Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
Gastroenteritis (Diare) adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih
dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau
tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu. Pada bayi
yang minum ASI sering frekuensi buang air besarnya lebih dari 3 4 kali per
hari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi masih bersifat fisiologis atau
normal. Kadang kadang pada seorang anak buang air besar kurang dari 3 kali
perhari, tetapi konsistensinya cair, keadaan ini sudah dapat disebut diare.3
2.2. Epidemiologi
4
2.2.2. Determinan
Pejamu(host)
Beberapa faktor risiko pada pejamu (host) yang meningkatkan kerentanan
pejamu terhadap kuman penyebab gastroenteritis adalah sebagai berikut :
Lingkungan (Environment)
5
2.3. Fisiologi Saluran Pencernaan
2.4 Etiologi
6
2. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat
pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsiflofaringitis,
Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya, Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
a. Makanan basi
b. Makanan beracun
c. Alergi terhadap makanan
Rasa takut dan cemas. Walaupun jarang, dapat menimbulkan diare teru-
tama pada anak yang lebih besar. 4
a. Diare Akut
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3
kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair
dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari
satu minggu.3
b. Diare Kronis
Diare kronis adalah diare yang berlangsung terus menerus lebih
dari 14 hari walaupun telah mendapat pengobatan, atau diare yang
bersifat berbulan-bulan.4
7
2.6. Patofisiologi
Mula mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh
biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian
timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai lendir atau darah. Warna
tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur
dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya
defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin
banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat
diabsorbsi usus selama diare.
8
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat
disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila penderita telah kehilangan
banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat
badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi
cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.4
2.8. Diagnosis
2.8.1. Anamnesis
9
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : Berat badan, Suhu tubuh,
Frekuensi denyut jantung dan pernapasan, Tekanan darah.
10
1. Untuk menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dicubit selama 30-60 detik,
kemudian dilepas.
Jika kulit kembali normal dalam waktu :
2-5 detik : turgor agak kurang (dehidrasi ringan)
5-10 detik : turgor kurang (dehidrasi sedang)
> 10 detik : dehidrasi berat
2. Berdasarkan skor yang ditemukan pada penderita, dapat ditentukan derajat
dehidrasinya :
Skor 0-2 = dehidrasi ringan
Skor 3-6 = dehidrasi sedang
Skor > 7 = dehidrasi berat. 1,3
11
2.8.3 Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah:
Pasien dengan diare berat, demam, nyeri abdomen, atau kehilangan
cairan harus diperiksa serum elektrolit terutama pada natrium,
kalium, kalsium, dan fosfor (terutama pada pasien penderita diare
disertai kejang), ureum, kreatinin, analisa gas darah dan pemeriksaan
darah lengkap.
Ureum dan kreatinin diperiksa untuk memeriksa adanya kekurangan
cairan dan mineral dalam tubuh. Analisa gas darah untuk mencari
adanya kelainan elektrolit gangguan fungsi ginjal.
2. Urin:
Urin lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika.
3. Tinja
Pemeriksaan makroskopik :
Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua penderita
dengan diare meskipun pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan.
Tinja yang encer dan tanpa mucus atau darah biasanya disebabkan
oleh enterotoksin virus, protozoa atau disebabkan oleh infeksi diluar
saluran gastrointestinal.
Pemeriksaan mikroskopik :
12
2.9 Komplikasi
1. Hipernatremia
Sering terjadi pada bayi baru lahir sampai umur 1 tahun (khususnya
bayi berumur <6 bulan). Biasanya terjadi pada diare yang disertai
muntah dengan intake cairan/makanan kurang, atau cairan yang
diminum mengandung terlalu banyak Na.
2. Hiponatremia
Dapat terjadi pada penderita diare yang minum cairan yang
sedikit/tidak mengandung Na. Penderita gizi buruk mempunyai
kecenderungan mengalami hiponatremia.
3. Demam
Demam sering terjadi pada infeksi shigella disentriae dan rotavirus.
Pada umumnya demam akan timbul jika penyebab diare menginvasi
sel epitel usus. Demam juga dapat terjadi karena dehidrasi. Demam
yang timbul akibat dehidrasi pada umumnya tidak tinggi dan akan
menurun setelah mendapat hidrasi yang cukup. Demam yang tinggi
mungkin diikuti kejang demam.
