Anda di halaman 1dari 9

EVALUASI PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAJAK RESTORAN SEBAGAI UPAYA

OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK RESTORAN


KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT

Ichwan Albi
Imam Suyadi
Sri Sulasmiyati

(PS Perpajakan, Jurusan Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya)
Email: 125030400111003@mail.ub.ac.id

ABSTRACT
Regional tax is one of the sources of local revenue used in regional development. Restaurant tax is one of the types of
regional tax. In the context of optimization revenue from tax restaurant, the efforts is do tax auditon restaurant
business. The tax audit aimed to know and optimize the revenue from tax restaurant in West Jakarta Administration
City. This research aims to evaluate the implementation of tax restaurant audit which do by Suku Dinas Pelayanan
Pajak West jakarta Administration City and know the impact from the audit of tax restaurant revenue. The results of
this research shows that the procedure tax audit of tax restaurant has been done according to the standar precedure.
The impact from tax audit of tax restaurant shows that the level of revenue from tax audit is very small if seen from
specified target.

Keywords: Tax Audit, Tax Restaurant, Tax Revenue

ABSTRAK
Pajak daerah merupakan salah satu sumber penerimaan daerah yang digunakan dalam pembangunan
daerah. Pajak restoran merupakan salah satu jenis dari pajak daerah. Dalam rangka optimalisasi
penerimaan pajak restoran di Kota Administrasi Jakarta Barat, upaya yang dilakukan adalah dengan
melakukan pemeriksaan pajak atas usaha restoran. Pemeriksaan pajak restoran bertujuan untuk
mengetahui dan mengoptimalkan penerimaan dari pajak restoran di Kota Administrasi Jakarta Barat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan pemeriksaan pajak restoran yang dilakukan oleh
Kantor Suku Dinas Pelayanan Pajak Kota Administrasi Jakara Barat dan mengetahui dampak dari
pemeriksaan tersebut terhadap penerimaan pajak restoran. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
pelaksanaan pemeriksaan pajak restoran telah dilakukan sesuai standar prosedur. Dampak dari
pemeriksaan pajak restoran menunjukan bahwa tingkat penerimaan dari hasil pemeriksaan pajak restoran
sangat kecil jika dilihat dari target yang ditetapkan.
Kata Kunci: Pemeriksaan Pajak, Pajak Restoran, Penerimaan Pajak

PENDAHULUAN tahunnya mengalami peningkatan. Peningkatan


Pajak daerah merupakan salah satu tersebut dihasilkan akibat adanya pertumbuhan
komponen penerimaan yang digunakan untuk usaha restoran yang cukup pesat di wilayah Kota
membiayai keperluan daerah. Salah satu jenis Administrasi Jakarta Barat. Berikut ini disajikan
pajak yang termasuk dalam pajak daerah adalah target dan realisasi penerimaan pajak restoran di
pajak restoran. Pajak restoran merupakan pajak Kota Administrasi Jakarta Barat pada tahun 2011
yang dipungut pemerintah daerah atas usaha 2015:
yang bergerak dibidang jasa boga, baik Tabel 1. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak
dikonsumsi ditempat usaha berada atau di Restoran Kota Administrasi Jakarta Barat
(Dalam Milyaran Rupiah)
tempat lain. Pajak restoran dikelola oleh Keterangan
%
pemerintah daerah sebagai sumber penerimaan Target Realisasi
Realisasi
daerah. pemerintah daerah diberikan kuasa oleh Tahun
2011 55.615 25.931 46,62%
pemerintah pusat untuk mengelola potensi
2012 137.625 138.562 100,68%
daerah yang dapat dijadikan penerimaan dari
2013 224.220 230.535 102,81%
sektor pajak daerah, termasuk pengelolaan pajak 2014 352.921 202.991 86,31%
restoran didalamnya. 2015 353.973 330.991 93,31%
Penerimaan dari pajak restoran di Sumber: Seksi Pendataan dan Pemeriksaan Suku Dinas
Pelayanan Pajak Kota Admnistrasi Jakarta Barat, 2016.
wilayah Kota Administrasi Jakarta Barat setiap

