Anda di halaman 1dari 18

STUDI KASUS

A .Identitas Pasien

Nama : An.B.K.
Tempat & tgl lahir : Jayapura, 22-09-2000
Umur : 15 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
BB : 42 kg
TB : 160cm
Alamat : Dok IX atas
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
MRS : 19-03-2016
KRS : 21-03-2016
No DM : 20 97 83

B. Anamnesis (Autoanamnesis)
1. Keluhan Utama:

Demam naik-turun sejak 1 hari SMRS

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan demam naik-turun sejak 1 hari SMRS, awalnya
pasien menggigil pada pagi hari kemudian demam tinggi dan demam turun pada sore
hari kemudian demam lagi pada malam hari. Demam disertai keringat dingin dan mual
serta muntah 1x, dengan isi air campur sisa makanan dan tidak ada darah. Pasien
mengelu pusing saat demam dan saat berdiri dan seperti mau terjatuh. Nyeri kepala
disangkal. tidak batuk dan pilek. BAK warna seperti teh, tidak ada rasa nyeri maupun
panas. BAB 1x sehari, warna kuning-kecoklatan, tidak ada darah, tidak ada lendir,
konsistensi lembek. Tidak ada mencret maupun gangguan pencernaan lainya. Tidak ada
tanda-tanda perdarahan seperti gusi berdarah, bintik-bintik merah pada kulit. satu hari
Sebelum demam pasien menggelu lemas, badan seperti rasa tidak enak, nyeri pada otot-
otot seluruh tubuh, nyeri seperti ngilu-ngilu pada sendi dan tulang, dan nafsu makan
menurun.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat malaria pada usia 2 tahun, riwayat DHF(-), riwayat demam Tifoid(-),
riwayat DM(-), riwayat HT(-), riwayat penyakit jantung(-), Riwayat maag(-), riwayat
Asma(-), riwayat penyakit ISK(-)

4. Riwayat penyakit Keluarga

Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita sakit yang sama seperti pasien.

1
5. Riwayat Sosial

Pasien tinggal di rumah permanent, tidak menggunakan kain has pada ventilasi
rumah, 50 meter didepan rumah terdapat hutan, di sekitar rumah banyak tanaman dan
pohon. Mempunyai bak penampungan air, baknya di tutup dan di kuras 1x seminggu.

6. Riwayat Kebiasaan

Pasien mempunyai kebiasaan tidur tidak menggunakan kelambu, merokok(-),


Minum beralkohol(-).

C.Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

Tanda Vital

Tekanan Darah : 80/50 mmHg


Denyut Nadi : 120 kali/menit
Pernapasan : 38 kali/menit
Suhu Tubuh : 38,90 C

Kepala/leher

Mata : Konjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-),

Edema Palpebra (-/-).

Hidung : Deformitas ( - ), secret ( - )

Telinga : Deformitas ( - ), secret ( - )

Mulut : Deformitas ( - ), Bibir sianosis ( - ), Oral Candidiasis (-), ulserasi (-),


hipertrofi gusi (-), atrofi papil lidah (-),
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax : Pulmo : Inspeksi : Simetris, ikut gerak napas
Palpasi : Vocal Fremitus D=S
Perkusi : Sonor
Auskultasi : SN vesikuler, Rhonki (-), Wheezing(-)
Cor : Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

2
Palpasi : ictus cordis teraba di linea midclavikula
Sinistra ICS V
Perkusi : Pekak
Auskultasi : BJ III regular, mur-mur (-), Gallop ( - ).
Abdomen : Inspeksi : tampak datar
Auskultasi : Bising Usus (+) Normal
Palpasi : Cekung, Hepar/Lien (tidak teraba/tidak
teraba)

_ - _
Nyeri tekan :
_ _ _
_ _ _

Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Akral teraba hangat, Edema (-/-), Ulkus (-/-),CRT < 3,
Koilonychias (-/-),
Vegetatif : makan , minum (+), BAB (+) sebanyak 1 kali/hari.
BAK (+) lancar.

