Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan kota merupakan manifestasi dari pola kehidupan sosial ,
ekonomi , kebudayaan dan politik . Kesemuanya ini akan dicerminkan dalam
komponen komponen yang memebentuk struktur kota tersebut . Jumlah dan
kualitas komponen suatu kota sangat ditentukan oleh tingkat perkembangan dan
pertumbuhan kota tersebut.
(https://achmadsaugi.wordpress.com/2009/12/11/masyarakat-perkotaan-dan-pedesaan)

Salah satu faktor ekonomi yang berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan


ekonomi di Kota Bandung yaitu sektor perdagangan. Sektor perdagangan
merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang memiliki peran strategis dalam
mendukung pembangunan nasional sebagai salah satu urat nadi perekonomian
bangsa Indonesia. Secara sederhana perdagangan merupakan suatu kegiatan
peralihan barang untuk kehidupan sehari- hari dari produsen ke konsumen. Dalam
Abdurachmat dan Maryani (1997:55) perdagangan dapat diartikan sebagai Saling
tukar benda atau jasa dalam ruang, dalam bentuk proses penjualan dan pembelian
barang atau jasa antar wilayah di permukaan bumi dan Pertukaran barang dan jasa
antar individu, masyarakat dan negara meliputi proses pembelian dan penjualan
sesuatu barang yang berlebih antar daerah atau region. Dengan adanya aktivitas
perdagangan yang semakin meningkat, maka akan semakin meningkat pula
fasilitas-fasilitas yang diperlukan salah satunya adalah pasar.
(http://repository.upi.edu/16977/3/S_GEO_0901552_Chapter1.pdf)

