Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

METODE PERCIPATORY RURAL APPRAISAL DALAM


PERLIBATAN DAN PENGEMBANGAN MASYRAKAT

DISUSUN OLEH KELOMPOK :


1. Tina Gustiana
2. Lesmi Julita
3. Ober Novita Eeng, S

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKES TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2015
KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas rahmat dan
karunianya sehingga makalah ini dapat terwujud.Paparan materi yang kami
sajikan dalam makalah adalah Metode Percipatory Rural Appraisal Dalam
Perlibatan Dan Pengembangan Masyrakat.
Makalah ini kami buat dengan sebaik-baiknya agar dapat dimengerti oleh
seluruh pembacanya. Namun kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan,sehingga saran pembaca sangat kami harapkan untuk pembuatan
makalah berikutnya
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan pada waktu yang telah
ditentukan
Harapan kami kiranya makalah ini bermanfaat serta dapat meningkatkan
mutu dan daya saing pendidikan kesehatan.

Bengkulu, Maret 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

2
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A.......................................................................................................Latar
belakang .......................................................................................... 1
B.......................................................................................................Rumusa
n masalah ......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.......................................................................................................Kesehat
an Reproduksi.................................................................................. 2
B.......................................................................................................Particip
atory Rural Appraisal (PRA)............................................................ 6
C.......................................................................................................Tujuan
PRA.................................................................................................. 8
D.......................................................................................................Metode
PRA dikembangkan dengan dua tujuan utama, .............................. 9
E.......................................................................................................Tahap
Penerapan PRA dalam Evaluasi Kebijakan/Program....................... 9
F........................................................................................................T
eknik Evaluasi Perencanaan dengan PRA (Participatory Rural
Appraisal).........................................................................................
..........................................................................................................
10
G.......................................................................................................Kelebih
an dan Kekurangan PRA.................................................................. 12
H.......................................................................................................Alasan
Dikembangkannya Metode Partisipatif............................................ 12
I........................................................................................................Struktur
Program............................................................................................ 14
BAB III PENUTUP
A.......................................................................................................Kesimp
ulan .................................................................................................. 15

3
B.......................................................................................................Saran
..........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pembangunan merupakan suatu fenomena yang tidak habis-habisnya
dibahas dalam kerangka kajian keberlangsungan hidup manusia. Fenomena ini
melekat sebagai salah satu ciri kehidupan manusia yang kerap mengalami
perubahan menurut berbagai dimensi yang ada. Dalam konsep pembangunan
biasanya melekat dalam konteks kajian suatu perubahan, pembangunan disini
diartikan sebagaiu bentuk perubahan yang sifatnya direncanakan, setiap orang
atau kelompok orang tentu akan mengharapkan perubahan yang mempunyai
bentuk lebih baik bahkan sempurna dari keadaan yang sebelumnya. Untuk
mewujudkan harapan ini harus memerlukan suatu perencanaan. Selo
Soemardjan (1974) menyatakan bahwa perubahan yang dikehendaki atau
direncanakan merupakan perubahan yang diperkirakan atau yang telah
direncanakan terlebih dahulu oleh fihak-fihak yang hendak mengadakan
perubahan di dalam masyarakat (Soemardjan-Soemardi, 1974).
Banyak metode yang dapat dilakukan dalam mengevaluasi kebijakan/
proyek baik yang akan dilakukan, sedang dilakukan maupun yang telah
dilakukan. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah Participatory Rural
Appraisal atau PRA. Metode ini merupakan pengembangan dari penerapan
metode penelitian Participatory Research Apraisal yang melibatkan
masyarakat sebagai pelaku proses kegiatan dan bukan sebagai objek
(Handayani, 2009).

2. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Participatory Rural Appraisal
2. Bagaimana Prinsip-prinsip Penerapan Participatory Rural
Appraisal
3. Tahap Penerapan dalam Evaluasi Kebijakan/Program
4. Apa kelebihan dan kekurangan Participatory Rural Appraisal dan
Alasan Dikembangkannya Metode Partisipatif

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.Participatory Rural Appraisal (PRA)


Secara harfiah, Participatory Rural Appraisal (PRA) merupakan
penilaian/pengkajian/penelitian keadaan desa secara partisipatif. Dengan
demikian metode PRA artinya adalah cara yang digunakan dalam melakukan
kajian untuk memahami keadaan atau kondisi desa dengan melibatkan
partisipasi masyarakat. Selain itu, PRA juga merupakan sekelompok
pendekatan dan metode yang memungkinkan masyarakat desa untuk saling
berbagi, meningkatkan, dan menganalisis pengetahuan mereka tentang
kondisi dan kehidupan desa, membuat rencana dan bertindak. Usaha-usaha
pengembangan masyarakat dilakukan mengikuti daur program. Daur
program adalah tahapan-tahapan dalam pengembangan program mulai dari
identifikasi masalah dan kebutuhan, pencarian alternatif kegiatan, pemilihan
alternatif kegiatan, pengorganisasian dan pelaksanaan kegiatan, serta
pemantauan dan evaluasi (Driyamedia, 1996).
Anonim (2002), pendekatan, metode dan teknik PRA (Participatory
Rural Appraisal) berkembang pada periode 199O-an. Participatory Rural
Appraisal (PRA) adalah sebuah metode pemahaman lokasi dengan cara
belajar dari, untuk dan bersama dengan masyarakat untuk mengetahui,
menganalisa dan mengevaluasi hambatan dan kesempatan melalui multi-
disiplin dan keahlian untuk menyusun informasi dan pengambilan keputusan
sesuai dengan kebutuhan. PRA mempunyai sejumlah teknik untuk
mengumpulkan dan membahas data. Teknik ini berguna untuk
menumbuhkan partisipasi masyarakat. Teknik-teknik PRA antara lain :
1. Secondary Data Review (SDR) Review Data Sekunder.
Merupakan cara mengumpulkan sumber-sumber informasi yang telah
diterbitkan maupun yang belum disebarkan. Tujuan dari usaha ini adalah
untuk mengetahui data manakah yang telah ada sehingga tidak perlu lagi
dikumpulkan.

2
2. Direct Observation Observasi Langsung. Direct Observation
adalah kegiatan observasi langsung pada obyek-obyek tertentu, kejadian,
proses, hubungan-hubungan masyarakat dan mencatatnya. Tujuan dari
teknik ini adalah untuk melakukan cross-check terhadap jawaban-
jawaban masyarakat.
3. Semi-Structured Interviewing (SSI) Wawancara Semi Terstruktur.
Teknik ini adalah wawancara yang mempergunakan panduan pertanyaan
sistematis yang hanya merupakan panduan terbuka dan masih mungkin
untuk berkembang selama interview dilaksanakan. SSI dapat dilakukan
bersama individu yang dianggap mewakili informasi, misalnya wanita,
pria, anak-anak, pemuda, petani, pejabat lokal.
4. Focus Group Discussion Diskusi Kelompok Terfokus. Teknik ini
berupa diskusi antara beberapa orang untuk membicarakan hal-hal
bersifat khusus secara mendalam. Tujuannya untuk memperoleh
gambaran terhadap suatu masalah tertentu dengan lebih rinci.
5. Preference Ranking and Scoring. Adalah teknik untuk menentukan
secara tepat problem-problem utama dan pilihan-pilihan masyarakat.
Tujuan dari teknik ini adalah untuk memahami prioritas-prioritas
kehidupan masyarakat sehingga mudah untuk diperbandingkan.
6. Direct Matrix Ranking. Adalah sebuah bentuk ranking yang
mengidentifikasi daftar criteria obyek tertentu. Tujuannya untuk
memahami alasan terhadap pilihan-pilihan masyarakat, misalnya
mengapa mereka lebih suka menanam pohon rambutan dibandingkan
dengan pohon yang lain. Kriteria ini mungkin berbeda dari satu orang
dengan orang lain, misalnya menurut wanita dan pria tentang tanaman
sayur.
7. Peringkat Kesejahteraan. Rangking Kesejahteraan Masyarakat di
suatu tempat tertentu. Tujuannya untuk memperoleh gambaran profil
kondisi sosio-ekonomis dengan cara menggali persepsi perbedaan-
perbedaan kesejahteraan antara satu keluarga dan keluarga yang lainnya
dan ketidak seimbangan di masyarakat, menemukan indicator-indikator
lokal mengenai kesejahteraan.

