PENDAHULUAN
memperbaiki keadaan tulang alveolar rahang agar dapat jadi lebih baik untuk
mendapatkan protesa dengan retensi, stabilsasi, estetik, dan fungsi yang lebih
(Aditya, 1999).
tulang yang keluar dari permukaan tulang (Rasyid, 2013). Eksostosis merupakan
tonjolan tulang pada prosesus alveolaris yang berbentuk membulat, serta tajam
bila diraba, terasa sakit dan tidak dapat digerakkan. Penyebab eksostosis tersebut
dikarenakan adanya proses resorpsi tulang pada usia lanjut yang terjadi fisologis
dan tidakteratur. Sehingga didapatkan sisa tulang resorpsi yang tajam dan
pada pasien yang menggunakan gigi tiruan. Agar tidak mengganggu retensi,
1
Alveolektomi adalah salah satu bedah preprostetik. Bedah preprostetik
alveolar rahang agar dapat jadi lebih baik untuk penempatan gigi tiruan. Tujuan
alveolektomi agar plat gigi tiruan dapat menempel dengan kuat. Tidak semua
pasien yang ingin memasang gigi tiruan perlu dilakukan alveolektomi. Oleh
penting yang perlu diketahui seorang dokter gigi. Dengan mengetahui prosedur
terjadi. Medikasi yang diperlukan selama proses alveolektomi juga penting untuk
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka dapat ditarik suatu
2
1.3 Tujuan Laporan Kasus
Padang.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
berarti pemotongan sebagian atau seluruh prosesus alveolaris yang menonjol atau
prosesus alveolaris yang tajam pada maksila atau mandibula, pengambilan torus
dukungan yang baik bagi gigi tiruan. Tindakan ini meliputi pembuangan undercut
atau cortical plate yang tajam, mengurangi ketidakteraturan puncak ridge atau
bedah yang dilakukan untuk persiapan pemasangan gigi tiruan (Tjiptono dkk,
mengurangi plat labial atau bukal dari prosessus alveolar dengan pengambilan
Tujuan dari bedah preprostetik ini adalah untuk mendapatkan gigi tiruan
dengan retensi, stabilitas, estetik dan fungsi yang lebih baik. Tindakan
4
pengurangan dan perbaikan tulanga alveolar yang menonjol atau tidak teratur
pembuatan gigi tiruan yang nyaman walaupun kondisi tersebut dapat diperbaiki
dengan prosedur bedah minor. Penonjolan tulang atau tidak teratur dapat
menyebabkan gigi tiruan tidak stabil yang dapat mempengaruhi kondisi tulang
dilakukan saat proyeksi gigi anterior dari ridge pada area premaksilaris akan
menjadi masalah untuk estetik dan kestabilan gigi tiruan pada masa yang
Indikasi
5
4) Pengambilan eksostosis yang menggangu pada pembuatan gigi
tiruan.
gigi terdapat sisi marginal alveolar yang kasar dan tidak beraturan
Kontraindikasi
rata, tetapi tidak mengganggu adaptasi gigi tiruan baik dalam hal
6
3) Pada pasien yang memiliki penyakit sistemik yang tidak terkontrol
aterosklerosis.
4) Periostitis
alveolektomi
7
pengobatan tetapi diagnosa yang tepat hanya satu (Tjiptono dkk,
1998).
2. Rencana perawatan
bedah. Dari anamnesa perawatan ini akan keluar empat macam hasil
pengobatan saja).
a. Asepsis
b. Atraumatic-surgery
Perwatan pasca bedah atau perawatan sesudah operasi yang baik akan
8
2.3 Pembuatan Flap
Flap adalah bagian dari gingiva, mukosa alveolar atau periosteum yang
dipisahkan atau dipotong dari gigi dan prosesus alveolar dengan suplai darah tetap
terpelihara (Rapley, 2005). Flap merupakan pembukaan gingiva dan atau mukosa
yang dipisahkan dari jaringan di bawahnya untuk meluaskan lapang pandang dan
1. Flap harus memperoleh suplai darah yang cukup, mukosa mulut penuh
dengan pembuluh darah dan dasar flap tidak terlalu sempit maka nekrosis
2. Flap harus sesuai ukurannya dan terbuka penuh ( fully reflected ); bila sebuah
berhadapan dan bukan menurut panjangnya sehingga sebuah insisi yang tidak
3. Flap yang dibuat terlalu kecil dapat menyebabkan operasi tidak dapat
dilakukan secara baik karena aksesnya tidak memadai serta kurang luas
daerah pandang; tambahan pula jaringan akan mudah teregang atau robek
penyembuhan.