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 11 No. 1 2016| 1


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
Tabel 1 terlihat bahwa realisasi TINJAUAN TEORI
penerimaan pajak dari tahun 2011 2015 Definisi Pajak
fluktuatif. Pada tahun 2012 dan 2013 terlihat Pajak merupakan peralihan kekayaan
bahwa realisasi penerimaan melebihi target. dari pihak rakyat kepada kas negara untuk
Pada tahun 2011, 2014, dan 2015 didapatkan membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya
bahwa penerimaan tidak mencapai target yang digunakan untuk public saving yang merupakan
ditetapkan. Peningkatan target penerimaan dari sumber utama untuk membiayai public
pajak restoran didasari oleh adanya investment (Resmi, 2012:1). Makna dari peralihan
pertumbuhan jumlah Wajib Pajak Restoran di kekayaan dapat diartikan sebagai kontribusi dari
Kota Administrasi Jakarta Barat. Setiap tahunnya rakyat kepada negara dalam upaya mendukung
terdapat pertumbuhan Wajib Pajak Restoran adanya pembangunan.
yang mendaftarkan diri ke Kantor Suku Dinas Pajak juga diartikan sebgai iuran atau
Pelayanan Pajak Kota Administrasi Jakarta Barat. prestasi dari masyarakat kepada pemerintah
Berikut adalah jumlah Wajib Pajak Aktif yang bersifat memaksa dan dengan tidak ada
Restoran di Kota Administrasi Jakarta Barat dari kontrapestasi yang jelas dengan tujuan untuk
Tahun 2011 2015: membiayai pengeluaran pemerintah
1500 (Simanjuntak dan Mukhlis, 2012:12).
Tahun 2011 Fungsi Pajak
1000 Pajak yang diberikan masyarakat
Tahun 2012
memiliki peranan yang sangat penting dalam
Tahun 2013
500 rangka menunjang pelaksanaan pembangunan.
Tahun 2014 Siti Resmi menyebutkan bahwa fungsi dari pajak
0 Tahun 2015 tersebut dibagi menjadi 2 yaitu sebagai fungsi
Wajib Pajak Restoran budgetair (sumber keuangan negara) dan fungsi
Gambar 1. Jumlah Wajib Pajak Aktif Restoran Kota regularend (pengatur) (Resmi, 2012:3).
Administrasi Jakarta Barat Jenis Pajak
Sumber: Seksi Pendataan dan Pemeriksaan Suku Dinas Pajak yang dipungut pemerintah dapat
Pelayanan Pajak Kota Admnistrasi Jakarta Barat, 2016.
diklasifikasikan menjadi beberapa jenis.
Berdasarkan gambar diatas Klasifikasi jenis pajak disesuaikan berdasarkan
menjelaskan tentang adanya peningkatan Wajib tujuan dari pengenaan pajak tersebut. Menurut
Pajak Restoran di Kota Administrasi Jakarta lembaga yang memungutnya, pajak dibagi
Barat. Seiring dengan adanya peningkatan menjadi 2 (dua) jenis yaitu pajak pusat dan pajak
jumlah Wajib Pajak Restoran namun penerimaan daerah (Mardiasmo, 2011:5)
yang ditetapkan tidak mencapai target. Tidak Asas Pemungutan Pajak
tercapainya target tersebut diindikasikan karena Dalam pelaksanaan pemungutan pajak
adanya penyimpangan yang dilakukan oleh yang dilakukan pemerintah ada indikator yang
Wajib Pajak Restoran dalam melakukan kegiatan dijadikan dalam asas pemungutannya. Smith
perpajakannya. Upaya yang dilakukan oleh Suku membagi asas pemungutan menjadi 4 yaitu asas
Dinas Pelayanan Pajak Kota Administrasi Jakarta kesamaan dan keadilan (equality and equity), asas
Barat adalah dengan melakukan pemeriksaan kepastian hukum (certainty), asas tepat waktu
atas Wajib Pajak Restoran yang terindikasi (convenience), dan asas ekonomi atau efisiensi
melakukan penyimpangan dalam melakukan (efficiency) (Simanjuntak dan Mukhlis, 2012:24).
kewajiban perpajakannya. Pemeriksaan ini Sistem Pemungutan Pajak
bertujuan untuk mendapatakan penerimaan Pemungutan pajak di Indonesia
pajak restoran yang optimal. mengenal 3 (tiga) jenis sistem pemungutan, yaitu
Pelaksanaan pemeriksaan pajak Official Assessment System, Self Assessment System,
restoran di Kota Administrasi Jakarrta Barat dan Witholding Assessment System (Waluyo,
menggunakan dasar hukum dan standar 2011:17). Saat ini pemerintah lebih mendorong
prosedur yaitu Keputusan Gubernur Provinsi masyarakat untuk melakukan pemungutan pajak
DKI Jakarta No. 30 Tahun 2003 tentang dengan Self Assessment System agar masyarakat
Ketentuan Pemeriksaan Di Bidang Pajak Daerah. dapat membayarkan dan melaporkan pajaknya
Pelaksanaan pemeriksaan pajak merupakan dengan tujuan meningkatnya kesadaran dan
upaya yang dilaksanakan dalam rangka kepatuhan dari Wajib Pajak.
mendapatkan penerimaan pajak yang belum
dibayarkan oleh Wajib Pajak Restoran. Pajak Daerah