4. Edema/overhidrasi
Terjadi bila penderita mendapat cairan terlalu banyak.
5. Asidosis metabolik
Asidosis metabolik ditandai dengan bertambahnya asam atau
hilangnya basa cairan ekstraseluler. Sebagai kompensasi terjadi
alkalosis respiratorik, yang ditandai dengan pernafasan yang dalam
dan cepat (kussmaul).
6. Hipokalemia
Jika penggantian K selama dehidrasi tidak cukup, akan terjadi
kekurangan K yang ditandai dengan kelemahan pada tungkai, ileus,
kerusakan ginjal, dan aritmia jantung.
7. Ileus Paralitik
13
Komplikasi yang penting dan sering fatal, terutama terjadi pada anak
kecil sebagai akibat penggunaan obat antimotilitas.
8. Kejang
a. Hipoglikemia : terjadi kalau anak di puasakan terlalu lama.
b. Kejang demam
c. Hypernatremia dan hiponatremia
d. Penyakit pada susunan syaraf pusat, yang tidak ada hubungannya
dengan diare seperti meningitis, ensefalitis, atau epilepsi.
9. Malabsorbsi dan intoleransi laktosa
Pada penderita malabsorbsi atau intoleransi laktosa, pemberian susu
formula selama diare dapat menyebabkan volume tinja bertambah,
berat badan tidak bertambah atau gejala/tanda dehidrasi memburuk,
dalam tinja terdapat reduksi dalam jumlah yang cukup banyak.
10. Malabsorbsi glukosa
Jarang terjadi. Dapat terjadi pada penderita diare yang disebabkan
oleh
infeksi, atau penderita dengan gizi buruk.
11. Muntah
Muntah dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus atau gastritis
karena infeksi, ileus yang menyebabkan gangguan fungsi usus atau
mual yang berhubungan dengan infeksi sistemik. Muntah dapat juga
disebabkan karena pemberian cairan oral terlalu cepat.
12. Gagal ginjal akut
Mungkin terjadi pada penderita diare dengan dehidrasi berat dan syok.
Didiagnosis sebagai GGA bila pengeluaran urine belum terjadi dalam
waktu 12 jam setelah hidrasi cukup.1,9,10
2.10. Penatalaksanaan
14
- Formula lengkap mengandung NaCI, NaHCO3, KCI dan
glukosa. Kadar natrium 90 mEq/l untuk kolera dan diare akut
pada anak di atas 6 bulan dengan dehidrasi ringan dan sedang
atau tanpa dehidrasi (untuk pencegahan dehidrasi).
Kadar natrium 50-60 mEq/l untuk diare akut non-kolera pada
anak dibawah 6 bulan dengan dehidrasi ringan, sedang atau
tanpa dehidrasi. Formula lengkap sering disebut oralit.
- Formula sederhana (tidak lengkap) hanya megandung NaCI
dan sukrosa atau karbohidrat lain, misalnya larutan gula
garam, laurtan air tajin garam, larutan tepung beras garam dan
sebagainya untuk pengobatan pertama di rumah pada semua
anak dengan diare akut baik sebelum ada dehidrasi maupun
setelah ada dehidrasi ringan.
b. Cairan parenteral
- DG aa (1 bagian larutan Darrow + 1 bagian glukosa 5%)
- RL g (1 bagian Ringer laktat + 1 bagian glukosa 5%)
- RL (Ringer Laktat)
- 3 @ (1 bagian NaCI 0,9% + 1 bagian glukosa 5% + 1 bagian
Na laktat 1/6 mol/l)
- DG 1 : 2 (1 bagian larutan Darrow + 2 bagian glukosa 5%)
- RLg 1: 3 (1 bagian Ringer laktat + 3 bagian glukosa 5-10%)
- Cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 5-10% + 1 bagian NaHCO3
11/2% atau 4 bagian glukosa 5-10% 1 bagian NaCI 0,9%)
2. Jalan pemberian cairan
a. Peroral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan
bila anak mau minum serta keadaan baik.
b. Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi,
tetapi anak tidak mau minum, atau kesadaran menurun.
c. Intravena untuk dehidrasi berat.
