Anda di halaman 1dari 26

UPAYA PENGENDALIAN SECARA DINI TERHADAP KEJADIAN

ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI PUSKESMAS GROGOL


KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2016

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu


Kesehatan Masyarakat

Disusun oleh :
1. Mita Restuning Aji J510165078
2. Widia Andrilia J510165014
3. Hardistya Rizki Novella Putri J510165080
4. Muhammad Apriyanda J510165037
5. Nur Isman J510165061

Pembimbing :
Dr. Romdon Nugroho

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKATT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
LEMBAR PENGESAHAN

Yang diajukan oleh :

Hardistya Rizki Novella Putri, S.Ked J510165080


Muhammad Apriyanda, S.Ked J510165037
Mita Restuning Aji, S.Ked J510165078

Telah Disetujui dan Disahkan oleh Tim Pembimbing Stase THT (Telinga Hidung
Tenggorok) Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta

Pada hari...................Juni 2016

Pembimbing
Nama : dr. Dony Hartanto, M.Kes, Sp.THT-KL (.............................)

Penguji
Nama : dr. Dony Hartanto, M.Kes, Sp.THT-KL (.............................)

Disahkan Ketua Program Profesi


Nama : dr. Dona Dewi Nirlawati (.............................)

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................ ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL.............................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2

C. Tujuan ..................................................................................................................... 4

D. Manfaat ................................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 5

A. Anemia .................................................................................................................... 5

B. Anemia Defisiensi Besi........................................................................................... 5

1. Definisi Anemia Defisiensi Besi ......................................................................... 5

2. Etiologi Anemia Defisiensi Besi ......................................................................... 5

3. Gejala dan Tanda Anemia ................................................................................... 7

4. Diagnosis laboratorium ....................................................................................... 7

5. Diagnosis Banding .............................................................................................. 9

6. Tatalaksana ....................................................................................................... 10

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................... 11

A. Pengumpulan Data ................................................................................................ 11

B. Pendeskripsian Data .............................................................................................. 11

C. Analisa Data .......................................................................................................... 12

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 13

iii
A. Hasil ...................................................................................................................... 13

iv
DAFTAR TABEL

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah eritrosit atau kadar
hemoglobin (Hb) dalam darah tidak mencukupi untuk kebutuhan fisiologis
manusia dimana hal inilah yang menyebabkan anemia menjadi salah satu
masalah kesehatan dunia yang terjadi di setiap negara (RISKESDAS, 2013).
World Health Organization (WHO) prevalensi anemia di kategorikan menjadi
anemia pada anak, wanita hamil, non wannita hamil dan wanita usia subur.
Prevalensi anemia berdasarkan WHO pada tahun 2011 yaitu anemia pada
anak sebesar 43%, ibu hamil 38%, non ibu hamil 29% dan pada wanita usia
subur 29%. Dari penelitian yang melibatkan populasi anak-anak, wanita
hamil, wanita tidak hamil, dan wanita usia subur, Benua Asia menempati
jumlah terbanyak yaitu 89,6%; 89,5%; 94,7%; dan 94,7% (WHO, 2011).
Indonesia sendiri memiliki prevalensi penduduk yang terkena anemia
sejumlah 20,0-39,9% dimana jumlah penderita anemia pada wanita lebih
tinggi dibandingkan pada pria. Presentase penderita anemia pada wanita
sebesar 23,9% sedangkan pada pria sebesar 18,4% dan keadaan ini memiliki
tingkat kejadian lebih tinggi pada penduduk yang tinggal dipedesaan
(WHO,2011; RISKESDAS, 2013).
Penyebab utama dari tingkat kejadian anemia adalah defisiensi besi,
tetapi kondisi lain seperti malaria, infeksi parasit, defisiensi nutrisi lain, dan
hemoglobinopati juga dapat menyebabkan anemia, bahkan terjadinya
kombinasi penyakit lain dapat mempengaruhi keadaan ini (WHO, 2008).
Kekurangan zat besi mengakibatkan timbulnya gangguan atau hambatan
pada pertumbuhan baik sel tubuh maupun sel otak sehingga pada ibu hamil
dapat mengalami keguguran, lahir sebelum waktunya (prematur), Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR), pendarahan sebelum dan pada waktu melahirkan,
serta pada anemia berat dapat menimbulkan kematian ibu dan bayi.

