BAB I
PENDAHULUAN
1
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
Alinyemen horizontal
Alinyemen vertikal
Pada gambar alinyemen vertikal, akan terlihat apakah jalan tersebut tanpa
kelandaian, mendaki atau menurun. Pada perencanaan ini, dipertimbangkan
bagaimana meletakkan sumbu jalan sesuai dengan kondisi medan dengan
memperhatikan fungsi - fungsi dasar dari jalan tersebut. Pemilihan alinyemen
vertikal berkaitan pula dengan pekerjaan tanah yang mungkin timbul akibat
adanya galian dan timbunan yang harus dilakukan
Bagian bagian dari jalan seperti lebar dan jumlah lajur, ada atau tidaknya
median, drainase permukaan, kelandaian serta galian dan timbunan. Koordinasi
yang baik antara bentuk alinyemen horizontal dan vertikal akan memberikan
keamanan dan kenyamanan pada pemakai jalan.
2
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
Perkerasan jalan
Lapisan perkerasan berfungsi untuk menerima dan menyebarkan beban
lalu lintas tanpa menimbulkan kerusakan yang berarti pada konstruksi jalan itu
sendiri. Berdasarkan fungsinya, jalan dapat dibedakan atas :
1. Jalan Arteri : Jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan
jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.
2. Jalan Kolektor : Jalan yang melayani pengumpulan/pembagian dengan
ciri-ciri, perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata
sedang, dan jumlah masuk dibatasi.
3. Jalan Lokal : Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan
jalan masuk tidak dibatasi.
Kelas Jalan
Kecapatan rencana
Standar Perencanaan
Penampang melintang
Volume Lalu lintas
Keadaan Topografi
3
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
Alinyemen Horizontal
Alinyemen Vertikal
Bentuk Tikungan
4
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
Alinyemen horizontal adalah garis proyeksi sumbu jalan yang tegak lurus
pada bidang peta yang terdiri dari garis garis lurus yang dihubungkan dengan
garis garis lengkung yang dapat berupa busur lingkaran ditambah busur
peralihan ataupun lingkaran saja.
Bagian yang sangat kritis pada alinyemen horizontal adalah bagian
tikungan, dimana terdapat gaya yang dapat melemparkan kendaraan ke luar
daerah tikungan yang disebut gaya sentrifugal. Atas dasar itu maka perencanaan
tikungan diusahakan agar dapat memberikan keamanan dan kenyamanan,
sehingga perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:
a. Jari-jari lengkung minimum untuk setiap kecapatan rencana ditentukan
berdasarkan miring maksimum denagn koefisien gesekan melintang
maksimum.
b. Lengkung peralihan adalah lengkung pada tikungan yang dipergunakan untuk
mengadakan peralihan dari bagian lurus ke bagian lengkung atau sebaliknya.
5
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
Alinyemen vertikal adalah biang tegak yang melalui sumbu jalan atau
proyeksi tegak lurus bidang gambar. Profil ini menggambarkan tinggi rendahnya
jalan terhadap muka tanah asli, sehingga memberikan gambaran terhadap
kemampuan kendaraan dalam keadaan naik dan bermuatan penuh (dimana truck
digunakan sebagi kendaraan standar), alinyemen vertikal sangat erat hubungannya
dengan besar biaya pembangunan, biaya penggunaan, maka pada alinyemen
vertikal yang merupakan bagian kritis justru pada bagian yang lurus.
Landai maksimum
Landai Minimum
6
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
Penampang melintang jalan yang digunakan harus sesuai dengan kelas jalan dan
kebutuhan lalu lintas yang dilayaninya. Penampang melintang utama dapat dilihat
pada daftar I PPGJR.
Lebar perkerasan
Pada umumnya lebar perkerasan ditentukan berdasarkan lebar jalur lalu lintas
normal yang besarnya adalah 3,5 meter sebagaimana tercantum dalam daftar I
PPGJR, kecuali:
Lebar bahu
Untuk jalan kelas III lebar bahu jalan minimum adalah 1,50 2,50 m untuk
semua jenis medan.
Drainase
Drainase merupakan bagian yang sangat penting pada suatu jalan, seperti
saluran tepi, saluran melintang, dan sebagainya, harus direncanakan berdasarkan
data hidrologis setempat seperti intensitas hujan, lamanya frekuensi hujan, serta
sifat daerah aliran.