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 11 No. 1 2016| 2


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
Pajak daerah merupakan pajak yang restoran, pajak penerangan jalan, pajak mineral
dipungut oleh pemerintah daerah dalam rangka bukan logam dan batuan, pajak parkir, pajak air
menunjang pembangunan daerah dan tanah, pajak sarang burung walet, pajak bumi
membiayai pengeluran daerah. Siahaan dan bangunan pedesaan dan perkotaan, dan bea
mengartikan pajak daerah sebagai pajak yang perolehan hak atas tanah dan bangunan
ditetapkan pemerintah daerah dengan Peraturan (BPHTB).
Daerah (Perda), yang wewenang Pajak Restoran
pemungutannya dilakukan oleh pemerintah Restoran adalah fasilitias penyedia
daerah dan hasilnya digunakan untuk makanan dan/atau minuman dengan dipungut
membiayai pengeluaran pemerintah daerah bayaran, yang mencakup juga rumah makan,
dalam melaksanakan penyelenggaraan kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya
pemerintah dan pembangunan di daerah yang termasuk jasa boga/katering (Akbar,
(Memah, 2013:875). 2015:38). Pajak restoran merupakan pajak yang
Prinsip dan Kriteria Pajak Daerah dikenakan atas pembelian dari makanan dan
Pajak daerah memiliki prinsip dan minuman ditempat yang dikenakan pajak
kriteria dalam pemungutannya. Prinsip dan restoran. Siahaan menyebutkan subjek pajak
kriteria tersebut menurut Davey digolongkan pada pajak restoran adalah rang pribadi dan/atau
menjadi 4 (empat), yaitu kecukupan dan badan yang membeli makanan dan/atau
elastisitas, pemerataan, kemampuan minuman dari restoran (Memah, 2013:876).
administratif, dan kesepakatan politik (Fuad, et Berdasarkan Peraturan Daerah
al., 2010:266). Keempat prinsip dan kriteria pajak Provinsi DKI Jakarta Nomor 11 Tahun 2011,
daerah tersebut adalah dasar dari pemungutan usaha restoran yang dikenakan pajak restoran
pajak daerah. Pemungutan pajak daerah harus adalah usaha yang memiliki omzet Rp.
memberikan manfaat, keadilan, serta kepastian 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) per tahun.
hukum. Penerimaan Pajak
Ciri-Ciri Pajak Daerah Suparmoko mendefinisikan tentang
Berdasarkan prinsip dan kriteria pajak penerimaan pajak sebagai penghasilan yang
daerah, pajak daerah memiliki ciri-ciri tertentu diterima pemerintah yang bersumber dari pajak
dalam pemungutannya. Fuad, et al., (2010: 267) rakyat (Karima, 2014:3). Ada beberapa faktor
mengklasifikasikan ciri-ciri pajak daerah yaitu yang mempengaruhi penerimaan pajak.
a. Pajak daerah secara ekonomis dapat dipungut Surantono menyebutkan faktor-faktor yang
Penerimaan pajak daerah hendaknya mempengaruhi penerimaan pajak antara lain
harus lebih besar dibandingkan dengan biaya kesadaran hukum membayar pajak, besarnya
yang dikeluarkan dalam memungut pajak jumlah uang, disiplin kerja petugas pemungut
daerah. pajak, dan pengawasan dalam penerimaan pajak
b. Penerimaan pajak harus relatif stabil (Azman dan Lena, 2013:164).
Pemungutan pajak daerah tidak Undang-Undang No. 33 Tahun 2004
berfluktuasi terlalu besar, artinya tidak terjadi menyebutkan komponen sumber penerimaan
peningkatan pajak yang terlalu besar dan daerah terdiri atas pendapatan asli daerah
penurunan penerimaan yang cukup drastis. (PAD), dana perimbangan, dan lain-lain
c. Tax Base harus berdasarkan perpaduan antara pendapatan. Dalam komposisi PAD, komponen
prinsip kemampuan (benefit) dan kemampuan penyusunnya antara lain pajak daerah, retribusi
untuk membayar (ability to pay). daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
Jenis Pajak daerah dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah.
Pajak daerah yang dipungut di Pemeriksaan Pajak
Indoensia terdapat beberapa jenis. Jenis pajak Pemeriksaan pajak merupakan
daerah menurut Undang-Undang No. 28 Tahun serangkaian kegiatan untuk mencari,
2009 dibagi menjadi 2 (dua) yaitu pajak provinsi mengumpulkan, mengolah data, dan keterangan
dan pajak kota/kabupaten. lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan
Pajak provinsi terdiri atas pajak kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain
kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan dalam rangka melaksanakan ketentuan
bermotor, pajak bahan bakar kendaraan perundang-undangan perpajakan daerah
bermotor, pajak air permukaan, dan pajak rokok. (Mardiasmo, 2011:52). Pemeriksaan diperlukan
Selanjutnya pajak kota/kabupaten terdiri atas untuk menguji kepatuhan dan untuk tujuan lain
pajak hotel, pajak hiburan, pajak reklame, pajak sesuai perundang-undangan. Pemeriksaan juga

