Tugas Ikm
Tugas Ikm
Disusun oleh :
1. Mita Restuning Aji J510165078
2. Widia Andrilia J510165014
3. Hardistya Rizki Novella Putri J510165080
4. Muhammad Apriyanda J510165037
5. Nur Isman J510165061
Pembimbing :
Dr. Romdon Nugroho
Telah Disetujui dan Disahkan oleh Tim Pembimbing Stase THT (Telinga Hidung
Tenggorok) Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Pembimbing
Nama : dr. Dony Hartanto, M.Kes, Sp.THT-KL (.............................)
Penguji
Nama : dr. Dony Hartanto, M.Kes, Sp.THT-KL (.............................)
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL.............................................................................................................. iv
C. Tujuan ..................................................................................................................... 4
D. Manfaat ................................................................................................................... 4
A. Anemia .................................................................................................................... 5
6. Tatalaksana ....................................................................................................... 10
iii
A. Hasil ...................................................................................................................... 13
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah eritrosit atau kadar
hemoglobin (Hb) dalam darah tidak mencukupi untuk kebutuhan fisiologis
manusia dimana hal inilah yang menyebabkan anemia menjadi salah satu
masalah kesehatan dunia yang terjadi di setiap negara (RISKESDAS, 2013).
World Health Organization (WHO) prevalensi anemia di kategorikan menjadi
anemia pada anak, wanita hamil, non wannita hamil dan wanita usia subur.
Prevalensi anemia berdasarkan WHO pada tahun 2011 yaitu anemia pada
anak sebesar 43%, ibu hamil 38%, non ibu hamil 29% dan pada wanita usia
subur 29%. Dari penelitian yang melibatkan populasi anak-anak, wanita
hamil, wanita tidak hamil, dan wanita usia subur, Benua Asia menempati
jumlah terbanyak yaitu 89,6%; 89,5%; 94,7%; dan 94,7% (WHO, 2011).
Indonesia sendiri memiliki prevalensi penduduk yang terkena anemia
sejumlah 20,0-39,9% dimana jumlah penderita anemia pada wanita lebih
tinggi dibandingkan pada pria. Presentase penderita anemia pada wanita
sebesar 23,9% sedangkan pada pria sebesar 18,4% dan keadaan ini memiliki
tingkat kejadian lebih tinggi pada penduduk yang tinggal dipedesaan
(WHO,2011; RISKESDAS, 2013).
Penyebab utama dari tingkat kejadian anemia adalah defisiensi besi,
tetapi kondisi lain seperti malaria, infeksi parasit, defisiensi nutrisi lain, dan
hemoglobinopati juga dapat menyebabkan anemia, bahkan terjadinya
kombinasi penyakit lain dapat mempengaruhi keadaan ini (WHO, 2008).
Kekurangan zat besi mengakibatkan timbulnya gangguan atau hambatan
pada pertumbuhan baik sel tubuh maupun sel otak sehingga pada ibu hamil
dapat mengalami keguguran, lahir sebelum waktunya (prematur), Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR), pendarahan sebelum dan pada waktu melahirkan,
serta pada anemia berat dapat menimbulkan kematian ibu dan bayi.
1
2
B. Rumusan Masalah
Pengendalian dini terhadap kejadian anemia pada remaja putri di
puskesmas Grogol kabupaten Sukoharjo tahun 2016
3
4
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri mengenai penting
pengendalian secara dini
2. Untuk mengetahui cara pencegahan anemia
3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya anemia
4. Sebagai upaya untuk menurunkan angka kejadian anemia pada remaja
putri
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Sebagai pembelajaran dan pengalaman dalam melakukan penulisan
karya ilmiah yang terkait dengan kesehatan masyarakat serta media
pengembangan kompetensi diri sesuai dengan ilmu yang didapatkan
selama perkuliahan dalam meneliti masalah yang berkaitan dengan
kesehatan masyarakat.
2. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan informasi untuk pengambilan langkah kebijakan di
kemudian hari seperti memberikan penyuluhan tentang anemia dalam
rangka meningkatkan kesehatan masyarakat dan memberikan perhatian
dalam upaya penanggulangan risiko tinggi terjadinya anemia pada remaja
putri di Grogol, Sukoharjo.
3. Bagi Masyarakat
Memberikan pengetahuan tentang pentingnya mendeteksi secara dini
kejadian anemia dan mengetahui bagaimana cara pencegahan anemia pada
remaja putri di Grogol, Sukoharjo.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anemia
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah
eritrosit sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen
dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying
capacity). Dalam pemeriksaan laboratorium anemia ditunjukkan oleh kadar
hemoglobin (Hb), hematokrit, dan hitung eritrosit, tetapi yang lazim dipakai
adalah hemoglobin kemudian hematokrit. Kadar hemoglobin dan eritrosit
bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, ketinggian tempat tinggal, serta
keadaan fisiologis tertentu seperti kehamilan. Anemia bukan penyakit
tersendiri akan tetapi gejala berbagai macam penyakit sehingga perlu
ditetapkan penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut ( Bakta et all,
2006).
5
6
usus halus proximal, yang menjadi tempat utama absorpsi zat besi.
