Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 . Defenisi Gastroenteritis

Gastroenteritis adalah inflamasi mukosa lambung dan usus halus yang


disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit, tidak toleran terhadap makanan
tertentu atau mencerna toksin yang ditandai dengan mual, muntah, demam, nyeri
perut, hingga diare yang mengakibatkan gastroenteritis.3

Gastroenteritis (Diare) adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih
dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau
tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu. Pada bayi
yang minum ASI sering frekuensi buang air besarnya lebih dari 3 4 kali per
hari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi masih bersifat fisiologis atau
normal. Kadang kadang pada seorang anak buang air besar kurang dari 3 kali
perhari, tetapi konsistensinya cair, keadaan ini sudah dapat disebut diare.3

2.2. Epidemiologi

2.2.1. Distribusi Frekuensi

Distribusi Berdasarkan Orang

Gastroenteritis merupakan salah satu penyakit infeksi yang terjadi


diseluruh dunia. Gastroenteritis sering terjadi pada bayi yang berumur 0-12 bulan
atau dibawah satu tahun, Kejadian gastroenteritis pada laki-laki hampir sama
dengan perempuan. Gastroenteritis lebih sering terjadi pada anak-anak dan lansia
disebabkan daya tahan tubuh yang lemah dan mudah mengalami dehidrasi.1

Distribusi Berdasarkan Tempat

Gastroenteritis merupakan salah satu penyebab kematian bayi di daerah


tropis. Di negara yang sedang berkembang, kejadian gastroenteritis lebih tinggi
pada penduduk perkotaan yang padat dan kumuh. Sedangkan di negara maju
dengan tingkat pendidikan dan kesehatan tinggi, kejadian gastroenteritis jauh
lebih rendah.1

4
2.2.2. Determinan

Pejamu(host)
Beberapa faktor risiko pada pejamu (host) yang meningkatkan kerentanan
pejamu terhadap kuman penyebab gastroenteritis adalah sebagai berikut :

a. Tidak mendapat ASI sampai usia 2 tahun. ASI mengandung antibodi


yang dapat melindungi terhadap kuman penyebab gastroenteritis.
b. Malnutrisi dan BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah).Beratnya penyakit,
lamanya diare dan risiko kematian karena gastroenteritis meningkat
pada bayi yang mengalami gangguan gizi dan BBLR.
c. Imunodefisiensi (penurunan kekebalan tubuh).
d. Campak ; Gastroenteritis sering terjadi dan berakibat pada bayi atau
anakanak yang sedang menderita campak dalam 4 minggu terakhir.
Hal ini akibat penurunan kekebalan tubuh penderita.9

Lingkungan (Environment)

Gastroenteritis merupakan penyakit yang berbasis lingkungan.


Lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap terjadinya gastroenteritis.
Dua faktor yang dominan terhadap terjadinya gastroenteritis adalah sarana
air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi
dengan perilaku manusia yang tidak sehat. Adapun masalah lingkungan
hidup di Indonesia yang menjadi penyebab gastroenteritis antara lain :

1. Kurangnya penyediaan air minum yang bersih dan memenuhi syarat


kesehatan.
2. Kurangnya sarana pembuangan kotoran yang bersih dan sehat.
3. Keadaan rumah yang pada umumnya tidak sehat.
4. Higiene perorangan dan sanitasi makanan yang buruk.
5. Belum ditanganinya higiene dan sanitasi industri secara intensif.
6. Kurangnya usaha pengawasan dan pencegahan terhadap pencegahan
lingkungan.
7. Pembuangan limbah di daerah pemukiman yang kurang baik.9

5
2.3. Fisiologi Saluran Pencernaan

Fungsi utama sistem pencernaan adalah untuk menyediakan


makanan, air, dan elektrolit bagi tubuh dari nutrien yang dicerna sehingga
siap diabsorbsi. Penceraan berlangsung secara mekanik dan kimia, dan
meliputi proses-proses berikut :

