Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan, hal
tersebut dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu: lingkungan, genetic, perilaku, pelayanan
kesehatan. Bila keempat factor tersebut terjadi suatu ketidakseimbangan, maka
individu berada dalam keadaan yang disebut dengan sakit. Anak anak merupakan
golongan yang mudah terserang penyakit, karena masih kurangnya kekebalan
tubuh. Salah satu penyakit anak yang banyak diderita dan masih termasuk masalah
kesehatan masyarakat umum adalah gastroenteritis.
Gastroenteritis merupakan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal
yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau
tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada
lambung atau usus.
Gastroenteritis sering terjadi pada anak-anak usia balita dimana angka
kejadian gastroenteritis merupakan penyakit utama yang kedua setelah flu
retrovirus. Penyakit ini mempunyai gambaran penting yaitu diare dan muntah.
Akibatnya klien banyak kehilangan cairan elektrolit terutama natrium dan kalium
yang akhirnya menimbulkan asidosis metabolic. Disamping itu juga mengakibatkan
klien kekurangan cairan atau dehidrasi. Keadaan kekurangan cairan ini apabila tidak
segera diatasi akan mengakibatkan syok hipovolemik, terlabih kasus kekurangan
cairan atau dehidrasi terjadi pada anak-anak dimana 80% bagian tubuhnya terdiri
dari cairan (Sowden, 2009).
Gastroenteritis merupakan keluhan yang sering ditemukan, diperkirakan pada
setiap tahunnya sebanyak 99.000.000 kasus di dunia (Simadibrata, 2009). Menurut
hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) angka kematian akibat diare
23/100.000 penduduk dan pada balita 75/100.000 balita (Mujiyanto, 2009).
Kejadian diare di RS. Anna pada tahun 2015 bulan januari sebanyak 36 pasien
(6%) dari total 606 pasien, pada bulan februari sebanyak 34 pasien (6%) dari total 611
pasien, pada bulan maret sebanyak 44 pasien (7%) dari total 637 pasien. Kejadian
diare di Ruang Perawatan Lt.2A pada Januari Agustus 2016 sebanyak 42 pasien.
Atas dasar keadaan tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk menyusun makalah
dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Tn.R dengan gastroenteritis di Ruang
Perawatan Umum Lantai 2A RS.Anna.

1
B. Identifikasi Masalah
Dalam penulisan laporan ini identifikasi masalahnya adalah bagaimana aplikasi
asuhan keperawatan dengan gastroenteritis di RS.Anna khususnya di Ruang
Perawatan Umum lantai 2A.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran tentang proses keperawatan pada pasien dengan
gastroenteritis di RS.Anna
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian, analisa data, merumuskan masalah keperawatan
pada pasien dengan gastroenteritis
b. Dapat menetapkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan gastroenteritis
di RS.Anna
c. Dapat menyusun perencanaan tindakan keperawatan pada pasien dengan
gastroenteritis di RS.Anna
d. Dapat mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan yang nyata
sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan.
e. Dapat menilai hasil (mengevaluasi) tindakan keperawatan yang telah
dilakukan.
D. Manfaat
1. Bagi Ilmu Keperawatan
Diharapkan berguna dalam pengembangan ilmu keperawatan khususnya
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan gastroenteritis.
2. Bagi Keluarga
Laporan ini sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan keluarga dalam
menjalankan tugas keluarga dalam bidang kesehatan kepada anggota keluarga
yang mengalami gangguan kesehatan khususnya yang mengalami gastroenteritis.

E. Ruang Lingkup
Makalah ini menyajikan tentang data hasil pengkajian, analisa data, masalah
keperawatan, diagnosa keperawatan, tindakan keperawatan, evaluasi serta membahas
asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien Tn. R dengan gastroenteritis.
F. Metode penulisan

2
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ilmiah ini:
1. Metode deskriptif
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dengan wawancara, observasi
dan pemeriksaan fisik. Sumber data yang digunakan adalah data primer yang
diperoleh dari klien dan keluarga, sedangkan data sekunder yaitu data yang
penulis peroleh dari tenaga kesehatan, dokumentasi catatan keperawatan dan
medical record klien.
2. Kepustakaan
Mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan asuhan keperawatan yang
diberikan pada pasien dengan gastroenteritis.
G. Sistematika Penulisan
1. BAB I PENDAHULUAN yang terdiri dari: latar belakang, identifikasi masalah,
tujuan penulisan, manfaat, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika
penulisan.
2. BAB II TINJAUAN TEORI yang terdiri dari: pengertian gestroenteritis, etiologi,
potofisiologi, manifestasi klinik, derajat dehidrasi, kebutuhan cairan, pemeriksaan
penunjang, komplikasi, penatalaksanaan medis, asuhan keperawatan yang
meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
3. BAB III STUDI KASUS yang terdiri dari: pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.
4. BAB IV PEMBAHASAN yang terdiri dari: pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
5. BAB V PENUTUP yang terdiri dari: kesimpulan dan saran.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Gastroenteritis
Gastroenteritis adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal
atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta
frekuensi lebih dari 3 kali dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau
tanpa lendir darah (Hidayat, 2010).
Gastroenteritis merupakan pengeluaran feses yang sering, berupa cairan
abnormal, encer dan digolongkan menjadi ringan, sedang atau berat akut atau kronis,
meradang atau tidak meradang (Muscari, 2010).
Gastroenteritis diddefinisikan sebagai adanya inflamasi pada membrane
mukosa lambung dan usus halus yang ditandai dengan pengeluaran feses yang sering
yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit (Sowden, 2009).
B. Etiologi
Lebih dari 90% kasus diare akut disebabkan oleh agen infeksius, diare
disebabkan oleh infeksi virus seperti Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie,
Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain; Infeksi bakteri
seperti Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas dan sebagainya; Infeksi parasit seperti cacing (Ascaris,
Trichiuris,Strongyloides), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Trichomonas hominis), Jamur (Candida albicans) (Kliegman, 2009).
Diare dapat juga disebabkan oleh intoleransi laktosa, alergi protein susu sapi
namun tetap sebagian besar diare disebabkan oleh infeksi. Di Indonesia, penyebab
utama diare adalah Shigella, Salmonella, Campylobacter, E. Coli, dan Entamoeba
histolytica (Depkes RI, 2010).
Sedangkan menurut (Mansjoer, 2008) ada beberapa faktor penyebab diare, yaitu :
1. Infeksi : virus (Rotavirus, Adenovirus, Noorwalk), bakteri (Shigella, salmonella,
E.coli, Vibrio), parasit (protozoa, E. Histolytica, G.lamblia, Balantidium coli,
cacing perut: askaris, trikuris, strongiloideus, dan jamur: kandida.
2. Malabsorpsi: karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak, atau protein
3. Makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Psikologis: rasa takut dan cemas
C. Patofisiologi
Penyebab diare akibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh
usus sehingga menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, yang
menyebabkan terjadinya pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga

4
usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare.
Diare dapat juga disebabkan oleh intoleransi laktosa, biasanya terjadi pada
anak. Intoleransi laktosa adalah keadaan dimana jumlah laktosa yang dicerna tidak
seimbang dengan jumlah enzim lactase yang tersedia untuk menghidrolisis laktosa.
Jika tidak dicerna, maka laktosa tidak dapat diserap oleh usus halus dan kemudian
timbul diare osmotic, flatulensi (perut kembung) dan kram perut.
Diare juga terjadi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding
usus, akan terjadi peningkatan air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan kemudian
diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Diare dapat juga terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam
usus, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan
akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Gangguan motalitas usus juga mengakibatkan diare, terjadinya hiperperistaltik
akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan
bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare

5
6
D. Manifestasi Klinis
1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi
5. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekan darah turun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, dan kesadaran menurun
6. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria)
7. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan
dalam (Kusmaul).
8. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan
berat badan.
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang perlu dikerjakan menurut Mansjoer (2009) adalah:
1. Pemeriksaan feses
Tes tinja untuk mengetahui makroskopis dan mikroskopis, biakan kuman
untuk mengetahui kuman penyebab, tes resistensi terhadap berbagai antibiotik serta
untuk mengetahui pH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi glukosa.
Karakteristik hasil pemeriksaan feses sebagai berikut feses berwarna
pekat/putih kemungkinan disebabkan karena adanya pigmen empedu (obstruksi
empedu). Feses berwarna hitam disebabkan karena efek dari obat seperti Fe, diet
tinggi buah merah dan sayur hijau tua seperti bayam. Feses berwarna pucat
disebabkan karena malabsorbsi lemak, diet tinggi susu dan produk susu. Feses
berwama orange atau hijau disebabkan karena infeksi usus. Feses cair dan
berlendir disebabkan karena diare yang penyebabnya adalah bakteri. Feses seperti
tepung berwama putih disebabkan karena diare yang penyebabnya adalah virus.
Feses seperti ampas disebabkan karena diare yang penyebabnya adalah parasit.
Feses yang didalamnya terdapat unsur pus atau mukus disebabkan karena bakteri,
darah jika terjadi peradangan pada usus, terdapat lemak dalam feses jika
disebabkan karena malabsorpsi lemak dalam usus halus (Suprianto, 2008).

7
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan
PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
F. Komplikasi
Komplikasi utama akibat penyakit gastroenteritis ini adalah dehidrasi dan
masalah kardiovaskular akibat hipovolemia dengan derajat berat. Tubuh dalam
keadaan normal terdiri dari 60 % air dan 40 % zat padat seperti protein, lemak dan
mineral. Apabila diare itu disebabkan oleh Shigella, demam tinggi dan kejang bisa
timbul. Abses pada saluran usus juga dapat timbul akibat infeksi shigella dan
salmonella terutama pada demam tifoid yang dapat menyebabkan perforasi pada
saluran usus. Hal ini sangat berbahaya dan mengancam nyawa. Muntah yang berat
dapat menyebabkan aspirasi dan robekan pada esofagus (Kliegman, 2009).
1. Derajat Dehidrasi
Menurut Hidayat (2010), salah satu komplikasi dari gastroenteritis adalah
dehidrasi. Klasifikasi tingkat dehidrasi adalah:
a. Dehidrasi ringan
Apabila kehilangan 2-5% dari berat badan atau rata-rata 25 ml/kg BB
dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita
belum ada tanda-tanda syok.
b. Dehidrasi sedang
Apabila kehilangan cairan 5-8% dari berat badan atau rata-rata 75 ml/kg BB
dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, terdapat tanda-tanda
syok (nadi cepat dan dalam)
c. Dehidrasi Berat
Apabila kehilangan cairan 8- 10% dari berat badan atau rata rata 125
ml/kg BB, pada dehidrasi berat volume darah berkurang sehingga dapat
terjadi syok hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi
cepat dan kecil, tekanan darah menurun, pasien sangat lelah bahkan
kesadaran menurun.

8
Tabel Penilaian derajat dehidrasi
Penilaian A B C

Lihat :
keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel* Lesu, lunglai,
atau tidak
sadar*
Mata Normal Cekung Sangat cekung
dan kering
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa Haus, ingin Malas minum
tidak haus minum banyak* atau tidak bisa
minum*
Periksa :
Turgor kulit Kembali cepat Kembali Kembali
lambat* sangat
lambat*
Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi
ringan/sedang berat
Bila ada 1 tanda* Bila ada 1
ditambah 1 atau tanda*
lebih tanda lain ditambah 1
atau lebih tanda
lain

9
G. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Cairan
a. Tanpa dehidrasi
Cairan, ASI, oralit diberikan tiap BAB atau muntah
b. Dehidrasi tidak berat (ringan-sedang)
Oralit 75 cc/kg/4 jam dilanjutkan pemberian cairan tiap bab, Bisa peroral,
NGT, parenteral.
c. Dehidrasi berat : rehidrasi parenteral dengan cairan RL atau ringer asetat
100 cc/kgBB : 30 cc/kgBB dalam jam I, 70 cc/kgBB dalam 2 jam.
2. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Keluhan Utama : Buang air berkali-kali dengan konsistensi encer
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada umumnya pasien masuk Rumah Sakit dengan keluhan buang air cair
berkali-kali baik disertai atau tanpa dengan muntah, tinja dapat bercampur lendir
dan atau darah, keluhan lain yang mungkin didapatkan adalah napsu makan
menurun, suhu badan meningkat, volume diuresis menurun dan gejala
penurunan kesadaran
1) Penyakit sebelumnya
Penyebabnya, gejala-gejalanya, perjalanan penyakit, penyembuhan,
kompliksi, insiden penyakit dalam keluarga atau masyarakat, respon emosi
terhadap rawat inap sebelumnya.
2) Alergi
Apakah pernah menderita asthma, eksim. Obat-obatan, binatang, tumbuh-
tumbuhan, debu rumah
3) Obat-obat terakhir yang didapat
Nama, dosis, jadwal, lamanya, dan alasan pemberian.

c. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-tanda vital: Suhu badan: mengalami peningkatan, Nadi: cepat dan
lemah, Pernafasan: frekuensi nafas meningkat, Tekanan darah: menurun.
2) Pernafasan
Biasanya pernapasan agak cepat, bentuk dada normal, dan tidak ditemukan
bunyi nafas tambahan.
3) Cardiovasculer
Biasanya tidak ditemukan adanya kelainan, denyut nadi cepat dan lemah.