1
2

Kekurangan Hb dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang


ditransport ke sel tubuh maupun otak (Haider et all, 2013).
Program dinas kesehatan mempunyai target untuk penanggulangan
tingkat kejadian anemia salah satunya pada remaja putri, dikarenakan remaja
puteri rentan mengalami kurang gizi pada periode puncak tumbuh kembang,
kurangnya gizi ini disebabkan oleh pola makan yang salah, diet yang tidak
tepat karena adanya dorongan memiliki tubuh yang ideal. Remaja putri yang
sedang melakukan diet cenderung tidak mengkonsumsi bahan makanan yang
berasal dari hewani, padahal bahan makanan dari hewani merupakan salah
satu sumber zat besi yang baik bagi tubuh selain ikan, unggas, kacang-
kacangan, dan sayuran berwarna hijau. Pemberian tablet tambah darah yaitu
preparat Fe yang digunakan untuk menurunkan angka kejadian anemia pada
balita, ibu hamil, ibu nifas, remaja putri dan Wanita Usia Subur (WUS).
Program ini berlangsung dalam berbagai tahap diantaranya pemeriksaan
kadar Hb darah, pemberian preparat fe (tablet tambah darah), memberikan
penyuluhan yang bertujuan untuk pengetahuan dan memantapkan kemauan
serta kemampuan remaja putri melaksanakan perilaku gizi yang baik dan
benar, sehingga hal ini bermanfaat untuk mencegah dan menanggulangi
anemia (Kementrian Kesehatan, 2013).
Di Puskesmas Grogol sendiri sudah dilaksanakan kegiatan pemeriksaan
Anemia pada remaja putri di beberapa SMK yang ada di Grogol. Dari hasil
pemeriksaan didapatkan presentase 47% siswi anemi dari 100 orang siswi
putri yang diperiksa. Sehingga, dari keadaan ini kami sebagai dokter muda
ingin mengupayakan pengendalian dini terhadap kejadian anemia dan
dilakukannya penyuluhan bagi remaja putri yang dianggap penting untuk
menambah pengetahuan mereka tentang Anemia di puskesmas Grogol
kabupaten Sukoharjo tahun 2016.

B. Rumusan Masalah
Pengendalian dini terhadap kejadian anemia pada remaja putri di
puskesmas Grogol kabupaten Sukoharjo tahun 2016
3
4

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri mengenai penting
pengendalian secara dini
2. Untuk mengetahui cara pencegahan anemia
3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya anemia
4. Sebagai upaya untuk menurunkan angka kejadian anemia pada remaja
putri

D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Sebagai pembelajaran dan pengalaman dalam melakukan penulisan
karya ilmiah yang terkait dengan kesehatan masyarakat serta media
pengembangan kompetensi diri sesuai dengan ilmu yang didapatkan
selama perkuliahan dalam meneliti masalah yang berkaitan dengan
kesehatan masyarakat.

2. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan informasi untuk pengambilan langkah kebijakan di
kemudian hari seperti memberikan penyuluhan tentang anemia dalam
rangka meningkatkan kesehatan masyarakat dan memberikan perhatian
dalam upaya penanggulangan risiko tinggi terjadinya anemia pada remaja
putri di Grogol, Sukoharjo.

3. Bagi Masyarakat
Memberikan pengetahuan tentang pentingnya mendeteksi secara dini
kejadian anemia dan mengetahui bagaimana cara pencegahan anemia pada
remaja putri di Grogol, Sukoharjo.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anemia
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah
eritrosit sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen
dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying
capacity). Dalam pemeriksaan laboratorium anemia ditunjukkan oleh kadar
hemoglobin (Hb), hematokrit, dan hitung eritrosit, tetapi yang lazim dipakai
adalah hemoglobin kemudian hematokrit. Kadar hemoglobin dan eritrosit
bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, ketinggian tempat tinggal, serta
keadaan fisiologis tertentu seperti kehamilan. Anemia bukan penyakit
tersendiri akan tetapi gejala berbagai macam penyakit sehingga perlu
ditetapkan penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut ( Bakta et all,
2006).