1. Ingesti adalah masuknya makanan ke dalam mulut


2. Pemotongan dan Penggilingan makanan dilakukan secara
mekanik oleh gigi. Makanan kemudian bercampur dengan
saliva sebelum ditelan.
3. Peristaltis adalah gelombang kontraksi otot polos
involunter yang menggerakkan makanan tertelan melalui
saluran pencernaan.
4. Digesti adalah hidrolis kimia (penguraian) molekul besar
menjadi molekul kecil sehingga absorbsi dapat berlangung.
5. Absorbsi adalah pergerakan produk akhir pencernaan dari
lumen saluran pencernaan ke dalam sirkulasi darah dan
limfatik sehingga dapat digunakan oleh sel tubuh.
6. Egesti (defekasi) adalah proses eliminasi zat-zat sisa yang
tidak tercerna, juga bakteri, dalam bentuk feses dari
saluran pencernaan.5

2.4 Etiologi

2.4.1 Faktor infeksi

1. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan


penyebab utama timbulnya diare pada manusia adalah :
- infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya
- infeksi virus : Enteroovirus (virus ECHO, Coxsackie,
Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain
- infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongy-
loides), Protozoa (Entamoeba hystolytica, Giardia lamblia, Tri-
chonomas hominis), Jamur (Candida albicans).

6
2. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat
pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsiflofaringitis,
Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya, Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.

2.4.2. Faktor malabsorbsi

a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltose


dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan
galaktosa). Pada bayi dan anak yang tersering adalah intoleransi
laktosa.
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein

2.4.3. Faktor makanan

a. Makanan basi
b. Makanan beracun
c. Alergi terhadap makanan

2.4.4. Faktor psikologis

Rasa takut dan cemas. Walaupun jarang, dapat menimbulkan diare teru-
tama pada anak yang lebih besar. 4

2.5. Klasifikasi Gastroenteritis (Diare)

a. Diare Akut
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3
kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair
dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari
satu minggu.3
b. Diare Kronis
Diare kronis adalah diare yang berlangsung terus menerus lebih
dari 14 hari walaupun telah mendapat pengobatan, atau diare yang
bersifat berbulan-bulan.4

7
2.6. Patofisiologi

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah


sebagai berikut :

1. Ganguan absorbsi (osmotik)


Adanya bahan makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat,
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga
usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (missal oleh toksin) pada dinding
usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke
dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena
terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan Motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul
diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun mengakibatkan
bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare.3,4

2.7. Gejala Klinis

Mula mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh
biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian
timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai lendir atau darah. Warna
tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur
dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya
defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin
banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat
diabsorbsi usus selama diare.

8
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat
disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila penderita telah kehilangan
banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat
badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi
cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.4

Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi


dehidrasi ringan, sedang, dan berat, sedangkan berdasarkan tonisitas
plasma dapat dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik, dan hipertonik.
11

2.8. Diagnosis

2.8.1. Anamnesis

Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut :

1. Lama diare (sudah berapa jam/ hari)


2. Frekuensi (berapa kali sehari)
3. Volume (berapa banyak setiap defekasi)
4. Konsistensi tinja
5. Warna tinja
6. Bau tinja (amis,asam,busuk)
7. Ada/tidak lendir dan darah
8. Bila disertai muntah, volume dan frekuensinya
9. Kemcing (biasa/berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6-8 jam
terakhir)
10. Makanan dan minuman yang diberikan selama diare
11. Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai seperti : batuk, pilek,
otitis media, campak.
12. Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare (memberi oralit,
membawa berobat ke puskesmas atau ke rumah sakit dan obat-obatan
yang diberikan serta riwayat imunisasinya).3

2.8.2. Pemeriksaan fisik

9
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : Berat badan, Suhu tubuh,
Frekuensi denyut jantung dan pernapasan, Tekanan darah.

Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa


haus, dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya : ubun-
ubun besar cekung atau tidak, mata : cowong atau tidak, ada atau tidaknya
air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah.

Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik.


Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi.
Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat
menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.

Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara :


obyektif yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama
diare. Subyektif dengan menggunakan Skor Maurice King dan lain-lain.
Dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1. Penentuan derajat dehidrasi menurut Maurice King(3)

Bagian tubuh Nilai untuk gejala yang ditemukan


yang diperiksa 0 1 2
Keadaan umum Sehat Gelisah, Mengigau, koma
cengeng, atau syok
apatis, ngantuk
Kekenyalan Normal Sedikit kurang Sangat kurang
kulit
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Ubun-ubun Normal Sedikit cekung Sangat cekung
besar
Mulut Normal Kering Kering dan
sianosis
Denyut nadi/ Kuat < Sedang (120- Lemah > 140
mnt 120 140)
Catatan :

