BAB III 3.3 Log

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 29

3.3.

Logging
Logging merupakan metode pengukuran besaran-besaran fisik batuan
reservoir terhadap kedalaman lubang bor. Tujuan logging yaitu menentukan
besaran-besaran fisik batuan reservoir (porositas, saturasi air formasi, ketebalan
formasi produktif, lithologi batuan). Berdasarkan kemampuan, kegunaan, dan
prinsip kerja maka jenis logging ini dibagi menjadi log listrik (log spontanious
potensial dan log resistivity), log radioaktif (log gamma ray, log neutron dan log
density), log sonic, dan log caliper.

3.3.1 Jenis-jenis Log


3.3.1.1 Gamma Ray Log
Gamma Ray log (GR) merupakan hasil suatu pengukuran pasif yang
menunjukkan besaran intensitas radioaktif yang ada dalam formasi. Log GR
biasaanya ditampilkan pada kolom pertama, bersama-sama dengan kurva log SP
dan kaliper. Dalam formasi sedimen, Gamma ray log merefleksikan adanya shale
dari formasi. Hal ini terjadi karena unsur-unsur radioaktif cenderung
berkonsentrasi dalam shale. Lapisan formasi bersih (clean sand) biasanya
memiliki tingkat radioaktivitas yang sangat rendah.
Sinar gamma berasal dari tiga sumber di alam : unsur-unsur radioaktif
uranium, thorium dan potasium. Sebagian besar radiasi sinar gamma di bumi
berasal dari peluruhan isotop tiga radioaktif : potasium 40 (K-40), uranium 238
(U-238), dan torium 232 (Th-232). Nilai radioaktif bergantung pada lihology
formasi. Sinar gamma ini mampu menembus batuan dan dideteksi oleh detektor.
Pada batuan karbonat pembacaan tinggi gamma ray tidak hanya berasal dari clay,
namun juga karena adanya radioaktif uranium.
Log sinar gamma diukur dalam satuan API. Dalam zona bersih, radiasi
sinar gamma rendah.

10
Gambar 3.2. Defleksi Kurva Gamma Ray (Rider, 2002)

Oleh karena itu defleksi pada gambar 3.2, kurva log GR pada lapisan yang
bersih adalah ke arah kiri. Sebaliknya, defleksi pada kurva log GR pada formasi
shale ke arah kanan karena radiasi sinar gamma yang tinggi.

3.3.1.2 Spontaneous Potential (SP) Log


Spontaneous potential log terdiri dari dua buah elektroda berpindah
(recording electrode) yang ditempatkan di dalam sumur dan biasa berpindah-
pindah, dan elektroda statik (ground electrode) yang dipasang tetap dipermukaan.
Pengukuran untuk seluruh interval kekdalaman dilakukan dengan mengukur
perbedaan potensial listrik antara kedua elektroda ditarik ke permukaan dengan
kabe. Potensial listrik biasanya dikur dengan satuan milivolt (mv).

11
Gambar 3.3. Defleksi Kurva SP (Rider, 1996)

Spontaneous potential ini terbentuk dari kombinasi dari dua fenomena


yaitu: electrokinetic potential yang biasanya ditiadakan, dan electrichemical
potential yang terdiri dari membrane potential dan liquid junction potential.
Membrane potential berdaya lima kali lebih besar dari liquid junction potential.
Salah satu syarat utama untuk menggunakan SP adalah mud harus konduktif agar
bisa menghantarkan arus listrik. Defleksi SP, seperti pada gambar 3.3 sangat
ditentukan dari beda salinitas antara air formasi dan mud filtrat. Jika Rmf = Rw,
maka kurva SP tidak berdefleksi. Jikas Rmf < Rw, maka defleksi SP akan ke
kanan (positif), sedangkan jika Rmf > Rw maka kurva SP akan berdefleksi ke kiri

12
(negatif). Biasanya SP log ditampilkan pada track pertama bersama-sama dengan
Gamma Ray log.