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 11 No. 1 2016| 3


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
bertujuan untuk mengetahui kebenaran menjadi bahan yang digunakan dalam rangka
pencatatan transaksi dan kewajaran laporan mengevaluasi pelaksanaan pemeriksaan atas
keuangan yang dihasilkan akuntansi (Descalaya, pajak restoran.
2014:2). Pelaksanaan pemeriksaan pajak, 2. Mengetahui dampak dari pelaksanaan
termasuk pajak restoran di Provinsi DKI Jakarta, pemeriksaan pajak restoran dilihat dari tingkat
termasuk di Kota Administrasi Jakarta Barat penerimaan pajak restoran di Kota Administrasi
menggunakan Keputusan Gubernur Provinsi Jakarta Barat.
DKI Jakarta No. 30 Tahun 2003 sebagai dasar Peneliti menggunakan sumber data
hukum dan standar prosedur pelaksanaan yang terdiri dari data primer dan data sekunder.
pemeriksaan. Data primer yang digunakan adalah hasil dari
Pemeriksaan pajak dilaksanakan pada wawancara dan pengamatan. Wawancara adalah
tempat Wajib Pajak atau tempat lain yang proses memperoleh keterangan untuk tujuan
diperlukan (pemeriksaan lapangan) dan/atau penelitian dengan cara tanya jawab sambil
pemeriksaan yang dilakukan di kantor Suku bertatap muka antara pewawancara dengan
Dinas Pelayanan Pajak Kota Administasi Jakarta responden (Bungin, 2001:133). Pengamatan yang
Barat (pemeriksaan kantor). Pemeriksaan pajak dilakukan peneliti adalah dengan melihat dan
dapat dilakukan dengan pemeriksaan sederhana mengikuti langsung pelaksanaan pemeriksaan
dan pemeriksaan lengkap. atas pajak restoran. Data sekunder yang peneliti
Evaluasi Pelaksanaan gunakan adalah literatur, peraturan perundang-
Dunn menjelaskan evaluasi adalah undangan, dan dokumen lain yang diperlukan.
indetifikasi masalah, mengumpulkan data dan Teknik pengumpulan data yang
menganalisis data, menyimpulkan hasil yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
telah dicapai, mengintrepretasikan hasil menjadi studi lapangan yang dilakukan dengan proses
rumusan kebijakan, dan menyajikan informasi wawancara dan studi dokumentasi yang
untuk pembuatan keputusan berdasarkan pada menggunakan dokumen yang didapatkan
aspek kebenaran dalam evaluasi (Karima, selama penelitian.
2014:3). Instrumen penelitian pada penelitian
Pelaksanaan memiliki makna yang ini terdiri dari peneliti, dokumen, dan pedoman
serupa dengan implementasi. Wahab wawancara. Rahmat (2009:4) mengungkapkan
mengartikan implementasi sebagai tindakan- bahwa ciri utama penelitian kualitatif adalah
tindakan yang dilakukan oleh individu atau dengan penjadikan peneliti sebagai instrumen
pejabat, kelompok-kelompok pemerintah atau utama dalam penelitian. Dokumen yang
swasta yang diarahkan pada terciptanya tujuan- dimaksud adalah berbagai catatan atas peristiwa
tujuan yang telah digariskan dalam keputusan yang telah terjadi yang dapat berbentuk tulisan,
kebijakan. Evaluasi pelaksanaan merupakan gambar, dan lain sebagainya. Pedoman
bagian dari pelaksanaan suatu kebijakan yang wawancara yang digunakan sebagai instrumen
dinilai dari pencapaian pelaksanaan suatu penelitian adalah daftar pertanyaan yang
kebijakan. memberikan tuntunan dalam
mengkomunikasikan langsung pertanyaan-
METODE PENELITIAN pertanyaan terhadap responden yang
Penelitian ini menggunakan penelitian diwawancarai (Anggoro, et al., 2008:517).
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Analisis data yang digunakan dalam
Penelitian kualitatif melibatkan upaya-upaya penelitian ini menggunakan analisis data spiral
penting seperti mengajukan pertanyaan- yang dikemukakan oleh John W. Creswell.
pertanyaan dan prosedur-prosedur, Dalam analisis data ini terdapat tahapan yang
mengumpulkan data yang spesifik dari harus dilaksanakan yaitu mengorganisasikan
informan, menganalisis data secara induktif data, membaca dan membuat memo,
mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema mendeskipsikan, mengklasifikasikan,
yang umum dan menafsirkan makna data. menafsirkan data menjadi kode atau tema,
Fokus penelitian pada penelitian ini menafsirkan data, menyajikan dan
antara lain memvisualisasikan data, dan menyimpulkan.
1. Mengetahui dan memaparkan proses dan
prosedur pelaksanaan pemeriksaan pajak HASIL DAN PEMBAHASAN
restoran di Kota Administrasi Jakarta Barat. Penyajian Data
Proses dan prosedur pelaksanaan pemeriksaan 1. Tujuan Pemeriksaan Pajak Restoran