10
4) Pencernaan
Ditemukan gejala mual dan muntah, mukosa bibir dan mulut kering,
peristaltik usus meningkat, anoreksia, BAB lebih 3x dengan konsistensi
encer
5) Perkemihan
Volume diuresis menurun.
d. Muskuloskeletal
Kelemahan fisik akibat output yang berlebihan.
e. Integumen
lecet pada sekitar anus, kulit teraba hangat, turgor kulit jelek
f. Penginderaan
Mata cekung, Hidung, telinga tidak ada kelainan
g. Neurologis
Dapat terjadi penurunan kesadaran.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan melalui
feses dan muntah (output berlebihan).
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan yang tidak adekuat.
c. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi sekunder terhadap infeksi
usus.
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Iritasi rektal (area perianal).
e. Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurang paparan dan
keterbatasan kognitif keluarga.
f. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas tubuh, prosedur
invasive
g. Cemas berhubungan dengan krisis situasional, hospitalisasi
3. Intervensi Keperawatan
Dx 1 : Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan
berlebihan melalui feses dan muntah (output berlebihan)
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan 3 x 24 jam kebutuhan cairan elektrolit terpenuhi
Kriteria Hasil:

11
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal
b. Tanda-tanda dehidrasi tidak ada, turgor kulit elastis, membran mukosa
basah, haluaran urine terkontrol, mata dan ubun-ubun besar tidak cekung
c. Konsistensi BAB lembek dan frekuensi 1 kali dalam sehari
Intervensi
a. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan (dehidrasi)
Rasional : Penurunan volume cairan bersirkulasi menyebabkan kekeringan
jaringan dan pemekatan urine. Deteksi dini memungkinkan terapi
pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit.
b. Pantau intake dan output
Rasional : Haluaran dapat melebihi masukan, yang sebelumnya tidak
mencukupi untuk mengkompensasi kehilangan cairan. Dehidrasi
dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat haluaran
tak adekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
c. Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Penimbangan BB harian yang tepat dapat mendeteksi kehilangan
cairan.
d. Anjurkan keluarga bersama klien untuk minum yang banyak (LGG, oralit atau
pedyalit 10 cc/kg BB/mencret)
Rasional : Kandungan Na, K dan glukosa dalam LGG, oralit dan pedyalit
mengandung elektrolit sebagai ganti cairan yang hilang
e. Kolaborasi Pemberian cairan parenteral (IV line) sesuai dengan umur.
Rasional : Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan sedang
yang kurang intakenya atau dehidrasi berat perlu pemberian cairan
cepat melalui IV line sebai pengganti cairan yang telah hilang.
f. Kolaborasi pemberian obat-obatan (antisekresi, antispasmolitik dan
antibiotik)
Rasional : Antisekresi berfungsi untuk menurunkan sekresi cairan dan
elektrolit untuk keseimbangannya. Antispasmolitik berfungsi
untuk proses absrobsi normal. Antibiotik sebagai antibakteri
berspektrum luas untuk menghambat endoktoksin

12
Dx 2 : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan yang tidak adekuat
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan 3 x 24 jam kebutuhan nutrisi dalam tubuh terpenuhi
Kriteria Hasil:
a. Nafsu makan meningkat.
b. Pasien menghabiskan 1 porsi makan rumah sakit.
c. BB ideal sesuai dengan umur dan kondisi tubuh
d. Mual dan muntah tidak ada
Intervensi
1. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan yang berserat
tinggi, berlemak dan air panas atau dingin) pada keluarga
Rasional : Makanan ini dapat merangsang atau mengiritasi saluran usus.
2. Timbang BB setiap hari
Rasional : Perubahan berat badan yang menurun menggambarkan peningkatan
kebutuhan kalori, protein dan vitamin.
3. Ciptakan lingkungan yang menyenagkan selama waktu makan dan bantu
sesuai dengan kebutuhan.
Rasional : Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi releks dan
menyenangkan.
4. Diskusikan dan jelaskan pada keluarga tentang pentingnya makanan yang
sesuai dengan kesehatan dan peningkatan daya tahan tubuh.
Rasional : Makanan sebagai bahan yang dibutuhkan tubuh untuk proses
metabolisme dan katabolisme serta peningkatan daya tahan tubuh
terutama dalam keadaan sakit. Penjelasan yang diterima dapat
membuka jalan pikiran untuk mencoba dan melaksanakan apa
yang diketahuinya.
5. Kolaborasi :
a. Dietetik
Umur 1 tahun/> 1 tahun dengan BB < 7 kg diberi susu (ASI atau formula
rendah laktosa), makan setengah padat/makanan padat.

13
Rasional : Pada diare dengan usus yang terinfeksi enzim laktose inaktif
sehingga intoleransi laktose.
Umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg diberi makan susu/cair dan padat
Rasional : Makanan cukup gizi dan disesuaikan dengan kondisi
kesehatan.
b. Rehidrasi parenteral (IV line)
Rasional : Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan sedang
yang kurang intakenya atau dehidrasi berat perlu pemberian
cairan cepat melalui IV line sebai pengganti cairan yang telah
hilang.
c. Supporatif (pemberian vitamin A)
Rasional : Vitamin merupakan bagian dari kandungan zat gizi yang
diperlukan tubuh terutama pada bayi untuk proses
pertumbuhan.

Dx 3 : Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi sekunder terhadap infeksi


usus.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam suhu tubuh normal.
Kriteria Hasil
a. suhu tubuh 36,6-37,4 C
b. bibir lembab
c. nadi normal
d. kulit tidak terasa panas
e. tidak ada gangguan neurologis (kejang)
f. aktivitas sesuai kemampuan
Intervensi
a. Observasi tanda-tanda vital
b. Anjurkan orangtua untuk memberikan pakaian longgar/ tipis
Rasional : Memberikan respirasi pada kulit
c. Anjurkan orangtua untuk tidak memberikan selimut tebal
Rasional : Sirkulasi udara
d. Ganti pakaian pasien jika basah

14
Rasional : Memberikan kenyamanan
e. Lakukan kompres hangat
Rasional: Membuka pori pori untuk melancarkan sekresi keringat.
f. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antipiretik
Rasional: Menurunkan panas

Dx 4 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Iritasi rektal (area perianal)


Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam Gangguan integritas kulit
teratasi
Kriteria Hasil:
1. Integritas kulit utuh
2. Iritasi tidak terjadi
3. Kulit tidak hiperemia,atau iscemia
4. Kebersihan peranal terjaga dan tetap bersih
5. Keluarga dapat mendemonstrasikan dan melakasnakan perawatan perianal
dengan baik dan benar
Intervensi :
a. Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga kebersihan di tempat tidur.
Rasional : Kebersihan mencegah aktivitas kuman. Informasi yang adeguat
melalui metode diskusi dapat memberikan gambaran tentang
pentingnya kebersihan dan keadaran partisipasi dalam peningkatan
kesehatan.
b. Libatkan dan demonstrasikan cara perawatan perianal bila basah akibat diare
atau kencing dengan mengeringkannya dan mengganti pakaian bawah. serta
alasnya.
Rasional : Kooperatif dan partisipati sangat penting untuk peningkatan dan
pencegahan untuk mencegah terjadinya disintegrasi kulit yang
tidak diharapkan.
c. Menganjurkan keluarga untuk mengganti pakaian bawah yang basah.