3.3.1.3 Resistivitas Log


Log resistivitas adalah suatu alat yang dapat mengukur tahanan batuan
formasi besrta isinya yang mana tahanan ini tergantung dari struktur geometri pori
batuan, salinitas air formasi, dan banyaknya hidrokarbon dalam pori-pori batuan
Resistivitas adalah kebalikan dari konduktifitas dan dinyatakan dalam ohm per
meter, yaitu satuan tahanan adalah ohm-meter persegi per meter, atau hanya ohm-
meter (ohm-m).
Resistivitas formasi diukur dengan mengirimkan arus listrik kedalam
formasi dan mengukur kemudahan aliran listrik melalui batuan formasi tersebut
atau mengukur seberapa besar arus listrik menginduksi ke dalam formasi. Skala
dari track resistivitas biasanya berkisar antara 0,2 - 2.000 ohm-m. Resistivity log
biasanya ditampilkan pada Track 2 dalam gabungan beberapa log resistivitas
(composite log).
Berdasarkan pada lokasi masing-masing zona dalam pengukuran
resistivitas, jenis resistivitas dibagi menjadi:
Flushed Zone Resistivity (Rxo), dapat diukur dengan menggunakan micro
spherically focused log (MSFL).
Transition Zone Resistivity, dapat diukur dengan menggunakan shallow
laterolog (LLS).
Uninvaded Zone Resitivity (Rt), dapat diukur dengan menggunakan
Induction Log Deep (ILD) dan Laterolog Deep (LLD).

3.3.1.3.1 Induction Log


Alat induction log awalnya dikembangkan untuk mengukur resistivitas
lubang bor yang mengandung lumpur berbahan dasar minyak, fresh water dan
lubang bor yang berisi udara. Perangkat elektroda tidak dapat bekerja didalam
lumpur non-konduktif ini, dan untuk menggunakan elektroda yang menempel
pada dinding lubang bor akan tidak maksimal. Alat ini juga dapat bekerja dengan

13
baik ketika sumur berisi lumpur konduktif, kecuali lumpur yang terlalu asin
batuan formasi yang terlalu resistif, atau sumur yang berdiameter terlalu besar.

Gambar 3.5. Cara Kerja Induction Log (Harsono, 1997)

Prinsip kerjanya pada gambar 3.5 adalah sebagai berikut, arus bolak-balik
dengan frekuensi tinggi ( 20000 cps) yang memiliki intensitas konstan dialirkan
melalui kumparan pemancar (transmitter coil). yang ditempatkan pada insulating
sehingga menimbulkan arus induksi didalam formasi. Medan magnet ini kan
menimbulkan arus berputar yang akan menginduksi potensial dari receiver coil.
coil kedua ini ditempatkan pada mandrel yang sama dengan jarak tertentu dari coil
pertama. besarnya sinyal yang dihasilkan receiver akan diukur dan dicatat di
permukaan yang besarnya tergantung pada konduktifitas formasi yang terletak
diantara kedua coil tersebut. Nilai konduktifitas formasi (Cf) berbanding kebalik
dengan nilai resistivitas.

14
3.3.1.3.2 Laterolog
Laterolog merupakan alat electric survey log yang telah ditingkatkan
kemampuannya karena dilengkapi dengan pelindung (guarded) electrode
sehingga dapat bekerja tanpa dipengaruhi efek lubang bor yang tidak diinginkan.
Dua jenis laterolog yaitu deep laterolog (LLD) untuk mengukur Rt pada
uninvaded zone dan shallow laterolog untuk mengukur Rt pada zona invaded.
Laterolog akan sangat baik digunakan pada lubang bor yang berisi lumpur dengan
salinitas sedang atau tinggi, rasio Rmf/Rw kurang dari 3, dan 30 diameter lubang
bor dibawah 16 inch. Selain itu, laterolog akan memberikan hasil yang lebih baik
ketika Rt melampaui 150 ohm-m. Laterolog akan menghasilkan hasil yang lebih
baik dari induction log. Cara kerja lateral log dapat dilihat pada gambar 3.6
dibawah ini.

Gambar 3.6. Cara Kerja Laterlog (Harsono, 1997)

15
3.3.1.3.3 Micro Resistivity Log
Micro resistivity log merupakan peralatan pengukur resistivitas pada
flushed zone dengan jangkauan pengamatan yang dekat (shallow investigation
resistivity tool). Parameter-parameter yang ada di flushed zone adalah Rxo
(Resistivitas batuan flushed zone), Rmf (resistivitas filtrat lumpur), dan Sxo
(saturasi fluida flushed zone). Kegunaan dari alat-alat micro resistivity log ini
adalah untuk mengukur resistivitas batuan pada zona flushed zone dengan simbol
Rxo. Beberapa contoh alat ini seperti microlog, microlaterolog (MLL),
microspherically focused log (MSFL), dan proximity log.
Microspherically focused log (MSFL) merupakan alat micro resistivity log
yang paling banyak digunakan untuk mengukur resistivitas pada flush zone (Rxo).
Hal itu disebabkan karena alat ini dapat digunakan pada kondisi lubang bor yang
berisi lumpur air tawar maupun lumpur air asin.
Prinsip kerja alat micro resistivity log ini adalah dengan memancarkan
arus listrik pada elektroda-elektroda yang terdapat pada bantalan (pad) yang
ditekankan menggunakan pegas sehingga pad dapat menempel pada dinding
lubang sumur. Tujuan dari menempelkan pad pada dinding lubang bor ini yaitu
untuk menghilangkan pengaruh resistivitas lumpur (Rm) dan diameter lubang
terhadap hasil pengukuran.
Karena pengukuran depth of investigation dari micro resistivity log adalah
shallow, ada beberapa hal yang mempengaruhi pengukuran micro resistivity log
seperti diameter invaded zone, kualitas lubang bor, dan ketebalan mud cake.

