Anda di halaman 1dari 20

UNIVERSITAS KADIRI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


STATUS TER AKREDITASI BAN-PT
Program Studi : Ilmu Keperawatan (S.1) ; Kebidanan D.III&D.IV)
Jl. Selomangleng No. 1 Kediri, Telp. (0354) 771649. Fax. (0354)773032

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Mata Pelajaran : Pelayanan KB


Tingkat / Semester : II/Genap
Pertemuan ke : 1
Alokasi Waktu : 2 x 50 menit ( 2 jam pelajaran )
Standar Kompetensi : Memahami konsep dasar kontrasepsi AKDR
Kompetensi Dasar : Mengenali konsep dasar dan menentukan
kontrasepsi AKDR atau IUD (Intra Uterine Device)
Indikator : 1. Reaksi kinetik (menunjukkan sikap
memperhatikan, mencatat) dari materi
Pelayanan KB
2. Memberikan komentar atau ungkapan lisan
tentang definisi AKDR
3. Mengenali jenis AKDR
4. Mengenali efek samping, komplikasi, penyebab,
dan penanganan

I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, peserta didik mampu :
1. Menjelaskan pengertian AKDR.
2. Mengenali jenis AKDR.
3. mengetahui efektifitas AKDR.
4. Menjelaskan cara kerja AKDR.
5. Mengenali keuntungan AKDR.
6. Mengenali kelemahan dari penggunaan AKDR.
7. Menentukan waktu penggunaan AKDR.
8. Mengidentifikasi efek samping AKDR.
9. Mengidentifikasi komplikasi AKDR.
10. Mengidentifikasi penyebab komplikasi AKDR.
11. Melakukan penanganan.
12. Menemukan penapisan AKDR.
II. MATERI AJAR

1. Pengertian AKDR ( Intra Uterine Device )


1. Suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rongga rahim
wanita. (buku pedoman efek samping, 2002)
2. AKDR adalah bahan inert sintetik (dengan atau tanpa unsur tambahan
untuk sinergi efektifitas) dengan berbagai bentuk, yang dipasangkan
dalam rahim untuk menghasilkan efek kontrasepsi. (Prawirohardjo,
2007)
3. AKDR atau IUD atau Spiral adalah alat kontrasepsi yang di masukkan
ke dalam rahim yang berbentuk bermacam-macam, terbuat dari
plastik yang dililiti tembaga. (BKKBN, 2001)

2. Jenis AKDR
Jenis AKDR yang dipakai di Indonesia antara lain adalah :
1. AKDR yang mengandung obat
a. AKDR polos
Terbuat dari plastik sintetik (poloetilen), karet silikon, baja anti
karat dan usus ulat sutra. Banyak diantara mereka yang tidak
sempat dievaluasi sehingga akhirnya lenyap dari pasaran.
(Siswosudarmo, 2007)
b. Lippes loop
IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau
huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang
benang pada ekornya. Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang
berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A
berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam),
tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe D berukuran
30 mm dan tebal (benang putih). (Siswosudarmo, 2007)
Lippes loop
2. AKDR yang mengandung tembaga
a. Multi load
IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri
dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung
atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat
tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk
menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu
standar, small, dan mini. (Siswosudarmo, 2007)

b. CUT 380A
Menggunakan lilitan tembaga pada batangnya dan dua
selongsong tembaga pada lengannya dengan maksud agar
pelepasan ion tembaga mencapai daerah fundus uteri. Angka
tersebut menunjukkan luas permukaan tembaga. (Siswosudarmo,
2007)
c. Nova T
Adalah bentuk lain dari AKDR T dengan kawat tembaga
berdiameter 0,3 mm dan berinti perak dengan diameter 0,1 mm.
Inti perak dimaksudkan untuk mencegah fragmentasi tembaga
dan memperpanjang umurnya (daya kerja). Pada pertemuan
batang dan lengannya, terdapat bengkokan sehingga
mempermudah kembali kebentuk aslinya setelah ia keluar dari
inserternya. Ujung lengannya membulat yang dimaksudkan untuk
mengurangi kemungkinan perforasi. Penelitian selama lima tahun
menunjukkan bahwa angka kehamilannya sangat rendah dan
demikian juga efek samping yang mengharuskan ia dicabut.
(Siswosudarmo, 2007).

d. Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelene di mana pada bagian
vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga
halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup
baik. IUD bentuk T yang baru
IUD ini melepaskan lenovorgegestrel dengan konsentrasi yang rendah
selama minimal lima tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan
efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan yang tidak
direncanakan maupun perdarahan menstruasi. Kerugian metode ini
adalah tambahan terjadinya efek samping hormonal dan amenorhea.

e. Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32
mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai
luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga
halus pada jenis Copper-T.
3. AKDR yang melepaskan progestin
a. Progestasert
Adalah salah satu merek dagang AKDR ini yang mengandung 38
mg progestin pada batangnya dan setiap hari melepaskan 69 .
Kelebihannya adalah kemampuannya untuk mengurangi jumlah
darah haid yang keluar sehingga menaikkan kadar besi serum,
tetapi karena gangguan perdarahan (perdarahan lama dan
perdarahan bercak) juga lebih banyak, maka kejadian
pengangkatan karena alasan medis tidak berbeda dengan AKDR
pada umumnya. Ia harus diganti setiap tahun karena depot
progestin mencapai titik terendah yang menghawatirkan
terjadinya kegagalan. Karena alasan inilah AKDR ini tidak populer
di Indonesia. Sekarang sedang dilakukan uji klinis AKDR jenis ini
yang biasa bertahan selama 4 tahun. Contoh lain AKDR yang
mengandung progestin adalah levonova, yang mengandung
levonorgestrel. (Siswosudarmo, 2007).

3. Efektivitas AKDR
Menurut Hartanto (2004), Efektivitas AKDR dinyatakan dalam angka
kontinuitas (continuition rate) yaitu beberapa lama AKDR tetap tinggal
dalam uteri tanpa:
1. Ekspulsi
2. Terjadinya kehamilan
3. Pengangkatan/pengeluaran karena alasan medis atau pribadi.
Efektivitas dari bermacam-macam IUD tergantung pada :
1. IUD-nya : ukuran, bentuk kandungannya.
2. Peserta : Umur, parietas, frekuensi senggama.
3. Dari faktor yang berhubungan dengan peserta yaitu umur dan parietas
diketahui :
a. Makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi dan
pengangkatan/pengeluaran IUD.
b. Makin muda usia, terutama pada nulligravida makin tinggi angka
ekspulsi dan pengangkatan /pengeluaran IUD.

4. Cara Kerja AKDR


1. Menurut buku pedoman efek samping (2002), cara kerja AKDR
adalah:
a. Menimbulkan reaksi jaringan sehingga terjadi serbukan sel darah
putih.
b. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti infertile.
c. Mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba falipii dan
menginaktifkan sperma.
2. Menurut Hartanto (2004), mekanisme kerja yang pasti dari IUD
belum diketahui, ada beberapa mekanisme kerja IUD yang telah
diajukan :
a. Timbulnya reaksi radang local non-spesifik di dalam cavum uteri
sehingga implantasi sel telur yang telah di buahi terganggu.
Disamping itu dengan munculnya lekosit PMN, makrofag, foreign
body giant cell, sel monoclear dan sel plasma yang dapat
mengakibatkan lysis dari spermatozoa atau ovum dan blastocyst.
b. Produksi local prostatglandin yang meninggi, yang menyebabkan
terhambatnya implantasi.
c. Gangguan atau terlepasnya blastocyst yang telah berimplantasi di
dalam endometrium.
d. Pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalam tuba falopii.
e. Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri.
f. Dari penelitian terakhir, disangka bahwa IUD juga mencegah
spermatozoa membuahi sel telur(mencegah fertilisasi).
g. Untuk IUD yang mengandung Cu :
1) Antagonism kationic yang spesifik terhadap Zn yang terdapat
dalam enzim carbonic anhydrase yaitu salah satu enzim dari
traktus genetalia wanita, dimana Cu menghambat reaksi
carbonic anhydrase, sehingga tidak memungkinkan terjadinya
implantasi dan mungkin juga menghambat aktifitas alkali
phosphotase.
2) Mengganggu pengambilan estrogen endogenous oleh mucosa
uterus.
3) Mengganggu jumlah DNA dalam sel endometrium.
4) Mengganggu metabolisme glikogen.
h. Untuk IUD yang mengandung hormone progesterone :
1) Gangguan proses pematangan proliferasi sekretoir sehingga
timbul penekanan terhadap endometrium dan terganggunya
proses implantasi.
2) Lender servik yang menjadi lebih kental atau tebal karena
pengaruh progestin.
3. Menurut Prawirohardjo (2006), mekanisme kerja IUD adalah:
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi
b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
c. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu
walaupun AKDR membuat sperma sulit ke dalam alat reproduksi
perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.
d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur ke dalam uterus.
5. Keuntungan AKDR
Menurut Prawirohardjo (2006), adapun keuntungan dari penggunaan
alat kontrasepsi AKDR yakni :
1. Sangat efektif. 0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun
pertama (1 kegagalan dalam 125 - 170 kehamilan).
2. IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.
3. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak
perlu diganti).
4. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
5. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat.
6. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk
hamil.
7. Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A.
8. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
9. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila
terjadi infeksi).
10. Dapat digunakan sampai menapouse ( 1 tahun atau lebih setelah
haid terakhir).
11. Tidak ada interaksi dengan obat-obat.

