Kelompok : 1 (satu)
Nama : Khurinin (1112095000006)
Asisten : Alfan Farhan Rijaludin
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Situ Kuru merupakan danau yang terletak di jalan Pesanggrahan, Kelurahan Cempaka
Putih RT 03/03, Tangerang Selatan. Tepatnya Situ Kuru ini terletak bersebelahan dengan
kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Situ Kuru merupakan suatu ekosistem air yang
telah banyak mengalami banyak perubahan terutama akibat dari berbagai aktivitas manusia
yang terdapat disekitar ekosistem air ini. Luas danau Situ Kuru ini semula mencapai sekitar
lima hektar, namun kini telah menyusut hingga 7.500 meter persegi saja (Uinjkt, 2008).
Permasalahan yang dialami ekosistem Situ Kuru selain penurunan luas permuaan danau
adalah penurunan kualitas air akibat dari berbagai limbah yang dibuang ke dalam danau
sehingga menimbulkan pencemaran, terutama limbah rumah tangga.
Plankton adalah organisme yang melayang-layang di dalam air dengan kemampuan
pergerakan yang pasif (Sugiyanti, 2008). Klasifikasi plankton berdasarkan cara perolehan
makanan terbagi menjadi fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton adalah kelompok
plankton yang mampu berfotosintesis karena memiliki klorofil, sedangkan zooplankton
merupakan kelompok plankton fauna yang bersifat heterotrofik (Astuti, 2009). Pada
ekosistem perairan, plankton merupakan komponen penting karena berperan sebagai
produsen primer dalam jaringan makanan. Di samping itu, kelimpahan plankton dapat
dijadikan indikator mengenai kualitas dan tingkat kesuburan suatu perairan (Wetzel, 1979).
Keberadaan plankton seperti kelimpahan dan keanekaragamannya di perairan Situ Kuru
dapat djadikan sebagai indikator biologis kualitas dari perairan di Situ Kuru ini. akan tetapi
keberadaan ini juga dipengaruh oleh berbagai faktor fisika maupun kimia lingkungan
perairannya oleh karenanya dilakukan praktikum mengenai keanekaragaman plankton serta
hubungannya dengan faktor fisika-kimia lingkungan di Situ Kuru.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mempelajari teknik pengambilan data faktor fisika, kimia dan biologi perairan danau.
2. Mempelajari teknik sampling, identifikasi dan perhitungan kelimpahan plankton.
3. Mempelajari berbagai indeks keanekaragaman jenis untuk menilai keanekaragaman
plankton dan mempelajari hubungan antara faktor lingkungan dengan kelimpahan dan
keanekaragaman plankton.
4. Menentukan tingkat pencemaran danau menggunakan komunitas plankton sebagai
bioindikator
BAB II
TINJAUAN PUSTKA
Keterangan :
K : Kelimpahan plankton (sel/ml)
N : Jumlah plankton/stasiun
P : Faktor pengenceran (jika tidak diencerkan, P = 1)
2500 : Luas pandang
= ( ) ( )
=
Keterangan :
H : Nilai keanekaragaman
s : Jumlah spesies
ni : Jumlah individu jenis ke-i
N : Jumlah individu semua jenis
Semakin besar nilai H menunjukkan semakin tinggi keanekaragaman jenis. Besarnya
nilai keanekaragaman jenis Shannon menurut Krebs (1989) dalam Fardila, et al (2012)
didefinisikan sebagai berikut :
H > 3 : menunjukkan keanekaragaman jenis yang tinggi pada suatu kawasan.
1 H 3 : menunjukkan keanekaragaman jenis yang sedang pada suatu kawasan.
H < 1 : menunjukkan keanekaragaman jenis yang rendah pada suatu kawasan.