15
Rasional : Kelembaban dan keasaman faeces merupakan faktor pencetus
timbulnya iritasi. Untuk itu pengertian akan mendorong keluarga
untuk mengatasi masalah tersebut.
d. Lindungi area perianal dari irtasi dengan pemberian lotion.
Rasional : Sering BAB dengan peningkatan keasaman dapat dikurangi dengan
menjaga kebersihan dan pemberian lotion dari iritasi.
e. Atur posisi klien selang 2-3 jam.
Rasional : Posisi yang bergantian berpengaruh pada proses vaskularisasi
lancar dan mengurangi penekanan yang lama, sehingga
mencegah ischemia dan iritasi.

Dx 5 : Kurang pengetahuan keluarga dan pasien berhubungan dengan kurang


paparan dan keterbatasan kognitif keluarga
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam pengetahuan keluarga dan
pasien meningkat
Kriteria Hasil:
a. Keluarga menjelaskan tentang penyakit, perlunya pengobatan dan
memahami perawatan
b. Keluarga kooperatif
Intervensi:
a. Kaji pengetahuan keluarga tentang proses penyakit
Rasional : Mengetahui tingkat awal pengetahuan keluarga, mengidentifikasi
area kekurangan pengetahuan.
b. Jelaskan pada keluarga tentang keadaan pasien, tanda gejala dan komplikasi
penyakit sesuai dengan tingkat kemampuan.
Rasional : memberikan pengetahuan dan informasi dasar
c. Melibatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.
Rasional : Orang tua dapat mengetahui perkembangan informasi tentang
kondisi anaknya
d. Jelaskan pada keluarga tentang persiapan / tindakan yang akan dilakukan
Rasional : mengurangi kecemasan

16
Dx 6 : Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas tubuh,
prosedur invasive
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam tidak terjadi infeksi
Kriteria Hasil
bebas dari tanda-tanda infeksi sistemik atau lokal
Intervensi:
a. Batasi pengunjung.
Rasional : mencegah terjadinya penyebarluasan dan kontaminasi virus yang
dapat menimbulkan infeksi
b. Bersihkan lingkungan pasien secara benar setiap setelah digunakan pasien.
Rasional : mencegah terjadinya penyebarluasan dan kontaminasi virus yang
dapat menimbulkan infeksi
c. Gunakan teknik mencuci tangan yang tepat
Rasional : Mencegah penyebaran bakteri dan kontaminasi kuman
d. Pertahankan teknik aseptik dalam melakukan tindakan invasif.
Rasional : Menurunkan resiko terjadinya infeksi silang.
e. Tingkatkan masukkan gizi dan cairan yang cukup
Rasional : Membantu meningkatkan sistem imunitas tubuh
f. Libatkan keluarga dalam program perawatan klien untuk mempertahankan
kulit tetap kering.
Rasional : Membantu meningkatkan peran keluarga dan memberikan
pemahaman tentang perawatan klien
g. Kolaborasi untuk pemberian antimikrobial/antibiotik sesuai indikasi.
Rasional : Menurunkan kolonisasi bakteri atau jamur disekitar dan mencegah
infeksi.

Dx 7 : Cemas berhubungan dengan krisis situasional, hospitalisasi pada anak


Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam kecemasan terkontrol
Kriteria Hasil:

17
a. Ekspresi wajah tenang
b. anak tidak menangis ketika tindakan asuhan keperawatan
c. keluarga mau bekerjasama dalam tindakan asuhan keperawatan
Intervensi:
a. Jelaskan semua prosedur pada keluarga
Rasional : Informasi yang adekuat merupakan suatu aspek penting dalam
membantu proses perawatan klien.
b. Ciptakan lingkungan yang tenang nyaman
Rasional : memberikan kenyamanan
c. Alihkan perhatian anak ketika memberikan tindakan asuhan keperawatan
Rasional : pengalihan perhatian dapat untuk mengurangi kecemasan pada anak
d. Libatkan keluarga untuk mendampingi pasien
Rasional : Meningkatkan peran keluarga dalam tindakan keperawatan dan
memberikan rasa aman pada anak
e. Gunakan komunikasi terapuetik; kontak mata, sikap tubuh dan sentuhan
Rasional : memberikan kenyamanan dan rasa percaya

BAB III
STUDI KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama Tn.R
Tgl Lahir 03/11/1957
Jenis Kelamin Laki-laki
Suku Bangsa Jawa
Agama Islam
Pendidikan Diploma,
Alamat Jati Asih Bekasi
2. Keluhan Utama
Tn.R datang ke IGD RS.Anna pada tanggal 4 Oktober 2016 pada pukul
19.40WIB dengan keluhan utama BAB lebih dari 10x per hari sudah 2 hari.

18
Klien datang ke ruang perawatan lantai 2A (205b) 21.35 WIB, dengan k/u: sakit
sedang, kes: composmentis, terpasang infuse RL 500 cc/4 jam (125cc/jam atau 42
tetes/menit).
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
BAB lebih dari 10x per hari sudah 2 hari, disertai badan terasa lemas dan demam,
mual, tidak ada muntah, makan dan minum kurang, kemerahan pada sekitar anus.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda vital:
TD : 100/70 mmhg,
N :86 x/menit (teraba kuat dan teratur)
RR :26x/menit
(pernapasan agak cepat, bentuk dada normal, dan tidak ditemukan bunyi nafas
tambahan)
S :37,9 C
b. Antropometri
BB: 55kg TB: 160cm

c. Integumen
pasien mengatakan kemerahan pada sekitar anus, kulit teraba hangat, turgor
kulit elastis, mukosa kering)
d. Penginderaan
Mata sedikit cekung, Hidung, telinga tidak ada kelainan
e. Neurologis
Tidak terjadi penurunan kesadaran (Compos Mentis)
5. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium (4/10/2016)
Darah Rutin 1
Hb: 13,80g/dl, Ht: 42,7%, Lekosit: 7,31ribu/mm, Trombosit: 210ribu/mm
Elektrolit
Na: 136 mmol/L, Kalium: 3,61 mmol/L, Chlorida: 101 mmol/L
Widal
S. thypi O : + 1/80
S. parathphi H : + 1/80
Feses Lengkap
Lendir : positif Ephitel : positif 1
Lekosit : 1-2 Bakteri : positif 1
Lemak : positif 1
6. Penatalaksanaan
Instruksi terapi yang diberikan:
Infuse RL 500 cc /4 jam,
Terapi injeksi : Anbacim 2x1gr/d5 100cc
ondancentrone 2x4mg