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 11 No. 1 2016| 4


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
Tujuan dari pemeriksaan pajak Kemudian pemeriksa menentukan bentuk
restoran adalah untuk menguji kepatuhan pemeriksaan yang akan dilakukan. Bentuk
pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak pemeriksaan yang dimaksud adalah
Restoran. Latar belakang dilaksanakannya pemeriksaan dapat dilaksanakan dengan
pemeriksaan yaitu akibat terjadinya pemeriksaan lapangan atau pemeriksaan kantor.
permasalahan dibidang pajak restoran antara Dokumen yang dijadikan sebagai dasar
lain seperti setoran pajak restoran yang tidak pemeriksaan dipersiapkan pada proses
tertib, penurunan omzet, tidak megikuti selanjutnya. Dokumen tersebut digunakan untuk
peraturan terbaru, adanya pajak lebih bayar, dan ditunjukan kepada Wajib Pajak yang akan
usaha wajib pajak yang tutup. Dampak dari diperiksa. Setelah pemeriksa telah menyiapkan
dilaksanakannya pemeriksaan atas wajib pajak dokumen yang dibutuhkan, pemeriksa
menghasilkan peningkatan kepatuhan Wajib selanjutnya menentukan batasan-batasan
Pajak Restoran dalam memenuhi kewajiban penelitian. Batasan penelitian dalam
perpajakannya. pemeriksaan yaitu peneliti berfokus pada
Masalah yang ditemukan dalam laporan keuangan dan dokumen lainnya yang
pelaksanaan pemeriksaan pajak pada Suku Dinas berhubungan dengan kegiatan perpajakan Wajib
Pelayanan Pajak Kota Administrasi Jakarta Barat Pajak. Alur tahap sebelum pemeriksaan pajak
adalah kurangnya jumlah petugas pajak, kurang dapat dilihat pada gambar berikut :
terlatihnya petugas pajak yang ada, dan masih
Keputusan Gubernur DKI
dibutuhkannyaa peraturan terbaru yang
Jakarta Nomor 30 tahun 2003
menyangkut pelaksanaan pemeriksaan pajak.
2. Prosedur Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak
Penentuan Kriteria Wajib
Suku Dinas Pelayanan Pajak Kota Pajak Melalui RKPT
Administrasi Jakarta Barat dalam melaksanakan
pemeriksaan pajak restoran menggunakan dasar
Penentuan Waktu
hukum dan standar pedoman pelaksanaan yaitu Pemeriksaan

Keputusan Gubernur No. 30 Tahun 2003 tentang


Ketentuan Pemeriksaan Dibidang Pajak Daerah. Penyusunan Rencan Program
Dalam proses pemeriksaan terdapat 3 (tiga) Pemeriksaan

tahapan yaitu tahap sebelum pemeriksaan, tahap


pelaksanaan pemeriksaan, dan tahap sesudah Persiapan Dokumen dan
Arahan Sebelum Pemeriksaan
pemeriksaan.
Pada tahap sebelum pemeriksaan,
Menentukan Bentuk
pemeriksa menentukan kriteria Wajib Pajak
Pemeriksaan
restoran yang akan diperiksa. Penentuan kriteria
Wajib Pajak Restoran ini dilihat dari data tentang
Menentukan Batasan-Batasan
pemenuhan kewajiban perpajakannya. Jika Pemeriksaan
Wajib Pajak Restoran terindikasi melakukan
Gambar 2 Alur Tahap Sebelum Pemeriksaan Pajak
pelanggaran maka akan dimasukan kedalam
Sumber: Seksi Pendataan dan Pemeriksaan Suku Dinas
daftar Wajib Pajak Restoran yang akan dilakukan Pelayanan Pajak Kota Admnistrasi Jakarta Barat, 2016.
pemeriksaan pajak. Daftar Wajib Pajak tersebut Pada tahap selanjutnya pemeriksan
selanjutnya digunakan sebagai bahan memasuki tahap pelaksanaan pemeriksaan.
pembuatan rencana kerja pemeriksaan tahunan Tahap pelaksanaan pemeriksaan merupakan
(RKPT) sebagai daftar dari rencana program tahap inti dari proses pemeriksaan pajak
pemeriksaan yang akan dilakukan dalam satu restoran. Pada awal proses tahap ini, pemeriksa
tahun pajak. Setelah penentuan kriteria Wajib mempelajari dan meneliti berkas. Berkas yang
Pajak Restoran yang akan diperiksa, pemeriksa dimaksud adalah berkas wajib pajak yang
menentukan waktu pemeriksaan. Penentuan memiliki hubungan dengan pelaksanaan
waktu pemeriksaan diitentukan berdasarkan pemeriksaan pajak. Proses selanjutnya adalah
tingkat permasalahan yang diindikasikan dengan melakukan perekaman data surat setoran
dilakukan Wajib Pajak. pajak daerah (SSPD) dan surat pemberitahuan
Pada proses selanjutnya dilakukan Pajak Daerah (SPTPD). Perekaman data ini
pembuatan rencana program pemeriksaan. dimaksudkan untuk mengetahui data
Program pemeriksaan dibuat berdasarkan perpajakan dari Wajib Pajak sesuai dengan
masalah yang dilakukan oleh Wajib Pajak. periode yang dibutuhkan. SSPD yang dibuthkan