B. Anemia Defisiensi Besi


Anemia defisiensi besi (ADB) adalah gangguan nutrisi yang paling
sering terjadi di dunia dan terhitung sekitar setengah dari kasus anemia (Short
& Domagalsky, 2013).
1. Definisi Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah kondisi dimana seseorang tidak
memiliki zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya atau
pengurangan sel darah karena kurangnya zat besi (Pasricha et all, 2010).
2. Etiologi Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi merupakan hasil dari hilangnya besi atau absorbsi
yang kurang, sering juga dikarenakan sebab multifaktor.
a. Penurunan absorpsi zat besi,
Penurunan absorpsi zat besi, hal ini terjadi pada banyak keadaan
klinis. Setelah gastrektomi parsial atau total, absorbsi zat besi dari
makanan terganggu, terutama akibat peningkatan motilitas dan by pass

5
6

usus halus proximal, yang menjadi tempat utama absorpsi zat besi.
Pasien dengan diare kronik atau malabsorpsi usus halus juga dapat
menderita defisiensi zat besi, terutama jika duodenum dan jejunum
proximal ikut terlibat. Gangguan pada mukosa usus seperti celiac
disease.
b. Penurunan pengambilan besi
i. Makanan rendah daging
ii. Vegetarian
iii. Pica
iv. Orang lanjut usia dan orang miskin
v. Penggemar makanan tertentu
vi. Malabsorpsi

c. Peningkatan kehilangan zat besi


Kehilangan zat besi, dapat terjadi secara fisiologis atau patologis;
Fisiologis:
Menstruasi
Pada wanita kebutuhan zat besi setelah menstruasi sangat tinggi
karena jumblah darah yang hilang
Kehamilan
Pada wanita hamil anemia defisiensi besi beresiko berat bayi lahir
rendah, kelahiran prematur, dan morbiditas maternal.

Patologis:
Perdarahan saluran cerna merupakan penyebab paling sering
khususnya pada wanita post menopause dan laki-laki. Prosesnya sering
tiba-tiba. Selain itu dapat juga karena cacing tambang, pasien dengan
telangiektasis herediter sehingga mudah berdarah, perdarahan traktus
gastrourinarius, perdarahan paru akibat bronkiektasis atau
hemosiderosis paru idiopatik.
7

d. Peningkatan penggunaan zat besi


Percepatan pertumbuhan pascanatal dan percepatan pertumbuhan
remaja. Bayi, anak-anak dan remaja yang merupakan masa
pertumbuhan yang cepat.
(Alleyne et all, 2008).

3. Gejala dan Tanda Anemia


Ada banyak gejala dari anemia, setiap individu tidak akan
mengalami seluruh gejala dan apabila anemianya sangat ringan, gejalanya
mungkin tidak tampak Pucat adalah tanda umum dari anemia, dapat
terlihat walaupun pada kasus anemia yang ringan. Tanda yang jarang
ditemui tapi menunjukkan anemia defisiensi besi yang berat diantaranya :
a. Nafas pendek
b. Atrofik glositis ; lidah merah, bengkak, licin
c. Perubahan kuku Koilonikia (kuku berbentuk sendok)
d. Angular cheilitis (inflamasi di sudut mulut). Bisa karena penyebab lain
seperti mulut kering dan imunosupresi.
(McGarry, 2015)