7
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
Bentuk tikungan pada suatu jalan raya ditentukan oleh tiga faktor :
1. Penentuan lintasan
Jarak lintasan
Sudut azimut
Kemiringan jalan
Elevasi jalan pada titik kritis
Luas tampang
2. Alinyemen horizontal
Spiral Circle Spiral, digunakan pada tikungan yang mempunyai jari jari
kecil dan sudut tangen yang relatif besar.
Spiral-Spiral, digunakan pada tikungan yang mempunyai jari jari kecil
dan sudut tangen yang relatif kecil.
3. Alinyemen vertikal
8
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
5. Pekerjaan Tanah/kubikasi.
9
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Ls.90
s =
.Rc
c = - 2 s
c
Lc = 2Rc
360 0
L = Lc + 2Ls
Ls 2
p = Rc (1 cos s)
6 Rc
Ls 3
k = Ls Rc sin s
40 Rc 2
Ts = (Rc + p) tan + k
Es = ( Rc p) sec 1 / 2 Rc
dengan:
Rc = jarijari lengkung yang direncanakan (m)
= sudut tangen
s = sudut putar
10
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
Spiral-Spiral
s = 1/2
s
Ls Rc
90
Ls 2
Rc (1 cos s)
p = 6 Rc
Ls 3
Ls Rc sin s
k = 40 Rc 2
Ts = ( Rc + p) tg 1/2 + k
Es = (Rc + p) cos - Rc
L = 2 Ls
dengan:
R = Jarijari lengkung minimum (m)
= Sudut tangen
s = sudut putar
Es = Jarak PI ke lengkung peralihan (m)
Ls = panjang lengkung spiral (m)
Tc = Jarak antara TC dan PI (m)
A = g1- g2
11
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
AxLv
Ev =
800
dengan:
Ev = Pergeseran vertikal dari titik PPV ke bagian lengkung
g1 = aljabar kelandaian lintasan pertama
g2 = aljabar kelandaian lintasan kedua
A = perbedaan aljabar kelandaian (%)
Lv = panjang lengkung (m)
Luas segiempat
A = PxL
dengan:
12
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
Luas segitiga
A = axt
dengan:
Luas trapesium
A = (a + b) x t
dengan:
Timb unan
a:b = (L-x) : x
ax = b. L b . x
ax + bx = b. L
(a + b)x = b. L
13
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
bxL
x =
ab
T T ST
CS
SC
TS
d1
CT
Lc Ts
TC
d2
A
Sta CT = Sta TC + Lc
Sta SC = Sta TS + Ls
Sta CS = Sta SC + Lc
Sta ST = Sta CS + Ls
14
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
3. Umur Rencana
4. Data Pertumbuhan Laju Lalu lintas
5. Iklim/Curah hujan
6. Data Kelandaian
7. Jenis Lapisan perkerasan, lapisan pondasi atas dan lapisan pondasi bawah
yang akan digunakan pada perkerasan
8. Data CBR
15
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
BAB III
METODOLOGI
16
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
V= 60 km/jam
en =2%
Dihitung nilai Ts
Dihitung nilai Es
17
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
Es
Ts
SC CS
p' Lc p'
k Ls Ls
c
TS s s ST
Rc Rc
1 1
2B 2B
Keterangan :
= sudut tangent
es = sudut putar
V= 60 km/jam
en =2%
18
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
113).
Dihitung nilai Ts
Dihitung nilai Es
Keterangan :
19
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
Langkah-langkah perhitungannya:
20
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
Untuk potongan penampang melintang jalan yang ada galian dan timbunan
nya pada satu titik, maka perlu dilakukan interpolasi untuk mengetahui batas
galian dan timbunan. Setelah mengetahui luas penampang melintangnya, maka
bisa dilakukan perhitungan volume yaitu dengan cara mengalikan luas penampang
melintang jalan dengan jarak per pias yang ditinjau. Jika pada pias tersebut
sebagian galian dan sebagian timbunan maka harus dilakukan kembali interpolasi.
Sta jalan dimulai dari 0+000 m yang berarti 0 km dan 0 m dari awal
pekerjaan. Sta 19+870 berarti lokasi jalan terletak pada jarak 19 km dan 870 meter
dari awal pekerjaan. Jika tidak terjadi perubahan arah tangen pada alinyemen
horizontal maupun alinyemen vertikal, maka penomoran selanjutnya dilakukan:
setiap 100 m pada medan datar
setiap 50 m pada medan bukit
setiap 25 m pada medan pengunungan
Pada perencanaan ini penomoran dilakukan pada setiap titik penting dan
titik yang akan jadi tinjauan untuk perhitungan volume cut and fill. Sehingga
dengan adanya Sta ini, dapat memudahkan penulis dalam menentukan jarak per
piasnya.