10
1. Untuk menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dicubit selama 30-60 detik,
kemudian dilepas.
Jika kulit kembali normal dalam waktu :
2-5 detik : turgor agak kurang (dehidrasi ringan)
5-10 detik : turgor kurang (dehidrasi sedang)
> 10 detik : dehidrasi berat
2. Berdasarkan skor yang ditemukan pada penderita, dapat ditentukan derajat
dehidrasinya :
Skor 0-2 = dehidrasi ringan
Skor 3-6 = dehidrasi sedang
Skor > 7 = dehidrasi berat. 1,3

Tabel 2.2 penentuan derajat dehidrasi menurut MMWR 2003

Simptom Minimal atau Dehidrasi ringan, Dehidrasi berat


tanpa sedang kehiangan kehilangan BB >9%
dehidrasi BB 3-9%
kehilangan bb
< 3%
Kesadaran Baik Normal,lelah,gelisah, Apathis,letargi,
irritable tidak sadar
Denyut Normal Normal-meningkat Takikardi,bradikardi
jantung a pada kasus berat
Kualitas Normal Normal-melemah Lemah,kecil,tidak
nadi teraba
Pernapasan Normal Normal-cepat Dalam
Mata Normal Sedikit cowong Sangat cowong
Air Mata Ada Berkurang Tidak ada
Mulut Basah Kering Sangat kering
Cubitan Segera Kembali <2 detik Kembali >2 detik
kulit kembali
Capillary Normal Memanjang Memanjang minimal
refill
Extremitas Hangat Dingin Dingin,sianotik
kencing Normal Berkurang Minimal

11
2.8.3 Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium lengkap pada gastroenteritis (diare)


pada umumnya tidak diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin
diperlukan misalnya penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-
sebab lain selain diare akut atau penderita dengan dehidrasi berat.

Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan :

1. Darah:
Pasien dengan diare berat, demam, nyeri abdomen, atau kehilangan
cairan harus diperiksa serum elektrolit terutama pada natrium,
kalium, kalsium, dan fosfor (terutama pada pasien penderita diare
disertai kejang), ureum, kreatinin, analisa gas darah dan pemeriksaan
darah lengkap.
Ureum dan kreatinin diperiksa untuk memeriksa adanya kekurangan
cairan dan mineral dalam tubuh. Analisa gas darah untuk mencari
adanya kelainan elektrolit gangguan fungsi ginjal.
2. Urin:
Urin lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika.
3. Tinja
Pemeriksaan makroskopik :
Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua penderita
dengan diare meskipun pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan.
Tinja yang encer dan tanpa mucus atau darah biasanya disebabkan
oleh enterotoksin virus, protozoa atau disebabkan oleh infeksi diluar
saluran gastrointestinal.
Pemeriksaan mikroskopik :

Pemeriksaan mikroskopik untuk mencari adanya lekosit dapat


memberikan informasi tentang penyebab diare, letak anatomis serta
adanya proses peradangan mukosa.

Ph dan kadar gula dalam tinja

Dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga terdapat


intoleransi gula.1,2,3,4

12
2.9 Komplikasi

Sebagai akibat kehilangan cairan, kelainan elektrolit, atau


pengobatan yang di berikan, terjadi berbagai komplikasi , antara lain :

1. Hipernatremia
Sering terjadi pada bayi baru lahir sampai umur 1 tahun (khususnya
bayi berumur <6 bulan). Biasanya terjadi pada diare yang disertai
muntah dengan intake cairan/makanan kurang, atau cairan yang
diminum mengandung terlalu banyak Na.
2. Hiponatremia
Dapat terjadi pada penderita diare yang minum cairan yang
sedikit/tidak mengandung Na. Penderita gizi buruk mempunyai
kecenderungan mengalami hiponatremia.
3. Demam
Demam sering terjadi pada infeksi shigella disentriae dan rotavirus.
Pada umumnya demam akan timbul jika penyebab diare menginvasi
sel epitel usus. Demam juga dapat terjadi karena dehidrasi. Demam
yang timbul akibat dehidrasi pada umumnya tidak tinggi dan akan
menurun setelah mendapat hidrasi yang cukup. Demam yang tinggi
mungkin diikuti kejang demam.
4. Edema/overhidrasi
Terjadi bila penderita mendapat cairan terlalu banyak.
5. Asidosis metabolik
Asidosis metabolik ditandai dengan bertambahnya asam atau
hilangnya basa cairan ekstraseluler. Sebagai kompensasi terjadi
alkalosis respiratorik, yang ditandai dengan pernafasan yang dalam
dan cepat (kussmaul).
6. Hipokalemia
Jika penggantian K selama dehidrasi tidak cukup, akan terjadi
kekurangan K yang ditandai dengan kelemahan pada tungkai, ileus,
kerusakan ginjal, dan aritmia jantung.
7. Ileus Paralitik