4. Diagnosis laboratorium
Anemia terjadi saat konsentrasi hemoglobin dibawah rentang
normal (tergantung usia, jenis kelamin, dan kehamilan). Pada laki-laki
keadaan anemia terjadi pada saat kadar Hb dibawah 130 g/L, wanita
dibawah 120 g/L, dan 110 g/L pada wanita hamil dan anak anak (usia
sebelum sekolah).
Anemia defisiensi besi perlu dibedakan dengan penyebab anemia
yang lain. Anemia dengan Mean Corpuscular Volume (MCV) yang rendah
atau Mean Corpuscular Haemoglobin (MCH) yang rendah lebih
berhubungan dengan anemia defisiensi besi. Salah satu diferensial
diagnosis yang penting adalah thalassemia.
8

Level serum feritin adalah yang sangat berguna menentukan


defisiensi besi. Disebut defisiensi besi jika <15 g/L walaupun begitu feritin
juga meningkat pada inflamasi, infeksi, penyakt liver, dan keganasan. Jadi
dapat terjadi peningkatan level feritin pada pasien defisiensi besi yang
menderita penyakit sistemik.
Functional iron deficiency (FID) terjadi saat terdapat cadangan
yang cukup tetapi zat besi tidak dapat dimobilisasi untuk eritropoiesis,
dimediasi peningkatan hepcidin. Biasanya pada pasien gagal ginjal
terminal.
Konsentrasi the soluble transferrin receptor (sTfR) meningkat pada
defisiensi besi jaringan dan tidak sensitif dengan inflamasi. Konsentrasi
the soluble transferrin receptor (sTfR)/ log feritin ratio/ log feritin ratio
hubungan erat dengan cadangan besi. Akan tetapi peningkatan TfR juga
dapat terjadi pada talassemia dan anemia hemolitik. Pemeriksaan sumsum
tulang adalah gold standart mengidentifikasi anemia defisiensi besi pada
kasus yang komplek. (Pasricha et all, 2010).
9

5. Diagnosis Banding
MCV dan Transferin Soluble transferin
Diagnosis Hb Serum feritin g/L Saturasi transferin Serum iron
MCH atau TIBC receptor

Defisiensi besi non Normal atau Normal atau Normal (rendah) Normal (tinggi)
Normal <15-30 Rendah
anemia rendah tinggi atau rendah atau tinggi

Rendah (atau <15-30 dewasa


Anemia Defisiensi
Rendah Normal pada Tinggi Rendah Tinggi Rendah
Besi (ADB) <10-12 anak anak
awal ADB)

Normal
Anemia pada
(mungkin
penyakit kronis atau Rendah Normal atau meningkat Normal Rendah Normal Rendah
mendekati
inflamasi
rendah)

Anemia Defisiensi
Besi Normal atau rendah,
Rendah Rendah Normal Rendah Tinggi Rendah
Bersama penyakit biasanya <60-100
kronis atau inflamasi

Rendah (atau Rendah (atau Normal atau Normal atau Normal atau
Thalassemia Minor Normal atau meningkat Normal
normal) normal) tinggi meningkat meningkat

Normal Nomal
Iron overload Normal Normal Normal sampai Tinggi Normal cenderung
rendah meningkat

(Pasricha et all, 2010).