Pasar merupakan tempat berjual beli yang disediakan oleh pemerintah


daerah dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Berdasarkan
PERDA Kota Bandung Nomor.19 Tahun 2001 Pasal 1 Poin f, Pasar adalah tempat
yang disediakan dan/atau ditetapkan oleh walikota sebagai tempat berjualan umum
atau sebagai tempat memperdagangkan barang dan atau jasa yang berdiri di lahan
milik/dikuasai Pemerintah Daerah. Sebagai fasilitas umum, pasar harus dapat
diakses oleh masyarakat umum agar keberlangsungan pasar tersebut dapat terjamin.
Agar dapat di akses dengan baik, suatu pasar harus berada pada lokasi yang
strategis, mudah dijangkau oleh konsumen yang ingin berbelanja kesana. Penentuan
lokasi pasar ini sangat penting. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kartawidjaja
(2001:9) bahawa lokasi merupakan konsep geografi terpenting karena dapat
menunjukan lokasi suatu tempat, benda, atau gejala di permukaan bumi. Jika
dilihat dari segi lokasi, pasar biasanya cederung mendekati lingkungan pemukiman
penduduk. Dalam penentuan lokasi pasar, diperlakukan adanya pertimbangan
terhadap beberapa faktor, yaitu jarak dari pemukiman penduduk, transportasi,
topografi, dan persebaran penduduk. Jika dalam pemilihan lokasi pasar sudah
dinilai tepat, maka akan memberikan kemudahan bagi suatu pasar dan pasarpasar
lainnya untuk saling berinteraksi, begitu pula kemudahan bagi penduduk. Pasar
sebagai pusat perbelanjaan sehari-hari, juga harus memperhatikan faktorfaktor daya
tarik pasar terhadap konsumen. Sehingga pasar tersebut dapat berkembang dengan
baik. Sebagaimana yang dikemukakan Parnida (2006:13) mengenai daya tarik
pasar: Merupakan daya tarik yang ditimbulkan oleh pasar itu sendiri. Semakin besar
daya tarik suatu pasar maka semakin banyak pula orang yang akan berbelanja ke
pasar tersebut. hal ini dikarenakan pasar tersebut mampu memberikan kepuasan
secara psikologis dan ekonomis bagi konsumen.
Pasar induk yaitu pasar yang dalam kegiatannya merupakan pusat
pengumpulan, pusat pelelangan dan pusat penyimpanan bahanbahan pangan untuk
disalurkan ke pasar-pasar lain. Pasar Induk mempunyai fungsi sebagai lokasi
distribusi logistik yang sudah dikemas. Selain itu Pasar Induk mempunyai fungsi
sebagai grosir, Seleksi komoditas, pusat informasi pasar, Pengendalian kualitas, dan
Fungsi Keuangan.
Menurut data yang di peroleh dari PD.Pasar Kota Bandung, Kota Bandung
memiliki dua pasar Induk. Pasar Induk Gedebage dan Pasar Induk Caringin. Pasar
Induk Gedebage dan Pasar Induk Caringin merupakan pasar yang memiliki
karakteristik dan fungsi yang sama. Pasar Induk Caringin yaitu pasar tradisional
yang dikelola oleh pihak swasta. Pedagang yang ada di Pasar Induk Caringin awal
mulanya berasal dari Pasar Induk Ciroyom yang dipindahkan karna mengganggu
kelancaran laju lalu lintas disekitar Pasar Ciroyom. Pasar Induk caringin memiliki
luas 12,7 Ha menyediakan 420 kios yang dapat digunakan dalam kegaiatan jual
beli. Pasar Induk Caringin menyediakan beberapa kebutuhan konsumen seperti
buah-buahan, sayur mayur, ikan basah, daging, beras, alat tulis kantor (ATK). Pasar
Induk Caringin melayani konsumen pada malam hari terutama pedagang daging
dan ikan basah. Untuk pedagang lainnya seperti pedagang alat tulis kantor (ATK),
buah-buahan dan sayur mayur. Untuk kondisi kebersihan Pasar Induk Caringin
cukup terbilang baik, juga dalam pengelolaan fasilitas-fasilitas yang mendukung
kenyamanan konsumen dalam berbelanja seperti lahan parkir cukup baik.
Adapun faktor ketidakteraturan yang terjadi di Pasar Induk Caringin seperti,
pertambahan jumlah pedagang yang semakin pesat menimbulkan beberapa
permasalahan yang saling berkaitan, seperti lalu lintas jalan macet, para pedagang
yang berdagang tidak pada tempatnya, disisi lain tidak sedikit fasilitas-fasilitas
pendukung pasar yang kurang berfungsi, seperti lahan parkir dan trotoar, juga para
pedagang informal menggunakan pinggiran jalan yang mulai merambah kebadan
jalan sebagai sarana berjualan. Pasar Induk Caringin terdapat di Kecamatan
Babakan Ciparay Kota Bandung bagian selatan, yang dapat diakses melalui Pintu
masuk utama di Jalan Soekarno Hatta sebagai Jalan Nasional di Kota Bandung.
Selain Jalan Soekarno Hatta yang dijadikan akses utama memasuki Pasar Induk
Caringin, bisa diakses melalui pintu masuk sebelah selatan melalui Jalan Caringin
yang sering mengalami kemacetan akibat dari masuk keluarnya kendaran besar dari
Pasar Induk Caringin dan adanya permasalahan tidak tertatanya pedagang yang
berjualan menggunakan pinggiran jalan hingga ke badan jalan.
Adapun salah satu dampak aktifitas pasar tersebut ialah polusi udara yang
di timbulkan oleh timbunan-timbunan sampah pasar yang belum di angkut, atau
sisa-sisa sayuran yang dibuang ke saluran drainase yang menimbulakan masalah
cukup serius dikarenakan tempat pembuangan sampah yang ada sudah tidak
mampu menampung jumlah sampah yang sangat banyak dari hampir sebagian
masyarakat kota bandung.
1.2 Perumusan Masalah
Pasar merupakan salah satu sarana penting yang diperlukan di Kota
Bandung dan memiliki potensi untuk mendorong perkembangan ekonomi di Kota
Bandung khususnya. Potensi mendasar dari Pasar Induk Caringin yakni salah satu
pasar yang sangat berpengaruh di Kota Bandung dengan skala pelayanan pasar tipe
A yaitu sebagai pusat distribusi pasar-pasar di Kota Bandung dan pelayanan antar
provinsi.
Fenomena pertumbuhan pedagang di Pasar Induk Caringin tidak hanya di
area kios tapi merambah hingga ke badan jalan berdampak dari keterbatasan lahan
dan pengelolaan pasar yang buruk mengakibatkan kurang tertatanya pedagang.
Kondisi keterbatasan lahan dapat dilihat dengan adanya eksploitasi ruang pasar
untuk berdagang. Lorong dan koridor pasar dijadikan tempat jual-beli yang
mengakibatkan pasar terlihat semrawut.
Dari ketidakteraturan tatanan dari pada fasilitas-fasilitas pendukung pasar,
maka timbul pertanyaan yang sekiranya dapat dijadikan bahan studi dalam tugas
akhir ini, yakni :
- Sejauh mana skala pelayanan pasar caringin ?
- Sejauh mana fungsi pasar caringin di Kota Bandung ?
- Sejauh mana penyediaan sarana dan prasarana penunjang pasar ?
Adapun yang menjadi perumusan masalah pasar caringin, ialah dampak-
dampak yang ditimbulkan oleh aktifitas pasar yang mengganggu, seperti :
- Pedagang yang tidak tertata di kawasan pasar caringin sehingga lokasi
pasar induk caringin tidak efektif untuk kegiatan perdagangan.
- Perubahan fungsi lahan seprti trotoar digunakan untuk pedagang kaki
lima (PKL) dan parkir sepeda motor di ruas jalan yang menimbulkan
kemacetan akses menuju kawasan pasar caringin.
- Tidak terawatnya sarana prasarana pasar yang menyebabkan lingkungan
pasar menjadi kumuh dan tidak terawat.
- Menurunnya kualitas lingkungan, seperti kenyamanan penduduk
setempat dan pengguna pasar lainnya karena dampak yang ditimbulkan
dari tidak tertatanya pedagang dan prasarana sampah yang kurang
efektif dan efisien.
1.3 Tujuan dan Sasaran
1.3.1 Tujuan
Tujuan Penelitian Tugas Akhir ini adalah untuk merumuskan alternatif
penanganan permasalahan kawasan pasar induk caringin kota bandung.