Pasien dengan diare kronik atau malabsorpsi usus halus juga dapat
menderita defisiensi zat besi, terutama jika duodenum dan jejunum
proximal ikut terlibat. Gangguan pada mukosa usus seperti celiac
disease.
b. Penurunan pengambilan besi
i. Makanan rendah daging
ii. Vegetarian
iii. Pica
iv. Orang lanjut usia dan orang miskin
v. Penggemar makanan tertentu
vi. Malabsorpsi
Patologis:
Perdarahan saluran cerna merupakan penyebab paling sering
khususnya pada wanita post menopause dan laki-laki. Prosesnya sering
tiba-tiba. Selain itu dapat juga karena cacing tambang, pasien dengan
telangiektasis herediter sehingga mudah berdarah, perdarahan traktus
gastrourinarius, perdarahan paru akibat bronkiektasis atau
hemosiderosis paru idiopatik.
7
4. Diagnosis laboratorium
Anemia terjadi saat konsentrasi hemoglobin dibawah rentang
normal (tergantung usia, jenis kelamin, dan kehamilan). Pada laki-laki
keadaan anemia terjadi pada saat kadar Hb dibawah 130 g/L, wanita
dibawah 120 g/L, dan 110 g/L pada wanita hamil dan anak anak (usia
sebelum sekolah).
Anemia defisiensi besi perlu dibedakan dengan penyebab anemia
yang lain. Anemia dengan Mean Corpuscular Volume (MCV) yang rendah
atau Mean Corpuscular Haemoglobin (MCH) yang rendah lebih
berhubungan dengan anemia defisiensi besi. Salah satu diferensial
diagnosis yang penting adalah thalassemia.
8
5. Diagnosis Banding
MCV dan Transferin Soluble transferin
Diagnosis Hb Serum feritin g/L Saturasi transferin Serum iron
MCH atau TIBC receptor
Defisiensi besi non Normal atau Normal atau Normal (rendah) Normal (tinggi)
Normal <15-30 Rendah
anemia rendah tinggi atau rendah atau tinggi
Normal
Anemia pada
(mungkin
penyakit kronis atau Rendah Normal atau meningkat Normal Rendah Normal Rendah
mendekati
inflamasi
rendah)
Anemia Defisiensi
Besi Normal atau rendah,
Rendah Rendah Normal Rendah Tinggi Rendah
Bersama penyakit biasanya <60-100
kronis atau inflamasi
Rendah (atau Rendah (atau Normal atau Normal atau Normal atau
Thalassemia Minor Normal atau meningkat Normal
normal) normal) tinggi meningkat meningkat
Normal Nomal
Iron overload Normal Normal Normal sampai Tinggi Normal cenderung
rendah meningkat
6. Tatalaksana
Terapi lini pertama untuk anemia defisiensi besi adalah suplemen
besi oral. Suplemen oral aman, murah, dan efektif untuk mengoreksi
anemia defisiensi besi. Walaupun begitu, hal ini belum cukup khususnya
pada kasus gangguan absorbsi besi di intestinal. Pada suplement besi oral
terdapat efek samping seperti rasa tidak nyaman pada abdomen, nausea,
vomitus, konstipasi, dan feses terwarnai hitam. Agar efek samping lebih
rendah dikembangkan suplement dalam bentuk enteric coated dan delayed
release, akan tetapi kedua bentuk ini lebih sulit diabsorbsi dibanding
bentuk preparat nonenteric-coated. Selain itu terdapat suplemen besi dalam
bentuk ferrous dan bentuk ferric, bentuk ferrous lebih mudah diabsorbsi
(Wimbley & Graham, 2011). Suplementasi zat besi secara rutin selama
kehamilan dapat meningkatkan indeks hematologi dan mengurangi
timbulnya kekurangan zat besi dan anemia defisiensi besi dalam jangka
pendek .Namun, bukti jangka panjang untuk kesehatan masih belum
konsisten (Cantor et all, 2015).
Terapi parenteral diberikan jika pasien tidak dapat
mentoleransi atau mengabsobsi preparat oral. Indikasi paling umum
adalah efek pada gastrointestinal, gejala yang makin memburuk pada
inflamatory bowel disease, perdarahan yang belum dapat dihentikan,
gagal ginjal, dan absobsi yang tidak maksimal pada celiac disease (Short
& Domagalsky, 2013).
Makanan yang mengandung zat besi sangat penting untuk
menanggulangi anemia. Ada 2 macam zat besi dalam makanan yaitu besi
heme dan non Heme. Besi heme bersumber dari hewan dan besi non
heme dari sayuran. Besi heme lebih mudah diabsorbsi daripada non
heme. Phytates (dalam kacang kacangan), tanin (dalam teh) dan kalsium
menghambat penyerapan besi non heme. Konsumsi asam askorbat
bersama makanan sumber zat besi heme dapat meningkatkan absorbsi
(Pasricha et all , 2010).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam laporan ini diperoleh dari data sekunder
dan data primer pada remaja putri di wilayah puskesmas Grogol kabupaten
Sukoharjo yang terdiri dari SMK 3 dan SMK Saraswati.