13
Komplikasi yang penting dan sering fatal, terutama terjadi pada anak
kecil sebagai akibat penggunaan obat antimotilitas.
8. Kejang
a. Hipoglikemia : terjadi kalau anak di puasakan terlalu lama.
b. Kejang demam
c. Hypernatremia dan hiponatremia
d. Penyakit pada susunan syaraf pusat, yang tidak ada hubungannya
dengan diare seperti meningitis, ensefalitis, atau epilepsi.
9. Malabsorbsi dan intoleransi laktosa
Pada penderita malabsorbsi atau intoleransi laktosa, pemberian susu
formula selama diare dapat menyebabkan volume tinja bertambah,
berat badan tidak bertambah atau gejala/tanda dehidrasi memburuk,
dalam tinja terdapat reduksi dalam jumlah yang cukup banyak.
10. Malabsorbsi glukosa
Jarang terjadi. Dapat terjadi pada penderita diare yang disebabkan
oleh
infeksi, atau penderita dengan gizi buruk.
11. Muntah
Muntah dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus atau gastritis
karena infeksi, ileus yang menyebabkan gangguan fungsi usus atau
mual yang berhubungan dengan infeksi sistemik. Muntah dapat juga
disebabkan karena pemberian cairan oral terlalu cepat.
12. Gagal ginjal akut
Mungkin terjadi pada penderita diare dengan dehidrasi berat dan syok.
Didiagnosis sebagai GGA bila pengeluaran urine belum terjadi dalam
waktu 12 jam setelah hidrasi cukup.1,9,10

2.10. Penatalaksanaan

2.10.1 Pemberian cairan


A. Pemberian cairan pada dehidrasi murni
1. Jenis cairan
a. Cairan rehidrasi oral (oral rehydration salts)

14
- Formula lengkap mengandung NaCI, NaHCO3, KCI dan
glukosa. Kadar natrium 90 mEq/l untuk kolera dan diare akut
pada anak di atas 6 bulan dengan dehidrasi ringan dan sedang
atau tanpa dehidrasi (untuk pencegahan dehidrasi).
Kadar natrium 50-60 mEq/l untuk diare akut non-kolera pada
anak dibawah 6 bulan dengan dehidrasi ringan, sedang atau
tanpa dehidrasi. Formula lengkap sering disebut oralit.
- Formula sederhana (tidak lengkap) hanya megandung NaCI
dan sukrosa atau karbohidrat lain, misalnya larutan gula
garam, laurtan air tajin garam, larutan tepung beras garam dan
sebagainya untuk pengobatan pertama di rumah pada semua
anak dengan diare akut baik sebelum ada dehidrasi maupun
setelah ada dehidrasi ringan.
b. Cairan parenteral
- DG aa (1 bagian larutan Darrow + 1 bagian glukosa 5%)
- RL g (1 bagian Ringer laktat + 1 bagian glukosa 5%)
- RL (Ringer Laktat)
- 3 @ (1 bagian NaCI 0,9% + 1 bagian glukosa 5% + 1 bagian
Na laktat 1/6 mol/l)
- DG 1 : 2 (1 bagian larutan Darrow + 2 bagian glukosa 5%)
- RLg 1: 3 (1 bagian Ringer laktat + 3 bagian glukosa 5-10%)
- Cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 5-10% + 1 bagian NaHCO3
11/2% atau 4 bagian glukosa 5-10% 1 bagian NaCI 0,9%)
2. Jalan pemberian cairan
a. Peroral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan
bila anak mau minum serta keadaan baik.
b. Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi,
tetapi anak tidak mau minum, atau kesadaran menurun.
c. Intravena untuk dehidrasi berat.
3. Jumlah cairan (lihat tabel 2.2, 2.3, 2.4)

Tabel 2.2 Jumlah cairan yang hilang menurut derajat dehidrasi pada
anak di bawah 2 tahun.4

