BAB III 3.3 Log
BAB III 3.3 Log
BAB III 3.3 Log
Logging
Logging merupakan metode pengukuran besaran-besaran fisik batuan
reservoir terhadap kedalaman lubang bor. Tujuan logging yaitu menentukan
besaran-besaran fisik batuan reservoir (porositas, saturasi air formasi, ketebalan
formasi produktif, lithologi batuan). Berdasarkan kemampuan, kegunaan, dan
prinsip kerja maka jenis logging ini dibagi menjadi log listrik (log spontanious
potensial dan log resistivity), log radioaktif (log gamma ray, log neutron dan log
density), log sonic, dan log caliper.
10
Gambar 3.2. Defleksi Kurva Gamma Ray (Rider, 2002)
Oleh karena itu defleksi pada gambar 3.2, kurva log GR pada lapisan yang
bersih adalah ke arah kiri. Sebaliknya, defleksi pada kurva log GR pada formasi
shale ke arah kanan karena radiasi sinar gamma yang tinggi.
11
Gambar 3.3. Defleksi Kurva SP (Rider, 1996)
12
(negatif). Biasanya SP log ditampilkan pada track pertama bersama-sama dengan
Gamma Ray log.
13
baik ketika sumur berisi lumpur konduktif, kecuali lumpur yang terlalu asin
batuan formasi yang terlalu resistif, atau sumur yang berdiameter terlalu besar.
Prinsip kerjanya pada gambar 3.5 adalah sebagai berikut, arus bolak-balik
dengan frekuensi tinggi ( 20000 cps) yang memiliki intensitas konstan dialirkan
melalui kumparan pemancar (transmitter coil). yang ditempatkan pada insulating
sehingga menimbulkan arus induksi didalam formasi. Medan magnet ini kan
menimbulkan arus berputar yang akan menginduksi potensial dari receiver coil.
coil kedua ini ditempatkan pada mandrel yang sama dengan jarak tertentu dari coil
pertama. besarnya sinyal yang dihasilkan receiver akan diukur dan dicatat di
permukaan yang besarnya tergantung pada konduktifitas formasi yang terletak
diantara kedua coil tersebut. Nilai konduktifitas formasi (Cf) berbanding kebalik
dengan nilai resistivitas.
14
3.3.1.3.2 Laterolog
Laterolog merupakan alat electric survey log yang telah ditingkatkan
kemampuannya karena dilengkapi dengan pelindung (guarded) electrode
sehingga dapat bekerja tanpa dipengaruhi efek lubang bor yang tidak diinginkan.
Dua jenis laterolog yaitu deep laterolog (LLD) untuk mengukur Rt pada
uninvaded zone dan shallow laterolog untuk mengukur Rt pada zona invaded.
Laterolog akan sangat baik digunakan pada lubang bor yang berisi lumpur dengan
salinitas sedang atau tinggi, rasio Rmf/Rw kurang dari 3, dan 30 diameter lubang
bor dibawah 16 inch. Selain itu, laterolog akan memberikan hasil yang lebih baik
ketika Rt melampaui 150 ohm-m. Laterolog akan menghasilkan hasil yang lebih
baik dari induction log. Cara kerja lateral log dapat dilihat pada gambar 3.6
dibawah ini.
15
3.3.1.3.3 Micro Resistivity Log
Micro resistivity log merupakan peralatan pengukur resistivitas pada
flushed zone dengan jangkauan pengamatan yang dekat (shallow investigation
resistivity tool). Parameter-parameter yang ada di flushed zone adalah Rxo
(Resistivitas batuan flushed zone), Rmf (resistivitas filtrat lumpur), dan Sxo
(saturasi fluida flushed zone). Kegunaan dari alat-alat micro resistivity log ini
adalah untuk mengukur resistivitas batuan pada zona flushed zone dengan simbol
Rxo. Beberapa contoh alat ini seperti microlog, microlaterolog (MLL),
microspherically focused log (MSFL), dan proximity log.
Microspherically focused log (MSFL) merupakan alat micro resistivity log
yang paling banyak digunakan untuk mengukur resistivitas pada flush zone (Rxo).
Hal itu disebabkan karena alat ini dapat digunakan pada kondisi lubang bor yang
berisi lumpur air tawar maupun lumpur air asin.
Prinsip kerja alat micro resistivity log ini adalah dengan memancarkan
arus listrik pada elektroda-elektroda yang terdapat pada bantalan (pad) yang
ditekankan menggunakan pegas sehingga pad dapat menempel pada dinding
lubang sumur. Tujuan dari menempelkan pad pada dinding lubang bor ini yaitu
untuk menghilangkan pengaruh resistivitas lumpur (Rm) dan diameter lubang
terhadap hasil pengukuran.