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 11 No. 1 2016| 5


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
selanjutnya dicocokan dengan SSPD. Hal ini yang selanjutnya disampaikan kepada Wajib
bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara Pajak melalui closing converence. Proses closing
pajak yang dibayar pada SSPD dengan pajak converence merupakan tahapan dimana pihak
yang dilaporkan pada SPTPD. SPTPD yang telah pemeriksaan mnejelaskan tentang temuan yang
dicocokan kemudian dicocokan dengan laporan didapatkan selama pemeriksaan.
keuangan dari Wajib Pajak. Pencocokan antara Selain itu pemeriksa juga memberikan
SPTPD dengan laporan keuangan Wajib Pajak penjelasan tentang sanksi dan kesepakatan Wajib
bertujuan untuk mengetahi jumlah pajak yang Pajak untuk segera memenuhi kewajiban
seharusnya dibaarkan dan membuktikan adanya perpajakannya. Setelah closing converence
pelanggaran dari Wajib Pajak atas pemenuhan dilaksanakan, pemeriksa mengembalikan data
kewajiban perpajakannya. dan dokumen yang dipinjam dari Wajib Pajak.
Pemeriksa kemudian menghitung Pada tahap akhir, pemeriksa membuat laporan
jumlah pajak yang dipungut Wajib Pajak restoran hasil pemeriksaan (LHP). Alur pada tahap
dari konsumen dan jumlah pajak yang sesudah pemeriksaan dapat dilihat pada gambar
disetorkan. Penghitungan ini bertujuan untuk berikut ini :
mengetahui kesesuaian pembayaran pajak
dengan pajak yang telah dipungut oleh Wajib Pengolahan Data
Pajak. Tahapan selanjutnya adalah saat tim dan Temuan
pemeriksa menemukan indikasi adanya
pelanggaran, maka tim pemeriksa Membuat Kertas
menyampaikan temuan sementara tersebut Kerja Pemeriksaan
kepada Wajib Pajak yang diperiksa. Berikut ini
adalah alur dari tahapan pelaksanaan
pemeriksaan : Closing Converence

Pengembalian Data
Mempelajari dan Perekaman Data Yang Dipinjam
Meneliti Berkas SSPD dan SSPD

Membuat Laporan
Hasil Pemeriksaan

Gambar 4 Tahapan Sesudah Pemeriksaan Pajak


Pencocokan Pajak Sumber: Seksi Pendataan dan Pemeriksaan Suku Dinas
Pencocokan SSPD Pelayanan Pajak Kota Admnistrasi Jakarta Barat, 2016.
Pada SPTPD dengan
dengan SPTPD
Laporan Keuangan 3. Upaya Penegakan Hukum
Upaya penegakan hukum yang
dilakukan setelah pelaksanan pemeriksaan
adalah dengan melakukan penagihan kepada
Wajib Pajak. Penagihan merupakan salah satu
Mengitung Pajak Konfirmasi Temuan
Yang Dipungut Sementara upaya yang mampu memberikan dampak yang
Dengan Pajak Yang Pemeriksaan Kepada baik kepada Wajib Pajak. Adanya tindakan
Telah Disetorkan Wajib Pajak
penagihan membuat Wajib Pajak membayarkan
kekurangan pajak yang disetorkannya.
Gambar 3 Tahap Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak Pelaksanaan penagihan pajak
Sumber: Seksi Pendataan dan Pemeriksaan Suku Dinas
didasarkan pada Surat Ketetapan Pajak (SKP)
Pelayanan Pajak Kota Admnistrasi Jakarta Barat, 2016.
Tahap terkahir dari rangkaian proses yang dihasilkan setelah pelaksanaan

pemeriksaan adalah tahap sesudah pemeriksaan. pemeriksaan. Surat ketetapan pajak dapat

Pada tahap ini pemeriksa mengolah data dan berupa surat ketetapan pajak kurang bayar

temuan yang diperolah selama pelaksanaan (SKPKB), Surat ketetapan Pajak Kurang Bayar

pemeriksaan. Pengolahan data dan temuan Tambahan (SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak

dilakukan di Kantor Suku Dinas Pelayanan Pajak Nihil (SKPN), dan Surat Ketetapan Pajak Lebih

Kota Administrasi Jakarta Barat menggunakan Bayar (SKPLB). Dalam pelaksanaan penagihan,

dokumen yang dipinjam dari Wajib Pajak. SKP yang ditindaklanjuti adalah SKPKB dan

Selanjutnya data dan temuan dimasukan SKPKBT. Upaya dalam penagihan diawali

kedalam kertas kerja pemeriksaan (KKP). KKP dengan surat teguran dan surat peringatan. Jika

merupakan kumpulan dari hasil dan temuan

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 11 No. 1 2016| 6


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
tidak diindahkan oleh Wajib Pajak maka Wajib Pajak yang diindikasikan belum melunasi
penagihan dapat dilakukan dengan surat paksa. pajak dan/atau tidak membayarkan pajaknya
4. Pemeriksaan Sebagai Upaya Optimalisasi secara benar. Pemeriksaan pajak memberikan
Penerimaan Pajak peningkatan terhadap penerimaan pajak
Pemriksaan pajak merupakan salah satu restoran. Namun peningkatan yang dihasilkan
upaya dalam mengoptimalisasi penerimaan tidak terlalu besar. Berikut ini adalah tingkat
pajak daerah, termasuk pajak restoran. Upaya penerimaan dari hasil pemeriksaan :
optimalisasi ini dilakukan dengan memeriksa
Tabel 2 Penerimaan Pajak Restoran Setelah Pemeriksaan di Kta Administrasi Jakarta Barat
Penerimaan Pajak Restoran Setelah Pemeriksaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