19
Terapi oral : Paracetamol tab. 500 mg 3x1 (k/p)
Lodia 2x1 tab
New Diatab 3x2 tab

20
B. Analisa Data
Data Masalah Etiologi
Data Subyektif Gangguan Volume cairan kehilangan berlebihan
1. pasien mengatakan BAB
tubuh melalui feses dan atau
lebih dari 10x/hari cair,
muntah (output
sudah 2 hari
berlebihan)
2. pasien mengatakan
badan terasa lemas
3. pasien mengatakan
makan dan minum
kurang
Data Objektif
1. TD : 100/70 mmhg, N :
86 x/menit,
RR:26x/menit, S :37,9
C
2. Pasien tampak lemas,
mukosa kering, Akral
teraba hangat, turgor
kulit elastis
3. Pasien minum gelas
Data Subyektif Gangguan nutrisi kurang intake makanan yang tidak
1. pasien mengatakan
dari kebutuhan tubuh adekuat
badan terasa lemas
2. pasien mengatakan
terasa mual, makan
kurang
Data Objektif
1. TD: 100/70 mmhg,
N:86x/menit,
RR:26x/menit,
S:37,9 C
2. Pasien tampak lemas,
Pasien makan habis
urang lebih 5 sendok

21
Data Subyektif Hipertermi proses inflamasi sekunder
1. Pasien mengatakan
terhadap infeksi usus
lemas dan demam
2. pasien mengatakan
makan dan minum
kurang
Data Objektif
1. TD : 100/70 mmhg, N :
86 x/menit,
RR:26x/menit, S :37,9
C
2. Pasien tampak lemas,
Mukosa kering, Akral
teraba hangat, Pasien
minum gelas, makan
habis kurang lebih hanya
5 sendok
3. Hasil Lab FL: Lendir: +,
Ephitel: +1, Lekosit: 1-
2, Bakteri: +1, Lemak:
+1

Data Subyektif Resiko kerusakan Iritasi rektal (area perianal)


pasien mengatakan
integritas kulit
kemerahan pada sekitar anus
Data Objektif
kemerahan pada sekitar anus

C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan berlebihan
melalui feses dan atau muntah (output berlebihan)
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan yang tidak adekuat
3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi sekunder terhadap infeksi usus

22
4. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Iritasi rektal (area perianal)
D. lntervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
1. Gangguan Volume Tujuan: 1. Pantau tanda dan gejala
cairan tubuh Setelah dilakukan kekurangan cairan (dehidrasi)
berhubungan dengan tindakan 3x24 jam 2. Pantau intake dan output
kehilangan berlebihan kebutuhan cairan elektrolit 3. Timbang berat badan setiap
melalui feses dan atau terpenuhi hari.
muntah (output Kriteria Hasil: 4. Anjurkan keluarga bersama
berlebihan) 1. Tanda-tanda vital klien untuk minum yang
dalam batas normal banyak (LGG, oralit atau
2. Tanda-tanda dehidrasi pedyalit 10 cc/kg BB/mencret)
tidak ada, turgor kulit 5. Kolaborasi Pemberian cairan
elastis, membran parenteral (IV line) sesuai
mukosa basah, dengan umur.
haluaran urine 6. Kolaborasi pemberian obat-
terkontrol, mata dan obatan (antisekresi,
ubun-ubun besar tidak antispasmolitik dan antibiotik)
cekung
3. Konsistensi BAB
lembek dan frekuensi
1 kali dalam sehari
2. Gangguan nutrisi Tujuan 1. Diskusikan dan jelaskan
kurang dari Setelah dilakukan tentang pembatasan diet
kebutuhan tubuh tindakan 3x24 jam (makanan yang berserat
berhubungan dengan kebutuhan nutrisi dalam tinggi, berlemak dan air panas
intake tidak adekuat tubuh terpenuhi atau dingin) pada keluarga
yang Kriteria Hasil: 2. Timbang BB setiap hari
dimanifestasikan 1. Nafsu makan 3. Ciptakan lingkungan yang
dengan mual, meningkat. menyenagkan selama waktu
muntah asupan 2. Pasien menghabiskan makan dan bantu sesuai
makanan kurang 1 porsi makan rumah dengan kebutuhan.
sakit. 4. Diskusikan dan jelaskan pada

23
3. BB ideal sesuai keluarga tentang pentingnya
dengan umur dan makanan yang sesuai dengan
kondisi tubuh kesehatan dan peningkatan
4. Mual dan muntah daya tahan tubuh.
tidak ada 5. Kolaborasi :
a. Dietetik
Umur 1 tahun/> 1 tahun
dengan BB < 7 kg diberi
susu (ASI atau formula
rendah laktosa), makan
setengah padat/makanan
padat.
b. Rehidrasi parenteral (IV
line)
c. Supporatif (pemberian
vitamin A)
3. Hipertermi Tujuan: 1. Observasi tanda-tanda vital
berhubungan dengan Setelah dilakukan 2. Anjurkan orangtua untuk
proses inflamasi tindakan keperawatan 3 x memberikan pakaian longgar/
sekunder terhadap 24 jam suhu tubuh tipis
infeksi usus yang normal. 3. Anjurkan orangtua untuk
dimanifestasikan Kriteria Hasil tidak memberikan selimut
dengan 1. suhu tubuh 36,6-37,4 tebal
C 4. Ganti pakaian pasien jika
2. bibir lembab basah
3. nadi normal 5. Lakukan kompres hangat
4. kulit tidak terasa panas 6. Kolaborasi dengan tim medis
5. tidak ada gangguan untuk pemberian antipiretik
neurologis (kejang)
6. aktivitas sesuai
kemampuan
4. Resiko kerusakan Tujuan: 1. Diskusikan dan jelaskan
integritas kulit Setelah dilakukan pentingnya menjaga
berhubungan dengan tindakan keperawatan 3 x kebersihan di tempat tidur.