3.3.1.4 Sonic Log


Sonic log merupakan jenis peralatan logging yang digunakan untuk
mengukur porositas, mengukur volume batuan yang digunakan dalam interpretasi
seismik serta dapat mengindikasikan adanya rekahan. Sonic log termasuk kedalam
acoustic log karena alat sonic log ini dapat mengukur sifat perambatan bunyi
batuan.
Sonic log merekam kecepatan suara didalam formasi pada tiap kedalaman.
Prinsip kerja alat sonic log yaitu dengan memancarkan bunyi dari transmitter

16
dengan interval teratur sehingga merambat melalui batuan dan akan diterima
kembali oleh receiver.

Gambar 3.7. Defleksi Kurva Sonic (Rider, 2002)

Alat penerima (receiver) akan merekam lamanya waktu perambatan bunyi


dalam batuan atau interval transit time (t) dalam satuan microseconds. Besar
interval transit time (t) pada formasi bervariasi tergantung dari lapisan yang
dilalui oleh suara yang dipancarkan dari alat sonic log tersebut.
Besarnya waktu perambatan bunyi dalam batuan tergantung pada tiga hal,
yakni litologi, porositas batuan dan jenis fluida pengisi pori batuan. Berdasarkan
hasil pengukuran dapat diketahui bahwa waktu rambat bunyi didalam cairan
(minyak dan air) lebih kecil dibandingkan didalam zat padat (matriks batuan).
Waktu perambatan bunyi dalam batuan dapat berbeda-beda, ini disebabkan karena

17
lithologi batuan formasi yang berbeda. Harga waktu perambatan bunyi dalam
batuan akan lebih kecil dari waktu rambat bunyi fluida. ini disebabkan karena
lithologi batuan formasi yang berbeda. Harga waktu perambatan bunyi dalam
batuan akan lebih kecil dari waktu rambat bunyi fluida.

3.3.1.5 Neutron Log


Neutron log merupakan salah satu peralatan logging yang digunakan untuk
mengukur porositas batuan formasi dan mengukur volume shale. Selain itu,
neutron log juga dapat digunakan untuk menentukan pori-pori batuan yang terisi
oleh fluida hidrokarbon pada lapisan yang mempunyai prospek hidrokarbon.
Neutron log dapat merespon keberadaan hidrogen dalam lapisan batuan
dengan baik. Itulah sebabnya, didalam lapisan yang berisi air atau minyak neutron
log akan merefleksikan adanya cairan yang mengisi pori-pori batuan. Bila neutron
log dikombinasikan dengan density log maka dapat mengidentifikasi adanya zona
gas pada lapisan yang prospek.
Prinsip kerja peralatan neutron log adalah mengukur konsentrasi atom
hidrogen yang terkandung dalam lapisan batuan dengan cara memancarkan
partikel neutron dari suatu sumber dengan kecepatan tinggi sehingga partikel
neutron tersebut akan bertumbukan dengan atom-atom hidrogen. Ketika
bertumbukan dengan atom hidrogen, partikel neutron akan melemah karena
kehilangan sebagian energinya. Kehilangan energi tersebut akan bergantung pada
kandungan fluida yang terdapat pada lapisan tesebut. Dengan kata lain porositas
batuan dapat ditentukan dengan mengukur neutron yang dapat kembali ke
detector.

18
Gambar 3.8. Defleksi Kurva Neutron (Rider, 2002)

Neutron log biasanya ditampilkan pada Track 3, bersamaan dengan density


log. Pada volume tetap, gas memiliki konsentrasi hidrogen (hidrogen index) jauh
lebih rendah. Ketika ruang pori dalam batuan di ekskavasi dan diganti dengan gas,
formasi memiliki karakteristik laju penurunan energi dari neutronnya yang
lambat, hal ini desebut dengan istilah "Excavation Effect". Jika efek ini diabaikan,
log neutron akan menunjukkan nilai porositas rendah. Karakteristik ini
memungkinkan porositas log neutron untuk digunakan dengan log porositas
lainnya (seperti log densitas) untuk mendeteksi zona gas dan mengidentifikasi
kontak gas-air atau hidrokarbon ringan-air.