15
Derajat dehidrasi PWL* NWL** CWL*** Jumlah
Ringan 50 100 25 175
Sedang 75 100 25 200
Berat 125 100 25 250

Tabel 2.3 Jumlah cairan yang hilang menurut derajat dehidrasi pada
anak berumur 2-5 tahun.4

Derajat dehidrasi PWL* NWL** CWL*** Jumlah


Ringan 30 80 25 135
Sedang 50 80 25 155
Berat 80 80 25 185

Tabel 2.4 Jumlah cairan yang hilang pada dehidrasi berat menurut
berat badan penderita dan umur.4

Berat badan Umur PWL* NWL** CWL*** Jumlah


0 - 3kg 0 - 1 bln 150 125 25 300
3 - 10kg 1 bln -2 125 100 25 250
thn
10 - 15kg 2 - 5 thn 100 80 25 205
15 - 25kg 5 - 10 thn 80 65 25 170

Keterangan : * PWL = Previous Water Loss (ml/kgbb)

** NWL = Normal Water Losses (ml/kgbb)

*** CWL = Concomitant Water Losses (ml/kgbb)

4. Jadwal (kecepatan) pemberian cairan


a. Belum ada dehidrasi
- Oral sebanyak anak mau (ad libitum) atau 1 gelas setiap kali
buang air besar.
- Parenteral dibagi rata dalam 24 jam

16
b. Dehidrasi ringan
- 1 jam pertama : 25-50 ml/kgbb peroral atau intragastrik
- Selanjutnya : 125 ml/kgbb/hari atau ad libitum
c. Dehidrasi sedang
- 1 jam pertama : 50-100 ml/kgbb peroral atau intragastrik
- Selanjutnya : 125 ml/kgbb/hari atau ad libitum
d. Dehidrasi berat
- Untuk anak 1 bulan 2 tahun dengan berat badan 3 10 kg
1 jam pertama : 40 ml/kgbb/jam atau
= 10 tetes/kgbb/menit (dengan infus beruku-
ran 1 ml = 15 tetes) atau
= 13 tetes/kgbb/menit (dengan infus beruku-
ran 1 ml = 20 tetes)
7 jam kemudian : 12 ml/kgbb/jam atau
= 3 tetes/kgbb/menit (dengan infus beruku-
ran 1 ml = 15 tetes) atau
= 4 tetes/kgbb/menit (dengan infus beruku-
ran 1 ml = 20 tetes)
16 jam berikut : 125 ml/kgbb oralit peroral atau intragastrik.
Bila anak tidak mau minum, teruskan DG
aa
intravena 2 tetes/kgbb/menit(1 ml = 15
tetes)
atau 3 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
- Untuk anak lebih dari 2 - 5 tahun dengan berat badan 10 15
kg.
1 jam pertama : 30 ml/kgbb/jam atau
= 8 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes) atau
= 10 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
7 jam kemudian : 10 ml/kgbb/jam atau
= 3 tetes/kgbb/menit (1ml = 15 tetes) atau
= 4 tetes/kgbb/menit (1ml = 20 tetes)
16 jam berikut : 125 ml/kgbb oralit peroral atau intragastrik.

17
Bila anak tidak mau minum, teruskan DG
aa
intravena 2 tetes/kgbb/menit(1 ml = 15
tetes)
atau 3 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
- Untuk anak lebih dari 5 10 tahun dengan berat badan 15 25
kg.
1 jam pertama : 20 ml/kgbb/jam atau
= 5 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes) atau
= 7 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
7 jam kemudian : 10 ml/kgbb/jam atau
= 21/2 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes)
atau
= 3 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
16 jam berikut : 105 ml/kgbb oralit peroral atau bila anak
tidak mau minum, dapat diberikan DG aa
intravena 1 tetes/kgbb/menit(1 ml = 15
tetes)
atau 11/2 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
- Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan berat badan 2 3 kg.
Kebutuhan cairan = 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250
ml/kgbb/24 jam.
Jenis cairan = Cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 5%) + bagian
NaHCO3 11/2%).
4 jam pertama : 25 ml/kgbb/jam atau
= 6 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes) atau
= 8 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
20 jam berikut : 150 ml/kgbb/20 jam atau
= 2 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes) atau
= 21/2 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
- Untuk bayi berat badan lahir rendah, dengan berat badan
kuranh dari 2 kg.
Kebutuhan cairan = 250 ml/kgbb/24 jam