STATUS NEUROLOGI

- Refleks fisiologis : BTR(+) TPR(+), KPR (+) APR (+)


- Refleks Patologis : Babinski (-/-), chaddock (-/-), oppenheim (-/-), gordon (-/-),
gonda(-/-).

D. Pemeriksaan penunjang

1. Darah Lengkap tanggal 18/03/2016.

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan

5.000-
WBC 10,1 MCH 19,8 28,0-36,0
10.000/mm3

PR:4000.000-
RBC 5,67 MCHC 31,8 32,0-36,0
5000.000/mm3

Pr: 12,0-
HGB 11,2 RDW 18,9 11,5-14,5
16,0g/dl

3
LK:42-52
HCT 35,2 MPV 0,00 7,4-10,4
Pr:36-48

150.000-
PLT 71 PDW 0,00 10,0-13,0
450.000

1.500-
PCT - LYM -
4000/mm3

3000-
MCV 62,2 84,0-96,0 MON -
7000/mm3

DDR Plasmodium vivax +4, 20 p/lp, gamet vivax +3, schizont +

2. Darah lengkap Tanggal 19/03/2016


Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan

5.000-
WBC 9,03 MCH 20,4 28,0-36,0
10.000/mm3

PR:4000.000-
RBC 4,15 MCHC 33,8 32,0-36,0
5000.000/mm3

Pr: 12,0-
HGB 8,5 RDW 15,7 11,5-14,5
16,0g/dl

LK:42-52
HCT 25,1 MPV 11,3 7,4-10,4
Pr:36-48

150.000-
PLT 55 PDW 0,00 10,0-13,0
450.000

1.500-
PCT 0,06% LYM -
4000/mm3

3000-
MCV 60,5 84,0-96,0 MON -
7000/mm3

3.darah lengkap Tanggal 20/03/2016

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan

5.000-
WBC 8,8 MCH 19,8 28,0-36,0
10.000/mm3

PR:4000.000-
RBC 4,16 MCHC 31,4 32,0-36,0
5000.000/mm3

Pr: 12,0-
HGB 8,3 RDW 18,6 11,5-14,5
16,0g/dl

4
LK:42-52
HCT 26,4 MPV 10,2 7,4-10,4
Pr:36-48

150.000-
PLT 97 PDW 0,00 10,0-13,0
450.000

1.500-
PCT - LYM -
4000/mm3

3000-
MCV 63,0 84,0-96,0 MON -
7000/mm3

DDR Negatif

E. Diagnosis
Berdasarkan gejalah dan tanda yang didapatkan pada pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang pasien ini diberi diagnosa :
Malaria Tersiana +4

F. Penatalaksanaan
IVFD RL/4 jam
Inj Ranitidin 2x1 amp (iv)
Inj. Ondansentron 1 amp (iv)
Inj artesunant II vial (iv)
Primaquin 1x1 tablet selama 14 hari
Paracetamol 3x1 tablet

G. Prognosis

Quo ad vitam : Dubia ad bonam


Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

5
H. Perjalanan Penyakit (Follow Up Ruangan Rpdp)

Tanggal Catatan Tindakan


19 Maret S: lemas,damam,pusing sesak P. Planning:
2015 O: KU: TSS, Kesadaran: Compos mentis
IVFD RL 3000cc/24
GCS: E4V5M6
jam
TD: 80/500, N:120x/m, S:38,9C, R:38x/m
Inj. Ondancentron
K/L: CA(-/-), SI(-/-), OC(-)
1x1amp
1. Pulmo
Inj. Ranitidin 2x1
I: simetris
amp
P: V/F D=S
Inj. Artesunat II vial
P: sonor
Primakuin 1x1 tablet
A: Suara Nafas vesikuler, Rhonki (-),
Paracetamol 3x1
Wheezing (-)
tablet
2. Cor
I: cordis tidak terlihat
P: thrill (-) Rencana pemeriksaan:
P: pekak
Darah lengkap, Kimia
A: BJ I=II regular, murmur(-), gallop(-)
Lengkap: cek ureum,
3. Abdomen
kreatinin, elektrolit
I: datar, jejas (-)
A: BU (+)
P: supel, NT (-), H/L: (ttb/ttb)
P: thympani
4. Ekstremitas
Atas/Bawah: (hangat/hangat)
Oedem: - -
- -