3. Jumlah cairan (lihat tabel 2.2, 2.3, 2.4)
Tabel 2.2 Jumlah cairan yang hilang menurut derajat dehidrasi pada
anak di bawah 2 tahun.4
15
Derajat dehidrasi PWL* NWL** CWL*** Jumlah
Ringan 50 100 25 175
Sedang 75 100 25 200
Berat 125 100 25 250
Tabel 2.3 Jumlah cairan yang hilang menurut derajat dehidrasi pada
anak berumur 2-5 tahun.4
Tabel 2.4 Jumlah cairan yang hilang pada dehidrasi berat menurut
berat badan penderita dan umur.4
16
b. Dehidrasi ringan
- 1 jam pertama : 25-50 ml/kgbb peroral atau intragastrik
- Selanjutnya : 125 ml/kgbb/hari atau ad libitum
c. Dehidrasi sedang
- 1 jam pertama : 50-100 ml/kgbb peroral atau intragastrik
- Selanjutnya : 125 ml/kgbb/hari atau ad libitum
d. Dehidrasi berat
- Untuk anak 1 bulan 2 tahun dengan berat badan 3 10 kg
1 jam pertama : 40 ml/kgbb/jam atau
= 10 tetes/kgbb/menit (dengan infus beruku-
ran 1 ml = 15 tetes) atau
= 13 tetes/kgbb/menit (dengan infus beruku-
ran 1 ml = 20 tetes)
7 jam kemudian : 12 ml/kgbb/jam atau
= 3 tetes/kgbb/menit (dengan infus beruku-
ran 1 ml = 15 tetes) atau
= 4 tetes/kgbb/menit (dengan infus beruku-
ran 1 ml = 20 tetes)
16 jam berikut : 125 ml/kgbb oralit peroral atau intragastrik.
Bila anak tidak mau minum, teruskan DG
aa
intravena 2 tetes/kgbb/menit(1 ml = 15
tetes)
atau 3 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
- Untuk anak lebih dari 2 - 5 tahun dengan berat badan 10 15
kg.
1 jam pertama : 30 ml/kgbb/jam atau
= 8 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes) atau
= 10 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
7 jam kemudian : 10 ml/kgbb/jam atau
= 3 tetes/kgbb/menit (1ml = 15 tetes) atau
= 4 tetes/kgbb/menit (1ml = 20 tetes)
16 jam berikut : 125 ml/kgbb oralit peroral atau intragastrik.
17
Bila anak tidak mau minum, teruskan DG
aa
intravena 2 tetes/kgbb/menit(1 ml = 15
tetes)
atau 3 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
- Untuk anak lebih dari 5 10 tahun dengan berat badan 15 25
kg.
1 jam pertama : 20 ml/kgbb/jam atau
= 5 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes) atau
= 7 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
7 jam kemudian : 10 ml/kgbb/jam atau
= 21/2 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes)
atau
= 3 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
16 jam berikut : 105 ml/kgbb oralit peroral atau bila anak
tidak mau minum, dapat diberikan DG aa
intravena 1 tetes/kgbb/menit(1 ml = 15
tetes)
atau 11/2 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
- Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan berat badan 2 3 kg.
Kebutuhan cairan = 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250
ml/kgbb/24 jam.
Jenis cairan = Cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 5%) + bagian
NaHCO3 11/2%).
4 jam pertama : 25 ml/kgbb/jam atau
= 6 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes) atau
= 8 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
20 jam berikut : 150 ml/kgbb/20 jam atau
= 2 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes) atau
= 21/2 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
- Untuk bayi berat badan lahir rendah, dengan berat badan
kuranh dari 2 kg.
Kebutuhan cairan = 250 ml/kgbb/24 jam
18
Jenis cairan = Cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 5% + bagian
NaHCO3 11/2%)
4 jam pertama : 25 ml/kgbb/jam atau
= 6 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes) atau
= 8 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
20 jam berikut : 150 ml/kgbb/20 jam atau
= 2 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes) atau
= 21/2 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
B. Pemberian cairan pada malnutrisi energi protein dengan diare
dehidrasi berat
1. Malnutrisi energi protein ringan, sedang dan berat tipe marasmus
dengan diare dehidrasi berat.