21
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
LHR di dapat dari data volume lalu lintas yang dapat diperoleh dari pos-
pos rutin yang ada di sekitar lokasi perencanaan. Jika tidak terdapat pos-pos rutin
di dekat lokasi atau untuk pengecekan data, perhitungan volume lalu lintas dapat
dilakukan secara manual ditempat-tempat yang di anggap perlu.
Rumus :
( 1+ i )n
22
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
Dengan :
Cj = Koefisien distribusi kendaraan pada jalur rencana
Ej = Angka ekivalen beban sumbu untuk jenis kendaraan
23
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
Dengan :
i = Perkembangan lalu lintas
UR = Umur rencana
Cj = Koefisien distribusi kendaraan pada jalur rencana
Ej = Angka ekivalen beban sumbu untuk jenis kendaraan
Dengan :
FP = Faktor Penyesuaian = UR/10
24
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
Jumlah titik
Nilai R
pengamatan
2 1,41
3 1,91
4 2,24
5 2,48
6 2,67
7 2,83
8 2,96
9 3,08
>10 3,18
25
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
26
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
Tebal
ITP Bahan
Minimum (cm)
< 3,00 5 Lapis pelindung : (Buras/Burtu/Burdu)
3,00 6,70 5 Lapen/Aspal Macadam, HRA, Lsbutag,
Laston
6,71 7,49 7,5 Lapen/Aspal Macadam, HRA, Lsbutag,
Laston
7,50 9,99 7,5 Lasbutag, Laston
10,00 10 Laston
Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya
dengan metode Analisa Komponen, Depaertemem Pekerjaan Umum
(1987)
27
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
Tebal
ITP Minimum Bahan
(cm)
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
< 3,00 15 stabilisasi tanah dengan kapur
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
3,00 7,49 20 stabilisasi tanah dengan kapur
Laston Atas
10 Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
7,50 9,99 20 stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi macadam
Laston Atas
15 Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
10 12,14 20 stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi macadam,
Lapen, Laston atas
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
12,25 25 stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi macadam,
Lapen, Laston atas
Koefisien Kekuatan
Kekuatan Bahan
Relatif
MS Kt(kg CBR
a1 a2 a3 Jenis Bahan
(kg) /cm) %
0,40 - - 744 - -
0,35 - - 590 - -
0,32 - - 454 - -
LASTON
0,30 - - 340 - -
0,35 - - 744 - -
0,32 - - 590 - -
0,28 - - 454 - -
LASBUTAG
0,26 - - 340 - -
0,30 - - 340 - - HRA
0,26 - - 340 - - MACADAM
0,25 - - - - - LAPEN (MEKANIS)
0,20 - - - - - LAPEN (MANUAL)
- 0,28 - 590 - -
- 0,26 - 454 - -
LASTON ATAS
- 0,24 - 340 - -
28
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
29
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
BAB IV
PERENCANAAN ALINYEMEN HORIZONTAL
30
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
p = Ls x p*
= 187,61 x 0,0431687
p = 8,09 m
k = Ls x k*
= 187,61 x 0,4973288
k = 93,30 m
Ts = ( Rc + P) tg 1/2 + k
= (239 + 8,09) tg . 45 + 93,30
Ts = 195,65 m
Es = (Rc + p) sec - Rc
= (239 + 8,09) sec . 45 239
Es = 28,44 m
L = 2 Ls
= 2 x 187,61
L = 375,22 m
Ls minimum berdasarkan landai relatif menurut metode bina marga adalah
m = 137,5 (dari tabel 4.5 silvia sukirman)
Lsmin = m (e +en) B
= 137,5 (0,088 + 0,02) x 3,5
Lsmin = 51,98m
Ls > Lsmin
187,61 m > 51,98 m (OK)
Kontrol :
Ls < 2 Ts
187,61 m < (2 x 195,65) m
305,21 m < 391,30 m (OK)
Landai relatif BM = [(0,02 + 0,088) x 3,5] / 187,61 = 0,0020 %
Kelandaian Relatif maksimum untuk kecepatan rencana 70 km/jam adalah :
1
kelandaian max 0,0073%
137,5