18
Jenis cairan = Cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 5% + bagian
NaHCO3 11/2%)
4 jam pertama : 25 ml/kgbb/jam atau
= 6 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes) atau
= 8 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
20 jam berikut : 150 ml/kgbb/20 jam atau
= 2 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes) atau
= 21/2 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
B. Pemberian cairan pada malnutrisi energi protein dengan diare
dehidrasi berat
1. Malnutrisi energi protein ringan, sedang dan berat tipe marasmus
dengan diare dehidrasi berat.
Jenis cairan : DG aa
Jumlah cairan = PWL + NWL + CWL (dalil Darrow)
Misal untuk anak 1 bulan 2 tahun dengan berat badan 3 10kg
jumlah cairan 250 ml/kgbb/24 jam (lihat tabel 2.4)
4 jam pertama : 60 ml/kgbb/4 jam atau 15 ml/kgbb/jam atau
= 4 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes) atau
= 5 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
20 jam berikut : 190 ml/kgbb/20 jam 10ml/kgbb/jam atau
= 21/2 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes)
atau
= 3 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
2. Malnutrisi energy protein berat tipe marasmik-kwashiorkor dan
tipe kwashiorkor dengan diare dehidrasi berat.
Jenis cairan = DG aa
Jumlah cairan = 4/5 (PWL + NWL + CWL)
Misal untuk anak 1 bulan 2 tahun dengan berat badan 3 10kg
jumlah cairan 4/5 x 250 ml = 200 ml/kgbb/24 jam.
4 jam pertama : 60 ml/kgbb/4 jam atau 15 ml/kgbb/jam atau
= 4 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes) atau
= 5 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
20 jam berikut : 150 ml/kgbb/20 jam atau 7 ml/kgbb/jam
atau
19
= 1 3/4 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes)
atau
= 2 1/4tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
C. Pemberian cairan pada diare dehidrasi berat dengan bronkopneumonia
tanpa disertai kelainan jantung.
Jenis cairan = DG aa
Jumlah cairan = PWL + NWL + CWL
Misal untuk anak 1 bulan 2 tahun dengan berat badan 3 10 kg,
jumlah cairan 250 ml/kgbb/24 jam
4 jam pertama : 60 ml/kgbb/4 jam atau 15 ml/kgbb/jam atau
= 4 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes) atau
= 5 tetets/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
20 jam berikut : 190 ml/kgbb/20 jam 10 ml/kgbb/jam atau
= 2 1/2 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes)
atau
= 3 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
D. Pemberian cairan pada diare dehidrasi berat dengan malnutrisi energi
protein ringan, sedang, berat tipe marasmus disertai bronkopneumonia
tanpa kelainan jantung
Jenis cairan = DG aa
Jumlah cairan dan kecepatan pemberian sama seperti diare dehidrasi
berat dengan bronkopneumonia.
E. Pemberian cairan pada diare dehidrasi berat dengan malnutrisi energy
protein berat tipe marasmik-kwashiorkor dan tipe kwashiorkor yang di
sertai bronkopneumonia, tanpa kelainan jantung.
Jenis cairan = DG aa
Jumlah cairan dan kecepatan pemberian sama seperti pada malnutrisi
energy protein berat tipe marasmik-kwashiorkor dan tipe kwashiorkor
dengan diare dehidrasi berat.
F. Pemberian cairan pada diare dehidrasi berat dengan kelainan jantung
bawaan (Congenital Heart Disease, disingkat CHD)
1. CHD dengan right to the left shunt, disertai diare dehidrasi berat
Jenis cairan = DG aa
Jumlah cairan = PWL + NWL + CWL
20
Misal untuk anak 1 bulan 2 tahun dengan berat badan 3 10 kg,
jumlah cairan 250ml/kgbb/24 jam.
4 jam pertama : 60 ml/kgbb/4 jam atau 15 ml/kgbb/jam atau
= 4 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes) atau
= 5 tetes/kgbb/meneit (1 ml = 20 tetes)
20 jam berikut : 190 ml/kgbb/20 jam atau 10 ml/kgbb/jam
atau
= 2 1/2 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes)
atau
3 tetes/kgbb/menit (1ml = 20 tetes)
2. CHD dengan left to the right shunt, disertai diare dehidrasi berat
Jenis cairan = DG aa
Jumlah cairan = 4/5 (PWL + NWL + CWL)
Misal untuk anak 1 bulan 2 tahun dengan berat badan 3 10 kg,
jumlah cairan 4/5 x 250 ml = 200 ml/kgbb/24 jam.
4 jam pertama : 4/5 x 60 ml/kgbb/4 jam atau 12 ml/kgbb/jam
atau
= 3 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes) atau
= 4 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
20 jam berikut : 152 ml/kgbb/20 jam atau 7 ml/kgbb/jam
atau
= 13/4 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes)
= 21/4 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
3. CHD dengan gagal
Jenis cairan = DG aa
Jumlah cairan dan kecepatan pemberian sama seperti pada CHD
dengan left to the right shunt yang disertai diare dehidrasi berat.
G. Pemberian cairan pada diare dehidrasi berat yang disertai kejang
Jenis cairan = DG aa (yang saat ini digunakan di Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI/RSCM), tetapi ada juga ahli yang,
menganjurkan pemberian cairan yang, mengandung natrium lebih
rendah, yaitu DG 1 : 2.
Jumlah cairan = PWL + NWL + CWL

