelibatan diri dan inisiatif. Hampir sama dengan pendapat Munandar dan Csikszentmihalyi di
atas, yaitu Hariwijaya (2009: 55) mendefinisikan istilah kreativitas mengacu pada proses mental
yang membawa kepada solusi-solusi, ide-ide, konsep-konsep, bentuk-bentuk artistik, teori-teori
dan produk-produk yang unik dan hal yang baru. Orang kreatif adalah orang yang senantiasa
memiliki daya cipta terhadap segala sesuatu. Seseorang yang memiliki kemampuan untuk
membuat sesuatu yang baru dan menemukan cara baru dalam kegiatannya adalah orang kreatif
(Munandar, 1997: 32). Seorang pelukis yang mampu melihat keindahan baru dalam lukisannya
adalah orang kreatif (Hariwijaya, 2009: 52). Seorang istri yang mampu membuat masakan baru
untuk suaminya adalah istri yang kreatif, dan seorang mahasiswa yang mampu menampilkan
sesuatu yang berbeda dengan teman-temannya berarti juga termasuk dalam kategori mahasiswa
kreatif. Sedangkan definisi kreativitas dalam Kamus Psikologi, karangan Katono Kartini & Dali
Gulo (2003: 100) menyebutkan kreativitas adalah 1) kapasitas khusus untuk memecahkan
masalah yang memungkinkan seseorang mencetuskan ide asli (orisinil), atau menghasilkan
produk-produk yang sesuai dan dapat dikembangkan penuh. 2) Kemampuan mencapai
pemecahan atau jalan ke luar yang sama sekali baru, asli dan imajinatif terhadap masalah yang
bersifat pemahaman, filosofis estetis ataupun lainnya. Amabile dkk., sebagaimana dikutip
Munandar (Nashori & Mucharram 2002: 33; Nashori 2004: 8) mengartikan kreativitas sebagai
produksi suatu respons atau karya yang baru dan sesuai dengan tugas yang dihadapi. Bobbi De
Porter & Mike Hernacki mengartikan kreativitas dengan melihat hal atau sesuatu yang dilihat
orang lain, tetapi dengan memikirkan hal yang tidak dipikirkan orang lain. Sementara, Renzulli
(Monks dkk, 1998; Nashori, 2004: 8) kembali menegaskan bahwa pada kreativitas terdapat
kemampuan untuk menampilkan alternatif dari apa yang sudah ada atau dari prosedur yang biasa
dilakukan. Dalam bukunya berjudul Mengembangkan Kreativitas dalam Perspektif Psikologi
Islami, Nashori & Mucharram (2002: 33-34) sendiri mengatakan kreativitas adalah hasil karya
atau ide-ide baru yang sebelumnya tidak dikenal oleh pembuatnya maupun orang lain dan boleh
jadi bukan merupakan hasil sebuah produk seperti yang dikemukakan oleh Amabile dkk, atau
sebuah proses berpikir sebagaimana dikemukakan Renzulli, DePorter, dan Hernacki di atas, tapi
kreativitas adalah suatu anugerah yang dilimpahkan oleh Yang Maha Pandai (al Alim) Allah
Azza wa jalla kepada siapapun yang dikehendaki-Nya. Orang yang kreatif memiliki kebebasan
berpikir dan bertindak, yang, merupakan perpaduan antara daya cipta, pemikiran, imajinasi, dan
perasaan-perasaan yang memuaskan. Sehingga, kreativitas menurut Wahyudin (2003: 29-55)
dalam konteks ini lebih bersifat personal dan privasi ketimbang sosial dan massal. Kreativitas
Dalam Perspektif (Psikologi) Islam Mengacu pada beberapa definisi yang dikemukakan para ahli
di atas. Kreativitas sebenarnya memiliki sifat ilmiah, dan ketika kita berpikir ilmiah, berarti ada
orisinilitas di dalamnya. Disamping bersifat ilmiah, kreativitas juga merupakan sesuatu yang
khas pada setiap individu. Ahli kretivitas Conny Semiawan dkk (Nashori & Mucharram: 34-35)
mengungkapkan bahwa kreativitas adalah potensi yang pada dasarnya dimiliki setiap orang
dalam derajat dan tingkatan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Hal ini juga
sejalan dengan pendapat Asiah (2007: 27) dalam Jurnal Komunitas yang mengatakan bahwa
masyarakat pada dasarnya memiliki potensi untuk berkembang. Asiah, lebih lanjut, mengutip
pendapat Piaget dalam bukunya Sund tahun 1976 yang mengatakan bahwa kemampuan operasi