Kontrol : 0,0020 % < 0,0073 % (OK)
31
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
32
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
p = Ls x p*
= 60 x 0,01047
p = 0,628 m
k = Ls x k*
= 60 x 0,49973
k = 29,98 m
33
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
Ts = ( Rc + P) tg 1/2 + k
= (239 + 0,628) tg . 31 + 29,98
Ts = 96,43 m
Es = (Rc + p) sec - Rc
= (239 + 0,628) sec . 31 239
Es = 9,67 m
L = Lc + 2 Ls
= 69,21 + (2 x 60)
L = 189,21 m
Kontrol :
L < 2 Ts
189,21 m < (2 x 96,43 ) m
189,21 m < 192,86 m (OK)
34
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
35
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
p = Ls x p*
= 60 x 0,01047
p = 0,628 m
k = Ls x k*
= 60 x 0,49973
k = 29,98 m
36
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
Ts = ( Rc + P) tg 1/2 + k
= (239 + 0,628) tg . 35 + 29,98
Ts = 105,53 m
Es = (Rc + p) sec - Rc
= (239 + 0,628) sec . 35 239
Es = 11,88 m
L = Lc + 2 Ls
= 85,88 + (2 x 60)
L = 205,88 m
Kontrol :
L < 2 Ts
205,88 m < (2 x 105,53 ) m
205,88 m < 211,06 m (OK)
37
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
38
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
STA A = 0 + 000
STA PLI = STA A + d1
= 0 + 000 + 400 = 400 m
STA TS1 = STA A + d1 TS1
= 0 + 000 + 400 -195,65 = 204,35 m
STA CS1 = CS1
= STA TS1 + LS1
= 204,35 + 187,61 = 391,96 m
STA ST1 = STA SC1 + Ls
= 391,96 + 187,61 = 579,57 m
39
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
Kontrol :
4925,09 m < (d1) + (d2) +(d3) + (d4) + (d5)
4925,09 m < (400)+(1700)+(800)+(1450)+(600)
4925,09 m < 4950 m (OK)
40
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
Landai
No V R Ls E Max E normal
Relatif
41
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
d2 ( Jarak Pengereman )
V2
d2 =
254. f
70 2
=
254.0,313
d2 = 61,63 m
JPH = d1 + d2
= 48,65+ 61,63
JPH = 110,28 m
Karena JPH > JPHmin maka dalam perencanaan dipakai nilai
JPH = 110,28 m
42
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
43
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
Pelebaran Perkerasan :
B = ( Rc 2 ( P A) 2 1 2 b) 2 ( P A) 2 Rc 2 ( P A) 2 1 2 b
Rc = R xlebar perkerasan + b
= 239 x 3,5 + 2,5
Rc = 238,50 m
44
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
Maka :
B = ( Rc 2 ( P A) 2 1 2 b) 2 ( P A) 2 Rc 2 ( P A) 2 1 2 b
V
Z = 0,105 .
R
70
= 0,105 .
239
Z = 0,475 m
Bt = n (B+C) + Z
= 2 (2,51 +1) + 0,475
Bt = 7,495 m
45
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
Pelebaran Perkerasan :
B = ( Rc 2 ( P A) 2 1 2 b) 2 ( P A) 2 Rc 2 ( P A) 2 1 2 b
Rc = R xlebar perkerasan + b
= 239 x 3,5 + 2,5
Rc = 238,50 m
46
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
Maka :
B = ( Rc 2 ( P A) 2 1 2 b) 2 ( P A) 2 Rc 2 ( P A) 2 1 2 b
V
Z = 0,105 .
R
70
= 0,105 .
239
Z = 0,475 m
Bt = n (B+C) + Z
= 2 (2,51 +1) + 0,475
Bt = 7,495 m
47
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
Pelebaran Perkerasan :
B = ( Rc 2 ( P A) 2 1 2 b) 2 ( P A) 2 Rc 2 ( P A) 2 1 2 b
Rc = R x lebar perkerasan + b
= 239 x 3,5 + 2,5
Rc = 238,50 m
48
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
Maka :
B = ( Rc 2 ( P A) 2 1 2 b) 2 ( P A) 2 Rc 2 ( P A) 2 1 2 b
V
Z = 0,105 .
R
70
= 0,105 .
239
Z = 0,475 m
Bt = n (B+C) + Z
= 2 (2,51 +1) + 0,475
Bt = 7,495 m
49
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
BAB V
PERENCANAAN ALINYEMEN VERTIKAL
Jenis lengkung vertikal dilihat dari letak titik perpotongan bagian lurus
(tangen) adalah :
1. Lengkung vertikal cekung, adalah lengkung dimanan titik perpotongan
antara kedua tangen berada di bawah permukaan jalan.