10

6. Tatalaksana
Terapi lini pertama untuk anemia defisiensi besi adalah suplemen
besi oral. Suplemen oral aman, murah, dan efektif untuk mengoreksi
anemia defisiensi besi. Walaupun begitu, hal ini belum cukup khususnya
pada kasus gangguan absorbsi besi di intestinal. Pada suplement besi oral
terdapat efek samping seperti rasa tidak nyaman pada abdomen, nausea,
vomitus, konstipasi, dan feses terwarnai hitam. Agar efek samping lebih
rendah dikembangkan suplement dalam bentuk enteric coated dan delayed
release, akan tetapi kedua bentuk ini lebih sulit diabsorbsi dibanding
bentuk preparat nonenteric-coated. Selain itu terdapat suplemen besi dalam
bentuk ferrous dan bentuk ferric, bentuk ferrous lebih mudah diabsorbsi
(Wimbley & Graham, 2011). Suplementasi zat besi secara rutin selama
kehamilan dapat meningkatkan indeks hematologi dan mengurangi
timbulnya kekurangan zat besi dan anemia defisiensi besi dalam jangka
pendek .Namun, bukti jangka panjang untuk kesehatan masih belum
konsisten (Cantor et all, 2015).
Terapi parenteral diberikan jika pasien tidak dapat
mentoleransi atau mengabsobsi preparat oral. Indikasi paling umum
adalah efek pada gastrointestinal, gejala yang makin memburuk pada
inflamatory bowel disease, perdarahan yang belum dapat dihentikan,
gagal ginjal, dan absobsi yang tidak maksimal pada celiac disease (Short
& Domagalsky, 2013).
Makanan yang mengandung zat besi sangat penting untuk
menanggulangi anemia. Ada 2 macam zat besi dalam makanan yaitu besi
heme dan non Heme. Besi heme bersumber dari hewan dan besi non
heme dari sayuran. Besi heme lebih mudah diabsorbsi daripada non
heme. Phytates (dalam kacang kacangan), tanin (dalam teh) dan kalsium
menghambat penyerapan besi non heme. Konsumsi asam askorbat
bersama makanan sumber zat besi heme dapat meningkatkan absorbsi
(Pasricha et all , 2010).
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam laporan ini diperoleh dari data sekunder
dan data primer pada remaja putri di wilayah puskesmas Grogol kabupaten
Sukoharjo yang terdiri dari SMK 3 dan SMK Saraswati.

B. Pendeskripsian Data
1. Data Primer
Data yang dipakai adalah pre test dan post test yang terdiri dari masing-
masing 10 macam soal tentang Anemia dan PGS. Dimana yang memiliki
data primer hanya SMK 3 Sukoharjo.
2. Data Sekunder
Data yang digunakan untuk menunjang penelitian diambil dari Bagian Gizi di
Puskesmas Grogol berupa pemeriksaan Hb pada siswi SMK Saraswati 23
oktober tahun 2015.
Data primer yang terkumpul dianalisa untuk mengetahui upaya penurunan
kejadian anemia dengan melakukan observasi terlebih dahulu pada remaja
putri SMK di wilayah puskesmas grogol kemudian penjaringan pada remaja
putri, pemberian penyuluhan, pemeriksaan lab HB dan pemberian preparat Fe
kepada remaja pautri. data yang dikumpulkan melalui instansi seperti
puskesmas grogol. Jumlah remaja putri yang terkena anemia di SMK
a. Jumlah remaja putri dengan anemia
b. Jumlah remaja putri dengan KEK
c. Jumlah remaja putri dengan anemia KEK
d. Jumlah remaja putri dengan HB dan LILA normal
e. Remaja putri dengan IMT/U kurus
f. Remaja dengan IMT/U normal
g. Remaja putri dengan IMT/ obesitas
h. Remaja putri dengan IMT/ Gemuk
11
12

1. Program Edukasi yang diberikan kepada remaja putri di SMK


a. Materi eduksi
b. Penyuluhan PGS (pedoman gizi seimbang)
c. Penyuluhan anemia

C. Analisa Data
Analisa data yang digunakan dalam laporan ini adalah analisis SWOT
(Strengths, Weakness, Opportunities, Threats). (pengertian) Teknik analisis
ini membantu dalam mengambil keputusan terhadap program yang akan
dilaksanakan atau yang sudah dilakasanakan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Gambaran Umum Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo
a) Gambaran Geografis Wilayah Puskesmas
Wilayah kerja Puskesmas Grogol sama dengan luas wilayah
Kecamatan Grogol yaitu sekitar 30 kilometer persegi. Puskesmas
Grogol merupakan salah satu Puskesmas di lingkungan Kabupaten
Sukoharjo yang letaknya berbatasan dengan :
- Sebelah Utara : Kotamadya Surakarta / Solo
- Sebelah Timur : Kecamatan Polokarto / Kec. Mojolaban
- Sebelah Selatan : Kecamatan Sukoharjo / Kab. Sukoharjo
- Sebelah Barat : Kecamatan Baki / Kecamatan Kartasura