4. Flap harus dapat terbuka penuh dan bersih, serat periosteum yang masih
melekat pada tulang akan berdarah serta menempel pada bur sewaktu
9
kecil, bila flap tidak terbuka dengan bersih maka akan dapat menimbulkan
5. Tepi tepi flap harus berada pada tulang yang sehat.Bila flap dijahit di atas
berikut. Buatlah insisi serong ke dalam (internal bevel), dari dekat tepi
digunakan untuk membuat insisi awal ini. Pisau No.11 atau 15c dengan
tangkai yang telah dimodifikasi dapat digunakan dengan baik untuk membuat
insisi di daerah lingual atau palatal. Insisi awal ini sebaiknya diperluas ke
dissection), agar flap dapat dibuka dan mudah digerakkan, serta memberi
10
akses yang cukup ke strukturstruktur di bawahnya, seperti puncak tulang,
daerah cacat tulang, sementum nekrotik, dll. Setelah itu dibuat insisi kedua
mengelilingi setiap gigi ke arah puncak tulang atau aspek koronal dari
tulang.
tetapi tidak termasuk periosteum. Flap ini dibuat dengan membuat insisi
tajam sampai ke dekat tulang alveolar, tetapi periosteum dan jaringan ikat
melakukan flap ini hampir sama dengan teknik flap berketebalan penuh,
kecuali insisi awal dan cara merefleksi atau membuka flap yang berbeda.
(internal bevel) menggunakan pisau bedah, mulai dari tepi gingival, sejajar
dan dekat ke permukaan luar tulang, tetapi biarkan jaringan lunak setebal
kurang lebih 0,5-1 mm tetap utuh dan melekat ke tulang. Pisau bedah yang
biasa digunakan adalah No.11, 12b, 15, atau 15c. Kemudian pemotongan
11
akan digeser atau ditransfer sehingga menghindari daerah tulang yang
terdedak.
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan flap antara lain :
Gunting benang.
Persiapan peralatan:
1. Blade dipasang pada scalpel menggunakan bantuan klem atau needle holder
2. Needle holder memegang jarum dan benang pada 1/3 lengkung proksimal
12
Gambar 3. cara memegang jarum dengan nedle holder
III. Tekanan difokuskan pada sisi blade sesuai desain dan kebutuhan.
4. Needle holder dipegang oleh jari ke I dan IV seperti tampak pada gambar, jari
dimana terdapat beberapa macam bentuk flap yang dapat dibuat dan dibuat
tergantung dari daerah operasi dan besar lesi yang akan diambil. yaitu;
tergantung pada operasi yang akan dikerjakan. Batas dasar pada incisi di
lipoma dsb
mandibula
13
d) Insisi Marginal : Bentuknya berupa garis lurus yg ditarik pada
untuk jenis insisi marginal ini adalah gusi & periodontal dalam keadaan
sehat.
angular yang diperoleh dari insisi angular.Flap jenis ini sering digunakan
utk odontektomi gigi molar bungsu rahang bawah. Flap angular hanya
dilakukan di bagian bukal ataun labial. Kontra indikasi utk bagian lingual
atau palatal, karena resiko terpotongnya arteri, vena & saraf penting.