24
Iritasi rektal yang 24 jam resiko kerusakan 2. Libatkan dan demonstrasikan
dimanifestasikan integritas kulit tidak cara perawatan perianal bila
dengan terdapat luka terjadi basah akibat diare atau
pada area perianal Kriteria Hasil: kencing dengan
1. Integritas kulit utuh mengeringkannya dan
2. Iritasi tidak terjadi mengganti pakaian bawah.
3. Kulit tidak serta alasnya.
hiperemia,atau iscemia 3. Menganjurkan keluarga
4. Kebersihan peranal untuk mengganti pakaian
terjaga dan tetap bersih bawah yang basah.
5. Keluarga dapat 4. Lindungi area perianal dari
mendemonstrasikan irtasi dengan pemberian
dan melakasnakan lotion.
perawatan perianal 5. Atur posisi klien selang 2-3
dengan baik dan benar jam.

25
E. Impementasi dan Evaluasi
Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
4/10/16 Dx 1 1. Mengobservasi tanda-tanda S: pasien mengatakan hari ini BAB 10x
(Hari ke-1) Gangguan
vita, tingkat kesadaran, cair, badan masih lemas, mual masih
volume
keadaan umum serta tanda dan ada dan makan-minum sedikit
cairan O: Kes:cm k/u:sakit sedang, pasien
gejala kekurangan cairan
tampak lemas, akral hangat, mukosa
(dehidrasi)
sedikit lembab, turgor kulit elastis,
2. Menganjurkan dan memotivasi
mata sedikit cekung, TD:
pasien untuk minum sedikit
100/70mmHg, N: 86x/menit S:
tapi sering
37,9C P: 26x/menit.
3. Memonitor intake dan output
A: Gangguan volume cairan belum
(Balance Cairan)
teratasi
4. Melakukan kolaborasi P: Lanjutkan Intervensi
Pemberian cairan parenteral
(IV line) dan obat-obatan.
Dx 2 1. Mengobservasi tanda-tanda S: pasien mengatakan badan masih
Gangguan
vita, tingkat kesadaran, lemas, mual masih ada dan makan
nutrisi
keadaan umum serta tanda dan sedikit habis kurang lebih 5 sendok
O: Kes:cm k/u:sakit sedang, pasien
gejala kekurangan nutrisi
tampak lemas dan mual, mukosa
2. Menjelaskan tentang
sedikit lembab, turgor kulit elastis,
pembatasan diet (makanan
TD: 100/70mmHg, N: 86x/menit S:
yang berserat tinggi, berlemak
37,9C P: 26x/menit. pasien makan
pada pasien dan keluarga
urang lebih 5 sendok porsi makanan.
3. Mengajarkan relaksasi untuk
A: Gangguan nutrisi belum teratasi
mengatasi atau mengurangi P: Lanjutan Intervensi
mual
4. Memotivasi pasien untuk
makan sedikit tetapi sering
5. Memantau porsi makan yang
dihabisan pasien

26
Dx 3 1. Observasi tanda-tanda vital S: pasien mengatakan badan masih lemas
Hipertermi
2. Menjelasan pada pasien dan dan demam
O: Kes:cm k/u:sakit sedang, pasien
keluarga untuk tidak
tampak lemas, mukosa sedikit
memberikan selimut tebal dan
lembab, turgor kulit elastis, akral
mengganti pakaian pasien jika
hangat, TD: 100/70mmHg, N:
3. Memberikan kompres hangat
86x/menit S: 37,9C P: 26x/menit.
4. Memonitor balance cairan
A: Hipertermi belum teratasi
5. Memotivasi pasien dan P: Lanjutan Intervensi
keluarga untuk minum sedikit
tapi sering
6. Melakukan kolaborasi
pemberian terapi
Dx 4 1. Mengkaji luka sekitar anus S: pasien mengatakan kemerahan pada
Resiko
2. Menjelaskan pentingnya sekitar anus
kerusakan
menjaga kebersihan perianal O: terdapat kemerahan pada daerah
integritas
dan tempat tidur. sekitar anus
kulit A: Resiko kerusakan integritas kuit
3. Mengajarkan cara perawatan
belum terjadi
perianal bila basah akibat diare
P: Lanjutan Intervensi
atau BAK dengan
mengeringkannya dan
mengganti pakaian bawah.
serta alasnya.
4. Menjelasan pada pasien dan
keluarga untuk ubah posisi

27
5/10/16 Dx 1 1. Mengobservasi tanda-tanda S: pasien mengatakan hari ini BAB sudah
(Hari ke-2) Gangguan
vital, tingkat kesadaran, berkurang 4x, konsistensi lembek
volume
keadaan umum serta tanda dan lemas berkurang, mual berkurang dan
cairan
gejala kekurangan cairan makan-minum sudah mulai mau
O: Kes:cm k/u:sakit sedang, pasien akral
(dehidrasi)
hangat, mukosa lembab, turgor kulit
2. Menganjurkan dan memotivasi
elastis, mata cembung, TD:
pasien untuk minum sedikit
110/70mmHg, N: 84x/menit S:
tapi sering
36,8C P: 24x/menit.
3. Memonitor intake dan output
A: Gangguan volume cairan teratasi
(Balance Cairan)
sebagian
5. Melakukan kolaborasi P: Lanjutkan Intervensi
Pemberian cairan parenteral
(IV line) dan obat-obatan.
Dx 2 1. Mengobservasi tanda-tanda S: pasien mengatakan hari ini lemas
Gangguan
vita, tingkat kesadaran, berkurang, mual berkurang dan
nutrisi
keadaan umum serta tanda dan makan-minum sudah mulai mau
O: Kes:cm k/u:sakit sedang, pasien akral
gejala kekurangan nutrisi
hangat, mukosa lembab, turgor kulit
2. Memotivasi pasien untuk
elastis, mata cembung, TD:
makan sedikit tetapi sering
110/70mmHg, N: 84x/menit S:
3. Memantau porsi makan yang
36,8C P: 24x/menit. pasien makan
dihabisan pasien
habis porsi
A: Gangguan nutrisi teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
Dx 3 1. Observasi tanda-tanda vital S: pasien mengatakan demam sudah tidak
Hipertermi
2. Memonitor balance cairan ada
O: Kes:cm k/u:sakit sedang, pasien akral
3. Memotivasi pasien dan keluarga
hangat, mukosa lembab, turgor kulit
untuk minum sedikit tapi sering
elastis, mata cembung, TD:
4. Melakukan kolaborasi
110/70mmHg, N: 84x/menit S:
pemberian terapi
36,8C P: 24x/menit.
A: Hipertermi teratasi
P: Intervensi dihentikan