3
8. Pemetaan Sosial. Teknik ini adalah suatu cara untuk membuat
gambaran kondisi sosial-ekonomi masyarakat, misalnya gambar posisi
pemukiman, sumber-sumber mata pencaharian, peternakan, jalan, dan
sarana-sarana umum. Hasil gambaran ini merupakan peta umum sebuah
lokasi yang menggambarkan keadaan masyarakat maupun lingkungan
fisik.
9. Transek (Penelusuran). Transek merupakan teknik penggalian
informasi dan media pemahaman daerah melalui penelusuran dengan
berjalan mengikuti garis yang membujur dari suatu sudut ke sudut lain di
wilayah tertentu.
10. Kalender Musim. Adalah penelusuran kegiatan musiman tentang
keadaan-keadaan dan permasalahan yang berulang-ulang dalam kurun
waktu tertentu (musiman) di masyarakat. Tujuan teknik ini untuk
memfasilitasi kegiatan penggalian informasi dalam memahami pola
kehidupan masyarakat, kegiatan, masalah-masalah, fokus masyarakat
terhadap suatu tema tertentu, mengkaji pola pemanfaatan waktu,
sehingga diketahui kapan saat-saat sibuk dan saat-saat waktu luang.
11. Alur Sejarah. Alur sejarah adalah suatu teknik yang digunakan
untuk mengetahui kejadian-kejadian dari suatu waktu sampai keadaan
sekarang dengan persepsi orang setempat. Tujuan dari teknik ini adalah
untuk memperoleh gambaran mengenai topik-topik penting di
masyarakat.
12. Analisa Mata Pencaharian. Masyarakat akan terpandu untuk
mendiskusikan kehidupan mereka dari aspek mata pencaharian. Tujuan
dari teknik ini yaitu memfasilitasi pengenalan dan analisa terhadap jenis
pekerjaan, pembagian kerja pria dan wanita, potensi dan kesempatan,
hambatan.
13. Diagram Venn. Teknik ini adalah untuk mengetahui hubungan
institusional dengan masyarakat. Tujuannya untuk mengetahui pengaruh
masing-masing institusi dalam kehidupan masyarakat serta untuk
mengetahui harapan-harapan apa dari masyarakat terhadap institusi-
institusi tersebut.

4
14. Kecenderungan dan Perubahan. Adalah teknik untuk
mengungkapkan kecenderungan dan perubahan yang terjadi di
masyarakat dan daerahnya dalam jangka waktu tertentu. Tujuannya untuk
memahami perkembangan bidang-bidang tertentu dan perubahan-
perubahan apa yang terjadi di masyarakat dan daerahnya.
Penerapan pendekatan dan teknik PRA dapat memberi peluang
yang lebih besar dan lebih terarah untuk melibatkan masyarakat. Selain
itu melalui pendekatan PRA akan dapat dicapai kesesuaian dan
ketepatgunaan program dengan kebutuhan masyarakat sehingga
keberlanjutan (sustainability) program dapat terjamin. Penggunaan PRA
mengupayakan tumbuhnya pemberdayaan masyarakat, sehingga
keunggulan PRA yaitu menimbulkan :
a. Munculnya proses partisipasi aktif, baik teknis maupun politis dari
masyarakat yang menjadi kelompok sasaran dalam keseluruhan
program kegiatan
b. Tumbuhnya suasana keberpihakan bagi mereka yang selama ini
merasa terpinggirkan, terabaikan dalam proses pembangunan, dalam
hal ini masyarakat kampung kota yang terkadang sering terkena
proyek penggusuran. Teknik PRA mencoba menumbuhkan
keseimbangan peran dan pola hubungan antara kelompok dominan
dan kelompok yang terpinggirkan. Keberpihakan memberi dasar pada
tumbuhnya pemberdayaan, saling belajar dan menghargai perbedaan.
Keyakinan bahwa belajar tidak saja hanya mentransfer informasi,
pengalaman dan ilmu pengetahuan, tetapi juga mendorong terciptanya
ilmu pengetahuan dan kearifan lokal.