21
Misal untuk anak 1 bulan 2 tahun dengan berat badan 3 10 kg,
jumlah cairan 250 ml/kgbb/24 jam.
4 jam pertama : 60 ml/kgbb/4 jam atau 15 ml/kgbb/jam atau
= 4 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes) atau
= 5 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
20 jam berikutnya : 190 ml/kgbb/20 jam atau 10 ml/kgbb/jam
atau
= 21/2 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes)
atau
3 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
H. Pemberian cairan pada dehidrasi karena masukan (intake) kurang
1. Tanpa asidosis
Jenis cairan : Cairan 3 : 1 (3 bagian Glukosa 5 10% + 1
bagian NaCI 0,9%) + KCI 20 mEq/l
Jumlah cairan : tegantung dari derajat dehidrasinya.
Kecepatan : dibagi rata selama 24 jam
2. Dengan asidosis
Jenis cairan : DG aa
Jumlah cairan : tergantung derajat dehidrasinya.
Kecepatan : dibagi rata selama 24 jam

2.10.2 Pengobatan dietetik

1. Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan


berat badan kurang dari 7 kg.
Jenis makanan :
- Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa
rendah dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron)
- Makanan setengah padat (bubur susu) atau makanan padat
(nasi tim) bila anak tidak mau minum susu karena dirumah
sudah biasa diberi makanan padat.
- Susu khusus yaitu susu yang tidak mengandung laktosa atau
susu dengan asam lemak berantai sedang/tidak jenuh, sesuai
dengan kelainan yang ditemukan.

22
Caranya :
Hari 1 : Setelah rehidrasi segera diberikan makanan peroral.
Bila diberi ASI atau susu formula, diare masih
sering , hendaknya diberikan tambahan oralit atau
air tawar
selang-seling dengan ASI, misalnya : 2x ASI/susu
formula rendah laktosa, 1 x oralit/air tawar atau 1 x
ASI/susu formula rendah laktosa, 1 x oralit/air.
Hari 2-4 : ASI/susu formula rendah laktosa, penuh.
Hari 5 : Dipulangkan dengan ASI/susu formula sesuai de-
ngan kelainan yang ditemukan (dari hasil pemeri-
ksaan laboratorium).
Bila tidak ada kelainan, dapat diberikan susu biasa
seperti SGM, Lactogen, Dancow dan sebagainya
dengan menu makanan sesuai dengan umur dan
berat badan bayi.
2. Untuk anak di atas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 kg.
Jenis makanan :
- Maknan padat atau makanan cair/susu sesuai dengan kebiasaan
makannya dirumah.
Caranya :
Hari 1 : Setelah rehidrasi segera diberikan mmakanan sep-
erti buah (pisang), biscuit dan Breda (bubur realim-
entasi daging ayam) dan ASI diteruskan (bila masih
ada) di tambah oralit.
Hari 2 : Breda, buah, biskuit, ASI
Hari 3 : Nasi tim, buah, biskuit dan ASI
Hari 4 : Makan biasa dengan ekstra kalori (11/2 x
kebutuhan)
Hari 5 : Dipulangkan dengan nasehat makanan seperti hari

2.10.3 Obat-obatan

Prinsip pengobatan diare ialah menggantikan cairan yang hilang


melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang

23
menganduung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin,
tepung beras dan sebagainya).