Karena pengukuran depth of investigation dari micro resistivity log adalah
shallow, ada beberapa hal yang mempengaruhi pengukuran micro resistivity log
seperti diameter invaded zone, kualitas lubang bor, dan ketebalan mud cake.
16
dengan interval teratur sehingga merambat melalui batuan dan akan diterima
kembali oleh receiver.
17
lithologi batuan formasi yang berbeda. Harga waktu perambatan bunyi dalam
batuan akan lebih kecil dari waktu rambat bunyi fluida. ini disebabkan karena
lithologi batuan formasi yang berbeda. Harga waktu perambatan bunyi dalam
batuan akan lebih kecil dari waktu rambat bunyi fluida.
18
Gambar 3.8. Defleksi Kurva Neutron (Rider, 2002)
19
3.3.1.6 Density Log
Density log merupakan log yang digunakan untuk mengukur porositas
batuan formasi. Density log dapat digunakan untuk mengidentifikasi mineral pada
endapan evaporite, mendeteksi lapisan yang mengandung gas, serta penentuan
densitas hidrokarbon yang terdapat di dalam pori-pori batuan. Prinsip kerja
density log adalah dengan memancarkan sinar gamma ke dalam batuan formasi.
Sumber nuklir dari alat density log akan memancarkan sinar gamma berenergi
menengah secara berkelanjutan kedalam formasi
Didalam formasi sinar gamma akan bertabrakan dengan elektron-elektron
yang ada didalam formasi. Akibatnya akan terjadi kehilangan energi dan arahnya
terbaurkan. Detector pada alat density log akan mencatat sinar gamma yang
kembali ke alat density tersebut. Sinar gamma yang kembali ini tergantung pada
jumlah elektron yang ditabrak. Densitas elektron tersebut berkaitan dengan berat
jenis total (bulk density) formasi.
20
Penentuan densitas bulk (b) batuan dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu
berat jenis butir batuan (ma), porositas batuan formasi (), dan berat jenis fluida
pengisi pori batuan (f). Pengukuran density log juga dipengaruhi oleh ukuran
lubang bor, ketebalan mud cake, dan litologi formasi. Sedangkan untuk
pengukuran densitas pada lapisan gas akan dipengaruhi oleh densitas gas tersebut
sehingga apparent density gas mempunyai nilai yang berbeda jauh dengan nilai
densitas gas yang sebenarnya.
21
Gambar 3.10. Respon caliper untuk berbagai litologi (Rider, 2002)
22
SP, log resitivity, log caliper, dan log gamma ray. Penentuan jenis lithologi,
apakah shale atau batupasir atau batu gamping ataupun merupakan seri pasir shale
didasarkan pada defleksi kurva SP, GR, resistivity, dan konduktivitynya.
23
3.3.2.1.2 Identifikasi Ketebalan Dan Batas Lapisan
Ketebalan lapisan batuan dibedakan atas dua, yaitu ketebalan kotor
(gross thickness) dan ketebalan bersih (net thickness). Ketebalan kotor (gross
thickeness) merupakan tebal lapisan yang dihitung dari puncak lapisan sampai
dasar lapisan dari suatu lapisan batuan. Sedangkan ketebalan bersih (net
thickness) merupakan tebal lapisan yang dihitung atas ketebalan dari bagian-
bagian permeabel dalam suatu lapisan.
Adapun penggunaan kedua jenis ketebalan tersebut juga mempunyai
tujuan yang berbeda, dimana pembuatan ketebalan kotor (gross isopach map)
adalah untuk mengetahui batas-batas penyebaran suatu lapisan batuan secara
menyeluruh, dimana pada umumnya digunakan untuk maksud-maksud kegiatan
eksplorasi. Sedangkan penggunaan ketebalan bersih adalah untuk maksud-maksud
perhitungan cadangan. Peta yang menggambarkan penyebaran ketebalan bersih
disebut peta net sand isopach.
Jenis log yang dapat digunakan untuk menentukan ketebalan lapisan
adalah: SP log, kurva resistivity, kurva microresistivity, dan gamma ray log.
Adapun dari defleksi kurva log log tersebut:
SP log, yang terpenting dapat membedakan lapisan shale dan lapisan
permeabel.
Kurva resistivity, alat yang terbaik adalah laterolog dan induction log.
Kurva microresistivity, pada kondisi lumpur yang baik dapat memberikan
hasil penyebaran yang vertikal.