B.Prinsip-prinsip Penerapan PRA (Adimihardja & Hikmat, 2003) serta


Bhandari (2003)
1. Masyarakat dipandang sebagai subjek bukan objek.
2. Orang luar sebagai fasilitator dan masyarakat sebagai pelaku.

5
3. Peneliti memposisikan dirinya sebagai insider bukan outsider
4. Fokus pada topik utama permasalahan
5. Pemberdayaan dan partisipatif masyarakat dalam menentukan
indikator sosial (indikator evaluasi partisipatif)
6. Keterlibatan semua anggota kelompok dan menghargai perbedaan.
7. Konsep triangulasi. Untuk bisa mendapatkan informasi yang
kedalamannya dapat diandalkan, bisa digunakan konsep triangulasi yang
merupakan bentuk pemeriksaan dan pemeriksaan ulang (check and
recheck).
8. Optimalisasi hasil.
9. Fleksibel dalam proses partisipasi
Prinsip-prinsip PRA menurut Robert Chambers:
1. Prinsip mengutamakan yang terabaikan (keberpihakan)
Mengutamakan masyarakat yang terabaikan agar memperoleh
kesempatan untuk memiliki peran dan mendapat manfaat dalam kegiatan
program pembangunan. Keberpihakan ini lebih pada upaya untuk
mencapai keseimbangan perlakuan terhadap berbagai golongan yang
terdapat di suatu masyarakat, mengutamakan golongan paling miskin
agar kehidupannya meningkat
2. Prinsip pemberdayaan (penguatan) masyarakat
Peningkatan kemampuan masyarakat, kemampuan itu ditingkatkan dalam
proses pengkajian keadaan, pengambilan keputusan dan penentuan
kebijakan, sampai pada pemberian penilaian dan koreksi kepada kegiatan
yang berlangsung.
3. Prinsip masyarakat sebagai pelaku dan orang luar sebagai
fasilitator
Menempatkan masyarakat sebagai pusat dari kegiatan pembangunan.
Orang luar juga harus menyadari peranannya sebagai fasilitator.
4. Prinsip saling belajar dan menghargai perbedaan
Salah satu prinsip dasarnya adalah pengakuan akan pengalaman dan
pengetahuan tradisional masyarakat.
5. Prinsip informal

6
Kegiatan PRA diselenggarakan dalam suasana yang bersifat luwes,
terbuka, tidak memaksa dan informal. Situasi ini akan menimbulkan
hubungan akrab, karena orang luar akan berproses masuk sebagai
anggota masyarakat, bukan sebagai tamu asing yang oleh masyarakat
harus disambut secara resmi.
6. Prinsip Triangulasi
Prinsip ini lebih berhubungan dengan perolehan informasi. Adakalanya
informasi yang dikemukakan oleh individu ada kemungkinan tidak
dibenarkan menurut kelompok. Ada kemungkinan juga informasi yang
diberikan kelompok tidak cocok dengan realitas. Oleh sebab itu prinsip
triangulasi merupakan tindakan untuk mengontrol sumber informasi.
Dalam masyarakat nelayan misalnya kalau juragan mengemukakan
informasi maka tingkat subyektivitasnya juga tinggi mana kala berkenaan
dengan kepentingan para juragan itu. Demikian juga dengan kelompok
yang lain. Karena sumber informasi itu banyak maka kebenaran
informasi itu perlu dicari melalui berbagai pihak dengan cara cross
check.
7. Prinsip mengoptimalkan hasil
Prinsip mengoptimalkan atau memperoleh hasil informasi yang tepat
guna menurut metode PRA adalah :
a. Lebih baik kita "tidak tahu apa yang tidak perlu kita ketahui"
(ketahui secukupnya saja)
b. Lebih baik kita "tidak tahu apakah informasi itu bisa disebut benar
seratus persen, tetap diperkirakan bahwa informasi itu cenderung
mendekati kebenaran" (daripada kita tahu sama sekali)