2. Lengkung vertikal cembung, adalah lengkung dimana titik perpotongan
antara kedua tangen berada di atas permukaan jalan.
65,10 65,00
G2 = x 100%
50
= - 0,1 % < 10 %
A = G1 G 2
= 0% (-0,1 %)
= +0,1 %
50
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
51
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
q2 = -0,1
q1 = 0,00
Ev=+0,025
1/2LV
L1=100m L2=100m
LV=200m
52
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
53
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
q2 = 0,00
q1 = 0,1
Ev=+0,025
1/2LV
L1=100m L2=100m
LV=200m
54
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
55
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
q1 = 0,00 q2 = -0,14
Ev=+0,035
1/2LV
L1=100m L2=100m
LV=200m
56
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
57
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
LV=200m
L1=100m L2=100m
1/2LV
Ev=-0,0375
q1 = -0,15
q2 = 0,00
58
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
Lengkung A (%) V
Lv (m) Ev (m)
Vertikal g1 (%) g2 (%) g1 g2 (km/jam)
Cekung 0,00 -0,1 + 0,1 70 200 0,025
Cembung 0,1 0,00 + 0,1 70 200 0,025
Cembung 0,00 - 0,14 + 0,14 70 200 0,035
Cekung - 0,15 0,00 - 0,15 70 200 -0,0375
59
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
BAB VI
PERHITUNGAN GALIAN (CUT) DAN TIMBUNAN (FILL)
Dari sketsa jalan, dapat dilihat bagian jalan yang terletak pada bagian
galian dan timbunan. Pada jalan yang terletak pada bagian yang tersambung dapat
dicari volumenya secara menyeluruh. Seperti bagian antara titik awal (A) dengan
titik perpotongannya muka tanah dengan rencana lintasan jalan, dicari dulu luas
luas tampang melintang, volume adalah luas tampang dikalikan jarak antara kedua
penampang, apabila diantarai oleh dua luas tampang yang tertentu maka harus
dicari luas tampang melintang rata-rata dan dikalikan jarak antara kedua
penampang yang bersangkutan.
Lain halnya bila ruas yang harus dicari diantarai oleh dua tampang yang
berbeda, yang satu galian dan yang satu timbunan. Maka harus dicari titik potong
muka tanah dengan permukaan jalan, atau batas antara galian dan timbunan
seperti pada gambar di bawah ini.(gambar 6.1)
Galian
b
Timbunan c
x
a
a:b=(L-x):x ( a+ b) x = b. L
bL
ax = b . L b.x = x =
ab
ax + bx = b.L
60
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
Penampang jalan yang direncanakan diperlihatkan pada Gambar 6.2 di bawah ini.
1
2
61
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
62
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
63
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
64
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
65
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
66
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
67
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
68
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
69
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
70
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
71
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
72
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
73
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
74
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
75
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
76
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
77
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
78
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
79
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
80
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
81
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
82
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
83
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
84
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
85
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
86
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
87
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
88
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
89
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
90
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
91
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
92
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
93
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
94
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
95
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
96
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
97
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
98
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
99
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
100
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
101
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
102
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
103
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
104
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
105
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
106
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
107
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
108
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
109
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
110
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
111
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
112
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
113
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
114
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
115
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
116
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
117
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
118
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
119
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
BAB VII
PERENCANAAN PERKERASAN JALAN
120
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
( 1+ i )n
LHR 2007( 1+ i )n
121
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
LHR 2012( 1+ i )n
122
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
Dari data yang telah di dapat, dapat dihitung nilai LEP yaitu :
123
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
n
LEA LHR j (1 i)UR xC j xE j
j i
Perhitungan LEA untuk 5 tahun (2012)
a. Mobil penumpang 5908 x 0,5 x 0,0004 = 1,1816
124
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
= (472,5977+ 663,1987)
= 567,8982
= ( 472,5977 + 930,2376)
= 701,4176
= 567,8982 x 0,5
= 283,9491 x 1,67
= 474,1949
= 701,4176 x 1
= 701,4176 x 2,5
= 1753,544
125
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
Jumlah titik
Nilai R
pengamatan
2 1,41
3 1,91
4 2,24
5 2,48
6 2,67
7 2,83
8 2,96
9 3,08
>10 3,18
126
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
127
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
128
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
Maka diperoleh
ITP = 9,50 (nomogram 4)
129
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
Koefisien Kekuatan
Kekuatan Bahan
Relatif
a1 a2 a3 MS Kt(kg/ CBR Jenis Bahan
(kg) cm) %
0,40 - - 744 - -
0,35 - - 590 - -
0,32 - - 454 - - LASTON
0,30 - - 340 - -
0,35 - - 744 - -
0,32 - - 590 - -
0,28 - - 454 - - LASBUTAG
0,26 - - 340 - -
0,30 - - 340 - - HRA
0,26 - - 340 - - MACADAM
0,25 - - - - - LAPEN (MEKANIS)
0,20 - - - - - LAPEN (MANUAL)
- 0,28 - 590 - -
- 0,26 - 454 - - LASTON ATAS
130
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
- 0,24 - 340 - -
Dari tabel kita dapat menentukan nilai a1, a2 dan a3. dan juga nilai
d1, d2 dan nilai d3.