19
3.3.1.6 Density Log
Density log merupakan log yang digunakan untuk mengukur porositas
batuan formasi. Density log dapat digunakan untuk mengidentifikasi mineral pada
endapan evaporite, mendeteksi lapisan yang mengandung gas, serta penentuan
densitas hidrokarbon yang terdapat di dalam pori-pori batuan. Prinsip kerja
density log adalah dengan memancarkan sinar gamma ke dalam batuan formasi.
Sumber nuklir dari alat density log akan memancarkan sinar gamma berenergi
menengah secara berkelanjutan kedalam formasi
Didalam formasi sinar gamma akan bertabrakan dengan elektron-elektron
yang ada didalam formasi. Akibatnya akan terjadi kehilangan energi dan arahnya
terbaurkan. Detector pada alat density log akan mencatat sinar gamma yang
kembali ke alat density tersebut. Sinar gamma yang kembali ini tergantung pada
jumlah elektron yang ditabrak. Densitas elektron tersebut berkaitan dengan berat
jenis total (bulk density) formasi.

Gambar 3.9. Defleksi Kurva Density (Rider, 2002)

20
Penentuan densitas bulk (b) batuan dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu
berat jenis butir batuan (ma), porositas batuan formasi (), dan berat jenis fluida
pengisi pori batuan (f). Pengukuran density log juga dipengaruhi oleh ukuran
lubang bor, ketebalan mud cake, dan litologi formasi. Sedangkan untuk
pengukuran densitas pada lapisan gas akan dipengaruhi oleh densitas gas tersebut
sehingga apparent density gas mempunyai nilai yang berbeda jauh dengan nilai
densitas gas yang sebenarnya.

3.3.1.7 Caliper Log


Caliper log merupakan suatu kurva yang memberikan gambaran kondisi
(diameter) dan lithologi terhadap kedalaman lubang bor. Peralatan dasar caliper
log dapat dilihat pada gambar 3.10. Untuk menyesuaikan dengan kondisi lubang
bor, peralatan caliper log dilengkapi dengan pegas yang dapat mengembang
secara fleksibel. Ujung paling bawah dari pegas tersebut dihubungkan dengan rod.
Posisi rod ini tergantung pada kompresi dari spring dan ukuran lubang bor.
Manfaat caliper log sangat banyak, yang paling utama adalah untuk menghitung
volume lubang bor guna menentukan volume semen pada operasi cementing,
selain itu dapat berguna untuk pemilihan bagian gauge yang tepat untuk setting
packer (misalnya operasi DST), interpretasi log listrik akan mengalami kesalahan
apabila asumsi ukuran lubang bor sebanding dengan ukuran pahat (bit) oleh
karena itu perlu diketahui ukuran lubang bor dengan sebenarnya, perhitungan
kecepatan lumpur di annulus yang berhubungan dengan pengangkatan cutting,
untuk korelasi lithologi karena caliper log dapat membedakan lapisan permeabel
dengan lapisan consolidated.

21
Gambar 3.10. Respon caliper untuk berbagai litologi (Rider, 2002)

3.3.2 Intrepretasi Log


Lapisan prospek dapat teridentifikasi degan melakukan interpretasi
logging. Interpretasi logging ini dibagi menjadi interpretasi kualitatif dan
interpretasi kuantitatif. Interpretasi kualitatif dilakukan untuk mengidentifikasi
lapisan porous permeabel dan ada tidaknya fluida. Sedangkan interpretasi
kuantitatif dilakukan untuk menentukan harga Vclay, , Rfluida, Sw dan permeability
batuan.

3.3.2.1 Intrepretasi Kualitaif


Interpretasi log kualitatif guna memperkirakan kemungkinan adanya
lapisan porous permeabel dan ada tidaknya fluida. Untuk memperoleh hasil yang
lebih akurat harus dilakukan pengamatan terhadap log yang kemudian satu sama
lainnya dibandingkan. Tujuan dari interpretasi kualitatif adalah identifikasi
lithologi dan fluida hidrokarbon yang meliputi identifikasi lapisan porous
permeabel, ketebalan dan batas lapisan, serta kandungan fluidanya.
Penentuan jenis batuan atau mineral didasarkan pada plot data berbagai
log porositas, seperti plot antara log density-neutron dan log sonic-neutron.
Sedangkan lapisan berpori dapat ditentukan berdasarkan pengamatan terhadap log

22
SP, log resitivity, log caliper, dan log gamma ray. Penentuan jenis lithologi,
apakah shale atau batupasir atau batu gamping ataupun merupakan seri pasir shale
didasarkan pada defleksi kurva SP, GR, resistivity, dan konduktivitynya.