28
Dx 4 1. Mengkaji luka sekitar anus S: pasien mengatakan kemerahan pada
Resiko
2. Mengajarkan dan memotivasi sekitar anus sudah tidak ada
kerusakan
pasien dan keluarga untu O: luka pada daerah sekitar anus tidak
integritas
mempertahankan kebersihan ada
kulit A: kerusakan integritas kuit tidak terjadi
daerah sekitar anus.
P: Intervensi dihentikan
6/10/16 Dx 1 1. Mengobservasi tanda-tanda S: pasien mengatakan hari ini BAB sudah
(Hari ke-3) Gangguan
vital, tingkat kesadaran, berkurang 1x, konsistensi mulai padat,
volume
keadaan umum serta tanda dan mual-muntah tidak ada, makan-
cairan
gejala kekurangan cairan minum sudah mau
O: Kes:cm k/u:sakit sedang, pasien akral
(dehidrasi)
hangat, mukosa lembab, turgor kulit
2. Memonitor intake dan output
elastis, mata cembung, TD:
(Balance Cairan)
120/80mmHg, N: 82x/menit S:
3. Melakukan kolaborasi
36,0C P: 20x/menit.
Pemberian cairan parenteral
A: Gangguan volume cairan teratasi
(IV line) dan obat-obatan. P: Intervensi dihentikan
Dx 2 1. Mengobservasi tanda-tanda S: Pasien mengatakan hari ini mual-
Gangguan
vital, tingkat kesadaran, muntah tidak ada, makan-minum
nutrisi
keadaan umum serta tanda sudah mau, pasien mengatakan makan
dan gejala kekurangan nutrisi habis setengah porsi.
O: Kes:cm k/u:sakit sedang, pasien akral
2. Memotivasi pasien untuk
hangat, mukosa lembab, turgor kulit
makan sedikit tetapi sering
elastis, mata cembung, TD:
3. Memantau porsi makan yang
120/80mmHg, N: 82x/menit S:
dihabisan pasien
36,0C P: 20x/menit. pasien makan
habis setengah porsi
A: Gangguan nutrisi teratasi
P: Intervensi dihentikan

29
BAB IV
PEMBAHASAN.
A. Pengkajian
Pada kasus diatas di jelaskan bahwa Tn.R dengan gastroenteritis, dimana
didapatkan tanda dan gejala secara teoritis adalah suhu tubuh mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang, sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau
encer, anus dan sekitarnya lecet karena seringnya defekasi, pasien lemas, terdapat
tanda dan gejala dehidrasi, elastisitas turgor kulit menurun, mata cekung, mukosa
kering. Pada kasus diatas Tn. R didapatkan keluhan antara lain : diare >10x/ hari
dengan konsistensi cair disertai mual, demam 2 hari, makan minum sedikit, pasien
terlihat lemas, mata cekung, turgor kulit kurang elastis, mukosa kering serta
kemerahan pada daerah sekitar anus.
Kesenjangan data yang di dapat yaitu untuk pemeriksaaan Lab elektroit dalam
batas normal, didalam teori disebutkan biasanya pada pasien diare dapat terjadi
penurunan kadar elektrolit dalam tubuh, dan untuk pemeriksaan penunjang yang
dilakukan hanya pemeriksaan darah rutin 1, elektrolit dan pemeriksaan feses, untuk
pemeriksaan asam basa, ureum creatinin tidak dilakukan karena tidak ada tanda -
tanda penurunan kesadaran dan tidak ada indikasi penurunan kadar O2,
Dalam melakukan pengkajian pada Tn.R tidak menemukan hambatan karena
pasien dan keluarga kooperatif dalam memberikan data dan informasi yang
dibutuhkan serta tersedianya fasilitas sehingga memudahkan memperoleh data.
B. Diagnosa Keperawatan
Pada diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada pasien dengan
gastroenteritis adalah tujuh diagnosa keperawatan. Sedangkan pada kasus Tn.R
dengan gastroenteritis didapatkan empat diagnosa keperawatan yang sesuai dengan
teori. keempat diagnosa yaitu :
1. Dx 1 : Gangguan volume cairan dan elektrolit
Diagnosa tersebut aktual, hal tersebut karena pada Tn. R di dapat tanda dan gejala
antara lain : diare >10x/ hari, sudah 2 hari dengan konsistensi cair disertai turgor
kulit kurang elastis, mukosa kering, mata sedikit cekung.

2. Dx 2 : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Diagnosa tersebut aktual, hal tersebut karena pada Tn. R di dapat tanda dan gejala
antara lain : pasien mual, makan minum sedikit, pasien terlihat lemas, turgor kulit
kurang elastis, mukosa kering.

30
3. Dx 3 : Hipertermi
Diagnosa tersebut aktual, hal tersebut karena pada Tn. R di dapat tanda dan gejala
antara lain : pasien mengatakan badan terasa panas sudah 2 hari, pasien terlihat
lemas, TD: 100/70mmHg, N: 86x/menit S: 37,9C P: 26x/menit., mukosa kering,
turgor kurang elastis, mata sedikit cekung.
4. Dx 4 : Resiko kerusakan integritas kulit
Diagnosa tersebut Resiko, hal tersebut karena pada Tn. R hanya didapatkan
kemerahan pada kulit sekitar anus, gatal tidak ada, nyeri/perih tidak ada, rasa
panas tidak ada
C. Intervensi keperawatan
Kegiatan pada tahap ini adalah memprioritaskan masalah keperawatan, adapun alasan
dari masing-masing penetapan masalah keperawatan yang terjadi pada pasien sebagai
berikut :
1. Dx 1 : Gangguan volume cairan
Diagnosa ini menjadi diagnosa utama dikarenakan Tn. R diare >10x/ hari, sudah 2
hari dengan konsistensi cair disertai turgor kulit kurang elastis, mukosa kering,
mata sedikit cekung.
Adapun tindakan rencana keperawatan yang akan dilakukan adalah observasi
TTV, monitor balance cairan, jelaskan pentingnya cairan yang adekuat, kaji turgor
kulit, anjurkan pasien untuk banyak minum, awasi tanda-tanda syok, kolaborasi
pemberian cairan parenteral, kolaborasi pemeriksaan lab.
2. Dx 2 : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Diagnosa ini menjadi diagnosa kedua dikarenakan Tn. R terlihat lemas, pasien
mengatakan mual, makan-minum sedikit, turgor kulit kurang elastis, mukosa
kering.
Adapun rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan adalah jelaskan
pentingnya konsumsi nutrisi yang adekuat, observasi adanya tanda-tanda kurang
nutrisi, motivasi untuk makan porsi kecil tapi sering, kolaborasi pemberian nutrisi
parenteral dan diit.
3. Dx 3 : Resiko Hipertermi
Diagnosa ini menjadi diagnosa ketiga dikarenakan Tn. R mengalami panas 2 hari,
pasien terlihat lemas, TD: 100/70mmHg, N: 86x/menit S: 37,9C P: 26x/menit.,
mukosa kering, turgor kurang elastis, mata sedikit cekung.
Adapun rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan adalah observasi
TTV, berikan kompres hangat, motivasi pasien dan keuarga untuk banyak minum
air putih, monitor intake-output cairan dan kolaborasi pemberian terapi.
4. Dx 4 : Resiko kerusakan integritas kulit