5. Vegetatif
Makan/Minum: (+/+)
BAB/BAK: (coklat tua/lancar)
A. Malaria tersiana +4

6
20 Maret S: lemas P. Planning:
2015 O: KU: TSS, Kesadaran: Composmentis
IVFD RL 2000cc/24
GCS: E4V5M6
jam
TD: 120/80, N:88x/m, S:36,9 0 , R:24x/m
Inj. Ondancentron
K/L: CA(-/-), SI(-/-), OC(-), P>KGB(-)
1x1amp
1. Pulmo
Inj. Ranitidin 2x1 amp
I: simetris
Inj. Artesunat II vial
P: V/F D=S
Primakuin 1x1 tablet
P: sonor
Paracetamol 3x1 tablet
A: Suara Nafas vesikuler, Rhonki (-),
Wheezing (-)
Rencana pemeriksaan:
2. Cor
Darah lengkap, Kimia
I: cordis tidak terlihat
Lengkap: cek ureum,
P: thrill (-)
kreatinin, elektrolit
P: pekak
A: BJ I=II regular, murmur(-), gallop(-)
3. Abdomen
I: datar, jejas (-)
A: BU (+)
P: supel, NT (-), H/L: (ttb/ttb)
P: thympani
4. Ekstremitas
Atas/Bawah: (hangat/hangat)
Oedem: - -
- -
5. Vegetatif
Makan/Minum: (+/+)
BAB/BAK: (coklat kekuningan//+)
A. Malaria tersiana +4

21 Maret S: - P. Planning:
2015 O: KU: TSS, Kesadaran: Compos mentis
Terapi pulang :
GCS: E4V5M6

7
TD: 80/500, N:120x/m, S:38,9C, R:38x/m darplex 1x3
K/L: CA(-/-), SI(-/-), OC(-) selama 3 hari,
6. Pulmo primaquin 1x1
I: simetris selama sebelas
P: V/F D=S hari.
P: sonor
A: Suara Nafas vesikuler, Rhonki (-),
Wheezing (-)
7. Cor
I: cordis tidak terlihat
P: thrill (-)
P: pekak
A: BJ I=II regular, murmur(-), gallop(-)
8. Abdomen
I: datar, jejas (-)
A: BU (+)
P: supel, NT (-), H/L: (ttb/ttb)
P: thympani
9. Ekstremitas
Atas/Bawah: (hangat/hangat)
Oedem: - -
- -

10. Vegetatif
Makan/Minum: (+/+)
BAB/BAK: (kuning jernih/lancar)
A. Malaria tersiana +4

8
I. Daftar masalah

1. Malaria Tersiana +4
2. Trombositopenia
3. Hipotensi

9
PEMBAHASAN

Malaria adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan
berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui
gigitan nyamuk anopheles betina. Spesies plasmodium pada manusia adalah plasmodium
falcifarum, vivax, p.ovale dan p.malariae. Penularan penyakit malaria tidak terjadi pada suhu
di bawah 16 C atau di atas 33 C dan ketinggian di atas 2.000 meter dari permukaan laut.
Kondisi optimum untuk transmisi adalah lingkungan dengan kelembaban tinggi dan suhu
antara 20 - 30C dengan curah hujan yang tidak terlalu tinggi. Pada kasus ini pasien tempat
tinggal pasien di jayapura yang merupakan daerah endemik malaria, di tambah tempat
tinggal pasien yang tidak menggunakan has pada ventilasi dan kebiasaan tidur tidak
menggunakan kelambu.