3.3.2.1.1 Identifikasi Lapisan Porous Permeabel


Untuk identifikasi lapisan permeabel dapat diketahui dengan: defleksi
SP, separasi resistivity, separasi microlog, caliper log, dan gamma ray log.
Adapun masing-masing log diatas dapat diketahui sebagai berikut :
Defleksi SP : bilamana lumpur pemboran mempunyai perbedaan salinitas
dengan air formasi (terutama untuk lumpur air tawar), lapisan permeabel
umumnya ditunjukkan dengan adanya penambahan defleksi negatif (kekiri)
dari shale base line.
Separasi resistivity : adanya invasi dan lapisan permeabel sering ditunjukkan
dengan adanya separasi antara kurva resistivity investigasi rendah.
Separasi microlog : proses invasi pada lapisan permeabel akan mengakibatkan
terjadinya mud cake pada dinding lubang bor. Dua kurva pembacaan akibat
adanya mud cake oleh microlog menimbulkan separasi pada lapisan
permeabel dapat dideteksi oleh adanya separasi positif (micro inverse lebih
kecil daripada micro normal).
Caliper log : dalam kondisi lubang bor yang baik umumnya caliper log dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya ketebalan mud cake, sehingga dapat
memberikan pendeteksian lapisan permeabel.
Gamma Ray log : formasi mengandung unsur-unsur radioaktif akan
memancarkan radioaktif dimana intensitasnya akan terekam pada defleksi
kurva gamma ray log, pada umumnya defleksi kurva yang membesar
menunjukkan intensitas yang besar adalah lapisan shale/clay, sedangkan
defleksi menunjukkan intensitas radioaktif rendah menunjukkan lapisan
permeabel.

23
3.3.2.1.2 Identifikasi Ketebalan Dan Batas Lapisan
Ketebalan lapisan batuan dibedakan atas dua, yaitu ketebalan kotor
(gross thickness) dan ketebalan bersih (net thickness). Ketebalan kotor (gross
thickeness) merupakan tebal lapisan yang dihitung dari puncak lapisan sampai
dasar lapisan dari suatu lapisan batuan. Sedangkan ketebalan bersih (net
thickness) merupakan tebal lapisan yang dihitung atas ketebalan dari bagian-
bagian permeabel dalam suatu lapisan.
Adapun penggunaan kedua jenis ketebalan tersebut juga mempunyai
tujuan yang berbeda, dimana pembuatan ketebalan kotor (gross isopach map)
adalah untuk mengetahui batas-batas penyebaran suatu lapisan batuan secara
menyeluruh, dimana pada umumnya digunakan untuk maksud-maksud kegiatan
eksplorasi. Sedangkan penggunaan ketebalan bersih adalah untuk maksud-maksud
perhitungan cadangan. Peta yang menggambarkan penyebaran ketebalan bersih
disebut peta net sand isopach.
Jenis log yang dapat digunakan untuk menentukan ketebalan lapisan
adalah: SP log, kurva resistivity, kurva microresistivity, dan gamma ray log.
Adapun dari defleksi kurva log log tersebut:
SP log, yang terpenting dapat membedakan lapisan shale dan lapisan
permeabel.
Kurva resistivity, alat yang terbaik adalah laterolog dan induction log.
Kurva microresistivity, pada kondisi lumpur yang baik dapat memberikan
hasil penyebaran yang vertikal.
GR log, log ini dapat membedakan adanya shale dan lapisan bukan shale,
disamping itu dapat digunakan pada kondisi lubang bor telah dicasing,
biasanya dikombinasikan dengan neutron log

3.3.2.2 Interpretasi Kuantiatif


Didalam analisa logging secara kuantitatif dimaksudkan untuk
menentukan lithologi batuan, tahanan jenis air formasi (Rw), evaluasi shaliness,
harga porositas (), saturasi air (Sw), dan permeabilitas (K).

24
3.3.2.2.1 Penentuan Lithologi Batuan
A. M-N Plot

Pengeplotan dari tiga data log porositas (log sonic, log neutron, dan log
density) untuk interpretasi lithologi dapat dilakukan dengan M-N plot. Persamaan
dari M-N plot ini adalah sebagai berikut:

t f t log
M 0.01 ............................................................................... (3-1)
b f

Nf N
N ........................................................................................... (3-2)
b f

Pada persamaan 3.1 maksudnya dikalikan dengan 0.01 pada harga M adalah untuk
mempermudah skala, N dinyatakan dalam unit porosity limestone. Untuk fresh
mud diberikan harga t f 189 , f = 1, dan Nf = 1. Untuk lebih jelas mengenai

parameter matrik dan fluida serta harga M dan N pada fresh mud dan salt mud
dapat dilihat pada tabel 3.1. Sedangkan untuk mengidentifikasi mineral dan gas
yang terkandung dalam suatu lapisan dapat dilihat pada gambar 3.11.