8. Prinsip orientasi praktis


Artinya bahwa program program yang dikembangkan dengan metode
PRA ini lebih berorientasi pada pemecahan masalah secara praktis.
Misalnya saja apa yang menjadi masalah kesehatan ibu dan anak di desa,
potensi (kemampuan manusia atau kelompok untuk mengerakkan

7
perubahan ) apa yang dimiliki, tersedianya potensi pendukung lain atau
tidak, yang kemungkinan berada pada kelompok lain atau daerah lain,
ada tidaknya sumber yang dimiliki , dan program-program yang
dirancang memecahkan kebutuhan banyak pihak
9. Keberlanjutan
Dalam kehidupan masyarakat masalah akan berkembang terus, artinya
selama manusia itu ada maka masalah tidak pernah akan selesai. Oleh
karenanya program yang dirancang oleh masyarakat untuk memecahkan
persoalan mereka adalah berkesinambungan dan memungkinkan
mengantisipasi munculnya masalah dikemudian hari.
10. Belajar dari kesalahan.
Dalam PRA kesalahan itu wajar dan sangat manusiawi, oleh sebab itu
perencanaan Program jangan terlalu sulit sehingga masyarakat tidak
mampu memenuhinya. Dalam menyusun kegiatan bukan juga hal yang
bersifat coba coba akan tetapi telah mempertimbangkan banyak hal
termasuk tentang kesalahan.
11. Terbuka
Dalam PRA sangat memungkinkan ketidak sempurnaan oleh sebab itu
keterbukaan atas tanggapan orang lain terhadap kegiatan PRA ini sangat
positif sebab disadari bahwa di setiap metode tidak pernah ada yang
berlangsung dengan sempurna

C.Tujuan PRA
Pada intinya PRA adalah sekelompok pendekatan atau metode yang
memungkinkan masyarakat desa untuk saling berbagi, meningkatkan, dan
menganalisis pengetahuan mereka tentang kondisi dan kehidupan desa, serta
membuat rencana dan tindakan nyata (Chambers, 1996)

D.Metode PRA dikembangkan dengan dua tujuan utama, yaitu :


1. Tujuan praktis (tujuan jangka pendek) adalah menyelenggarakan
kegiatan bersama masyarakat untuk mengupayakan pemenuhan

8
kebutuahan praktis dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekaligus
sebagai sarana proses belajar tersebut.
2. Tujuan strategis (tujuan jangka pendek) adalah mencapai
pemberdayaan masyarakat dan perubahan sosial melalui pengembangan
masyarakat dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
(Driyamedia, 1996).

E.Tahap Penerapan PRA dalam Evaluasi Kebijakan/Program


Tahapan didalam melakukan PRA secara umum dapat dibagai kedalam
beberapa kegiatan sebagai berikut:
1. Membangun kesepakatan untuk mengevaluasi bersama-sama.
Secara detail dalam tahapan ini terdapat beberapa hal yang harus
dilakukan, meliputi: Penentuan latar belakang (apa yang akan di
evaluasi); tujuan; biaya; waktu Tujuan dari diadakannya evaluasi; dan
Pemilihan fasilitator
2. Menetapkan term of reference, meliputi: Pemilihan teknik dan
pemilihan representasi wakil kelompok (stakeholder)
3. Mengumpulkan dan menganalisa data, meliputi: Pemetaan wilayah
dan kegiatan yang erat berhubungan dengan penilaian dampak program;
Identifikasi permasalahan beserta potensi pemecahan masalah; dan
Pemilihan pemecahan masalah
Evaluasi suatu kebijakan/ program dapat dilakukan pada awal proses
pengkajian perencanaan (ex-ante), di tengah ketika program sedang berjalan
(on-going) dan di akhir program sudah dilaksanakan (ex-post). PRA dalam
evaluasi dilakukan untuk menggali informasi terkait indikator proses dan
hasil dari suatu kegiatan. Evaluasi tersebut digunakan untuk mengukur
sejauh mana pencapaian tujuan kebijakan/ program yang telah disepakati
bersama masyarakat. Evaluasi dikembangkan untuk mengukur aspek proses
dan hasil/dampak dari program. Keunggulan proses evaluasi yang dilakukan
oleh masyarakat sendiri adalah evaluasi yang dihasilkan lebih detail dan
tepat. Hal ini terjadi karena masyarakat yang merasakan manfaat dari
kebijakan/ program.
Berikut tahapan evaluasi kebijakan/ program:

9
1. Mengkaji adanya perkembangan atau perubahan yang terjadi dalam
masyarakat sebagai akibat dari perlakuan program yang dilaksanakan.
(dalam jangka waktu tertentu, biasanya pertahun). Kegiatan ini dilakukan
dalam rangka perbaikan
2. Mengkaji tujuan apa saja yang telah dicapai, dan yang belum
tercapai serta mengidentifikasi penyebabnya
3. Mengkaji pengaruh kebijakan/program terhadap perubahan
masyarakat menyangkut kesejahteraan atau dikenal dengan studi dampak
(impact study)
4. Menyediakan informasi yang dibutuhkan dalam kerangka
pertanggung-jawaban lembaga dan pelaporan terhadap lembaga donor.

F. Teknik Evaluasi Perencanaan dengan PRA (Participatory Rural


Appraisal)
Lahirnya metode partisipasi masyarakat dalam pembangunan
dikarenakan adanya kritik bahwa masyarakat diperlakukan sebagai obyek,
bukan subyek. Metode Participatory Rural Appraisal (PRA) merupakan
perkembangan dari metode-metode terdahulu, diantaranya RRA (Rapid Rural
Appraisal) oleh Chambers (1992).
Evaluasi adalah penilaian yang diperlukan untuk menghasilkan
informasi mengenai kinerja kebijakan atau usaha untuk mengetahui seberapa
jauh suatu kebijakan/ program/ proyek memberikan manfaat. Appraisal
adalah evaluation research. Yaitu untuk menilai konsep dan design suatu
kebijakan/program/proyek yang akan dilaksanakan.
Teknik evalausai ini digunakan sebgai alat penguji proposal suatu
kebijakan/ program/ proyek sebelum disetujui dan dijalankan. Jadi evaluasi
yang ilakaukan sebelum kebijakan itu dijalankan.
Participatory Rural Appraisal (PRA) atau Pemahaman Partisipatif
Kondisi Pedesaan (PRA) adalah pendekatan dan metode yang
memungkinkan masyarakat secara bersama-sama menganalisis masalah
kehidupan dalam rangka merumuskan perencanaan dan kebijakan secara
nyata. Metode dan pendekatan ini semakin meluas dan diakui kegunaannya
ketika paradigma pembangunan berkelanjutan mulai dipakai sebagai

10
landasan pembangunan di negara-negara sedang berkembang. Dalam
paradigma pembangunan berkelanjutan, manusia ditempatkan sebagai inti
dalam proses pembangunan. Manusia dalam proses pembangunan tidak
hanya sebagai penonton tetapi mereka harus secara aktif ikut serta dalam
perencanaa, pelaksanaan, pengawasan dan menikmati hasil pembangunan.
Metode dan pendekatan yang tampaknya sesuai dengan tuntutan paradigma
itu adalah metode dan pendekatan yang partisipatif.
Slamet (2003 : 11) menegaskan bahwa usaha pembangunan pedesaan
melalui proses perencanaan partisipasi perlu didekati dengan berbagai cara
yaitu : (1) penggalian potensi-potensi dapat dibagung oleh masyarakat
setempat, (2) pembinaan teknologi tepat guna yang meliputi penciptaan,
pengembangan, penyebaran sampai digunakannya teknologi itu oleh
masyarakat pedesaan, (3) pembinaan organisasi usaha atau unit pelaksana
yang melaksanakan penerapan berbagai teknologi tepat guna untuk mencapai
tujuan pembangunan, (4) pembinaan organisasi pembina/pendukung, yang
menyambungkan usaha pembangunan yang dilakukan oleh individu-individu
warga masyarakat pedesaan dengan lembaga lain atau dengan tingkat yang
lebih tinggi (kota, kecamatan, kabupaten, propinsi, nasional), (5) pembinaan
kebijakan pendukung, yaitu yang mencakup input, biaya kredit, pasaran, dan
lain-lain yang memberi iklim yang serasi untuk pembangunan.