Dalam penyakit malaria, manusia berperan sebagai hospes perantara (intermediate


host) tempat Plasmodium mengadakan skizogoni(siklus aseksual), sedangkan nyamuk
Anopheles betina bertindak sebagai vektor sekaligus hospes definitif tempat Plasmodium
melangsungkan siklus seksualnya. Pada manusia, parasit ini hidup di dalam sel tubuh dan sel
darah merah. Siklus aseksual Ketika nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi parasit malaria
menggigit manusia, sporozoit keluar dari kelenjar liur nyamuk dan masuk ke dalam darah.
Sporozoit ini segera menghilang dari sirkulasi darah dan menetap di sel parenkim hati untuk
bermultiplikasi dan berkembang menjadi skizon jaringan (skizogoni). Bagian siklus ini dikenal
sebagai stadium intrahepatik atau pra-eritrosit/eksoeritrosit. Selanjutnya, skizon jaringan akan

10
pecah dan mengeluarkan banyak merozoit. Merozoitmerozoit tersebut akan menginvasi sel-sel
hati lainnya dan memasuki peredaran darah untuk kemudian menginvasi eritrosit. Begitu
merozoit memasuki eritrosit, dimulailah bagian siklus yang dinamakan fase eritrosit. Pada
infeksi P. falciparum dan P. malariae, skizon jaringan pecah serentak, sedangkan pada infeksi
P. vivax dan P. ovale, beberapa skizon jaringan tetap dalam keadaan laten untuk menimbulkan
relaps di kemudian hari. Di dalam eritrosit, merozoit berkembang menjadi sel uninukleus yang
disebut trofozoit cincin. Nukleus trofozoit cincin tersebut kemudian membelah secara aseksual,
membentuk skizon yang mempunyai beberapa nukleus. Selanjutnya, skizon membelah dan
membentuk merozoit mononukelus. Eritrosit kemudian pecah dan melepaskan 6-24 merozoit
ke sirkulasi. Penghancuran eritrosit terjadi secara periodik sehingga menimbulkan gejala khas
malaria, yaitu demam diikuti menggigil. Sebagian besar merozoit masuk kembali ke eritrosit
dan mengulangi fase skizogoni. Sebagian kecil membentuk gametosit jantan dan betina yang
siap diisap oleh nyamuk malaria betina dan melanjutkan siklus hidup di tubuh nyamuk (stadium
sporogoni). Pada siklus seksual Sebagian merozoit dalam eritrosit berdiferensiasi menjadi
gametosit yang akan berpindah ke tubuh nyamuk saat menggigit penderita. Pada lambung
nyamuk, gametosit akan menghasilkan gamet jantan (mikrogamet) dan betina (makrogamet)
yang kemudian menghasilkan zigot. Zigot akan berubah menjadi ookinet, lalu masuk dan
menetap pada dinding lambung nyamuk dan berubah menjadi ookista. Setelah ookista pecah,
keluarlah sporozoit yang selanjutnya memasuki kelenjar liur nyamuk yang siap untuk
menginfeksi manusia lain. Khusus P. vivax dan P. ovale, pada siklus hidupnya di jaringan hati
(skizon jaringan), sebagian parasit yang berada dalam sel hati tidak melanjutkan siklusnya ke
fase eritrosit, tetapi berdiam (dorman) di jaringan hati; bentuk dorman ini disebut hipnozoit,
yang menyebabkan relaps jangka panjang dan malaria rekuren. Apabila daya tahan tubuh
menurun, misalnya karena terlalu lelah, stres, atau perubahan iklim (seperti saat musim hujan),
hipnozoit akan terangsang dan melanjutkan siklus hidupnya, dari dalam sel hati menuju
eritrosit. Ketika eritrosit yang mengandung parasit pecah, akan timbul gejala penyakitnya
kembali.

Gejala klasik ditemukan pada penderita yang berasal dari daerah non-endemis, yang
belum mempunyai kekebalan (non-imun); dengan kata lain, baru pertama kali menderita
malaria. Gejala klasik malaria merupakan paroksisme, yang terdiri dari 3 stadium berurutan:

1. Menggigil. Terjadi setelah pecahnya skizon dalam eritrosit yang diikuti keluarnya zat-
zat antigen. Proses menggigil berlangsung 15 - 60 menit.