6. Kelemahan dari penggunaan AKDR yaitu :


Menurut Prawirohardjo (2006), kerugian dari AKDR :
1. Efek samping yang umum terjadi, seperti : perubahan siklus haid
(umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3
bulan), haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar menstruasi,
saat haid lebih sakit.
2. Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari
setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau
diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding
uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar).
3. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
4. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering
berganti pasangan.
5. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS
memakai AKDR, PRP dapat memicu infertilitas.
6. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelviks diperlukan dalam
pemasangan AKDR. Sering kali perempuan takut pada saat
pemasangan.
7. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah
pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1 - 2 hari
8. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas
kesehatan terlatih yang harus melepas AKDR.
9. Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi
apabila AKDR dipasang segera setelah melahirkan)
10. Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke
waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya
kedalam vagina, sabagian perempuan tidak mau melakukan ini.
11. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR
untuk mencegah kehamilan normal.

7. Waktu Penggunaan IUD


Menurut Prawirohardjo (2007), penggunaan IUD sebaiknya dilakukan
pada saat :
1. Sewaktu haid sedang berlangsung.
2. Sewaktu postpartum
3. Sewaktu post abortus
4. Beberapa hari setelah haid terakhir
5. Ganti cara dari metode lain
6. Untuk kontrasepsi darurat.
8. Efek Samping, Komplikasi, Penyebab, dan Penanganan.
Efek samping sering di artikan sebagai reaksi yang tidak dikehendaki
yang terjadi karena pemakaian alat sedang komplikasi diartikan sebagai
akibat pemasangan. Untuk kepentingan penanganan maka keduanya
tidak perlu di bedakan. Efek samping, komplikasi yang terjadi antara lain
:
1. Gangguan Perdarahan
a. Gejala/keluhan
1) Perdarahan pervaginam berupa tetesan/bercak (spotting)
2) Perdarahan pervaginam di luar siklus haid (metroragia)
3) Perdarahan haid yang lebih lama atau lebih banyak dari pada
biasanya.
b. Penyebab
Penyebabnya diperkirakan karena kerja enzim plasmin yang
terkonsentrasi di jaringan selaput lendir rahim. Enzim ini bersifat
fibrinolitik (menghancurkan fibrin yang berguna untuk pembekuan
darah), faktor mekanik yaitu perlukaan permukaan endometrium
karena bersentuhan dengan AKDR.
c. Penanggulangan dan pengobatan
1) KIE
a) Jelaskan sebab terjadinya.
b) Jelaskan bahwa gejala atau keluhan tersebut dalam rangka
penyesuain diri, bersifat sementara dan individu. Biasanya
akan terjadi pada tiga bulan pertama pemakaian AKDR
dengan AKDR yang dililit tembaga biasanya tidak
menimbulkan perdarahan yang lama atau banyak.
c) Beri motifasi agar tetap memakai AKDR
2) Tindakan medis
a) Spooting (perdarahan bercak/menetes)
(1). Bila ringan atau tidak terlalu mengganggu tidak perlu
diberi obat.
(2). Bila cukup mengganggu, dapat diberikan : Pil KB
kombinasi 3 x 1 tablet per hari selama 7 hari.
b) Menoragia (perdarahan lebih banyak atau lebih lama dari
biasanya.
(1) Cukup diberi : sulfas ferosus 3 x 1 tablet per hari selama
5-7 hari.
(2) Bila gejala tidak terhenti dan bertambah berat (Hb
kurang dari 8 gr/dl) segera rujuk ke rumah sakit.
2. Infeksi
a. Gejala atau keluhan
1) Nyeri di daerah perut bawah
2) Keputihan yang berbau
3) Demam
4) Nyeri pada waktu bersetubuh
b. Penyebab
1) Peradangan bisa terjadi akibat pemasangan AKDR yang tidak
steril atau tidak sesuai dengan buku klinis pemasangan AKDR.
2) Peradangan bisa juga terjadi pada waktu pemasangan saja
atau setiap saat selama memakai AKDR.
c. Penanggulangan dan pengobatan
1) KIE
1) Jelaskan sebab terjadinya
2) Jelaskan bahwa hal ini dapat diatasi dengan pengobatan
dan kebersihan diri
2) Tindakan medis
1) Pengobatan dengan antibiotika spectrum luas, salah satu
dari :
(1) Tetrasiklin 4 x 500 mg per hari selama 1 minggu.
(2) Eritromicin 4 x 500 mg perhari selama 1 minggu
(3) Doksisiklin 2 x 100 mg per hari selama 1 minggu, atau
pilih salah satu dari :
(4) Penicillin injeksi 800.000 UI per hari selama 3-5 hari
(5) Teramycin injeksi 50 mg per hari selama 3-5 hari
(6) Garamycin injeksi 80 mg per hari selama 3-5 hari
2) Bila telah dilakukan pengobatan sebanyak 4 kali tidak
berhasil, rujuk ke Rumah Sakit atau dokter Spesialis
Kebidanan.