1. Obat anti sekresi


a. Asetosal
Dosis : 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30 mg
b. Klorpromazin
Dosis : 0,5 1 mg/kgbb/hari
2. Obat anti spasmolitik
Pada umumnya obat anti spasmolitik seperti papaverine,
ekstrak beladona, opium, loperamid, dan sebagainya tidak
diperlukan untuk mengatasi diare akut.
3. Obat pengeras tinja
Obat pengeras tinja seperti kaolin, pectin, charcoal, tabonal
dan sebagainya tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare.
4. Antibiotika
Pada umumnya antibiotika tidak diperlukan untuk mengatasi
diare akut, kecuali bila penyebabnya jelas seperti :
- Kolera, diberikan tetrasiklin 25 50 mg/kgbb/hari
- Campylobacter, diberikan eritromisin 40 50 mg/kgbb/hari
Antibiotika lain dapat pula diberikan bila terdapat penyakiit
penyerta seperti misalnya :
- Infeksi ringan (OMA, faringitis), diberikan penisilin prokain
50.000 U/kgbb/hari
- Infeksi sedang (Bronkitis), diberikan penisilin prokain atau
ampisilin 50 mg/kgbb/hari
- Infeksi berat (missal Bronkopneumonia), diberikan penisilin
prokain dengan kloramfenikol 75 mg/kgbb/hari atau ampisilin
75 100 mg/kgbb/hari ditambah gentamisin 6 mg/kgbb/hari
atau derivat sefalosforin 30 50 mg/kgbb/hari.4
5. Zinc diberikan selama 10 hari berturut- turut
Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat
mengembalikan nafsu makan anak.3

2.11 Pencegahan

24
Upaya pencegahan gastroenteritis dapat dilakukan dengan cara :

1. Pemberian ASI yang benar


Bayi harus disusui secara penuh sampai mereka bermur 4 6 bulan.
Selama 6 bulan kedua dari kehidupannya, pemberian ASI harus
diteruskan sambil ditambah dengan makanan lain.
Asi mempunyai khasiat preventif secara immunologik dengan adanya
antibody dari zat zat yang dikandungnya. ASI turut memberikan
perlindungan terhadap diare. Pada bayi baru lahir, pemberian ASI
secara penuh mempunyai daya lindung 4 x lebih besar terhadap diare
daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol.
2. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI.
Pemberian makanan pendamping ASI diberikan pada bayi secara
bertahap. Pada masa tersebut merupakan masa yang berbahaya
meningkatkan terjadinya diare ataupun penyakit lain yang
menyebabkan kematian. Cara pemberian makanan yang baik :
- Pemberian makanan lunak ketika anak berumur 4 6 bulan
tetapi teruskan pemberian ASI. Berikan makanan lebih sering
(4x sehari) setelah anak berumur 1 tahun. Berikan semua
makanan yang dimasak dengan baik, 4 6 x sehari, teruskan
pemberian ASI bila mungkin.
- Tambahkan minyak, lemak, dan gula kedalam nasi/bubur dan
biji-bijian untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur,
ikan, daging, kacang kacangan, buah-buahan dan sayur-
sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya.
- Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi
anak. Suapi anak dengan sendok yang bersih.
- Masak atau rebus makanan dengan benar, simpan sisanya pada
tempat yang dingin dan panaskan dengan benar sebelum
diberikan kepada anak.
3. Menggunakan air bersih yang cukup
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui
jalan oro-fekal. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke

25
dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya
air minum, jari-jari tangan, dan makanan.
Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu
dengan menggunakan air bersih dan melindungi air tersebut dari
kontaminsasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.
Yang harus diperhatikan keluarga :
- Ambil air dari sumber yang bersih
- Ambil dan simpan air kedalam tempat yang bersih dan tertutup
serta gunakan gayung khusus untuk mengambil air.
- Pelihara atau jaga sumber air dari pencemaran oleh kotoran
binatang
- Gunakan air yang direbus
- Cuci semua peralatan masak dan minnum dengan air yang
bersih dan cukup
4. Mencuci tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang
penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan.
Mencuci tangn dengan sabun, terutama sesudah buang air besar,
sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan,
sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan.
5. Penggunaan jamban yang bersih dan higenis oleh seluruh anggota
keluarga. 3,12

26
27

Anda mungkin juga menyukai