Perencanaan partisipasi harus dilakukan dengan usaha :


1. perencanaan harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang
nyata (felt need),
2. dijadikan stimulasi terhadap masyarakat, yang berfungsi
mendorong timbulnya jawaban (response),
3. dijadikan motivasi terhadap masyarakat, yang berfungsi
membangkitkan tingkah laku (behavior).
Dalam perencanaan yang partisipatif (participatory planning),
masyarakat dianggap sebagai mitra dalam perencanaan yang turut berperan
serta secara aktif baik dalam hal penyusunan maupun implementasi rencana,

11
karena walau bagaimanapun masyarakat merupakan stakeholder terbesar
dalam penyusunan sebuah produk rencana dan kebijakan.

G. Kelebihan dan Kekurangan PRA


1. Masyarakat yang merupakan pelaku program kegiatan dapat
berpartisipasi aktif. Tingkat kesesuaian programnya dengan kebutuhan
masyarakat akan besar sehingga keberhasilan dan keberlanjutan
(sustainability) program dapat terjamin.
2. Teknik PRA memberi keseimbangan peran dan pola hubungan
antara kelompok dominan dan kelompok yang terpinggirkan (EX: kaya
dan miskin; pusat dan pinggiran).
3. Metode dan teknik dalam PRA terus berkembang sehingga bisa
timbul beberapa persepsi dalam penerapannya secara praktis.
4. Butuh waktu yang tidak sebentar dan besarnya biaya.

H. Alasan Dikembangkannya Metode Partisipatif


1. Adanya kelemahan pendekatan dari atas dimana terdapat :
a. Ketidakselarasan antara peneliti dan perencana dengan pelaksanaan
kegiatan.
b. Dari kenyataan selama ini bahwa masyarakat hanya sekedar
sebagai pelaksana, tidak merasa sebagai pemilik program kegiatan,
dan tidak melanjutkannya apabila program itu selesai.
Dengan kata lain bahwa dengan pendekatan Top Down Planning
yaitu ketidakselarasan peneliti dan perencana dengan pelaksana,
masyarakat sekedar pelaksana, bukan pemilik.
2. Munculnya pemikiran tentang pendekatan pembangunan dari
bawah yang mana :
a. Pendekatan ini benar-benar melibatkan masyarakat dalam
keseluruhan proses, bukan hanya dalam pelaksanaan.
b. Lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan masyarakat merasa
memiliki program kegiatan yang diberikan.
Atau dengan bahasa lain, adalah karena muncul pendekatan Bottom
Up Planning maka proses pelibatan masyarakat secara overall, Self
assessment dan self belongingness.
Ada 2 (dua) tujuan yang ingin dicapai, yaitu :

12
1) Tujuan Jangka Pendek: yaitu melaksanakan kegiatan
bersama masyarakat untuk memenuhi kebutuhan praktis dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2) Tujuan Jangka Panjang adalah untuk mencapai
pemberdayaan masyarakat dan perubahan sosial dengan
pengembangan masyarakat melalui proses pembelajaran.
3. Ciri Khusus Evaluasi dengan Metode Partisipatif
Ciri khusus perencanaan partisipatif dapat dilihat dari adanya peran
serta masyarakat dalam proses pembangunan desa. Adapun ciri-ciri
perencanaan partisipatif antara lain sebagai berikut :
a. Adanya hubungan yang erat antara masyarakat dengan
kelembagaan secara terus-menerus.
b. Masyarakat atau kelompok masyarakat diberi kesempatan untuk
menyatakan permasalahan yang dihadapi dan gagasan-gagasan
sebagai masukan berharga.
c. Proses berlangsungnya berdasarkan kemampuan warga masyarakat
itu sendiri.
d. Warga masyarakat berperan penting dalam setiap keputusan.
e. Warga masyarakat mendapat manfaat dari hasil pelaksanaan
perencanaan.