11
2. Demam. Timbul setelah menggigil, biasanya sekitar 37,5 - 40 C; pada penderita
hiperparasitemia (hitung parasit >5%), suhu bisa meningkat sampai >40 C. Proses
demam berlangsung 2 - 6 jam. Dengan pecahnya skizon darah yang mengeluarkan
bermacam-macam antigen. Antigen ini akan merangsang sel magrofag, monosit atau
limfosit yang mengeluarkan berbagai macam sitokin, antara lain TNF(tumor nekrosis
factor). TNF akan dibawah aliran darah ke hipotalamus yang merupakan pusat pengatur
suhu tubuh dan terjadi demam. Demam pada p.vivax selang waktu satu hari.
3. Berkeringat. Timbul setelah demam, erjadi akibat gangguan metabolisme yang
menjadikan produksi keringat bertambah. Dalam keadaan yang berat, keringat yang
keluar bisa sampai membasahi sekujur tubuh. Proses ini berjalan 2 - 4 jam. Setelah
berkeringat, biasanya penderita merasa sehat kembali.

Dari anamnesa yang didapatkan Dari anamnesa didapatkan trias malaria yaitu
demam naik-turun sejak 1 hari SMRS, Demam disertai menggigil dan keringat
dingin. Gejala prodormal dapat terjadi sebelum terjadinya demam berupa kelesuan,
malaise, sakit kepala, sakit belakang, merfasa dingin di punggung, nyeri sendi dan
tulang, demam ringan, anoreksia, perut tak enak, diare ringan dan kadang-kadang
dingin. Keluhan prodormal sering terjadi pada p.ovale. Dari anamnesa didapatkan
juga mual serta muntah, satu hari Sebelum demam pasien menggelu lemas, badan
seperti rasa tidak enak, nyeri pada otot-otot seluruh tubuh, nyeri seperti ngilu-ngilu
pada sendi dan tulang.

Pemeriksaan Fisik Tanda Patognomonis

a. Pada periode demam:

1. Kulit terlihat memerah, teraba panas, suhu tubuh meningkat dapat sampai di atas 400C
dan kulit kering.

2. Pasien dapat juga terlihat pucat.

3. Nadi teraba cepat

4. Pernapasan cepat (takipnue)

b. Pada periode dingin dan berkeringat:

12
1. Kulit teraba dingin dan berkeringat.

2. Nadi teraba cepat dan lemah.

3. Pada kondisi tertentu bisa ditemukan penurunan kesadaran.

Kepala : Konjungtiva pucat, sklera ikterik, bibir sianosis, dan pada malaria serebral dapat
ditemukan kaku kuduk.

Toraks : Terlihat pernapasan cepat.

Abdomen : Teraba pembesaran hepar dan limpa, dapat juga ditemukan asites.

Ginjal : bisa ditemukan urin berwarna coklat kehitaman, oligouri atau anuria.

Ekstermitas : akral teraba dingin merupakan tanda-tanda menuju syok.

Dari pemeriksaan Pemeriksaan Fisik Tanda Patognomonis didapatkan suhu


badan 38,9c, tekanan darah 90/50 cmHg, nadi 120x/menit, respirasi 38x/menit, urin
berwarna coklat kehitaman. konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, hepar tidak
membesar dan lien tidak membesar.

Diagnosis pasti berdasarkan pemeriksaan sediaan darah tebal dan tipis untuk
menentukan ada tidaknya parasit malaria(positif atau negatif), spesies dan stadium
plasmodium, kepadatan parasit.

a. Semi kuantitatif
(-) =Negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB/lapangan pandang
besar)
(+) =positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB)
(++) =positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB)
(+++) =positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB)
(++++) =positif 4 (ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB)
b. Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung permikro liter darah pada sediaan darah tebal (leukosit) atau
sediaan darah tipis (eritrosit). Contoh:

13
Bila di jumpai 1500 parasit per 200 leukosit. Sedangkan jumlah lekosit 8000/uL maka
hitung parasit= 8.000/200*1500= 60.000 parasit/uL.