31
Diagnosa ini menjadi diagnose keempat dikarenakan Tn.R mengatakan kemerahan
pada kulit sekitar anus, gatal tidak ada, nyeri/perih tidak ada, rasa panas tidak ada
Adapun rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan adalah kaji luka
daerah anus dan sekitarnya, observasi adanya tanda-tanda inflamasi, ajarkan
pasien dan keluarga untu menjaga kebersihan pada area sekitar anus dan tempat
tidur, motivasi untuk ubah posisi.
D. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada Tn.R disesuaikan dengan intervensi yang
ditetapkan :
Pada diagnosa pertama Gangguan volume cairan tindakan keperawatan dapat
dilaksanakan, baik tindakan mandiri maupun kolaborasi. Tindakan mandiri yang
dilakukan pada diagnosa ini adalah mengobservasi TTV, memonitor balance cairan,
menjelaskan pentingnya cairan yang adekuat, mengkaji adanya tanda-tanda dehidrasi,
menganjurkan pada pasien untuk banyak minum (minum sedikit tapi sering), tindakan
kolaborasi yang dilakukan adalah pemberian cairan parenteral dan pemeriksaan lab
(Feses, DR 1, Elektrolit). Adapun tindakan yang tidak dilakukan adalah kolaborasi
pemeriksaan asam basa, ureum creatinin. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya
tanda-tanda penurunan kesadaran.
Pada diagnosa kedua Gangguan nutrisi tindakan keperawatan mandiri yang
dilakukan pada diagnosa ini adalah menjelaskan pentingnya konsumsi nutrisi yang
adekuat mengobservasi adanya tanda-tanda gangguan nutrisi,, memotivasi pasien
untuk makan porsi kecil tapi sering, menganjurkan dan mengaaran relaksasi untuk
mengurangi mual saat makan. Tindakan kolaborasi yang dilakukan adalah pemberian
nutrisi dengan ahli gizi dalam pemberian diit tidak serat. Adapun tindakan yang tidak
dilakukan menimbang BB setiap hari, hal tersebut dikarenakan penimbangan BB
dilakukan pada saat pasien masuk dan pulang.
Pada diagnosa ketiga hipertermi, semua tindakan keperawatan dapat
dilaksanakan baik tindakan mandiri maupun kolaborasi. Tindakan mandiri yang
dilakukan pada diagnosa ini adalah mengobservasi tanda-tanda vital pasien,
memotivasi pasien dan keluarga untuk banyak minum air putih (minum sedikit tapi
sering), memonitor intake-output cairan dan memberikan kompres hangat. Tindakan
olaborasi yang dialukan adaah pemberian terapi dan cariran parenteral.
Pada diagnosa keempat Resiko kerusakan integritas kulit, hanya dilaukan
tindakan keperawatan mandiri yaitu mengkaji luka daerah anus dan sekitarnya,
mengobservasi adanya tanda-tanda inflamasi, mengajarkan pasien dan keluarga untuk

32
menjaga kebersihan pada area sekitar anus dan tempat tidur, dan memotivasi untuk
ubah posisi
E. Evaluasi keperawatan
Dari keempat diagnosa keperawatan yang diangkat, dua diagnosa keperawatan
yang teratasi pada hari kedua, yaitu hipertermi dan resiko kerusakan integritas kulit.
Diagnosa hipertermi teratasi ditandai dengan S: 36.8 C, mukosa lembab dan akral
teraba hangat. Diagnosa resiko kerusakan integritas kulit tidak terjadi ditandai dengan
luka kemerahan pada daerah sekitar anus tidak ada.
Untuk diagnosa kekurangan volume cairan dan gangguan nutrisi teratasi pada
hari ketiga. Diagnosa kekurangan volume cairan teratasi ditandai dengan S: 36.8 C,
mukosa lembab, turgor kulit elastis, akral hangat, mata cembung, diare sudah tidak
ada, muntah tidak ada dan pasien sudah mau minum sedikit tapi sering. Untuk
diagnose gangguan nutrisi teratasi ditandai dengan pasien sudah mau makan 1/5 porsi,
turgor kulit elastis, mukosa lembab, mual dan muntah tidak ada.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Gastroenteritis adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi
lebih dari 3 kali dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir
darah. Penyakit ini ditularkan secara fecal-oral melalui makanan dan minuman yang
tercemar. Gastroenteritis merupakan keluhan yang sering ditemukan pada setiap tahun.
Insiden yang tinggi dari penyakit diare merupakan kombinasi dari sumber air yang
tercemar, kekurangan protein dan kalori yang menyebabkan turunnya daya tahan tubuh.
Gastroenteritis ini mempunyai gambaran penting, yaitu diare dan muntah y a n g d a p a t
mengakibatkan pasien kekurangan cairan atau dehidrasi. Keadaan kekurangan cairan
ini apabila tidak segera diatasi akan mengakibatkan syok hipovolemik bahkan kematian.
B. Saran
Sarannya untuk perbaikan mutu dalam pelayanan dalam rangka meningkatkan
asuhan keperawatan yang optimal, sebagai berikut :
1. Untuk Perawat

33
Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien di harapkan lebih mengetahui
secara baik tentang asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa
keperawatan, penentuan prioritas diagnosa keperawatan (Aktual dan Resiko),
Intervensi, Implementasi hingga Evaluasi, sehingga mampu memberikan asuhan
keperawatan yang optimal kepada pasien dalam praktek keperawatan selanjutnya.
Khusus untuk kasus gastroenteritis perawat di haruskan bisa mendeteksi dini tanda
dan gejala dehidrasi sehingga tidak terjadi komplikasi.
2. Untuk Rumah Sakit
Dalam hal ini mengenai saran untuk rumah sakit yaitu : lantai 2A khususnya, perlu
ruangan untuk perawatan pasien dengan infeksi dan non infeksi terpisah dikarenakan
agar tidak terjadi penularan infeksi nosokomial, oleh sebab itu mohon agar fasilitas
yang sudah ada di tingkatkan lagi guna memberikan pelayanan yang lebih baik kepada
pasien

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Jual. 2008. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.
Hidayat, Alimul, Aziz. 2010. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika.
Mansjoer, Arif dkk. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Simadibrata K. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
Suharyono. 2009. Diare Akut Klinik dan Laboratorik. Jakarta: Rineka Cipta
Suprianto. 2008. Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Eliminasi Alvi. Jakarta: ______

34

Anda mungkin juga menyukai