3. Keputihan
a. Gejala atau keluhan
Keluarnya cairan tidak berwarna, tidak berbau dan tidak gatal dari
vagina. Dapat timbul setelah pemasangan AKDR.
b. Penyebab
Reaksi endometrium karena adanya AKDR didalam kandung rahim
(sebagai benda asing), adanya infeksi yang terbawa pada waktu
pemasangan AKDR.
c. Penanggulangan atau pengobatan
1) KIE
a) Jelaskan sebab terjadinya
b) Adanya keputihan sedikit dan tidak berbau adalah gejala
biasa. Ini tidak berbahaya selama warnanya tidak menjadi
keruh atau kuning kehijauan dan tidak berbau dan akan
berkurang selama dalam tiga bulan pertama.
c) Menjaga kebersihan disekitar daerah kemaluan dengan
berganti celana dalam atau memakai pembalut khusus.
2) Tindakan medis
a) Lakukan pemeriksaan dalam.
b) Bila ada erosi portio, dapat di obati dengan albotil.
c) Singkirkan adanya infeksi saluran kandungan. Bila ada beri
pengobatan yang sesuai , bila keadaan ini tidak dapat
ditoleir oleh klien, anjurkan ganti cara kontrasepsi yang
lain.
4. Ekspulsi AKDR
a. Gejala atau keluhan
1) AKDR teraba atau terasa di dalam vagina (bisa di seluruh atau
hanya sebagian).
2) Dapat sewaktu-waktu, akan tetapi biasanya pada waktu haid
berikutnya setelah pemasangan.
3) Bisa juga terjadi secara spontan pada bulan pertama
pemasangan.
b. Penyebab
Penyebabnya yaitu karena ukuran AKDR terlalu kecil atau terlalu
besar, karena letak AKDR yang tidak sempurna di dalam rahim,
jenis bahan AKDR yang dipakai (bahan makin elastis sifatnya
makin besar kemungkinan terjadi ekspulsi).
c. Penanggulangan atau pengobatan
1) KIE
a) Jelaskan sebab terjadinya
b) Jelaskan bahwa hal ini dapat ditangani dan beri motifasi
untuk tetap memakai AKDR.
2) Tindakan medis
a) AKDR di keluarkan dan diganti dengan AKDR yang baru
yang sesuai dengan ukuran rahim dan melakukan cara
pemasangan yang baik (sesuai dengan buku klinis
pemasangan AKDR).
b) Bila AKDR terlalu kecil, ganti dengan yang lebih besar.
c) Bila AKDR terlalu besar ganti dengan yang lebih kecil.
5. Perforasi atau translokasi AKDR
a. Gejala atau keluhan
1) Bisa tanpa gejala
2) Pada pemeriksaan ginekologi : benang tidak ditemukan,
sewaktu dilakukan sondage, tidak ditemukan AKDR dalam
rahim.
3) Perforasi terjadi kira-kira 1 o/oo pemakai AKDR.
b. Penyebab
Penyebabnya karena tindakan yang tidak sesuai prosedur pada
waktu pemasangan AKDR, pada waktu pemasangan AKDR
mengalami kesulitan sehingga melakukan dengan paksaan, karena
memasukkan alat pendorong kedalam rongga rahim dengan arah
yang salah (tidak sesuai dengan posisi rahim, penggunaan AKDR
dengan teknik push in)
c. Penanggulangan atau pengobatan
1) KIE
a) Jelaskan sebab terjadinya.
b) Bila terjadi perforasi namun tidak ada keluhan, tidak perlu
segera dikeluarkan.
c) Bila AKDR tembaga atau bentuk AKDR tertutup yang
perforasi, sebaiknya segera di angkat atau dikeluarkan,
karena dapat menyebabkan perlekatan sampai ileus.
2) Tindakan medis.
a).Memastikan telah terjadi perforasi dengan sondage.
Observasi adanya tanda abdomen akut dan segera merujuk
ke Rumah Sakit untuk pemeriksaan dan pertolongan lebih
lanjut, pemeriksaan tersebut berupa :
1. Bila pada pemeriksaan dengan sondage tidak ditemukan
AKDR , maka dilakukan foto rontgen pelvis AP dan
lateral, kemudian dilanjutkan dengan HSG (Hysteron
Shalpingo Grafi), apabila bayangan AKDR tidak nampak
atau dengan memasang AKDR baru, kemudian dibuat