Letak Puskesmas Grogol sangat strategis di pinggir jalan raya Solo


Sukoharjo mudah dijangkau oleh kendaraan umum atau pribadi.
Secara Geografis wilayah kerja puskesmas adalah daerah pemukiman
perkotaan dan sebagian wilayah ada daerah pedesaan dengan area
persawahan dan tegalan.

b) Jumlah Penduduk
Pada Tahun 2015 penduduk wilayah Kecamatan Grogol sekitar
108.090 jiwa yang terdiri dari 53.793 jiwa penduduk laki-laki dan
534.297 jiwa penduduk perempuan. Desa yang memiliki penduduk
terbesar yaitu Desa Cemani dengan jumlah penduduk 20.455 jiwa.
Sedangkan desa yang memiliki penduduk terkecil yaitu Desa Grogol
dengan jumlah penduduk sekitar 4.298 jiwa.
Adapun komposisi penduduk menurut umur adalah sebagai

13
14

Penduduk usia 0 4 tahun : 6.656 jiwa ( 6,12 %)


Penduduk usia 5 14 tahun : 13.074 jiwa (12,05 %)
Penduduk usia 15 44 tahun : 51.413 jiwa (47,38 %)
Penduduk usia 45 64 tahun : 27.919 jiwa (25,62 %)
Penduduk usia > 65 tahun : 9.448 jiwa ( 8,70 %)
Jumlah penduduk Jamkesmas di Kecamatan Grogol tahun 2015
berdasarkan Data dari Bappeda adalah sebesar 35.950 jiwa atau sekitar
33,13 % dari total penduduk Kecamatan Grogol, sedangkan desa
dengan penduduk Jamkesmas terbanyak adalah Desa Cemani dengan
penduduk miskin sejumlah kurang lebih 1.250 jiwa.
Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan adalah
sebagai berikut :
Tingkat Jumlah
Prosentase
pendidikan Penduduk

Tidak sekolah 8.647 7,9 %

Tidak / belum 7,1 %


7.839
tamat SD

SD 12.282 11,2 %

SLTP 12.215 11,1 %

SLTA 10.003 9,1 %

Diploma 2.702 2,5 %

Universitas 1.758 1,6 %

Tabel 1. Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan Kecamatan


Grogol Tahun 2015
Pada tahun 2015 jumlah rumah tangga atau kepala keluarga yang
ada di wilayah Kecamatan Grogol kurang lebih 32.275 kepala rumah
tangga. Dari Jumlah tersebut Desa Cemani adalah desa yang memiliki
jumlah kepala rumah tangga terbesar yaitu sekitar 6.477 KK
15

sedangkan Desa Kadokan adalah desa yang memiliki jumlah KK


terkecil yaitu 1.200 KK
c) Jumlah Desa / Kelurahan
Wilayah kerja Puskesmas Grogol terdiri dari 14 desa, yaitu :
Desa Pandeyan, Desa Telukan, Desa Parangjoro, Desa Pondok, Desa
Langenharjo, Desa Madegondo, Desa Grogol, Desa Kadokan, Desa
Gedangan, Desa Kwarasan, Desa Sanggrahan, Desa Manang, Desa
Banaran, Desa Cemani

2. Gambaran Umum Puskesmas Grogol, Kabupaten Sukoharjo


a) Visi Puskesmas Grogol
Terwujudnya masyarakat Grogol sehat yang mandiri dan merata

b) Misi Puskesmas Grogol


1) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan
2) Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
3) Memelihara dan meningkatkan upaya kesehatan yang bermutu,
merata, dan terjangkau

c) Motto Puskesmas Grogol


Sehatmu Bahagiaku

d) Filosofi Puskesmas Grogol


Pelayanan kami wujud nyata dalam ikut mewujudkan kehidupan
bangsa
16

e) Tata Nilai Puskesmas Grogol


1) Cepat
Memberikan pelayanan dengan batas waktu sesuai standart
2) Tepat
Memberikan pelayanan yang tepat dan sesuai
3) Aman
Memberikan rasa aman secara fisik dan psikis selama memberikan
pelayanan dengan memperhatikan keamanan pasien dan
memberikan keyakinan dan kepercayaan pada pasien
4) Ramah Tamah
Menghargai dan menghormati serta ramah dalam menerima
keluhan pasien
5) Nyaman
Memberikan rasa nyaman kepada pasien