No. Tahun Jumlah Pajak Pembayaran Pajak Yang Total Realisasi Presentase
Pemeriksaan Terutang Pajak Belum Penerimaan Pembayaran
Berdasarkan Terutang Dibayarkan Pajak Pajak
SKPD (4-5) Terutang
Atas
Realisasi
Penerimaan
Pajak
(5 : 7 x 100%)

1 2011 487 8.878.330.752 7.329.010.376 1.549.320.376 25.931.369.773 28,26%

2 2012 572 5.586.602.719 4.931.737.203 654.865.516 138.561.948.207 3,55%

3 2013 482 6.786.804.209 1.886.845.523 4.899.958.686 230.535.342.395 0,81%

4 2014 707 23.405.157.004 11.695.351.421 11.709.805.583 303.991.109.192 3,84%

5 2015 333 11.172.181.648 5.223.350.154 5.948.831.494 330.324.289.737 1,58%

Sumber: Seksi Penagihan Pajak Suku Dinas Pelayanan Pajak Kota Administrasi Jakarta Barat
Berdasarkan tabel diatas, pemeriksaan dengan prosedur yang ada. Pemeriksaan yang
atas pajak restoran memiliki hasil yang kecil dilakukan memiliki dampak bagi Wajib Pajak
terhadap tingkat penerimaan pajak restoran di yaitu kepatuhan dan kesadaran Wajib Pajak
Kota Administrasi Jakarta Barat. Tingkat meningkat karena diadakannya pemeriksaan.
penerimaan yang relatif kecil disebabkan karena Pembahasan
saat ini Wajib Pajak lebih takut terhadap Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan
tindakan penagihan dibandingkan dengan pemeriksaan pajak restoran yang dilakukan dan
pemeriksaan. Saat ini peran dari pemeriksaan dampak pemeriksaan terhadap tingkat
sudah mulai bergeser dari upaya optimalisasi penerimaa pajak restoran di Kota Administrasi
penerimaan pajak menjadi upaya untuk Jakarta Barat, pemeriksaan yang dilakukan oleh
meningkatkan kepatuhan dan kesadara Wajib pemeriksa dari Suku Dinas Pelayanan Pajak Kota
Pajak dalam melaksanakan pemenuhan Administrasi Jakarta Barat telah dilakukan sesuai
kewajiban perpajakannya. dengan standar prosedur yang berlaku yaitu
Pemeriksaan tetap dijadikan sebagai Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 30
upaya optimalisasi untuk tujuan meningkatkan Tahun 2003. Pelaksanaan pemeriksaan dilalui
kepatuhan dan kesadaran Wajib Pajak karena dengan tahapan sebelum pemeriksaan, tahap
melalui pemeriksaan diharapkan Wajib Pajak pelaksanaan pemeriksaan, dan tahap sesudah
mampu membayar dan melaporkan pajak pemeriksaan.
dengan kondisi yang yang sebenarnya dan dari Pemeriksaan merupakan salah satu
kesadaran Wajib Pajak itu sendiri. upaya untuk optimalisasi penerimaan pajak
5. Pemeriksaan Ditinjau Dari Wajib Pajak restoran. Namun saat ini upaya tersebut kurang
Restoran maksimal karena upaya optimalisasi mulai
Pemeriksaan yang dilakukan oleh Suku bergeser kepada penagihan pajak. Pemeriksaan
Dinas Pelayanan Pajak Kota Administrasi Jakarta pajak dijadikan upaya utama dalam hal
Barat memiliki penilaian dari Wajib Pajak yang meningkatkan kepatuhan dan kesadaran Wajib
diperiksa. Wajib Pajak menilai bahwa Pajak dalam melaksanakan pemenuhan
pelaksanaan pemeriksaan telah dilakukan sesuai kewajiban perpajakannya. Dampak dari