foto rontgen perut atau abdomen.
2. Mengangkat AKDR dengan cara laparatomi atau dengan
cara lain sesuai perkembangan teknologi.
6. Rasa mules atau nyeri perut bagian bawah
a. Gejala atau keluhan
Rasa mules di daerah perut. Sesudah pmasangan dapat timbul
rasa nyeri seperti mules, kadang dapat menjadi rasa nyeri atau
kram atau sakit pinggang terutama pada hari pertama sesudah
pemasangan.
b. Penyebab
Penyebabnya karena psikis, kemungkinan disebabkan letak AKDR
yang salah atau AKDR tidak sesuai dengan rongga rahim, AKDR
merangsang pembentukan prostaglandin pada waktu haid yang
menimbulkan rasa nyeri.
c. Pengobatan dan penanggulangan
1) KIE
1) Jelaskan sebab terjadinya.
2) Memotifasi agar tetap memakai AKDR.
3) Memastikan penyebab dengan menganjurkan pemeriksaan
dalam.
2) Tindakan medis
1) Bila diperlukan dapat diberikan analgetika (salah satu) :
(1) Asam mefenamat 3 x 250-500 mg per hari selam 3-5
hari.
(2) Antalgin 3 x 500 mg per hari selama 3-5 hari.
(3) Parasetamol 3 x 500 mg per hari selam 3-5 hari.
2) Kalau rasa nyerinya berat, sebaiknya diperiksa oleh dokter,
apakah AKDR masih ada di dalam rahim. Bila AKDR terlihat
sedikit, berarti sebagian sudah keluar, maka AKDR di
keluarkan dan ganti dengan AKDR yang baru.
7. Rasa nyeri pada alat kelamin suami
a. Gejala atau keluhan
Rasa nyeri pada ujung alat kelamin suami pada waktu senggama.
b. Penyebab
Penyebabnya karena benang AKDR terlalu panjang.
c. Penanganan dan pengobatan
1) KIE
Jelaskan sebab terjadinya.
Memotifasi agar tetap memakai AKDR
Untuk memastikan penyebabnya di anjurkan pemeriksaan
dalam.
2) Tindakan medis
Bila benangnya terlihat terlalu panjang bisa dilekukkan ke dalam
atau benangnya di potong sedikit dengan arah mendatar. (buku
pedoman efek samping, 2002)
8. Kejang
Penanganan :
Pastikan dan tegaskan adanya penyakit radang panggul dan penyebab
lain dari kekejangan. Tanggulangi penyebabnya jika ditemukan.
Apabila tidak di ketahui penyebabnya beri analgesic untuk sedikit
meringankan. Apabila klien mengalami kejang yang berat, lepaskan
AKDR dan bantu klien menentukan metode kontrasepsi yang lain.
(Prawirohardjo, 2006)
9. Benang yang hilang.
Pastikan adanya kehamilan atau tidak. Tanyakan apakah AKDR
terlepas. Apabila tidak hamil dan AKDR tidak terlepas, berikan
kondom. Periksa talinya dalam saluran endoservic dan kavum uteri
(apabila memungkinkan adanya peralatan dan tenaga terlatih) setelah
masa haid berikutnya. Apabila tidak ditemukan maka rujuklah ke
dokter, lakukan X-ray atau pemeriksaan ultrasound. Apabila tidak
hamil dan AKDR tidak ditemukan, pasanglah AKDR baru atau bantulah
klien menentukan metode yang lain. (Prawirohardjo, 2006)
9. Penapisan AKDR
1. apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu
2. apakah klien atau pasangan mempunyai pasangan seks lain.
3. Apakah pernah mengalami infeksi menular seksual.
4. Apakah pernah mengalami penyakit radang panggul atau kehamilan
ektopik.
5. Apakah pernah mengalami haid banyak (lebih dari 1-2 pembalut tiap
4 jam)
6. Apakah pernah mengalami haid lama (lebih dari 8 hari)
7. Apakah pernah mengalami disminorea berat yang membutuhkan
analgetika atau istirahat baring.
8. Apakah pernah mengalami perdarahan atau perdarahan bercak
antara haid dan setelah senggama.
9. Apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung valvular atau
congenital. (Prawirohardjo, 2006)