Jenis cairan : DG aa
Jumlah cairan = PWL + NWL + CWL (dalil Darrow)
Misal untuk anak 1 bulan 2 tahun dengan berat badan 3 10kg
jumlah cairan 250 ml/kgbb/24 jam (lihat tabel 2.4)
4 jam pertama : 60 ml/kgbb/4 jam atau 15 ml/kgbb/jam atau
= 4 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes) atau
= 5 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
20 jam berikut : 190 ml/kgbb/20 jam 10ml/kgbb/jam atau
= 21/2 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes)
atau
= 3 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
2. Malnutrisi energy protein berat tipe marasmik-kwashiorkor dan
tipe kwashiorkor dengan diare dehidrasi berat.
Jenis cairan = DG aa
Jumlah cairan = 4/5 (PWL + NWL + CWL)
Misal untuk anak 1 bulan 2 tahun dengan berat badan 3 10kg
jumlah cairan 4/5 x 250 ml = 200 ml/kgbb/24 jam.
4 jam pertama : 60 ml/kgbb/4 jam atau 15 ml/kgbb/jam atau
= 4 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes) atau
= 5 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
20 jam berikut : 150 ml/kgbb/20 jam atau 7 ml/kgbb/jam
atau
19
= 1 3/4 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes)
atau
= 2 1/4tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
C. Pemberian cairan pada diare dehidrasi berat dengan bronkopneumonia
tanpa disertai kelainan jantung.
Jenis cairan = DG aa
Jumlah cairan = PWL + NWL + CWL
Misal untuk anak 1 bulan 2 tahun dengan berat badan 3 10 kg,
jumlah cairan 250 ml/kgbb/24 jam
4 jam pertama : 60 ml/kgbb/4 jam atau 15 ml/kgbb/jam atau
= 4 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes) atau
= 5 tetets/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
20 jam berikut : 190 ml/kgbb/20 jam 10 ml/kgbb/jam atau
= 2 1/2 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes)
atau
= 3 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
D. Pemberian cairan pada diare dehidrasi berat dengan malnutrisi energi
protein ringan, sedang, berat tipe marasmus disertai bronkopneumonia
tanpa kelainan jantung
Jenis cairan = DG aa
Jumlah cairan dan kecepatan pemberian sama seperti diare dehidrasi
berat dengan bronkopneumonia.
E. Pemberian cairan pada diare dehidrasi berat dengan malnutrisi energy
protein berat tipe marasmik-kwashiorkor dan tipe kwashiorkor yang di
sertai bronkopneumonia, tanpa kelainan jantung.
Jenis cairan = DG aa
Jumlah cairan dan kecepatan pemberian sama seperti pada malnutrisi
energy protein berat tipe marasmik-kwashiorkor dan tipe kwashiorkor
dengan diare dehidrasi berat.
F. Pemberian cairan pada diare dehidrasi berat dengan kelainan jantung
bawaan (Congenital Heart Disease, disingkat CHD)
1. CHD dengan right to the left shunt, disertai diare dehidrasi berat
Jenis cairan = DG aa
Jumlah cairan = PWL + NWL + CWL
20
Misal untuk anak 1 bulan 2 tahun dengan berat badan 3 10 kg,
jumlah cairan 250ml/kgbb/24 jam.
4 jam pertama : 60 ml/kgbb/4 jam atau 15 ml/kgbb/jam atau
= 4 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes) atau
= 5 tetes/kgbb/meneit (1 ml = 20 tetes)
20 jam berikut : 190 ml/kgbb/20 jam atau 10 ml/kgbb/jam
atau
= 2 1/2 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes)
atau
3 tetes/kgbb/menit (1ml = 20 tetes)
2. CHD dengan left to the right shunt, disertai diare dehidrasi berat
Jenis cairan = DG aa
Jumlah cairan = 4/5 (PWL + NWL + CWL)
Misal untuk anak 1 bulan 2 tahun dengan berat badan 3 10 kg,
jumlah cairan 4/5 x 250 ml = 200 ml/kgbb/24 jam.
4 jam pertama : 4/5 x 60 ml/kgbb/4 jam atau 12 ml/kgbb/jam
atau
= 3 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes) atau
= 4 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
20 jam berikut : 152 ml/kgbb/20 jam atau 7 ml/kgbb/jam
atau
= 13/4 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes)
= 21/4 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
3. CHD dengan gagal
Jenis cairan = DG aa
Jumlah cairan dan kecepatan pemberian sama seperti pada CHD
dengan left to the right shunt yang disertai diare dehidrasi berat.