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 11 No. 1 2016| 7


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
pemeriksaan pajak terhadap tingkat penerimaan pajak karena dengan adanya peningkatan
pajak restoran tergolong kecil jika dilihat dari kepatuhan dan kesadaran maka penerimaan
realisasi penerimaan pajak. Pemeriksaan mampu pajak restoran dengan sendirinya akan
meningkatkan kesadaran dan kepatuhan yang meningkat akibat meningkatnya kesadaran
dibuktikan meningkatnya jumlah Wajib Pajak dan kepatuhan yang tumbuh dari Wajib
yang membayar dan melaporkan pajaknya tepat Pajak setelah dilakukannya pemeriksaan.
waktu. Saran
Permasalahan pelaksanaan Berdasarkan kesimpulan yang
pemeriksaan tentang kurangnya jumlah petugas dikemukakan, maka dapat ditarik kesimpulan
pajak dan kualitas petugas pajak yang menurut sebagai berikut:
peneliti bukan merupakan masalah utama dalam 1. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta perlu
pelaksanaan pemeriksaan. Pemeriksaan pajak memperbaiki dan memperbaharui
yang dilakukan selama ini dapat berjalan sesuai peraturan pelaksanaan pemeriksaan pajak
dengan target yang ditetapkan dalam RKPT. daerah, termasuk pajak restoran. Masih
Pemeriksaan tetap dapat mencapai target dengan terdapatnya kekurangan pada peraturan
jumlah petugas pajak yang ada saat ini. tersebut untuk selanjutnya dapat diperbaiki
Peningkatan kualitas dari petugas pajak dapat agar pelaksanaan pemeriksaan menjadi
ditingkatkan melalui pelatihan dan pendidikan lebih baik.
sert pelatihan (diklat) kepada petugas pajak yang 2. Pemeriksa sebaiknya dapat memberikan
ada. informasi yang jelas dan edukatif kepada
Pelaksanaan pemeriksaan saat ini Wajib Pajak agar dikemudian hari Wajib
membutuhkan peraturan yang diperbaharui. Pajak semakin patuh dan tidak melakukan
Peraturan pelaksanaan pemeriksaan saat ini kesalah dibidang perpajakan daerah.
masih memiliki kekurangan yaitu dari segi 3. Penggunaan sistem berbasis komputer perlu
penentuan batasan pemeriksaan dan dan tahap dilaksanakan secara menyeluruh kepada
sebelum pemeriksaan. Alur dalam peraturan seluruh Wajib Pajak Restoran agar
tersebut juga tidak dijelaskan secara jelas. pengawasan kegiatan perpajakan Wajib
Pembaharuan peraturan pelaksanaan Pajak dapat dikendalikan dengan baik.
pemeriksaan juga bertujuan untuk
mengakomodir perubahan dari perilaku Wajib DAFTAR PUSTAKA
Pajak saat ini yang semakin paham dengan Akbar, Lutfia Rizyatul. 2015. Strategi
kelemahan dari pajak restoran. Peningkatan Penerimaan Pajak Restoran
Dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak
PENUTUP Daerah Kota Malang. Skripsi ; Malang,
Kesimpulan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas
1. Proses pelaksanaan pemeriksaan yang Brawijaya.
dilaksanakan oleh Suku Dinas Pelayanan Anggoro, M. Toha. 2008. Metode Penelitian. Edisi
Pajak Kota Administrasi Jakarta Barat telah Kedua. Jakarta: Universitas Terbuka.
dilakukan sesuai dengan prosedur yang Azman, Nur dan Lena Farida. 2013. Optimalisasi
berlaku. Pelaksanaan pemeriksaan masih Pemungutan Pajak Restoran. Jurnal
terdapat permasalahan baik dalam internal Kebijakan Publik. Vol 4 : hal 119 218.
maupun eksternal. Upaya penegakan Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial.
hukum setelah pemeriksaan yaitu dengan Surabaya: Airlangga University Press.
dilakukannya penagihan pajak telah Descalaya, Mada Vita. 2014. Efektivitas
dilakukan dengan baik. Pemeriksaan Pajak Terhadap Wajib
2. Dampak tingkat penerimaan pajak restoran Pajak Yang Melakukan Perlawanan
dari upaya pemeriksaan pajak tergolong Pajak Ditinjau Dari Sisi Fiskus (Studi
kecil. Saat ini upaya optimalisasi Kasus : Kantor Pelayanan Pajak Pratama
penerimaan pajak restoran lebih ditekankan Batu). Jurnal Perpajakan. Vol 2 : Hal 1 8.
melalui proses penagihan pajak. Fuad, Noor., et al. 2010. Dasar-Dasar Keuangan
Pemeriksaan saat ini lebih diutamakan Publik. Jakarta: Kementerian Keuangan
untuk meningkatkan kesadaran dan Republik Indonesia.
kepatuhan Wajib Pajak. Pemeriksaan tetap Karima, Ahlisia. 2014. Evaluasi Pelaksanaan
menjadi upaya optimalisasi penerimaan Pengawasan Penerimaan Pajak

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 11 No. 1 2016| 8


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
Pertambahan Nilai (PPN) Atas Kegiatan
Membangun Sendiri (Studi Kasus :
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batu).
Jurnal Perpajakan. Vol 3 : hal 1 7.
Khairunnisa. 2011. Pajak Hotel dan Pajak
Restoran Sebagai Sumber Pendapatan
Asli Daerah (Studi Kasus : Kota
Bandung). Jurnal Perencanaan Wilayah dan
Kota. Vol 22 : hal 227 244.
Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Yogyakarta: Andi
offset.
Memah, Edwar W. 2013. Efektivitas dan
Kontribusi Penerimaan Pajak Hotel dan
Pajak Restoran Terhadap PAD Kota
Manado. Jurnal EMBA. Vol 1: Hal 871
881.
Rahmat, Pupu Saeful. 2011. Penelitian Kualitatif.
Equlibrium. Vol 9 : hal 1 8.
Resmi, Siti. 2012. Perpajakan: Teori dan Kasus. Edisi
Keenam. Jakarta: Salemba Empat.
Simanjuntak, Timbul Hamonangan dan Imam
Mukhlis. 2012. Dimensi Ekonomi
Perpajakan Dalam Pembangunan Ekonomi.
Jakarta: Raih Asa Sukses.
Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Jakarta:
Salemba Empat.

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 11 No. 1 2016| 9


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id

Anda mungkin juga menyukai