III. METODE PEMBELAJARAN


Metode Ceramah

IV. KEGIATAN PEMBELAJARAN


Langkah-langkah Pembelajaran Alokasi
Waktu

Pertemuan ke-1 A. Kegiatan Awal :


1) Peserta didik memperkenalkan diri secara bergantian di
10 menit
depan kelas dengan berani dan bersemangat
2) Peserta didik menyimak penjelasan guru tentang tujuan
pembelajaran dalam pertemuan ini.
3) Peserta didik diberi motivasi dengan pertanyaan yang
berhubungan dengan KB AKDR.

B. Kegiatan Inti :
70 menit
1) Peserta didik menyimak penjelasan tentang materi yang
disampaikan dan memberi contoh bagian dari materi.
2) Peserta didik mengulangi penjelasan yang diberikan
dosen.
3) Peserta didik menjawab pertanyaan tentang materi yang
disampaikan
C. Kegiatan Akhir :
Dosen memberikan pertanyaan kepada mahasiswa
sehubungan dengan materi yang telah disampaikan. 20 menit

V. ALAT/BAHAN/SUMBER BELAJAR :
Alat : LCD, laptop
Bahan : Ringkasan materi AKDR
Sumber : buku-buku tentang KB

VI. PENILAIAN
A. Kerjakan tentang materi AKDR.
Isi soal
No Ujaran
1 Apakah yang terjadi jika penggunaan AKDR melebihi jangka waktu
yang telah ditentukan?
2 Jelaskan bagaimana cara mengajarkan ibu untuk memeriksa benang
setelah dilakukan pemasangan alat kontrasepsi AKDR?
3 Mengapa pasien yang mempunyai pasangan seks lain tidak boleh
dipasang AKDR?

VII. KUNCI JAWABAN


1. Bila terlalu lama AKDR di dalam rahim melebihi jangka waktu yang
ditentukan dapat menyebabkan infeksi, batang AKDR dapat tertanam
di dalm rahim sehingga sulit dilepas dan menyebabkan nyeri perut
yang hebat.
2. Sebelum memeriksa benang, anjurkan ibu untuk mencuci tangan
terlebih dahulu, kemudian memeriksa benang dengan cara jongkok lalu
memasukkan jari telunjuk ke dalam vagina secara perlahan-lahan, bila
teraba benang artinya AKDR terpasang dengan benar, bila tidak teraba
benang kemungkinan terjadi ekspulsi.
3. Karena pasien yang mempunyai pasangan seks lain itu berpotensi
terkena penyakit IMS, dan kita ketahui dari kelemhan AKDR bahwa
pasien yang mempunyai penyakit IMS jeka dipasang AKDR dapat
menyebabkan terkena PRP (Penyakit Radang Panggul) yang akhirnya
dapat menyebabkan infertile
Pedoman Penilaian : Jumlah jawaban betul X 100 = Nilai
Jumlah soal

Kediri, 3 Mei 2012


Praktikan,

PRIYANTI

Mengetahui :

Penguji I Penguji II

Ressy Dwi Angga, S. Pd., M. Pd Endang Wartini, S. ST., S. Pd., M.Kes

Anda mungkin juga menyukai