GR log, log ini dapat membedakan adanya shale dan lapisan bukan shale,
disamping itu dapat digunakan pada kondisi lubang bor telah dicasing,
biasanya dikombinasikan dengan neutron log
24
3.3.2.2.1 Penentuan Lithologi Batuan
A. M-N Plot
Pengeplotan dari tiga data log porositas (log sonic, log neutron, dan log
density) untuk interpretasi lithologi dapat dilakukan dengan M-N plot. Persamaan
dari M-N plot ini adalah sebagai berikut:
t f t log
M 0.01 ............................................................................... (3-1)
b f
Nf N
N ........................................................................................... (3-2)
b f
Pada persamaan 3.1 maksudnya dikalikan dengan 0.01 pada harga M adalah untuk
mempermudah skala, N dinyatakan dalam unit porosity limestone. Untuk fresh
mud diberikan harga t f 189 , f = 1, dan Nf = 1. Untuk lebih jelas mengenai
parameter matrik dan fluida serta harga M dan N pada fresh mud dan salt mud
dapat dilihat pada tabel 3.1. Sedangkan untuk mengidentifikasi mineral dan gas
yang terkandung dalam suatu lapisan dapat dilihat pada gambar 3.11.
25
B. Chart RHOB dan NPHI
Crossplot ini digunakan Untuk menentukan mineral-mineral clay yang
terkandung pada lapisan shale, dengan memasukkan harga b dari density log
dan N dari neutron log. Pada chart ini terdapat lima jenis mineral, yaitu quartz,
montmorilonite, illite, kaolinite, dan chlorite. Hal ini dapat dilihat pada gambar
3.12.
26
A. Analisis Air Formasi
Pengukuran harga Rw ini dilakukan dipermukaan dari contoh air formasi
dengan melakukan pencatatan terhadap temperatur permukaan. Untuk
mendapatkan harga Rw pada temperatur formasi dimana contoh air formasi
tersebut berasal maka digunakan persamaan:
T 6.77
Rw(Tf ) Rw(Ts ) dalam oF ....................................................
surface
T formasi 6.77
(3-3)
T 21.5
Rw(Tf ) Rw(Ts ) dalam oC ...................................................
surface
T formasi 21.5
(3-4)
27
Metode SP
Langkah penentuan Rw dari metode ini adalah sebagai berikut:
Ts 21.5
Rmf Tf Rmf (Ts ) dalam oC ........................................................... (3-6)
T f 21.5
Menentukan Rmfeq
Rmfeq 0.85 Rmf Tf .................................................................................... (3-7)
Menentukan konstanta SP
K c 61 0.133 T f dalam oF .................................................................. (3-8)
Rmfeq
Rweq SSP
........................................................................................... (3-10)
Kc
10
B. Metode Ratio
Rt
Rw Rmf ........................................................................................... (3-11)
Rxo
28
Kondisi lubang bor bagus
Rembesan menengah
Sxo = Sw1/5
29
3.3.2.2.3 Evaluasi Shaliness
Pada shale 100% gamma ray log dapat mendeteksi adanya tingkatan
radioaktif alam yang tinggi, sehingga pada tingkatan ini dapat memberikan
gambaran adanya shale, karena shale mengandung radioaktif yang sangat tinggi.
Pada formasi reservoir bersih biasanya mempunyai tingkatan radioaktif rendah
atau dapat disebut 0% shale. Dalam batuan reservoir shaly tingkatan radioaktif
tergantung dari kandungan shale. Pada kurva SP adanya shale akan
mengakibatkan defleksi SP akan menurun (kekanan) mulai dari defleksi SP pada
formasi bersih pada formasi air asin begitu pula harga R (tahanan) juga turun.
Ada beberapa cara untuk menentukan adanya kendungan shale (Vsh)
secara kuantitatif, yaitu sebagai berikut :
A. Vsh SP Log
Harga Vsh dari SP log dapat ditentukan dari rumus:
SP log
Vsh SP 1 ....................................................................................... (3-12)
SSP
Dimana:
Vsh SP akan menjadi rendah pada lapisan yang mengandung hidrokarbon, karena
defleksi SP tidak sebesar salt water. Oleh karena itu rumus diatas digunakan pada
lapisan pasir yang terisi air yang mempunyai tahanan batuan rendah sampai
menengah serta baik untuk laminated shale.
B. Vsh Rt (Resistivity)
Tahanan batuan dari campuran antara clay dan mineral tidak konduktif
(quartz) serta tidak dijumpai adanya porositas tergantung dari tahanan clay dan isi
clay itu sendiri.