Tabel 3.1. Harga M dan N untuk Beberapa Mineral

25
B. Chart RHOB dan NPHI
Crossplot ini digunakan Untuk menentukan mineral-mineral clay yang

terkandung pada lapisan shale, dengan memasukkan harga b dari density log

dan N dari neutron log. Pada chart ini terdapat lima jenis mineral, yaitu quartz,
montmorilonite, illite, kaolinite, dan chlorite. Hal ini dapat dilihat pada gambar
3.12.

3.3.2.2.2 Penentuan Resestivity Air Formasi

Tahanan jenis air (Rw) merupakan parameter penting dalam


menentukan harga saturasi air (Sw) batuan selama menggunakan log listrik. Ada
beberapa metode yang dgunakan untuk menentukan resistivity air formasi, yaitu:

Gambar 3.11. Plot M-N7)

26
A. Analisis Air Formasi
Pengukuran harga Rw ini dilakukan dipermukaan dari contoh air formasi
dengan melakukan pencatatan terhadap temperatur permukaan. Untuk
mendapatkan harga Rw pada temperatur formasi dimana contoh air formasi
tersebut berasal maka digunakan persamaan:

T 6.77
Rw(Tf ) Rw(Ts ) dalam oF ....................................................
surface

T formasi 6.77
(3-3)

T 21.5
Rw(Tf ) Rw(Ts ) dalam oC ...................................................
surface

T formasi 21.5
(3-4)

Gambar 3.12. Chart Rhob vs Nphi7)

27
Metode SP
Langkah penentuan Rw dari metode ini adalah sebagai berikut:

Baca SSP pada kurva SP


Menentukan resistivitas filtrat lumpur (Rmf) pada temperatur formasi:
Ts 6.77
Rmf Tf Rmf (Ts ) dalam oF ........................................................ (3-5)
T f 6.77

Ts 21.5
Rmf Tf Rmf (Ts ) dalam oC ........................................................... (3-6)
T f 21.5

Menentukan Rmfeq
Rmfeq 0.85 Rmf Tf .................................................................................... (3-7)
Menentukan konstanta SP
K c 61 0.133 T f dalam oF .................................................................. (3-8)

K c 65 0.24 T f dalam oC .................................................................. (3-9)

Menentukan Rweq dari SP

Rmfeq
Rweq SSP
........................................................................................... (3-10)
Kc
10

Menentukan Rw dari gambar 3.13. dalam oF

B. Metode Ratio

Rt
Rw Rmf ........................................................................................... (3-11)
Rxo

Asumsi yang digunakan untuk metode ini adalah sebagai berikut:

R(LLD) = Rt dan R(MSFL) = Rxo


Formasi bersih (Vcl < 15%)
Rw konstan
Formasi permeabel

28
Kondisi lubang bor bagus
Rembesan menengah
Sxo = Sw1/5

Gambar 3.13. Grafik SP7)

29
3.3.2.2.3 Evaluasi Shaliness
Pada shale 100% gamma ray log dapat mendeteksi adanya tingkatan
radioaktif alam yang tinggi, sehingga pada tingkatan ini dapat memberikan
gambaran adanya shale, karena shale mengandung radioaktif yang sangat tinggi.
Pada formasi reservoir bersih biasanya mempunyai tingkatan radioaktif rendah
atau dapat disebut 0% shale. Dalam batuan reservoir shaly tingkatan radioaktif
tergantung dari kandungan shale. Pada kurva SP adanya shale akan
mengakibatkan defleksi SP akan menurun (kekanan) mulai dari defleksi SP pada
formasi bersih pada formasi air asin begitu pula harga R (tahanan) juga turun.
Ada beberapa cara untuk menentukan adanya kendungan shale (Vsh)
secara kuantitatif, yaitu sebagai berikut :
A. Vsh SP Log
Harga Vsh dari SP log dapat ditentukan dari rumus:

SP log
Vsh SP 1 ....................................................................................... (3-12)
SSP
Dimana:

SP log = pembacaan kurva SP pada formasi yang dimaksud

SSP = harga pembacaan pada kurva SP maksimal

Vsh SP akan menjadi rendah pada lapisan yang mengandung hidrokarbon, karena
defleksi SP tidak sebesar salt water. Oleh karena itu rumus diatas digunakan pada
lapisan pasir yang terisi air yang mempunyai tahanan batuan rendah sampai
menengah serta baik untuk laminated shale.

B. Vsh Rt (Resistivity)
Tahanan batuan dari campuran antara clay dan mineral tidak konduktif
(quartz) serta tidak dijumpai adanya porositas tergantung dari tahanan clay dan isi
clay itu sendiri.