Untuk 5 Tahun
Koefisien kekuatan relatif, dilihat dari tabel koefisien relatif
- Lapisan permukaan : Laston, MS 744 a1 = 0,40
- Lapisan Pondasi atas : Batu pecah kelas A a2 = 0,14
- Lapisan Pondasi bawah : Sirtu kelas B a3 = 0,12
131
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
Mecari D2
9,50 = (a2 . D2) + (a3 . D3)
9,50 = (0,14 . D2) + (0,12 . 23)
9,50 = 0,14.D2 + 2,76
9,50 -2,76 = 0,14.D2
6,74 = 0,14 . D2
D2 = 6,74/0,14 = 48 Cm
Mecari D1
9,50 = (a1 . D1) + (a2 . D2)
9,50 = (0,40 . D1) + (0,12 . 48)
9,50 = 0,40.D2 x 5,76
9,50 -5,76 = 0,40.D2
3,74 = 0,40 . D2
D1 = 3,74/0,40 = 9 Cm
Jadi di dapat :
- Lapisan permukaan : Laston, MS 744 d1 = 9 cm
- Lapisan Pondasi atas : Batu pecah kelas A d2 = 48 cm
- Lapisan Pondasi bawah : Sirtu kelas B (CBR 50) d3 = 23 cm
132
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
Tanah dasar
133
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
Untuk 10 Tahun
Koefisien kekuatan relatif, dilihat dari tabel koefisien relatif
- Lapisan permukaan : Laston, MS 744 a1 = 0,40
- Lapisan Pondasi atas : Batu pecah kelas A a2 = 0,14
- Lapisan Pondasi bawah : Sirtu kelas B a3 = 0,12
Mecari D2
10,60 = (a2 . D2) + (a3 . D3)
10,60 = (0,14 . D2) + (0,12 . 32)
10,60 = 0,14.D2 + 3,80
10,60 -3,80 = 0,14.D2
6,76 = 0,14 . D2
D2 = 6,76/0,14 = 48 Cm
134
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
Mecari D1
10,60 = (a1 . D1) + (a2 . D2)
10,60 = (0,40 . D1) + (0,12 . 48)
10,60 = 0,40.D2 x 5,76
10,60 -5,76 = 0,40.D2
4,84 = 0,40 . D2
D1 = 4,84/0,40 = 12 Cm
Jadi di dapat :
- Lapisan permukaan : Laston, MS 744 d1 = 12 cm
- Lapisan Pondasi atas : Batu pecah kelas A d2 = 48 cm
- Lapisan Pondasi bawah : Sirtu kelas B (CBR 50) d3 = 32 cm
12 cm Laston ( MS 744 )
Tanah dasar
135
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Untuk perhitungan volume galian dan timbunan, nilai total yang didapat
untuk galian adalah 75910,06 m3 dan untuk timbunan adalah 50446,13 m3.
8.2 Saran
Setelah mengerjakan perhitungan pada perencanaan trase jalan raya ini,
penulis menyarankan untuk mendapatkan volume galian dan timbunan yang
seimbang harus dilakukan lagi penyesuaian trase atau galian dan timbunan
sehingga dapat diperoleh volume galian dan timbunan yang mendekati. Kalaupun
tidak dapat seimbang diusahakan galian lebih besar dari pada timbunan, karena
selain jalan yang dibuat dari tanah yang digali lebih kuat dari pada jalan yang
dibuat dari tanah yang ditimbun juga karena pertimbangan faktor ekonomisnya.
136
Perencanaan Konstruksi Jalan Raya 2015
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Bukhari dan Maimunah, 2005, Perencanaan Trase Jalan Raya, Banda Aceh:
Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala.
Sukirman, Silvia, 1999, Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan, Bandung:
Penerbit Nova.
137