f) Jumlah Sarana / Prasarana Kesehatan


1) Sarana pelayanan kesehatan Dasar oleh Puskesmas :
- Puskesmas Induk : 1 unit
- Puskesmas Pembantu : 4 unit
- UGD 24 Jam : 1 unit
- Rawat Inap : 1 unit
- Poned / Puskesmas Persalinan : 1 unit
- Ambulance / Mobil Pusling : 1 / 2 unit
2) Sarana Pelayanan kesehatan swasta :
- Rumah Sakit Swasta : 1 unit
- Rumah Bersalin : 3 unit
- Praktek dokter bersama : 1 unit
- Praktek dokter perorangan : 60 unit
- Bidan praktek swasta : 30 unit
- Praktek pengobatan tradisional : 26 unit
- Apotik : 29 unit
17

3) Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat ( UKBM ) :


- PKD : 13 unit
- Posyandu Balita : 136 unit
- Posyandu Lansia : 114 unit

g) Jumlah Tenaga Kesehatan :


1) Pegawai puskesmas sejumlah 91 orang, dengan rincian sebagai
berikut :
a) Pegawai Tetap ( PNS ) : 67 orang
b) Pegawai Tidak Tetap (PTT) : 17 orang
c) CPNS : -
d) Tenaga Kontrak / THL : 5 orang
e) Tenaga Magang : 10 orang (PONED & RI )

2) Klasifikasi Pegawai ( PNS & CPNS) berdasarkan pendidikan :


a) Pasca sarjana / spesialis : -
b) Sarjana ( S1 ) : 12 orang
c) Sarjana Muda ( D3) : 36 orang
d) D1 : 10 orang
e) SLTA : 9 orang
f) SLTP :-

3) Klasifikasi Pegawai berdasarkan fungsi :


a) Dokter Umum : 6 orang
b) Dokter Gigi : 3 orang
c) Perawat : 16 orang
d) Perawat gigi : 2 orang
e) Bidan : 43 orang
f) Fisioterapi : 2 orang ( kerjasama)
g) Analis laboratorium : 2 orang
h) Gizi : 2 orang
18

i) Asisten apoteker : 1 orang


j) Kesling : 1 orang
k) Adminitrasi : 10 orang
h) Struktur Organisasi

i) Program Kegiatan pelayanan Gizi Masyarakat


1) Validasi data dengan bidan desa, untuk mendapatkan hasil
pelaporan data gizi yang tepat dan akurat sejak dari sumbernya
2) Sosial marketing pedoman gizi seimbang bagi kader posyandu
3) Sosial marketing pedoman gizi seimbang bagi bidan desa
4) Sosial marketing pedoman gizi seimbang bagi remaja putri
5) Surveylans pelacakan balita gizi buruk
6) Pemberian PMT pemulihan bagi balita gizi kurang dan buruk
7) Pergerakan KADARZI di posyandu
8) Bantuan operasional bagi kader posyandu
9) Penetapan 1000 HPK bagi kader posyandu
10) Penyuluhan anemia dan pemberian tablet tambah darah serta
perencanaan jumat pintar kepada remaja putri

3. Upaya Kegiatan Pengendalian Secara Dini Terhadap Kejadian


Anemia Remaja Putri
a) Peserta :
Remaja putri SMK wilayah kecamatan grogol.

b) Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Waktu : Rabu, 21 september 2016
Tempat : SMK 3 Sukoharjo
19

c) Materi dan Kegiatan


Terdiri dari
1) Penyuluhan Mengenai PGS (Pedoman Gizi Seimbang) dan Anemia
2) Peninjauan Langsung Oleh Petugas Dinas Kesehatan Ke Remaja
Putri SMK 3 Sukoharjo
3) Pemberian Pre Test dan Post Test Untuk Mengevaluasi Tingkat
Pengetahuan Sebelum Dam Setelah Penyuluhan PGS dan Anemia
a) Sebelum Penyuluhan
b) Setelah Penyuluhan
4) Edukasi Cara Cuci Tangan yang Benar

d) Metode Kegiatan
Pemberian materi diawali dengan memberikan soal pre test
kepada 100 remaja putri yang dikerjakan dalam waktu 10 menit.
Setelah itu pengisian materi diberikan dalam bentuk penyuluhan
dengan media power point, materi tersebut terdiri atas PGS (pedoman
Gizi Seimbang) dan anemia. Dalam penyampaian para remaja siswi
sangat antusias menyimak materi yang diberikan, terbukti dengan
adanya beberapa pertanyaan-pertanyaan. Kegiatan diakhiri dengan
memberikan soal post test yang terdiri dari 10 soal selama 10 menit
untuk mengevaluasi pemahaman selama materi diberikan.

B. Pembahasan
Berdasarkan program upaya pengendalian secara dini terhadap
kejadian anemia pada remaja putri di SMK kecamatan Grogol pada tahun
2016 dapat dilakukan analisis sebagai berikut.
1. STRENGTHS (KEKUATAN)
Pihak puskesmas memberikan program penjaringan dan edukasi pada
remaja putri disekolah ini merupakan tindakan yang dapat menurunkan
angka kejadianan anemia pada remaja putri di kecamatan Grogol.
20

Petugas dari puskesmas grogol memiliki motivasi tinggi sehingga dapat


mengembangkan kinerja yang efektif.

2. WEAKNESSES (KELEMAHAN)
a. Dalam menjalankan program membutuhkan dana yang tidak sedikit.
b. Pihak sekolah tidak ada yang mau sebagai penanggung jawab untuk
mengkoordinir kegiatan.
c. Para siswi tidak patuh terhadap program yang telah diberikan seperti
tidak meminum obat preparat FE pada beberapa sekolah.
d. Puskesmas tidak memberikan pemeriksaan anemia yang berkala.

3. OPPORTUNITIES (PELUANG)
a. Pihak sekolah antusias dan mendukung dilaksanakannya screening
Hb dan penyuluhan.
b. Para siswi mengetahui pentingnya program yang diterapkan.
c. Pendeteksian dini anemia pada remaja putri di kecamatan Grogol.

4. THREATS (HAMBATAN ATAU ANCAMAN)


a. Sebagian dari remaja putri memiliki pengetahuan dan motivasi yang
kurang mengenai anemia
b. Kegiatan belajar yang padat sehingga program harus menyesuaikan
jadwal sekolah
c. Dari pihak sekolah yang kurang mendukung dalam menindak lanjuti
remaja putri yang telah mengalami anemia.
d. Kurangnya dana untuk melaksanaakan program ini.
21

BAB V
KESIMPULAN

kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak puskesmas merupakan program


untuk menurunkan resiko kejadian anemia di daerah kecamatan grogol. Kegiatan
ini dilaksanakan di SMKN 3 sukoharjo dengan peserta 100 orang remaja putri,
kegiatan yang dilakukan terdiri dari Pre Test dan Post Test, penyuluhan mengenai
PGS (pedoman Gizi Seimbang) dan Anemia. Minimnya anggaran mengakibatkan
tidak adanya pemeriksaan Hb, sehingga sangat sulit untuk mengetahui nilai Hb
pada setiap remaja putri. Salah satu kendala yang penting adanya koordinasi yang
baik antara sekolah dan puskesmas serta sosialisasi tentang pentingnya
pendeteksian dini anemia pada remaja putri di kawasan kecamatan Grogol. (Selain
itu sekolah yang berada di kawasan grogol tidak semuanya mendapatkan
pemeriksaan dan penyuluhan secara serempak pada setiap tahunnya.)

Anda mungkin juga menyukai