gigi premolar, kaninus, insisif & gigi supernumerary. Pada kasus ini
dgn maksud agar tidak merusak suplay darah gingiva & membran
14
periodontal. Flap U juga hanya diindikasikan untuk bagian anterior
operasi tidak terlalu luas dan hanya pada bagian bukal/labial, kadang
Bentuk flap ini dibuat tergantung dari pada daerah operasi dan besar
bagian yang akan diambil. Apabila tepi gingiva dari pada gigi termasuk dalam
daerah flap, maka harus diinsisi dan tidak boleh diangkat begitu saja. Untuk
15
melepaskan flap harus dengan gerakan yang halus.Pekerjaan yang tidak rapi akan
menimbulkan trauma dan akan menyebabkan penyembuhan yang lama dan tidak
aliran darah dari flap, sehingga flap tetap hidup dan baik terhindar dari terjadinya
nekrose.
pada satu garis & pada kedalaman tertentu, umumnya pisau harus
bekerja.
mole, atau dasar mulut tidak boleh tegak lurus dan dalam (Tjiptono
16
c. Hindari retraksi flap yang terlalu lama
keduanya
f. Pendukung
g. Ukuran : ukuran flap seharusnya lebih besar dan jangan terlalu kecil
17
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Kasus
dengan keluhan ingin membuat gigi tiruan penuh pada rahang atas dan rahang
bawah. Dari pemeriksaan subjektif didapatkan bahwa pasien tidak ada kelainan
penyakit sistemik dan tidak ada riwayat elergi obat. Saat datang ke RSGMP
tampak tanda-tanda vital normal dan keadaan mulut pasien baik. Pada hari
apakah pembuatan gigi tiruan bisa dilakukan atau tidak. Pada pemeriksaan
intraoral terlihat adanya penonjolan pada tulang tepatnya di ridge alveolar pada
regio gigi 12. Sewaktu di palpasi didapat adanya rasa sakit, runcing dan tajam.
di regio gigi 12, yang dapat mengganggu pada pembuatan gigi tiruan.
Nama : Zulhasni
Umur : 54 Tahun
No RM : 040606
18
Gambar 1. Foto Pemeriksaan Intra Oral
15, Gunting bedah, Benang + jarum jahit, Needle holder, Low speed (
Alkohol.
19
2. Dudukkan pasien didental unit, operator menjelaskan kepada pasien
- Pasien : asepsis intra oral dan ekstra oral dengan menggunakan alkohol
(mati rasa)
5. Lakukan bleeding point pada daerah yang akan dilakukan insisi dengan
tegak lurus tulang tujuan tidak meleset, disarankan lebih baik dataran
posisi tersebut dengan jari telunjuk tangan kiri atau dengan hemostat yang
7. Buang penonjolan tulang alveolus yang runcing tersebut dengan bur atau
8. Letakkan kenabel tang atau bone shear atau single edge bone-cutting
rongeur dengan satu blade pada puncak alveolar dan blade lainnya
20
dibawah undercut yang akan dibuang, dimulai pada regio insisivus sentral
atas atau bawah dan berlanjut ke bagian paling distal dari alveolar ridge
Gambar 3. a. Reduksi undercut dengan Rongeur b. Reduksi undercut dengan bur tulang
9. Raba bagian tulang yang masih tajam dan dihaluskan dengan dengan
Nacl 0,9 %
interrupted suture
11. Instruksi pasca bedah dan medikasi kemudian pasein dipulangkan dan
21
12. Setelah 1 minggu apabila tidak ada inflamasi, jahitan dibuka (Tjiptono,
dkk).
makanan yang lengket pada benang tidak masuk ke dalam mukosa saat
22
BAB IV
KOMPLIKASI
Hal ini wajar, salah satu keluhan yang mungkin terjadi adalah rasa
ketidaknyamanan. Rasa ini dapat terjadi sebagai akibat adanya rasa sakit yang
dialami pasein. Rasa ini dapat terjadi akibat adanya rasa sakit yang dialami pasein.
rasa sakit.
tersebut.
Nervus dapat terluka pada anastesi lokal karena memakai jarum yang
tumpul dan bisa juga terjadi bila waktu penyuntikkan ada sisa alkohol
23
yang masuk kejaringan dan sampai ke nervus sehingga dapat
c. Pendarahan
Penanganan;
- Secara tekanan
- Secara biologis
penjahitan kembali.