1

Vsh Rt Rsh Rmax Rt ...................................................................... (3-13)
b

Rt Rmax Rsh

30
Dimana:

Rsh
Jika harga adalah 0,5 1 maka harga b = 1
Rt
Rsh
Jika harga adalah 0,5 maka harga b = 2
Rt
Rsh = tahanan lapisan shale yang berdekatan dengan lapisan produktif

Rt = tahanan batuan dalam pengamatan

Rmax = tahanan tertinggi pada lapisan hidrokarbon (umumnya lapisan clean

hidrokarbon)

C. Vsh GR (Gamma Ray)


Bila tingkat radioaktif clay konstan dan tidak ada mineral lain yang
radioaktif, maka pembacaan gamma ray setelah koreksi terhadap kondisi terhadap
kondisi lubang bor dapat dinyatakan sebagai fungsi linier:

GR = A + (B.Vsh) .......................................................................................... (3-14)

Yang mana harga Vsh dapat ditulis:

GRlog GRmin
Vsh .................................................................................... (3-15)
GRmax GRmin

Dimana:

GRlog = pembacaan GR pada tiap interval kedalaman

GRmin = pembacaan GR pada lapisan non shale

GRmax = pambacaan GR pada lapisan shale

31
D. Vsh N (Neutron)
Harga Vsh dapat dicari dengan rumus:

N
Vsh N .............................................................................................. (3-16)
Nsh

Dimana:

N = harga porositas neutron pada pengamatan

Nsh = harga porositas neutron pada lapisan shale (GR max)

3.3.2.2.4. Penentuan Porositas


Ada beberapa alat untuk menentukan porositas yaitu neutron log,
density log (semua formasi, tapi pada prinsipnya bekerja pada batuan yang kurang
kompak dan batuan shaly), dan sonic log (dalam batuan keras dan consolidated
atau kompak).

A. Neutron Log
Pembacaan neutron log baik SNP maupun CNL tidak hanya tergantung
pada porositas tetapi juga lithologi dan kandungan fluidanya. Oleh karena itu
penentuan porositas harus mengetahui lithologinya. Harga dari porositas neutron
(N) dapat diketahui dengan menggunakan persamaan dibawah ini (dalam
limestone unit):

N / NSH 1.02 N / NSH 0.0425 ............................................................. 3-17

Dimana:

N = porositas yang terbaca pada kurva neutron log

0.0425= koreksi terhadap limestone formation

Lalu besarnya porositas neutron yang telah dikoreksi terhadap shale (Nc) dapat
diketahui dari persamaan dibawah ini:

Nc N Vsh Nsh ............................................................................. 3-18

32
Dimana:

Vsh = volume shale (dari GR log)

Nsh = porositas yang terbaca pada kurva neutron pada lapisan shale (GR Max)

B. Density Log
Dalam menentukan porositas batuan dipengaruhi juga oleh lithologi
kandungan fluida batuan. Porositas dari density log biasanya dinotasikan dengan
D yang mempunyai harga sesuai dengan persamaan dibawah ini:

ma b / bsh
D / DSH ....................................................................................... (3-19)
ma f

Lalu besarnya porositas density yang dikoreksi terhadap shale (Dc) dapat
diketahui dari persamaan dibawah ini:

Dc D Vsh Dsh ............................................................................. (3-20)

Dimana:

Vsh = volume shale (dari GR log)

Dsh = porositas dari kurva density pada lapisan shale (GR Max)

ma = densitas matrik batuan, gr/cc

b = densitas bulk yang dibaca pada kurva density untuk setiap


kedalaman yang dianalisa, gr/cc

f = densitas fluida air (fresh water = 1.0 salt water = 1.1), gr/cc

C. Sonic Log
Dalam menentukan porositas, sonic log sama seperti pada neutron log atau
density log. Harga S dapat diketahui juga dengan menggunakan persamaan
dibawah ini:

33
t log t ma
S ............................................................................ (3-21)
t f t ma

Dimana:

tlog = transite time yang diperoleh dari pembacaan defleksi kurva sonik
untuk setiap kedalaman, sec/ft

tma = transite time matrik batuan, sec/ft

tf = transite time fluida (air), sec/ft

3.3.2.2.5. Penentuan Saturasi Air Formasi (Sw)


Ada beberapa metode yang digunakan untuk menentukan harga saturasi
air formasi (Sw), diantaranya adalah persamaan linier Archie, persamaan
Indonesia, persamaan Dual Water, persamaan Waxman-Smith, dan persamaan
Simandoux. Dalam penulisan tugas akhir ini, persamaan yang digunakan dalam
menentukan saturasi air formasi adalah persamaan Indonesia, persamaan Dual
Water, dan persamaan Simandoux.