1
Vsh Rt Rsh Rmax Rt ...................................................................... (3-13)
b
Rt Rmax Rsh
30
Dimana:
Rsh
Jika harga adalah 0,5 1 maka harga b = 1
Rt
Rsh
Jika harga adalah 0,5 maka harga b = 2
Rt
Rsh = tahanan lapisan shale yang berdekatan dengan lapisan produktif
hidrokarbon)
GRlog GRmin
Vsh .................................................................................... (3-15)
GRmax GRmin
Dimana:
31
D. Vsh N (Neutron)
Harga Vsh dapat dicari dengan rumus:
N
Vsh N .............................................................................................. (3-16)
Nsh
Dimana:
A. Neutron Log
Pembacaan neutron log baik SNP maupun CNL tidak hanya tergantung
pada porositas tetapi juga lithologi dan kandungan fluidanya. Oleh karena itu
penentuan porositas harus mengetahui lithologinya. Harga dari porositas neutron
(N) dapat diketahui dengan menggunakan persamaan dibawah ini (dalam
limestone unit):
Dimana:
Lalu besarnya porositas neutron yang telah dikoreksi terhadap shale (Nc) dapat
diketahui dari persamaan dibawah ini:
32
Dimana:
Nsh = porositas yang terbaca pada kurva neutron pada lapisan shale (GR Max)
B. Density Log
Dalam menentukan porositas batuan dipengaruhi juga oleh lithologi
kandungan fluida batuan. Porositas dari density log biasanya dinotasikan dengan
D yang mempunyai harga sesuai dengan persamaan dibawah ini:
ma b / bsh
D / DSH ....................................................................................... (3-19)
ma f
Lalu besarnya porositas density yang dikoreksi terhadap shale (Dc) dapat
diketahui dari persamaan dibawah ini:
Dimana:
Dsh = porositas dari kurva density pada lapisan shale (GR Max)
f = densitas fluida air (fresh water = 1.0 salt water = 1.1), gr/cc
C. Sonic Log
Dalam menentukan porositas, sonic log sama seperti pada neutron log atau
density log. Harga S dapat diketahui juga dengan menggunakan persamaan
dibawah ini:
33
t log t ma
S ............................................................................ (3-21)
t f t ma
Dimana:
tlog = transite time yang diperoleh dari pembacaan defleksi kurva sonik
untuk setiap kedalaman, sec/ft
A. Persamaan Indonesia
Menentukan volume shale (Vsh)
GRlog GRmin
Vsh .................................................................................... (3-22)
GRmax GRmin
ma b / bsh
D / DSH ................................................................................ (3-25)
ma f
34
Menentukan porositas dari kombinasi density dan neutron log
2 Nc 7 Dc
d n .................................................................................. (3-27)
9
1 / n
1/ 2 2
md n
1/ 2
Vsh 2vsh
Sxo Rxo ............................................ (3-28)
Rsh Rmf
S hr 1 S xo ................................................................................................... (3-29)
Menentukan porositas efektif
1Vsh m
1 V 2 2 n
S 2 ............................................................ (3-31)
sh
e
Rt Rsh a Rw
w
B. Persamaan Simandoux
GRlog GRmin
I GR ................................................................................. (3-32)
GRmax GRmin
35
Menentukan porositas terkoreksi terhadap shale:
t log t ma 100
sonic Vsh t sh t ma ....................................... (3-35)
t t t sh t t
f ma f ma
Dimana :
tf = interval transit time fluida, sec/ft (189 sec/ft untuk fresh mud,
185 sec/ft untuk salt mud)
b
den ma Vsh ma sh .......................................................... (3-36)
ma f ma f
Ncorr N Nsh 0.3 Vsh ............................................................ (3-37)
0.45
Dcorr D Dsh 0.13 Vsh .......................................................... (3-38)
0.45
Ncorr Dcorr
2 2
N D ........................................................................ (3-39)
2
36
Menentukan saturasi air formasi
Vsh
2
0.4 Rw Vsh 5 2 ....................................... (3-40)
Sw
R
Rsh Rt Rw
2
sh
dimana:
C. Persamaan Archie
Saturasi air dihitung berdasarkan formula Archie yang menganggap bahwa
batuan formasi tidak konduktif sedangkan air formasi konduktif. Dengan
menganggap seperti itu persamaan archie bisa menghitung saturasi air. Tetapi ada
beberapa kondisi yang dimana persamaan Archie tidak bisa dipakai. Dibawah ini
merupakan persamaan Archie.
a Rw
S wn ................................................................................................. (3-41)
m Rt
Dimana:
37
3.3.2.2.6. Penentuan Nilai Permeabilitas
Metode Wyllie & Rose (1950) untuk menentukan permeabilitas dengan
menggunakan dua persamaan :
2
250 eff
3
K eff ..................................................................................... (3-42)
S wir
2
75 eff3
K eff ........................................................................................ (3-43)
S wir
Dimana:
k = permeabilitas, mD
SW = saturasi, fraksi
= porositas, fraksi
Swirr = irreducible water saturation (SW diatas zone transisi)
38