1.3.2 Sasaran
Sebagai upaya untuk mencapai tujuan tersebut maka terdapat beberapa
sasaran yang ingin dicapai dalam perumusan alternatif penanganan permasalahan
kawasan pasar ini antara lain :
1. Teridentifikasinya Permasalahan dan Tingkat Pelayanan Pasar Induk
Caringin Kota Bandung.
2. Teridentifikasinya Tatanan pasar serta kapasitas pasar induk caringin
dilihat dari sarana prasarana penunjang pasar.
3. Terumuskannya Alternatif Penanganan permasalahan pasar.
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah yang dijadikan objek penelitian adalah di Kawasan


Pasar Caringin Kota Bandung yang berada di Kecamatan Babakan Ciparay Kota
Bandung.

Pasar Caringin yang berada di Jl.Soekarno hatta memiliki luas 12,7 Ha


dengan batas-batas sebagai berikut :

- Selatan : Jalan Caringin


- Barat : Koperasi Pasar Induk Caringin
- Timur : Jalan Babakan Ciparay
- Utara : Jalan Soekarno Hatta

Dalam kajian penataan kawasan pasar ini dibatasi pada wilayah Pasar
Caringin Kota Bandung, dengan lingkup Kawasan Pasar Induk Caringin. Ruang
Lingkup Wilayah adalah lingkup wilayah yang dijadikan sebagai batasan wilayah
dalam melakukan studi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.1
Gambar 1.1