I. Struktur Program
Karena tujuan penerapan metode PRA adalah pengembangan program
bersama masyarakat, penerapannya perlu senantiasa mengacu pada siklus
pengembangan program. Gambaran umum siklus tersebut secara ringkas
adalah sebagai berikut :
1. Pengenalan masalah/kebutuhan dan potensi, dengan maksud untuk
menggali informasi tentang keberadaan lingkungan dan masyarakat
secara umum.
2. Perumusan masalah dan penetapan prioritas guna memperoleh
rumusan atas dasar masalah dan potensi setempat.
3. Identifikasi alternatif pemecahan masalah atau pengembangan
gagasan guna membahas berbagai kemungkinan pemecahan masalah
melalui urun rembug masyarakat.

13
4. Pemilihan alternatif pemecahan yang paling tepat sesuai dengan
kemampuan masyarakat dan sumber daya yang tersedia dalam kaitannya
dengan swadaya.
5. Perencanaan penerapan gagasan dengan pemecahan masalah
tersebut secara konkrit agar implementasinya dapat secara mudah
dipantau.
6. Penyajian rencana kegiatan guna mendapatkan masukan untuk
penyempurnaannya di tingkat yang lebih besar.
7. Pelaksanaan dan pengorganisasian masyarakat sesuai dengan
kebutuhan dan tingkat perkembangan masyarakat.
8. Pemantauan dan pengarahan kegiatan untuk melihat kesesuaiannya
dengan rencana yang telah disusun.
9. Evaluasi dan rencana tindak lanjut untuk melihat hasil sesuai yang
diharapkan, masalah yang telah terpecahkan, munculnya massalah
lanjutan, dll.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
PRA, sebagai metode yang banyak dipercaya oleh beberapa kalangan
cukup tepat digunakan dalam usaha pemberdayaan masyarakat, adalah bukan
suatu metode dan teknik yang benar-benar sudah fiks. Seandainya sebuah
buku, dalam metode PRA masih banyak terdapat halaman-halaman kosong,
dimana pembaca mempunyai dan bahkan diberi kesempatan untuk mengisi
halaman kososng tersebut. Hal tersebut memungkinkan pengembangan yang
tidak terbatas terhadap metode ini, dan itu bukan menjadi masalah selama
prinsip dasar metode ini masih menjadi pertimbangan utama dalam
pengembangan teknikteknik PRA. Pertimbangan tersebut perlu ditekankan
agar kita tidak terjebak lagi dalam pola lama yang menjadikan suatu metode
merupakan panduan atau petunjuk pelaksanaan teknis (juklaknis) yang baku,
yang tidak mungkin ada perubahan, yang kalau tidak menggunakan dan

14
mengikuti panduan tersebut artinya salah, dll, yang antara lain seperti telah
diuraikan dalam permasalahan yang mungkin muncul dalam penerapan PRA.
Setelah mengetahui permasalahan Petani lele di desa Sialang Kubang,
yang ditindak lanjuti dengan membuat kegiatan atau program seperti
penyuluhan yang dapat dijadikan sebagai solusi atas pemecahan permasalahan
yang terjadi di desa tersebut dengan teknik FGD (Foccus Group Discussion).

B. Saran
Sebaiknya kegiatan ini sering dilakukan karena mampu membantu
mahasiswa/i untuk mengetahui keadaan petani/peternak secara langsung dan
mampu melatih mahasiswa untuk dapat berkomunikasi dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Adimihardja, K. &. H. H., 2003. Participatory Research Appraisal : Pengabdian


dan Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Penerbit Humaniora.

Bhandari, B. B., 2003. Participatory Rural Appraisal. In: Kanagawa, Japan:


Institute for Global Environmental Strategies (IGES), p. Module 4.

Riant, N. D., 2004. Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi dan Evaluasi.


Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Made Merta, 2004. Penerapan Teknik Partisipatory Rapid Appraissal (Pra) Dalam
Pengelolaan Lingkungan Di Dataran Tinggi Nusa Tenggara Timur. Jurnal.
Diunduh pada hari jumat, 21 marret 2014

http://m.kompasiana.com/post/read/568647/2/participatory-rural-appraisal-
sebuah-teknik-evaluasi-partisipatif.htm. Diunduh pada hari jumat, 21 marret
2014

15

Anda mungkin juga menyukai