Indeks kemerataan mengukur sebaran ndividu tiap jenis salam satu komunitas (Krebs,
1989 dalam Fardila et al, 2012). Jika jumlah ndividu seluruh jenis hampir sama maka nilai
indeks kemerataan akan tinggi. Sebaliknya, indeks kemerataan yang rendah menunjukkan
adanya dominansi suatu jenis. Indeks kemerataan (E) berdasarkan indeks Shannon-Wienner
yaitu :
=
Keterangan :
E : Nilai kemerataan suatu jenis
S : Jumlah seluruh jenis
Lokasi H E
Kelimpahan plankton tertinggi terdapat di stasiun 4 dan 5 yaitu di daerah tengah dari
badan perairan Situ Kuru, dengan nilai kelimpahan plankton pada stasiun 4 mencapai
1960000 sel/ml dan 1365000 sel/ml pada stasiun 5. Kelimpahan plankton terendah yaitu pada
stasiun 3 yaitu di daerah outlet perairan Situ Kuru dengan jumlah kelimpahan plankton 27500
sel/ml, sedangkan pada stasiun 1 dan 2 (daerah inlet Situ Kuru) kelimpahan planktonnya juga
tergolong rendah yaitu 70000 sel/ml pada stasiun 1 dan 62500 sel/ml pada stasiun 2.
2500000
2000000
Kelimpahan (sel/ml)
1500000
500000
0
1 2 3 4 5
Stasiun
Suhu pada setiap stasiun pengamatan berbeda-beda, pada stasiun 1 dan 2 suhu airnya
yaitu 310 C, sedangkan pada stasiun 3 dan 4 290 C, dan suhu air 300 C pada stasiun 5.
Menurut Apridayanti (2009), dari semua faktor fisika dan kimia yang memiliki peranan
paling penting bagi produktivitas fitoplankton adalah faktor cahaya dan nutrien/ unsur hara.
Hal ini disebabkan fotosintesis hanya dapat berlangsung pada kedalaman air yang masih
dapat ditembus cahaya matahari. Unsur hara/nutrien juga hanya dapat dimanfaatkan pada
kedalaman yang masih dapat ditembus oleh cahaya matahari. Besar-kecilnya intensitas
cahaya matahari yang masuk ke perairan ini akan mempengaruhi suhu suatu perairan tersebut
(Effendi, 2003).
Suhu berperan dalam ekologi dan distribusi plankton baik fitoplankton maupun
zooplankton karena perubahan suhu dalam badan air akan menimbulkan arus secara vertikal.
(Subarijanti, 1994). Menurut Odum (1993), Walaupun variasi suhu dalam air tidak sebesar di
udara, hal ini merupakan faktor pembatas utama karena organisme akuatik sering kali
mempunyai toleransi yang sempit (stenotermal). Menurut Haslan (1995) dalam Effendi
(2003), kisaran suhu optimal bagi pertumbuhan fitoplankton adalah 20 C 30 C. hal ini
sesuai dengan data hasil pengamatan dimana kelimpahan plankton tertinggi yaitu pada suhu
perairan 29-30 C (tabel. 5).
pH air di Situ Kuru yang didapat dari hasil pengukuran juga bervariasi pada setiap
stasiun. Padastasiun dengan kelimpahan plankton tertinggi (stasiun 4 dan 5), pH airnya paling
tinggi dibandingkan stasiun lainnya, artinya pH pada stasiun lain lebih asam dari stasiun 4
dan 5. Barus (2004) menyatakan bahwa fluktuasi pH sangat dipengaruhi oleh proses
respirasi. Semakin banyak karbondioksida yang dihasilkan dari proses respirasi, maka pH
akan semakin rendah. Namun sebaliknya jika aktivitas fotosintesis semakin tinggi maka
akan menyebabkan pH semakin tinggi. Derajat keasaman perairan tawar berkisar dari 5 -
10.
pH yang sangat rendah akan menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam
yang bersifat toksik semakin tinggi yang tentunya akan mengancam kelangsungan hidup
organisme akuatik Barus (2004) , oleh karenanya kelimpahan plankton paling tinggi pada
stasiun 4 dan 5 saja, karena pH pada stasiun lain sangat rendah (2-3). pH yang sangat
rendah pada Situ Kuru ini juga mempengaruhi keanekaragaman plankton di Situ Kuru ,
sehingga keanekaragamannya tergolong sedang karena pH-nya kurang optimal bagi
kelangsungan hidup plankton.
Kecerahan di perairan Situ Kuru berkisar antara 0.1-0.5 yaitu tergolong rendah.