berpikir manusia ditentukan oleh kemampuan manusia itu sendiri untuk mengasimilasi atau
mengadaptasikan lingkungan dalam pikirannya. Dalam terminologi lain, maka kemampuan
berpikir kreatif manusia ini ditentukan oleh dua komponen, pertama, kemampuannnya
menangkap gejala, kedua, kemampuannya untuk mengkonsepsikan gejala itu menjadi suatu
pengertian umum. Namun potensi berpikir kreatif ini tidak berkembang apabila manusia tidak
memanfaatkan kesempatannya itu. Kedua pandangan di atas, rupanya sudah dijelaskan secara
mendetail di dalam al Quran sebagaimana dikutip oleh ahli-ahli agama Islam seperti Quraish
Shihab (Nashori & Mucharram, 2002: 36) yang mengatakan bahwa manusia adalah makhluk
unik (khalqan akhar). .Kemudian Kami jadikan dia (manusia) makhluk yang unik. Maka
Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. (QS. Al Mumin [23]: 12-14). Adapun
penyebab kreativitas tidak dapat berkembang secara optimal adalah karena seseorang terlalu
dibiasakan untuk berpikir secara tertib dan dihalangi oleh kemungkinannya untuk merespon dan
memecahkan persoalan secara bebas. Dengan berpikir tertib semacam ini, maka seseorang
dibiasakan mengikuti pola bersikap dan berperilaku sebagaimana pola kebiasaan yang
dikembangkan oleh masyarakat atau lingkungannya (Nashori & Mucharram, 2002: 26 ; Diana,
1999: 6). Berkenaan dengan kebiasaan berpikir tertib, agama dipandang oleh sementara orang
mempunyai peranan terhadap rendahnya kreativitas manusia. Agama dipandang sangat
menekankan ketaatan seseorang kepada norma-norma. Sehingga, karena kebiasaan berpikir dan
bertindak berdasarkan norma-norma itulah semangat atau niatan untuk berkreasi menjadi
terhambat. Pandangan ini dinilai oleh pendapat lain sebagai pandangan yang tidak mengenal
esensi agama. Menurut pendapat terakhir ini, agama diciptakan Tuhan agar kehidupan manusia
menjadi lebih baik. Islam misalnya, dilahirkan agar menjadi petunjuk bagi alam semesta
(rahmatan lil alamin). Mereka mengakui bahwa agama mengajarkan norma-norma, tapi norma
itu bukan berarti membatasi kreativitas manusia. Agama justru yang mendorong manusia untuk
berpikir dan bertindak kreatif (Nashori & Mucharram, 2002: 27; Diana, 1999: 6). Oleh
karenanya maka Allah swt selalu mendorong manusia untuk berpikir.
Demikianlah, Alah menerangkan kepadamu ayat-ayat Nya, agar kamu berpikir (QS.
Al Baqarah [2]: 219) Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa sebenarnya Islam pun dalam
hal kekreativitasan memberikan kelapangan pada umatnya untuk berkreasi dengan akal
pikirannya dan dengan hati nuraninya (qalbunya) dalam menyelesaikan persoalan-persoalan
hidup di dalamnya. Bahkan, tidak hanya cukup sampai di sini, dalam al Quran sendiri pun
tercatat lebih dari 640 ayat yang mendorong pembacanya untuk berpikir kreatif (Madhi, 2009:
16). Dalam agama Islam dikatakan bahwa Tuhan hanya akan mengubah nasib manusia jika
manusia mau melakukan usaha untuk memperbaikinya. Allah berfirman:
Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, sampai mereka sendiri
mengubah dirinya. (QS. Ar Radu [13]: 11) Islam sebagai sebuah keyakinan yang bersumber
dari al Quran dan al Hadits dianggap oleh beberapa kalangan sebagai agama yang tradisional,
terbelakang, dan kaku. Pendapat ini dikemukakan oleh kalangan pemikir barat yang tidak
mengetahui perkembangan sejarah Islam. Jika kita melihat pada masa silam, Islam banyak
melahirkan ilmuwan-ilmuwan besar yang tidak hanya sekedar memiliki inteligensi tinggi, tapi
juga memiliki kreativitas yang tinggi. Sebut saja Ibnu Sina, Salman al Farisi, dan para sahabat
lain yang menggunakan pemikiran kreatifnya dalam mengembangkan pengetahuan di bidang