A. Persamaan Indonesia
Menentukan volume shale (Vsh)
GRlog GRmin
Vsh .................................................................................... (3-22)
GRmax GRmin

Menentukan porositas dari neutron log

N / NSH 1.02 N / NSH 0.0425 ............................................................. (3-23)

Nc N Vsh Nsh ............................................................................. (3-24)

Menentukan porositas dari density log

ma b / bsh
D / DSH ................................................................................ (3-25)
ma f

Dc D Vsh Dsh ............................................................................. (3-26)

34
Menentukan porositas dari kombinasi density dan neutron log

2 Nc 7 Dc
d n .................................................................................. (3-27)
9

Menentukan harga saturasi air pada flush zone (Sxo)

1 / n
1/ 2 2
md n
1/ 2
Vsh 2vsh
Sxo Rxo ............................................ (3-28)
Rsh Rmf

Menentukan saturasi hidrokarbon sisa (Shr)

S hr 1 S xo ................................................................................................... (3-29)
Menentukan porositas efektif

e d n 1 0,1 S hr ........................................................................... (3-30)

Menentukan saturasi air formasi (Sw)

1Vsh m

1 V 2 2 n
S 2 ............................................................ (3-31)
sh
e

Rt Rsh a Rw
w

B. Persamaan Simandoux

Menentukan Indeks Gamma Ray (IGR)

GRlog GRmin
I GR ................................................................................. (3-32)
GRmax GRmin

Menentukan volume shale (Vsh)

- Older rocks (consolidated):



Vsh 0.33 2 2I GR 1 ........................................................................ (3-33)
- Tertiary rocks (unconsolidated):

Vsh 0.083 2 3.7I GR 1 ................................................................... (3-34)

35
Menentukan porositas terkoreksi terhadap shale:

- Porositas dari sonic log

t log t ma 100
sonic Vsh t sh t ma ....................................... (3-35)
t t t sh t t
f ma f ma

Dimana :

tlog = interval transit time formasi, sec/ft

tma = interval transit time matriks batuan, sec/ft

tf = interval transit time fluida, sec/ft (189 sec/ft untuk fresh mud,
185 sec/ft untuk salt mud)

tsh = interval transit time shale, sec/ft

Vsh = volume shale

Porositas dari density log

b
den ma Vsh ma sh .......................................................... (3-36)

ma f ma f

Porositas dari kombinasi neutron-density log


Ncorr N Nsh 0.3 Vsh ............................................................ (3-37)
0.45


Dcorr D Dsh 0.13 Vsh .......................................................... (3-38)
0.45

Ncorr Dcorr
2 2

N D ........................................................................ (3-39)
2

36
Menentukan saturasi air formasi

Vsh
2
0.4 Rw Vsh 5 2 ....................................... (3-40)
Sw
R
Rsh Rt Rw
2

sh

dimana:

Rw = resistivity air formasi, ohm-m

Rt = resistivity formasi sebenarnya, ohm-m

= porositas koreksi terhadap volume shale , fraksi

Vsh = volume shale

Rsh = resistivity shale pada GR max, ohm-m

C. Persamaan Archie
Saturasi air dihitung berdasarkan formula Archie yang menganggap bahwa
batuan formasi tidak konduktif sedangkan air formasi konduktif. Dengan
menganggap seperti itu persamaan archie bisa menghitung saturasi air. Tetapi ada
beberapa kondisi yang dimana persamaan Archie tidak bisa dipakai. Dibawah ini
merupakan persamaan Archie.

a Rw
S wn ................................................................................................. (3-41)
m Rt

Dimana:

Sw = Saturasi air (fraksi)


= Porositas (fraksi)
a = Koefisien lithologi yang berkisar antara 0,6 2
m = Faktor sementasi yang berkisar antara 1 - 3
n = Saturasi eksponen (n = 2)
Rw = Resistivitas air formasi (-m)
Rt = Resistivitas formasi pada uninvaded zone (-m)

37
3.3.2.2.6. Penentuan Nilai Permeabilitas
Metode Wyllie & Rose (1950) untuk menentukan permeabilitas dengan
menggunakan dua persamaan :
2
250 eff
3

K eff ..................................................................................... (3-42)
S wir

2
75 eff3
K eff ........................................................................................ (3-43)
S wir

Dimana:
k = permeabilitas, mD
SW = saturasi, fraksi

= porositas, fraksi
Swirr = irreducible water saturation (SW diatas zone transisi)

C = tetapan tergantung density hidrokarbon (C = 75 untuk gas)

38

Anda mungkin juga menyukai