Secara vertikal kecerahan ini akan mempengaruhi intensitas cahaya yang akan
memperngaruhi proses fotosintesis fitoplankton sebagai produsen utama di ekosistem
perairan. Dalam distribusi fitoplankton, faktor cahaya sangat penting karena intensitas cahaya
sangat diperlukan dalam proses fotosintesis (Arfiati,1992).
Kekeruhan air di Situ Kuru tergolong tinggi yaitu berkisar antara 78-99 NTU.
Kekeruhan yang tinggi dapat menganggu proses respirasi organisme perairan karena akan
menutupi insang ikan. Kekeruhan juga menghalangi penetrasi cahaya matahari ke dalam
air sehingga secara tidak langsung mengganggu proses fotosintesis fitoplankton.
Kekeruhan yang tampak di perairan dapat berasal dari bahan-bahan tersuspensi seperti :
lumpur, pasir, bahan organik dan anorganik, plankton dan organisme mikroskopik lainnya
(asmara, 2008).
Kadar oksigen Terlarut/Dissolved Oxygen (DO) di Situ Kuru berdasarkan hasil
pengukuran yaitu berkisar antara 8-9 mg/L. Menrut Effendi (2003), oksigen merupakan
faktor penting bagi kehidupan makro dan mikro organisme perairan karena diperlukan untuk
proses pernafasan. Sumber oksigen terlarut di perairan dapat berasal dari difusi oksigen yang
terdapat di atmosfer (sekitar 35%) dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan
fitoplankton. Fluktuasi harian oksigen dapat mempengaruhi parameter kimia yang lain,
terutama pada saat kondisi tanpa oksigen, yang dapat mengakibatkan perubahan sifat
kelarutan beberapa unsur kimia di perairan.
Berdasarkan nilai kelimpahan jenis plankton yang didapat pada setiap stasiun,
maka dapat diketahui nilai keanekaragaman dan kemerataan jenis plankton di Situ Kuru.
berdasarkan Tabel 4. nilai keanekaragaman jenis plankton di Situ Kuru tergolong sedang,
hal ini karena nilai H berada pada kisaran 1 < H < 3 yakni sebesar 1.773 (Krebs, 1989
dalam Fardila et al, 2012). Sedangkan nilai kemerataan jenis planktonnya sebesar 0.544. nilai
ini mendekati nilai o (nol), menurut Krebs (1989) dalam Fardila, et a (2012) nilai kemerataan
yang mendekati 0 (nol) menunjukkan adanya dominansi suatu jenis plankton di Situ Kuru ini.
jenis yang mendominasi berdasarkan data yang didapat (lampiran) di Situ Kuru ini yaitu jenis
Planktoniella dengan jumlah individu tertinggi yaitu 466 individu.
Derajat pencemaran di Situ Kuru berdasarkan nilai keanekaragaman yang diperoleh
yaitu tergolong tercemar rendah. Hal ini karena nilai keanekaragaman berkisar antara 1.6-2.0.
Maka hal ini dapat membuktikan bahwa perairan di Situ Kuru ini memang sudah mengalami
penurunan kualitas yangdisebabkan oleh pembuangan berbagai limbah baik limbah yang
berasal dari rumah tangga atau pabrik.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini yaitu :
1. Kelimpahan plankton tertinggi terdapat pada stasiun 5 (1.365.000 sel/ml) dan
kelimpahan plankton terendah terdapat pada stasiun 1 (7.000 sel/ml).
2. Nilai keanekaragaman jenis plankton Situ Kuru adalah 1.7732423 sedangkan
kelimpahannya sebesar 0.54425714
3. Berdasarkan nilai keanekaragaman jenis plankton, klasifikasi perairan Situ Kuru
termasuk dalam kategori sedang (1,61 2,40) dan derajat pencemaran Situ Kuru
termasuk dalam kategori tercemar ringan (1,6-2,0).
5.2 Saran
Saran kami yaitu dengan menurunnya kualitas air Situ Kuru ini diharapkan adanya
suatu gerakan untuk memulihkan kembali kualitas air di Situ Kuru, mengingat Situ Kuru ini
sebagai salah satu sumber air di jalan Pesanggrahan, kelurahan Cempaka Putih.
DAFTAR PUSTAKA
Dokumentasi