mereka masing-masing (Utami, dkk., 2009: 6). Di kalangan umat pada masa kini, juga terdapat
pemikir-pemikir atau ilmuwan kreatif dalam bidangnya masing-masing. Seperti Yusuf
Qordhawi, Muhammad al Ghazali, Muhammad Naquib al Attas, Ismail Raji al Faruqi, Seyyed
Hossein Nasr, dan yang lainnya. Sementara untuk yang di Indonesia, kita bisa mengambil contoh
seperti Nur Cholis Madjid, Quraish Shihab, Amien Rais, Abdurrahman Wachid (Gus Dur),
Jalaludin Rakhmat, dan sebagainya (Nashori & Mucharram, 2002: 98). Kreativitas dalam Islam
(Faruq 2006; Utami dkk., 2009: 6) tidak sama dengan kreativitas dalam musik, seni, ataupun
semacamnya yang bertentangan dengan Quran dan Sunnah. Dikatakan bahwa ada dua hal dalam
Islam yang termasuk dalam kreativitas, yaitu bidah dan ijtihad. Pertama, konsep mengenai
bidahtentu yang dimaksud di sini adalah bidah hasanah. Konsep bidah di sini bukanlah
menciptakan sesuatu yang baru dan bertentangan dengan ajaran Sunnah, melainkan sebuah
konsep bidah yang dipandang sebagai sebuah inovasi atau biasa di sebut dengan finding
something new. Semakin majunya teknologi, misalnya, inovasi muncul seperti menciptakan
komputer, mobil yang bisa terbang, atau sepeda yang bisa dikayuh di dalam air. Kemudian
proses kreatif dalam Islam yang kedua yaitu ijtihad. Di dalam bidah terdapat suatu inovasi baru
yang harus diambil suatu keputusan. Pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah ini
menjadi bagian dari konsep ijtihad. Konsep ini dijelaskan sebagai konsep jihad yang etis melalui
pengembangan keputusan baik itu individu atau kelompok untuk mencapai solusi yang tepat.
Proses ini melibatkan pemikiran analitis nan kritis yang melibatkan disiplin (tidak bertentangan
dengan Quran dan Hadits) dan pengetahuan diri (inteligensi). Hasil dari ijtihad inilah yang
kemudian nanti disebut dengan produk kreativitas itu sendiri. Sebuah usaha yang berhasil
biasanya melibatkan pemikiran dan kreativitas. Dengan demikian, maka agama Islam sangat
mendukung dan mendorong pengembangan kreativitas umatnya. Dan tentunya, hal inilah yang
dimaksudkan dengan kreativitas dalam perspektif Islam. Kesimpulan Berdasarkan uraian yang
penulis jelaskan di atas, maka dapat ditarik kesimpulkan bahwa, pertama, sebenarnya kreativitas
bisa dimiliki oleh siapa saja. Penulis dalam hal ini sepakat dengan pendapat Nashori &
Muharram dan Utami dkk. yang mengatakan bahwa kreativitas merupakan proses kognitif untuk
menemukan solusi yang asli dan benar-benar baru, baik itu berupa produk atau bukan dan bisa
jadi hal ini adalah anugerah yang diberikan Sang Kholiq, Allah swt kepada hamba-Nya yang
benar-benar mau memikirkan (tadzakkur) terhadap apa yang terjadi di sekitarnya. Kedua, dalam
memandang konsep kreativitas ini, agama Islam sudah sangat jelas, yaitu telah memberikan
ruang seluas-luasnya kepada umatnya untuk selalu berpikir dan menemukan ide-ide kreatif
sebagaimana yang terekam dalam kitab suci al Quran al Karim. Jika masalah kreativitas berasal
dari bakat, maka penulis lebih sepakat bahwa hal ini tidak seluruhnya benar. Karena ternyata
kreativitas seseorang bisa diasah dan dilatih, sebagaimana pendapat Ford & Harris yang dikutip
Noor Rochman Hadjam pada acara workshop Guru Berprestasi Nasional tahun 2006 di Fakultas
Psikologi UGM bahwa creative people are made, not born. Sehingga, rekomendasi penulis
untuk kita bersamakhususnya yang masih merasa tidak terlahir sebagai orang kreatifadalah
janganlah pesimis. Bukan hanya Albert Einstein, Thomas Alfa Edison, atau Salman Al Farisi
yang kreatif. Juga bukan hanya Quraish Shihab, Nur Cholis Madjid, atau Yusuf Qordhawi yang
kreatif. Tapi kita, kita yang menemukan metode baru yang berbeda dengan kemarin, adalah juga
termasuk orang kreatif.