B. Pendeskripsian Data
1. Data Primer
Data yang dipakai adalah pre test dan post test yang terdiri dari masing-
masing 10 macam soal tentang Anemia dan PGS. Dimana yang memiliki
data primer hanya SMK 3 Sukoharjo.
2. Data Sekunder
Data yang digunakan untuk menunjang penelitian diambil dari Bagian Gizi di
Puskesmas Grogol berupa pemeriksaan Hb pada siswi SMK Saraswati 23
oktober tahun 2015.
Data primer yang terkumpul dianalisa untuk mengetahui upaya penurunan
kejadian anemia dengan melakukan observasi terlebih dahulu pada remaja
putri SMK di wilayah puskesmas grogol kemudian penjaringan pada remaja
putri, pemberian penyuluhan, pemeriksaan lab HB dan pemberian preparat Fe
kepada remaja pautri. data yang dikumpulkan melalui instansi seperti
puskesmas grogol. Jumlah remaja putri yang terkena anemia di SMK
a. Jumlah remaja putri dengan anemia
b. Jumlah remaja putri dengan KEK
c. Jumlah remaja putri dengan anemia KEK
d. Jumlah remaja putri dengan HB dan LILA normal
e. Remaja putri dengan IMT/U kurus
f. Remaja dengan IMT/U normal
g. Remaja putri dengan IMT/ obesitas
h. Remaja putri dengan IMT/ Gemuk
11
12
C. Analisa Data
Analisa data yang digunakan dalam laporan ini adalah analisis SWOT
(Strengths, Weakness, Opportunities, Threats). (pengertian) Teknik analisis
ini membantu dalam mengambil keputusan terhadap program yang akan
dilaksanakan atau yang sudah dilakasanakan.
BAB IV
A. Hasil
1. Gambaran Umum Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo
a) Gambaran Geografis Wilayah Puskesmas
Wilayah kerja Puskesmas Grogol sama dengan luas wilayah
Kecamatan Grogol yaitu sekitar 30 kilometer persegi. Puskesmas
Grogol merupakan salah satu Puskesmas di lingkungan Kabupaten
Sukoharjo yang letaknya berbatasan dengan :
- Sebelah Utara : Kotamadya Surakarta / Solo
- Sebelah Timur : Kecamatan Polokarto / Kec. Mojolaban
- Sebelah Selatan : Kecamatan Sukoharjo / Kab. Sukoharjo
- Sebelah Barat : Kecamatan Baki / Kecamatan Kartasura
b) Jumlah Penduduk
Pada Tahun 2015 penduduk wilayah Kecamatan Grogol sekitar
108.090 jiwa yang terdiri dari 53.793 jiwa penduduk laki-laki dan
534.297 jiwa penduduk perempuan. Desa yang memiliki penduduk
terbesar yaitu Desa Cemani dengan jumlah penduduk 20.455 jiwa.
Sedangkan desa yang memiliki penduduk terkecil yaitu Desa Grogol
dengan jumlah penduduk sekitar 4.298 jiwa.
Adapun komposisi penduduk menurut umur adalah sebagai
13
14
SD 12.282 11,2 %
d) Metode Kegiatan
Pemberian materi diawali dengan memberikan soal pre test
kepada 100 remaja putri yang dikerjakan dalam waktu 10 menit.
Setelah itu pengisian materi diberikan dalam bentuk penyuluhan
dengan media power point, materi tersebut terdiri atas PGS (pedoman
Gizi Seimbang) dan anemia. Dalam penyampaian para remaja siswi
sangat antusias menyimak materi yang diberikan, terbukti dengan
adanya beberapa pertanyaan-pertanyaan. Kegiatan diakhiri dengan
memberikan soal post test yang terdiri dari 10 soal selama 10 menit
untuk mengevaluasi pemahaman selama materi diberikan.
B. Pembahasan
Berdasarkan program upaya pengendalian secara dini terhadap
kejadian anemia pada remaja putri di SMK kecamatan Grogol pada tahun
2016 dapat dilakukan analisis sebagai berikut.
1. STRENGTHS (KEKUATAN)
Pihak puskesmas memberikan program penjaringan dan edukasi pada
remaja putri disekolah ini merupakan tindakan yang dapat menurunkan
angka kejadianan anemia pada remaja putri di kecamatan Grogol.
20
2. WEAKNESSES (KELEMAHAN)
a. Dalam menjalankan program membutuhkan dana yang tidak sedikit.
b. Pihak sekolah tidak ada yang mau sebagai penanggung jawab untuk
mengkoordinir kegiatan.
c. Para siswi tidak patuh terhadap program yang telah diberikan seperti
tidak meminum obat preparat FE pada beberapa sekolah.
d. Puskesmas tidak memberikan pemeriksaan anemia yang berkala.
3. OPPORTUNITIES (PELUANG)
a. Pihak sekolah antusias dan mendukung dilaksanakannya screening
Hb dan penyuluhan.
b. Para siswi mengetahui pentingnya program yang diterapkan.
c. Pendeteksian dini anemia pada remaja putri di kecamatan Grogol.
BAB V
KESIMPULAN