Peta Administrasi Pasar Caringin


1.4.2 Ruang Lingkup Materi

Ruang Lingkup Studi ini dibatasi pada alternatif penanganan kawasan pasar
dengan mengacu pada persepsi dan pengguna Pasar Caringin. Kajiannya meliputi :

1. Skala pelayanan Pasar, hal ini meliputi luas pasar berdasarkan jumlah
dan asal pengunjung
2. Kapasitas pasar dengan jumlah pedagang
3. Analisis kebutuhan dan penyediaan sarana dan prasarana pasar.
4. Penentuan alternatif penanganan prioritas berdasarkan kondisi eksisting
pasar.
1.5 Batasan Unit Analisis
Batasan unit analisis dalam studi ini adalah wilayah kecamatan. Adapun
salah satu alternative penanganan yang mungkin diterapkan dalam penataan pasar
Caringin tersebut, ialah melalui analisis penentuan alternatif penanganan yang
terdiri dari tiga aspek penataan yaitu : upaya perubahan fisik (renovasi), penentuan
atau pemindahan lokasi (relokasi) dan manajemen pedagang. Dalam hal ini penulis
mencoba menerapkan salah satu alternative dari ketiga alternative penanganan
sebagai suatu upaya pemecahan kawasan pasar Caringin yang mengacu pada
presepsi pengguna pasar dengan batasan kecamatan. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat dari factor kekurangan dan kelebihan dalam penggunaan batasan unit
analisis ini sebagai berikut :

Kelebihan :

- Dengan menggunakan batasan tersebut dapat mempermudah dalam


proses pengkajian. Hal ini dipertimbangkan atas dasar ketersediaan data
yang diperoleh dari responden dalam pengisian kuisioner.
- Dapat lebih menghemat waktu dan biaya dalam pelaksanaan analisis.
Kekurangan :

- Hasil Analisis akan memiliki tingkat keakuratan lebih kecil disbanding


dengan menggunakan lingkup analisis lebih besar (kabupaten) dan luas
(ketiga aspek penataan)
- Tidak membahas secara teknis (detail), seperti perhitungan drainase dan
limbah.
1.6 Metodologi Studi

Sesuai dengan tujuan dan sasaran studi yang telah dijelaskan sebelumnya,
metodologi studi ini terdiri dari tiga bagian yaitu metode pendekatan studi, teknik
pengumpulan data serta teknik pengolahan data dan analisis data.

1.6.1 Tahapan-Tahapan Penelitian

Pada dasarnya studi ini merupakan proses identifikasi dan analisis


penanganan permasalahan kawasan pasar caringin. Adapun maksud dari proses
identifikasi yang dilakukan ialah untuk melihat potensi permasalahn yang ada,
sedangkan proses analisis digunakan sebagai masukan untuk menentukan suatu
penanganan pasar, sehingga alternatif penanganan tersebut dapat mengurangi
permasalahan yang ada. Selanjutnya agar tujuan studi ini tercapai, studi ini
menggunakan suatu pendekatan melalui tahap-tahapan sebagai berikut :

1. Identifikasi Skala Pelayanan.


Berdasarkan jumlah konsumen dan asal konsumen
Berdasarkan kelengkapan fasilitas
Ditinjau berdasarkan jenis dan kegiatan pasar Caringin.
2. Identifikasi Kapasitas Pasar Caringin.
Ditinjau berdasarkan luas lantai pasar terhadap jumlah kios dan
pedagang.
Menelaah standar pembangunan pasar, kepmen PU No. 387/KTPS/1978
tentang Kebijaksanaan pembangunan Pasar.
3. Identifikasi kebutuhan dan penyediaan sarana dan prasarana
Ditinjau berdasarkan kondisi eksisting
Berdasarkan persepsi masyarakat (pengguna pasar)
Berdasarkan factor yang berpengaruh terhadap kinerja pasar
Berdasarkan standar PU

Untuk lebih jelasnya mengenai metode pendekatan ini dapat dilihat pada
Gambar 1.3 dalam bentuk kerangka pemikiran.
Gambar 1.3

Kerangka pemikiran
1.6.2 Metode Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan


data primer dan sekunder.

