Anda di halaman 1dari 2

Analisa BI Rate 2015-2016

2016

Sudah empat kali Bank Indonesia terus memangkas BI rate sepanjang satu semester
pertama tahun 2016. Keputusan BI untuk menurunkan BI rate sebesar 25 poin menjadi 6,75%, pada
Juli 2016. Dengan harapan seluruhnya BI rate ini diikuti dengan pengurangan suku bunga kredit
perbankan serta likuiditas menyebar ke sektor riil guna mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan
menurunkan BI rate maka Bank Indonesia telah menerapkan kebijakan moneter yang agak longgar.
Tujuan akhir kebjakan moneter adalah menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang salah
satunya tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan stabil.
Bank Indonesia memandang bahwa stabilitas makroekonomi tetap terjaga, tercermin dari
inflasi yang terkendali dalam kisaran sasaran 41%, defisit transaksi berjalan yang membaik, dan nilai
tukar rupiah yang relatif stabil. Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga juga
menunjukkan perkembangan yang semakin baik, demikian pula persiapan implementasi reformulasi
suku bunga acuan, yang akan diberlakukan mulai 19 Agustus 2016. Ke depan, Bank Indonesia
meyakini pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial yang telah ditempuh akan semakin
memperkuat upaya mendorong momentum pertumbuhan ekonomi.
Bank Indonesia mendukung implementasi Undang-Undang No 11 Tahun 2016 tentang
Pengampunan Pajak (Tax Amnesty). Kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan fiskal
pemerintah dalam membiayai program-program pembangunan dan berpotensi menambah likuiditas
perekonomian nasional yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk kegiatan ekonomi produktif di
dalam negeri. Bank Indonesia akan terus melakukan pendalaman pasar keuangan dengan menambah
produk investasi dan lindung nilai (hedging) di pasar keuangan, memperkuat strategi pengelolaan
moneter, dan mendorong sektor riil untuk memanfaatkan dana repatriasi secara optimal. Bank
Indonesia juga akan terus berkoordinasi dengan Pemerintah agar pelaksanaan UU Pengampunan
Pajak termasuk repatriasi dana dapat bermanfaat bagi perekonomian nasional.

2015
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17 September 2015 memutuskan untuk
mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Deposit Facility 5,50% dan Lending
Facility pada level 8,00%. Keputusan tersebut sejalan dengan upaya membawa inflasi menuju pada
kisaran sasaran sebesar 41% di 2015 dan 2016. Di samping itu, keputusan tersebut juga sebagai
bagian dari langkah Bank Indonesia dalam mengantisipasi kemungkinan kenaikan suku bunga
kebijakan Bank Sentral AS. Sehubungan dengan itu, fokus kebijakan Bank Indonesia dalam jangka
pendek tetap diarahkan pada langkah-langkah untuk menjaga stabilitas nilai tukar, dengan terus
memperkuat operasi moneter di pasar uang Rupiah dan valas, memperkuat pengelolaan penawaran
dan permintaan valas, serta melanjutkan langkah-langkah pendalaman pasar uang. Bank Indonesia
akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial untuk memastikan tetap
terjaganya stabilitas makroekonomi, khususnya stabilitas nilai tukar, dan stabilitas sistem keuangan
dalam mendukung kesinambungan perekonomian. Bank Indonesia memandang positif paket
kebijakan Pemerintah yang diluncurkan pada tanggal 9 September 2015 sebagai langkah untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi dan reformasi struktural yang diperlukan dalam memperkuat
perekonomian Indonesia. Ke depan, koordinasi dengan Pemerintah akan terus diperkuat untuk
mendukung efektivitas dan konsistensi kebijakan struktural yang menjadi kunci perbaikan prospek
ekonomi Indonesia.
Di sisi domestik, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2015 diperkirakan akan
meningkat. Konsumsi rumah tangga menunjukkan indikasi perbaikan, sejalan dengan meningkatnya
penjualan sepeda motor. Investasi diperkirakan tumbuh meningkat, terutama didorong oleh
meningkatnya investasi pemerintah. Peningkatan investasi pemerintah ditopang oleh realisasi
proyek-proyek infrastruktur, seperti pembangunan jalan tol, pembangkit listrik, dan bendungan yang
sebagian telah memasuki tahap konstruksi. Kegiatan investasi yang meningkat tersebut tercermin
dari meningkatnya penjualan semen, impor barang modal, dan indikasi peningkatan kredit. Selain itu,
penyerapan belanja fiskal daerah juga berpotensi untuk semakin meningkat, sejalan dengan upaya
khusus yang telah disiapkan Pemerintah untuk meningkatkan penyerapan belanja pemerintah
daerah. Di sisi lain, perbaikan ekspor berlangsung secara gradual seiring dengan pertumbuhan
ekonomi dunia yang belum secepat perkiraan semula. Secara keseluruhan tahun, pertumbuhan
ekonomi diperkirakan berada pada kisaran 4,7-5,1% pada 2015. Konsistensi Pemerintah dalam
mendorong reformasi struktural melalui berbagai paket kebijakan ekonomi dan realisasi proyek-
proyek infrastruktur diperkirakan akan mendorong perekonomian semakin baik.

Anda mungkin juga menyukai