- Hemostat
d. Edema
24
terhadap cidera. Edema adalah reaksi individual yaitu trauma yang
yang sama baik pada pasein yang sama atau berbagai pasien. Usaha-
jenis steroid yang dibarikan secara prenatal, oral atau tropical sebagai
keduanya. Dry socket ini bisa juga terjadi akibat adanya streptococcus,
tenang, hati-hati dan halus. Bagian yang mengalami dry socket diberi
25
f. Infeksi
bisa juga air dingin selama kurang lebih 30 menit pada jam pertama
makan dengan cairan antiseptik atau obat kumur yang telah disiapkan.
penyembuhan luka.
jahitan.
pembedahan.
26
7. Banyak meminum air putih agar terhindar dari dehidrasi
8. Pasien harus selalu menjaga kebersihan mulut, gigi disikat secara rutin
27
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
gigi tiruan dalam hal stabilitas maupun retensi. Alveolektomi dilakukan untuk
adaptasi gigi tiruan. Karena itu sebelum proses pembuatan gigi tiruan dilakukan,
seorang dokter gigi harus memperhatikan apakah terdapat faktor- faktor yang
dapat mengganggu proses pembuatan maupun adaptasi gigi tiruan tersebut, serta
tiruan dan arah masuknya gigi tiruan tersebut; memperbaiki hubungan antero-
5.2. Saran
perawatan bedah tidak mungkin dapat dicapai tanpa didasari oleh tindakan yang
benar.
28
Setelah pelaksanaan suatu tindakan bedah preprostodontik perlu dilakukan
kontrol berkala untuk mengetahui jalan- nya proses penyembuhan, serta menjaga
dilakukan evaluasi keadaan jaringan dan kondisi pasien beberapa minggu setelah
operasi. Jika hasilnya baik, maka dapat segera dilakukan proses pembuatan gigi
Demikian laporan kasus ini dibuat, diharapkan laporan kasus ini dapat
29
DAFTAR PUSTAKA
Buku Panduan Skills Lab (BPLS), 2014. Pemulihan Sistem Stomatognatik III.
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi. Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya.
Carranza FA, Takei HH. The Periodontal Flap, Dalam Carranzas
ClinicalPeriodontology, Newman MG, Carranza FA, Takei HH. Ed ke-9,
W.B.Saunders Co. Philadelphia; 2002. hal 795-800
Ghosh, 2006., Preprosthetic Oral and maxillofacial Surgery in Donoff B,. Manual
of Oral and Maxillofacial Surgery. St. Louis Mosby
Ismardianita, E. eksodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah,
Padang. 2013.
Pederson, G. W, Buku Ajar Praktis Bedah Mulut (Oral Surgery ), Jakarta; EGC,
1996 Hal 47-59
Ragiskos D. Fragiskos. 2007. Oral Surgery. Veldag Berlin Heidelberg : Springer
Rapley J. Penatalaksanaan Jaringan Lunak : Prosedur Mukogingiva, Dalam
Silabus Periodontiti, Fedi PF, Vernino AR, Gray JL. EGC. Jakarta ; 2005, hal
23-25
Sandira, 2009. Alveolektomi. Bagian Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut, Fakultas
Kedokteran Universitas Trisakti.
Soelarko, R.M. dan Wachijati, H., 1980, Diktat Prostodonsia Full Denture, FKG
Unpad, Bandung
30
Starshak ,T.J. Prosthetic Oral surgery ,St.Louis:Mosby, 1971
Thoma, K. H. Oral Surgery. Ed. 5th ed.Vol. I. St. Louis: Mosby, 1969: 409-416.
Tjiptono k Toeti R, dkk , Ilmu Bedah Mulut Edisi ke Dua. Penerbit Cahaya Sukma
Nelti, R. Indikasi pencabutan. Hal 206-208.
Wray,Guernsey, L. H. Preprosthetic Surgery. In:Kruger, G. O., editor. Textbook
of Oraland Maxillofacial Surgery. 5th ed. St.Louis: Mosby, 1979: 111. al,
2003.
31