1. Data Primer :
a. Observasi lapangan, dilakukan dengan mengamati kondisi eksisting
wilayah studi yaitu kawasan pasar induk caringin kota bandung.
b. Wawancara langsung dengan aparat dari instansi-instansi pemerintah yang
berkaitan dengan kebijakan sector perdagangan maupun dengan tokoh yang
memahami perkembangan daerah studi, juga pihak konsumen
(kenyamanan).
c. Penyebaran dan pengisian kuisioner kepada pemilik/pengguna lokasi
aktivitas pasar (pedagang) di Pasar Induk Caringin.
d. Kuesioner dan hasil wawancara ini berguna untuk mengetahui karakteristik
kondisi perkembangan pasar serta factor-faktor yang mempengaruhi dalam
perkembangan dan pelayanan aktifitas komersial di Pasar Caringin Kota
Bandung.
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh bukan dari objek secara langsung melainkan suatu
perantara tertentu. Pada penelitian ini data sekunder yang digunakan berasal
dari buku-buku, hasil penelitian, dokumen, dan sumber-sumber yang
relevan dengan judul penelitian ini. Data sekunder untuk mitigasi bencana
banjir diperoleh dari :

- Bappeda Provinsi Jawa Barat


- Bappeda Kota Bandung
- Dinas KUKM Perindag Kota Bandung
- BPS Kota Bandung
- Kecamatan Babakan Ciparay Kota Bandung
- Badan Pengelola Pasar Induk Caringin (BP2IC)
1.6.3 Metode Analisis

Analisis yang digunakan dalam studi ini terdiri dari tiga metode yaitu
metode analisis deskriptif dan analisis pembobotan (Semantic differensial), serta
metode sampling. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut.

A. Metode Analisis Deskriptif

Model analisis deskriptif yaitu model analisis untuk menemukan fakta yang
tepat. Dalam studi deskriptif ini termasuk untuk studi penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui gambaran-gambaran untuk keperluan studi selanjutnya.

Seperti uraian diatas, maka dalam studi Penanganan Kawasan Pasar


Caringin Kota Bandung dengan melihat perkembangan yang terjadi. Adapun
factor yang akan dibahas diantaranya, ialah :

- Analisis karakteristik pasar : meliputi jenis pasar, kondisi pasar, kategori


pasar, jenis pelayanan pasar dan cara pengelolaan pasar, serta aktifitas
pasar caringin
- Analisis Skala Pelayanan Pasar terhadap status pasar caringin,
berdasarkan jumlah dan asal konsumen ditinjau dari kebijaksanaan
pembangunan pasar.
- Analisis kebutuhan ruang/kios (kapasitas pasar) berdasarkan jumlah
pedagang baik formal maupun informal.
- Analisis sarana dan prasarana pendukung, seperti tempat parkir, air
bersih pemadam kebakaran dan MCK.
B. Metode Analisis Semantik Differensial
Metode ini digunakan untuk menilai tingkat kepentingan/pengaruh dari
suatu faktor atau variabel yang paling dibutuhkan oleh pengguna pasar sebagai
proses pertimbangan dalam studi ini. Adapun cara penanganannya dengan teknik
analisa skor dari faktor. Skor diberikan berdasarkan 5 Klasifikasi tingkat
kepentingan yaitu :

- Sangat Penting dengan skor 5


- Penting dengan skor 4
- Sedang dengan skor 3
- Tidak Penting dengan skor 2
- Sangat tidak penting dengan skor 1

Langkah selanjutnya adalah menghitung nilai total dari setiap factor yang
berasal dari jumlah responden pemilih dikalikan dengan urutan kepentingannya.
Oleh karena total responden yang menilai setiap factor pada masing-masing
aktivitas berbeda, maka dilakukan perhitungan nilai rata-rata dari setiap factor
diklasifikasikan kembali menjadi 5 kategori seperti diatas dengan menghitung
selang/rentang antara nilai rata-rata terbesar dengan nilai rata-rata terkecil dibagi 5
kategori, hasilnya akan menggambarkan tingkat kepentingan setiap factor.