G. Pemberian cairan pada diare dehidrasi berat yang disertai kejang
Jenis cairan = DG aa (yang saat ini digunakan di Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI/RSCM), tetapi ada juga ahli yang,
menganjurkan pemberian cairan yang, mengandung natrium lebih
rendah, yaitu DG 1 : 2.
Jumlah cairan = PWL + NWL + CWL
21
Misal untuk anak 1 bulan 2 tahun dengan berat badan 3 10 kg,
jumlah cairan 250 ml/kgbb/24 jam.
4 jam pertama : 60 ml/kgbb/4 jam atau 15 ml/kgbb/jam atau
= 4 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes) atau
= 5 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
20 jam berikutnya : 190 ml/kgbb/20 jam atau 10 ml/kgbb/jam
atau
= 21/2 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes)
atau
3 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
H. Pemberian cairan pada dehidrasi karena masukan (intake) kurang
1. Tanpa asidosis
Jenis cairan : Cairan 3 : 1 (3 bagian Glukosa 5 10% + 1
bagian NaCI 0,9%) + KCI 20 mEq/l
Jumlah cairan : tegantung dari derajat dehidrasinya.
Kecepatan : dibagi rata selama 24 jam
2. Dengan asidosis
Jenis cairan : DG aa
Jumlah cairan : tergantung derajat dehidrasinya.
Kecepatan : dibagi rata selama 24 jam
22
Caranya :
Hari 1 : Setelah rehidrasi segera diberikan makanan peroral.
Bila diberi ASI atau susu formula, diare masih
sering , hendaknya diberikan tambahan oralit atau
air tawar
selang-seling dengan ASI, misalnya : 2x ASI/susu
formula rendah laktosa, 1 x oralit/air tawar atau 1 x
ASI/susu formula rendah laktosa, 1 x oralit/air.
Hari 2-4 : ASI/susu formula rendah laktosa, penuh.
Hari 5 : Dipulangkan dengan ASI/susu formula sesuai de-
ngan kelainan yang ditemukan (dari hasil pemeri-
ksaan laboratorium).
Bila tidak ada kelainan, dapat diberikan susu biasa
seperti SGM, Lactogen, Dancow dan sebagainya
dengan menu makanan sesuai dengan umur dan
berat badan bayi.
2. Untuk anak di atas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 kg.
Jenis makanan :
- Maknan padat atau makanan cair/susu sesuai dengan kebiasaan
makannya dirumah.
Caranya :
Hari 1 : Setelah rehidrasi segera diberikan mmakanan sep-
erti buah (pisang), biscuit dan Breda (bubur realim-
entasi daging ayam) dan ASI diteruskan (bila masih
ada) di tambah oralit.
Hari 2 : Breda, buah, biskuit, ASI
Hari 3 : Nasi tim, buah, biskuit dan ASI
Hari 4 : Makan biasa dengan ekstra kalori (11/2 x
kebutuhan)
Hari 5 : Dipulangkan dengan nasehat makanan seperti hari
2.10.3 Obat-obatan
23
menganduung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin,
tepung beras dan sebagainya).
2.11 Pencegahan
24
Upaya pencegahan gastroenteritis dapat dilakukan dengan cara :
25
dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya
air minum, jari-jari tangan, dan makanan.
Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu
dengan menggunakan air bersih dan melindungi air tersebut dari
kontaminsasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.
Yang harus diperhatikan keluarga :
- Ambil air dari sumber yang bersih
- Ambil dan simpan air kedalam tempat yang bersih dan tertutup
serta gunakan gayung khusus untuk mengambil air.
- Pelihara atau jaga sumber air dari pencemaran oleh kotoran
binatang
- Gunakan air yang direbus
- Cuci semua peralatan masak dan minnum dengan air yang
bersih dan cukup
4. Mencuci tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang
penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan.
Mencuci tangn dengan sabun, terutama sesudah buang air besar,
sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan,
sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan.
5. Penggunaan jamban yang bersih dan higenis oleh seluruh anggota
keluarga. 3,12
26
27