Kedua, selalu berpegang pada kebaikan dan keadilan. Ulul Albab mampu memisahkan yang baik
dari yang jahat, untuk kemudian memilih yang baik. Selalu berpegang dan mempertahankan
kebaikan tersebut walau sendirian dan walau kejahatan didukung banyak orang. "Tidak sama
yang buruk (jahat) dengan baik (benar), meskipun kuantitas yang jahat mengagumkan dirimu.
Bertaqwalah hai ulul albab, agar kamu beruntung" (QS, Al-Maidah, 100)
Dalam masyarakat, Ulul Albab tampil bagai seorang "nabi". Ia tidak hanya asyik dalam acara
ritual atau tenggelam dalam perpustakan; sebaliknya tampil dihadapan umat. Bertabligh untuk
memperbaiki ketidakberesan yang terjadi di tengah- tengah masyarakat, memberikan peringatan
bila terjadi ketimpangan dan memprotesnya bila terjadi ketidak-adilan dan kesewenang-
wenangan.
Ketiga, teliti dan kritis dalam menerima informasi, teori, proporsisi ataupun dalil yang
dikemukakan orang lain. Bagai sosok mujtahid, ulul albab tidak mau taqlid pada orang lain,
sehingga ia tidak mau menelan mentah-mentah apa yang diberikan orang lain, atau gampang
mempercayainya sebelum terlebih dahulu mengecek kebenarannya. "Yang mengikuti perkataan
lalu mengikuti yang paling baik dan benar, mereka itulah yang diberi petunjuk oleh Allah, dan
mereka itulah ulul albab" (QS, Az-Zumar, 18).
Keempat, sanggup mengambil pelajaran dari sejarah umat terdahulu. Sejarah adalah penafsiran
nyata dari suatu bentuk kehidupan. Dengan memahami sejarah kemudian membandingkan
dengan kejadian masa sekarang, ulul albab akan mampu membuat prediksi masa depan, sehingga
mereka mampu membuat persiapan untuk menyambut kemungkinan- kemungkinan yang bakal
terjadi.
Sampai pada ciri-ciri ini, ulul albab tidak ada bedanya dengan intelektual yang lain. Tapi bila
dilanjutkan, maka ada nilai tambah yang dimilikinya yang tidak dimiliki oleh seorang intelektual
biasa.
Yakni, kelima, rajin bangun malam untuk sujud dan rukuk dihadapan Allah swt. Ulul Albab
senansiasa "membakar" singgasana Allah dengan munajadnya ketika malam telah sunyi.
Menggoncang Arasy-Nya dengan segala rintihan, permohonan ampun, dan pengaduan segala
derita serta kebobrokan moral manusia di muka bumi. Ulul Albab sangat "dekat" dengan
Tuhannya. "(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung), ataukah orang yang
beribadah di waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (adzab) akherat dan
mengharap rahmat Tuhannya. Katakanlah: 'Adakah sama orang yang mengetahui dengan orang
yang tidak mengetahui?'. Sesungguhnya, hanya ulul albab yang dapat menerima pelajaran"(QS,
Az-Zumar, 9).
Keenam, tidak takut kepada siapapun, kecuali Allah semata. Sadar bahwa semua perbuatan
manusia akan dimintai pertanggungan jawab, dengan bekal ilmunya, ulul albab tidak mau
berbuat semena-mena. Tidak mau menjual ilmu demi kepentingan pribadi (menuruti ambisi
politik atau materi). Ilmu pengetahuan dan teknologi ibarat pedang bermata dua. Ia dapat
digunakan untuk tujuan-tujuan baik, tapi bisa juga digunakan dan dimanfaatkan untuk perbuatan-
perbuatan yang tidak benar. Tinggal siapa yang memakainya. Ilmu pengetahuan sangat
berbahaya bila di tangan orang yang tidak bertanggung jawab. Sebab, ia tidak akan segan-segan
menggunakan hasil teknologinya untuk menghancurkan sesama, hanya demi menuruti ambisi
dan nafsu angkara murkanya.