C. Pengambilan Sampel (Kuisioner)

Metode ini dimaksud untuk mengetahui dan menampung aspirasi


masyarakat tentang rehabilitasi pasar yang lebih ditekankan pada persepsi dan
peferensi masyarakat (Pengguna pasar) tersebut.

Untuk menetapkan jumlah sampel dapat menggunakan rumus dengan


metode purposive sampling (Zainuddin, 2002: 58)

Rumus :

Z 2 /2* p(1 - p)N


n=
d2 (N - 1) + Z 2 /2* p(1 - p)

Dimana :

n : Besar sampel

Z 2 /2 : Nilai Z pada derajat kepercayaan 1 - /2 (1,96)

p : Proporsi hal yang diteliti (0,55)

d : Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,1)

N : Jumlah populasi (39.426)


1.7 Teknik Pengolahan Data

Teknik Pengolahan dan analisis data dilakukan setelah seluruh data yang
diperlukan terkumpul, dimana dilakukan pemilihan dan pengurutan data, mulai data
utama (jumlah pengguna pasar) lalu data-data pengunjung lainnya. Setelah itu
dilakukan proses pengolahan data dalam beberapa tahapan.

- Analisis skala pelayanan pasar Caringin ditinjau berdasarkan asal


konsumen dan jenis pasar untuk mengetahui fungsi Pasar Induk
Caringin.
- Analisis penyesuaian antara kondisi eksisting pasar dengan standar
pembangunan pasar dan standar PU.
- Analisis karakteristik pasar : meliputi jenis pasar, kondisi pasar, kategori
pasar, jenis pelayanan pasar dan cara pengelolaan pasar, serta aktifitas
Pasar Induk Caringin berdasarkan pengamatan baik secara primer
maupun sekunder.
- Analisis kebutuhan pengguna pasar dilihat dari tingkat kepentingannya
dengan menggunakan analisis Semantik Differensial berdasarkan
persepsi pengguna pasar.

1.8 Sistematika Pembahasan

Secara garis besar laporan tugas akhir yang berjudul Identifikasi


Penanganan Kawasan Pasar Ditinjau dari Tingkat Pelayanan, Kapasitas dan
Fasilitas Pasar Caringin Kota Bandung adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisikan uraian, latar belakang studi, perumusan masalah,
tujuan studi, ruang lingkup studi (meliputi wilayah dan materi), metode
pendekatan dan sistematika pembahasan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berupa tinjauan dari buku-buku teks, jurnal, peraturan dan literatur lain
yang menunjang pengerjaan penelitian.

BAB III GAMBARAN UMUM

Gambaran Umum wilayah studi yang menyangkut karakteristik daerah


dan objek yang dijadikan studi dengan cara survei primer maupun
sekunder. Adapun data yang disajikan merupakan data yang sudah
diolah.

BAB IV ANALISIS

Berisikan tentang pembahasan alternatif penanganan permasalahan


pasar yang berhubungan dengan kapasitas dari daya tampung pasar,
skala pelayanan juga penyediaan sarana dan prasarana untuk dapat
menentukan alternatif penanganan prioritas dilihat dari faktor
pertimbangan dan penilaian berdasarkan persepsi pengguna pasar.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Meliputi rangkaian hasil penelitian yang telah dilakukan, dan


rekomendasi berupa usulan atau masukan-masukan pada pihak terkait
dan penelitian selanjutnya sebagai kelemahan studi

Anda mungkin juga menyukai