Dari pemeriksaan mikroskopis (apusan darah tebal) didapatkan plasmodium


vivax +4, gamet vivax +3, schizont +.

Malaria berat adalah penyakit malaria akibat infeksi plasmodium falcifarum aseksual,
jarang disebabkan oleh plasmodium vivax. Dengan satu atau tanda berikut:

Anamnesis pada malaria berat :

a. Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat

b. Keadaan umum yang lemah(tidak bisa duduk atau berdiri)

c. Kejang-kejang, panas sangat tinggi

d. Mata atau tubuh kuning

e. Perdarahan hidung gusi atau saluran pencernaan

f. Nafas cepat atau sesak nafas

g. Muntah terus-menerus dan tidak dapat makan dan minum

h. Warna air seni sepertiteh tua dan dapat sampai kehitaman

i. Jumlah air seni kurang(oliguria) dan sampai tidak ada (anuria)

j. Telapak tangan sangat pucat.

Manifestasi malaria berat pada dewasa

a. Koma(pada malaria serebral)

b. Gagal ginjal akut

c. Edema paru, termasuk ARDS

14
d. Hipoglikemia(terutama sesudah terapi kina)

e. Anemia berat (<5 gr%)

f. Kejang umum yang berulang

g. Asidosis metabolik

h. Kolaps sirkulasi, syok

i. Hipovolemia, hipotensi

j. Perdarahan spontan

k. Gangguan kesadaran selain koma

l. Hemoglobinuria

m. Hiperparasitemia (<5%)

n. Ikterus(bilirubin total >3mg%)

o. Hipereksia (suhu >40%)

Pada pasien dari anamnesa didapatkan keadaaan umum yang lemah, nafas cepat,
dan warna air seni seperti teh tua. Dari pemeriksaan fisik di dapatkan hipotensi dan
ditambah hasil pemeriksan lab ditemukan gaamet vivax. Temuan ini mendukung
diagnosis pasien ini pada malaria berat.

Sporozoit dilepas saat nyamuk Anopheles menggigit manusia, yang selanjutnya akan
masuk ke dalam sel-sel hati (hepatosit), kemudian terjadi skizogoni ekstra-eritrositer. Skizon
hati yang matang selanjutnya pecah, lalu merozoit akan menginvasi sel eritrosit dan terjadi
skizogoni intra-eritrositer, menyebabkan eritrosit yang mengandung parasit mengalami
perubahan struktur dan biomolekuler sel untuk mempertahankan kehidupan parasit. Skizon
matang yang pecah melepaskan toksin malaria yang akan menstimulasi sistem
retikuloendotelial dengan dilepaskannya sitokin proinfl amasi, seperti TNF- dan sitokin
lainnya, mengubah aliran darah lokal dan endotel vaskuler (sitoadherensi, sekuestrasi,
rosetting), mengubah biokimia sistemik, dan menyebabkan anemia serta hipoksia jaringan dan

15
organ, serta dapat me-modifikasi permukaan eritrosit sehingga terdapat tonjolan-tonjolan, yang
disebut knob, sehingga eritrosit terinfeksi parasit akan bersifat mudah melekat, terutama pada
eritrosit sekitarnya yang tidak terinfeksi, trombosit dan endotel kapiler. Hal tersebut akan
menyebabkan pem-bentukan roset dan gumpalan dalam pembuluh darah yang dapat memper-
lambat mikrosirkulasi. Akibatnya secara klinis dapat terjadi gangguan fungsi ginjal, otak dan
syok.

Pada pasien ini didapatkan masalah akibat malaria berat yaitu trombositopenia
akibat permukaan eritrosit terdapat tonjolan-tonjolan, yang disebut knob, sehingga
eritrosit terinfeksi parasit akan bersifat mudah melekat, terutama pada eritrosit
sekitarnya yang tidak terinfeksi, trombosit dan endotel kapiler yang menyebabakan
berkurangnya jumlah trombosit yang beredar dalam darah. Dimana Pada pasien ini di
dapatkan trombosit 71.000 pada tanggal 18 dan pada tanggal 20 trombositnya menjadi
97.000 tanpa adanya koreksi secara langsung terhadap trombosit. Pemberian tranfusi
trombosit pada penderita malaria tidak diperlukan karena kadar trombosit dapat
meningkat seiring dengan pemberian terapi anti-malaria. Penelitian di Kamerun
terhadap perubahan hematologis yang terjadi setelah pengobatan menunjukkan pe-
ningkatan kadar trombosit yang signifikan setelah terapi kombinasi amodiakuin
artesunat, dibandingkan sebelum terapi (p < 0,001).

Pada pasien ini memiliki tensi yang rendah atau hipotensi yaitu 80/50 cmHg, nadi
120x/menit. Hal ini dikarenakan Skizon matang yang pecah melepaskan toksin malaria
yang akan menstimulasi sistem retikuloendotelial dengan dilepaskannya sitokin proinfl
amasi, seperti TNF- dan sitokin lainnya, mengubah aliran darah lokal dan endotel
vaskuler (sitoadherensi, sekuestrasi, rosetting), mengubah biokimia sistemik, dan
menyebabkan anemia serta hipoksia jaringan dan organ, serta dapat me-modifikasi
permukaan eritrosit sehingga terdapat tonjolan-tonjolan, yang disebut knob, sehingga
eritrosit terinfeksi parasit akan bersifat mudah melekat, terutama pada eritrosit
sekitarnya yang tidak terinfeksi, trombosit dan endotel kapiler. Hal tersebut akan
menyebabkan pem-bentukan roset dan gumpalan dalam pembuluh darah yang dapat
memper-lambat mikrosirkulasi. Akibatnya secara klinis dapat terjadi gangguan fungsi
ginjal, otak dan syok.

Pengobatan malaria vivax dan ovale. Lini pertama: Dihydroartemisinin (DHA) +


Piperakuin (DHP), diberikan peroral satu kali per hari selama 3 hari,primakuin=
16
0,25mg/kgBB/hari (selama 14 hari). Pengobatan malaria vivax yang tidak respon terhadap
pengobatan DHP. Lini kedua: Kina + Primakuin. Dosis kina = 10 mg/kgBB/kali (3x/hr selama
7 hari), Primakuin = 0,25 mg/kgBB (selama 14 hari).

Pengobatan malaria vivax yang relaps (kambuh):

1. Diberikan lagi regimen DHP yang sama tetapi dosis primakuin ditingkatkan menjadi 0,5
mg/kgBB/hari.

2. Dugaan relaps pada malaria vivax adalah apabila pemberian Primakiun dosis 0,25
mg/kgBB/hr sudah diminum selama 14 hari dan penderita sakit kembali dengan parasit positif
dalam kurun waktu 3 minggu sampai 3 bulan setelah pengobatan.

Pada malaria berat dosis awal 2,4 mg/kgbb per i.v diberikan pada 12 jam pertama dan
dilanjutkan dengan dosis yang sama untuk 12 jam berikutnya. Hari ke2 sampai dengan ke 5
adalah 2,4 mg/kgbb/24 jam, selama 5 hari atau sampai penderita mampu minum obat. Pada
pasien ini diberikan injeksi artesunat 2 vial. Setelah pasien sudah bisa minum obat dan
produksi urinya sudah tidak pekat maka artesunat diganti darplex 1x3 selama 3 hari dan
primaquin 1x1 tablet selama 14 hari

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan menteri kesehatan nomor 5 tahun 2014. Panduan praktik klinis bagi dokter
di fasilitas pelayanan kesehatan primer.kemenkes. 2014.
2. Pedoman penatalaksanaan kasus malaria di indonesia.depkes.2008
3. Natalia diana. Peranan trombosit dalam patogenesis malaria. Departemen Parasitologi,
Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan.2014

18

Anda mungkin juga menyukai